Anda di halaman 1dari 79

Ralat :

- Penulisan Talassemia seharusnya


Thalassemia

1
Anemia Gravis et causa Talassemia Dengan
Compensated Heart Disease

Tinjauan Kasus Hematologi Klinik


Senin, 13 Juni 2011
Andy Bariyadi
Leni Lismayanti
2
Identitas
Nama : An. AL
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 7 bulan
Alamat : Bale endah Bandung
Status Penderita : JAMKESMAS
Masuk RSHS : 13 Januari 2011
Keluar RSHS : 17 Januari 2011

3
Anamnesis (Aloanamnesis)

Keluhan Utama : Pucat

Riwayat Penyakit Sekarang :


 Pucat yang makin lama semakin pucat sejak 4 bulan SMRS.
tampak tidak aktif seperti biasanya sejak seminggu SMRS.
 Tidak ada perdarahan hidung, gusi atau tempat lain. sesak
nafas (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-). Buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) tidak ada keluhan.
 4 bulan ke dr. Sp anak  Thalassemia  diberikan obat
penurun panas dan antibiotik  tidak ada perbaikan
 RS. AL-Ikhlas 6 jam SMRS Thalassemia  dirujuk ke
RS. Hasan Sadikin Bandung.
4
Anamnesis (Aloanamnesis)

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pertama kali sakit seperti ini.
Riwayat perdarahan sebelumnya disangkal.
kakak kandung penderita talassemia

5
Pemeriksaan Fisik Tanggal 13 januari 2011

•BB : 5 Kg TB : 60 Cm L kpl : 40 Cm
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang, pucat
•Kesadaran : Compos mentis (CM)
•Kulit : Pucat
•Kepala : Simetris, rambut hitam
•Leher : Tidak teraba
•Mata : Konjungtiva anemis
•Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
•Cor : ictus cordis tak tampak, teraba di ICS IV
LMCL, tak kuat angkat, thrill (-),murmur (-),
gallop (-)
6
Pemeriksaan Fisik Tanggal 13 januari 2011

•Pulmo : Bunyi vesikuler kiri = kanan


•Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+), teraba
splenomegali sebesar 1 shuffner dan
hepatomegali sebesar 1 jari di bawah arcus
costarum.
•Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada kelainan

7
Pemeriksaan Penunjang

Foto rontgen thorax :


Cor membesar kekanan dan kiri, apex tertananam pada
diafragma, pinggang jantung mendatar. Kesan
kardiomegali

8
Pemeriksaan Penunjang ( Prodia) 28 oktober 2010

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 6.3 ↓ 10.1 – 12.9 g/dl
Leukosit 21.2 6 – 17.5 103/uL
Trombosit 282 150 – 450 103/uL
Hematokrit 20 ↓ 32 – 44 %
Eritrosit 2.87 ↓ 3.2 – 5.2 106/uL
Nilai – nilai MC
MCV 70.7 ↓ 77 – 113 Fl
MCH 22 21 – 33 Pg
MCHC 30 26 – 34 g/dl

9
Pemeriksaan Penunjang ( Prodia) 28 oktober 2010

Gambaran darah tepi

Eritrosit : Tampak hipkrom, mikrositer, anisositosis,


poikilositosis, polikromasi, teardrop cells, target
cells, Schistosytes dan normoblast
Leukosit : Jumlah cukup setelah dikoreksi tampak banyak
limfosit. Tidak ditemukan sel – sel muda. Tidak
ada kelainan morfologi
Trombosit : Jumlah cukup. Tersebar
Kesan : Suspect Beta Thalassemia/ Anemia hemolitik

10
Pemeriksaan Penunjang (RSUD AL – IHSAN) 13 Januari 2011

Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan


Hemoglobin 2.3 ↓ g/dl 11.5 – 13.5
Leukosit 9,300 Sel/uL 5,000 – 14,500
Eritrosit 1.25 ↓ Juta/uL 3.87 – 5.39
Hematokrit 7.9 ↓ % 34 – 40
Trombosit 189,000 Sel/uL 150,000 – 440,000
Golongan darah AB

11
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)

Nama Test 13/03 14/03 17/03 Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 2.8 ↓ 8.5↓ 10.8 ↓ 11.5 – 13.5 g/dl
Hematokrit 8↓ 25↓ 32↓ 34 – 40 %
Leukosit 14,700 13,600 9,200 5,000 – 14,5000 /mm3

Trombosit 192,000 187,000 197,000 150,000 – /mm3


450,000
Eritrosit 1.24 ↓ 4.01 3.18 3.87 – 5.39 Juta/uL
MCV 61.8 ↓ 79.6 79.2 75 – 87 Fl
MCH 22.6 26.9 26.7 24 – 30 Pg
MCHC 36.5 33.9 33.7 31 – 37 %

12
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)

Nama Test 13/03 14/03 17/03 Nilai Satuan


Rujukan
Basofil 0 0 0–1 %
Eosinofil 0 4 1–6 %
Batang 0 0 3–5 %
Segmen 21 18 40 – 70 %
Limfosit 77 70 30 – 45 %
Monosit 2 8 2 – 10 %
Retikulosit 0.38 ↓ 2.4 0.5 – 2.5 %
Hb A 27.3↓ 96 – 99 %
Hb A2 21.0↑ 0 – 3.5 %
HbF 51.7↑ 0,5 – 1 %

13
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)

Morfologi Darah Tepi


Erutrosit : Hipokrom anisopoikilositosis (taer drop cell,
mikrosit), normoblast (+), basophilic stipling (+)
Leukosit : Tidak ada kelainan morfologi
Trombosit : Tersebar, ditemukan giant thrombocyte (+)
Kesan : Anemia hipokrom mikrositer suspect difisiens iFe

14
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)

14/03 Nilai Rujukan Satuan


IMUNOSEROLOGI
Feritin 448.7 ↑ 20 – 200 ng/Ml
KIMIA KLINIK
AST (SGOT) 30 s/d 31 U/L 370C
ALT (SGPT) 26 s/d 31 U/L 370C
LDH 1901 ↑ < 1100 U/L
Ureum 6 15 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.22 0.17 – 0.42 mg/dl
Asam Urat 4.2 2.4 – 5.7 mg/dl
Serum Iron (Fe) 222 ↑ 37 – 145 Ug/dl
TIBC 267 260 – 445 Ug/dl
Natrium (Na) 142 135 – 145 mEg/L
Kalium (K) 3.6 3.6 – 5.5 mEg/L

15
Diagnosis

Diagnosis Banding
• Anemia Gravis ec. Thalassemia
dengan compensated heart
Disease
• Anemia Gravis ec. Difisiensi Fe
dengan compensated heart
Disease

Diagnosis kerja
Anemia Gravis ec.
Thalassemia dengan
compensated heart Disease

16
Tindakan

Hari ke- 1
S: pucat
•O: N140 X/mnt, R 42 X/mnt, S 36.9 oC
•Istirahat
•O2 lembab 2 l/m
•Infuse NaCl 0.9 % 5 gtt/mnt/mikro
•Transfusi PRC I 25cc
•Furosemid 2.5 mg iv diawal dan tengah transfusi
•Diet ASI/PASI 8 X 40cc
Hari ke- 2
•S: pucat
•O: N130 X/mnt, R 40 X/mnt, S 3.68oC
•Transfuse PRC II 25 cc

Perawatan hari ke- 5


•S: pucat (-)
•O: nadi 110 X/mnt, respirasi 36 X/mnt, suhu 36,8
•Orang tua memutuskan untuk pulang paksa
17
Analisis Kasus

• Pasien datang ke UGD RSHS dengan keluhan pucat dan lemas

Pucat dan Lemas

Anemia Perfusi jaringan Hipoglikemik

•Dehidrasi •Diabetes militus


•Perdarahan
•Perdarahan •keadaan nutrisi
•Eritropoiesis •Kardiogeni
•Hemolitik •Sepsis
•Defisiensi nutrisi

18
Analisis Kasus

hasil pemeriksaan laboratorium pucat dan lemas disebabkan


anemia (thalassemia) berdasarkan pemeriksaan
• CBC : Hb 2.8 G/dL, nilai indexs eritrosit menurun ( MCV61.8
Fl, MCH 22.6 Pg, MCHC 36.5 %)

• Morfologi darah tepi: gambaran eritrosit hipokrom


anisopoikilositosis (taer drop cell, mikrosit), normoblast (+),
mendukung pada keadaan thalassemia

19
Analisis Kasus

Hasil pemeriksaan Hb di laboratorium RSHS


• Januari 2011 adalah 2,8 g/dL.
• Riwayat kadar Hb oktober 2010 adalah 6,3 g/dL.
• Kadar Hb pada pasien ini termasuk ke dalam kriteria anemia
berat (anemia gravis) menurut kriteria WHO tahun 2005.
• Derajat anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia ringan,
sedang dan berat berdasarkan klasifikasi menurut WHO.

20
WHO. Worldwide Prevalence of Anemia 1993-2005

Anemia (g/L)
Population
Mild Moderate Severe
Children 6 - 59 months 100-109 70-99 lower than 70
of age
Children 5 - 11 years 110-114 80-109 lower than 80
of age
Children 12 - 14 years 110-119 80-109 lower than 80
of age
Non-pregnant women 110-119 80-109 lower than 80
(15 years of age and
above)
Pregnant women 100-109 70-99 lower than 70
Men (15 years of age 110-129 80-109 lower than 80
and above)

21
Analisis Kasus

• Hasil anamnesis RSHS gejala yang sesuai dengan anemia pada


umumnya yaitu pucat dan lemas.
• Anemia ringan sebagian besar  tidak muncul karena fungsi
penghantaran oksigen jaringan yang masih baik.
• Pucat , lemas  iskemik organ target, mekanisme kompensasi
tubuh terhadap hemoglobin  menyebabkan O2 kejaringan
• Sebagian besar gejala tersebut muncul  Hb 7- 8 g/dL.
• Dalam 2,5 bulan Hb sebesar 3,5 g/dL  perdarahan atau
destruksi eritrosit yang meningkat.
• Pada pasien ini tanda-tanda atau riwayat perdarahan (-) sehingga
kemungkinan penurunan Hb disebabkan adanya destruksi
eritrosit (hemolisis autoimun ataupun non-imun).
22
Analisis Kasus

Klinik dr Spesialis anak dan RS AL- IKHSAN


• Pasien didiagnosa anemia kemungkinan thalassemia
berdasarkan hasil CBC dan MDT.
• MDT  eritrosit hipokrom mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, polikromasi, teardrop cells, target cells,
Schistosytes dan normoblas.
• Hasil morfologi darah tepi yang menunjukan anisositosis tidak
bisa ditelusuri karena tidak ada data RDW
• Indeks eritrosit di Prodia  MCV 70.7 fL, MCH 22 Pg, MCHC
30 %  Hipokrom mikrositer.

23
Analisis Kasus

MCV merupakan volume eritrosit rata-rata.


MCH merupakan hemoglobin eritrosit rata- rata.
MCHC merupakan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata- rata.

Indeks eritrosit dapat digunakan untuk klasifikasi anemia:


• Normokrom normositer.
• Hipokrom normositer.
• Hipokrom mikrositer.

 CBC, MCV, MCH dan MCHC tidak dapat dijadikan pegangan


lagi pada saat pasien diperiksa di RSHS.
24
Analisis Kasus

RDW: lebar distribusi sel eritrosit yang merupakan rasio lebar


curva distribusi (histogram) terhadap volume eritrosit rata-
rata.
Fungsinya  indeks variasi ukuran sel.
Semakin RDW maka > variasi ukuran sel.
variasi  sel yang terlalu besar /kecil, campuran, fragmen sel.

Pada MDT didapatkan keadaan poikilositosis:


• Tear drops  eritrosit seperti tetes air mata/buah pir.
Mekanisme terjadinya belum diketahui (thalassemia, anemia
defisiensi besi, eritrosit yang mengandung benda inklusi dan
paling sering pada mielofibrosis dengan metaplasi myeloid).
25
Analisis Kasus

• Target cell  eritrosit dengan kondensasi Hb pada bagian


sentral /eksentrik.
Terjadi karena kelebihan kolesterol & fosfolipid pada membran
sel  luas permukaan sel meningkat & kadar Hb menurun.
Ditemukan pada penyakit hati, thalassemia, hemoglobinopati,
post splenektomi.

• Schistocyte  pecahan eritrosit, dapat ditemukan pada anemia


hemolitik, DIC, ITP, dan luka bakar yang luas.

26
Analisis Kasus

• Polikromasi  eritrosit polikromatofilik (biru abu- abu), warna


ini berasal dari sisa RNA pada sintesis Hb.
polikromasi  eritrosit yang dikeluarkan kedalam sirkulasi
masih prematur.
polikromasi  peningkatan eritropeisis misalnya pada
perdarahan akut dan kronis, hemolisis, dan pengobatan dengan
zat besi, asam folat, vitamin B12.

• Normoblas  eritrosit prematur yang masih berinti, terdapatnya


normoblas menunjukan peningkatan eritropoeisis sehingga
eritrosit berinti dilepaskan dari sumsum tulang ke sirkulasi
sebagai mekanisme kompensasi terhadap anemia.
27
Analisis Kasus

• Anamnesis di RSHS  gejala yang sesuai dengan anemia pada


umumnya yaitu pucat & lemas  Hb turun mencapai 2.8 g/dL.
• Penurunan Hb  proses hemolitik.
• Talasemia  defek genetik berupa pengurangan /peniadaan
sintesis satu atau lebih rantai globin  sebagian rantai globin
tidak mendapatkan pasangan, bebas, tidak stabil, tidak larut,
mengalami presipitasi di dalam eritrosit & membentuk inclusion
bodies.
• Akumulasi rantai globin yang bebas ini mengakibatkan lisis
eritrosit intrameduler (eritropoiesis inefektif).

28
Analisis Kasus

• Eritrosit yang bertahan sampai ke sirkulasi darah perifer akan


mengalami hemolisis.
• Hal ini berarti baik proses hemolisis & eritropoiesis inefektif 
anemia pada penderita thalassemia.
• Proses hemolisis  retikulosit diawal pemeriksaan mengalami
0.38 % & direspon oleh sumsum tulang dengan memproduksi
eritrosit, tetapi respon tersebut belum maksimal & pada
pemeriksaan berikutnya terjadi peningkatan retikulosit (2.4 %).

29
Analisis Kasus
• RSHS  indexs eritrosit ( MCV61.8 Fl, MCH 22.6Pg,
MCHC 36.5 %) dikarenakan nilai Hb & Ht  kesan
anemia Hipokrom Mikrositik  sesuai MDT untuk
htalassemia ataupun anemia kekurangan besi.
• Salah satu klasifikasikan anemia  morfologi eritrosit.
• Pada pasien ini dilakukan dua kali MDT  gambaran eritrosit
kurang lebih tidak jauh berbeda hipokrom anisopoikilositosis
(taer drop cell, mikrosit), normoblast (+). Kesan anemia
hipokrom mikrositer gambaran ini sesuai dengan gambaran
morfologi eritrosit dari thalassemia.

30
Analisis Kasus
• Dari beberapa kali pemeriksaan leukosit dan trombosit tidak
mengalami peningkatan ataupun penurunan karena pada
thalassemia yang terganggu adalah eritrosit sehingga tidak
menyebabkan perubahan pada leukosit dan trombosit.

31
Analisis Kasus
Diagnosis kerja  anemia et causa thalasemia yang di diagnosis
banding dengan anemia et causa defisiensi besi.
• Berdasarkan lab RSHS didapatkan hasil- hasil sebagai
berikut  digunakan mempertimbangkan diagnosis
• Elektroforesa Hb  HbF meningkat  mutasi kromosom 11
 tidak terbentuknya rantai globin β  kelebihan rantai
globin α pada HbA (α2 β2).
• Kemampuan sel darah merah untuk mempertahankan
produksi dari rantai γ, yang mampu untuk berpasangan
dengan sebagian rantai α yang berlebihan menyebabkan
peningkatan Hb F.

32
Analisis Kasus
• Hb F  afinitas oksigen
• Hipoksia bersama anemia yang terjadi  menstimulasi
produksi eritropoetin  ekspansi luas massa eritroid yang
inefektif  ekspansi tulang & deformitas.
• Penyerapan besi & laju metabolisme menambah gejala
klinis & manifestasi laboratorium dari penyakit ini.
• Eritrosit abnormal  diproses di limpa, yang bersama- sama
dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang
tidak diterapi  splenomegali yang akhirnya akan
menimbulkan terjadinya hipersplenisme.
• Hb A2  penggunaan rantai δ oleh rantai α yang
seharusnya berpasangan dengan rantai β. Karena terbatasnya
rantai β maka rantai α akan berikatan dengan rantai δ yang
mengakibatkan jumlah Hb A2 meningkat. 33
Analisis Kasus
• Elektroforesa Hb yang abnormal  talassemia.
• Talassemia  kelompok heterogen anemia hemolitik
herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-
anaknya secara autosomal resesif sesuai dengan hukum
Mendel.
• Secara umum terdapat kecepatan sintesis satu / lebih rantai
polipeptida Hb.

34
Analisis Kasus
Klasifikasi
• Berdasarkan berat ringannya gejala klinis: thalassemia mayor,
thalassemia intermedia, htalassemia minor, dan thalassemia
minima.
• Secara molekuler talassemia dibedakan atas talassemia α dan
thalassemia β.

35
Analisis Kasus
Elektroforesis Hb  metode elektroforesis selulo asetat pada pH
alkali (pH 8.2- 8.6)
• HbF (51.7%) & HbA2 (21.0%) sedangkan HbA (27.3%)
• Pada anemia akibat defisiensi besi nilai HbF, HbA dan HbA2
tidak mengalami penurunan maupun peningkatan.
• HbF (α2, γ2) adalah Hb fetus yang bertahan sampai bayi
berumur 20 minggu post partum kemudian kadarnya menurun
sampai dewasa dengan nilai normal 0,5 – 1 % dari Hb total.
HbA2 (α2,δ2) adalah Hb dewasa sekunder normal 1,5 – 3 %
dari Hb total, dan HbA (α2,β2) adalah Hb dewasa normal 96 –
98 %.

36
Analisis Kasus
Serum Iron
• Fe 222 ug/uL  defisiensi besi Fe  asupan besi &
feritin

Kadar feritin
• feritin 448.7 ng/Ml
• Talasemia feritin dapat normal ataupun meningkat.
• Sedangkan pada anemia defisiensi besi feritin

37
Analisis Kasus
• Pada kasus ini  riwayat saudara penderita
thalassemia.Riwayat keluarga sangat perlu untuk membantu
menegakan diagnosis, karena thalassemia adalah salah satu
penyakit yang bersifat herediter dan penurunannya sesuai
dengan hukum MENDEL.
• Anemia defisiensi Fe bukanlah penyakit herediter,
• Pasien tidak mengalami perdarahan gusi, mimisan atau
perdarahan ditempat lain, hal ini dinyatakan untuk mengetahui
adanya perdarahan yang juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya anemia defisiensi Fe.

38
Analisis Kasus
• Status gizi  malnutrisi sedang (curve child growth standart
WHO- NCHS).
• Vital Sign  bradikardi (140 X/mnt), takipneu (42 X/mnt) 
mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya suplai O2
kejaringan.
• Konjungtiva anemis dan wajah pucat ditemukan pada
pemeriksaan fisik.  berkurangnya volume darah, Hb ,
vasokontriksi di perifer dengan transport O2 ke organ vital.
Berkurangnya volume darah untuk pengiriman oksigen.
• Eritropoesis yang tidak efektif  umur eritrosit memendek.
• Pada thalassemia terjadi destruksi eritrosit lebih cepat dari
normal sehingga terjadi hepatosplenomegali  hepar & limpa
bekerja keras merombak eritrosit.
39
Analisis Kasus
Rontgen thorax
• Pembesaran jantung.
• Thalassemia pembesaran jantung dapat  penumpukan besi
di miosit  disfungsi miokardial, dilatasi fungsi sistolik ,
fibrosis serta kardiomiopati
• kompensasi tubuh terhadap anemia  jantung memiliki
volume ventrikel yang lebih besar, cardiac output yang lebih
besar & resistensi vascular yang lebih rendah dibandingkan
individu sehat.
• cardiac output  mempertahankan aliran oksigen 
peningkatan denyut jantung & pembesaran jantung.

40
Ringkasan
Diagnosis anemia gravis et causa thalassemia dengan compensated
heart disease.
Thalassemia /
Def besi

Anamnesa PX penunjang
Px fisik Cardiomegali ro thorax
keluhuhan pucat
peningkatan nadi & Hb, Ht, eritrosit &
disertai dengan
respirasi gambaran hipokrom
penderita tampak tidak
konjungtiva anemis anisopoikilositosis pada
aktif riwayat anggota
hepatosplenomegali MDT (ditemukan taer
keluarga talasemia
drop cell, mikrosit,
normoblas)
41
Ringkasan

Diagnosis banding (anemia defisiensi besi) disingkirkan


berdasarkan:
• Riwayat keluarga
• PX laboratorium yaitu pemeriksaan Hb elektroforesis
yang abnormal, pemeriksaan serum iron (Fe) yang
meningkat, LDH yang meningkat dan kadar feritin yang
meningkat.

42
43
• Definisi anemia:
Keadaan dimana darah tidak adekuat dalam mensuplai
O2 kejaringan untuk menjalankan fungsi metabolik
yang semestinya.

• Kriteria Diagnosis anemia:


Penurunan
– Hb
– Hematocrit
– Red blood cell count.

44
WHO. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993-2005

Age/Sex (yrs) Hemoglobin (g/dL) Hematocrit (%)


Children (0.5-4) < 11.0 < 33
Children (5-12) < 11.5 < 35
Children (12-15) < 12.0 < 36
Adult Men < 13.0 < 39
Non-pregnant < 12.0 < 36
Women (15 years of
age and above)
Pregnant Women < 11.0 < 33

45
• Anemia causa:
1. Perdarahan.
2. Destruksi eritrosit meningkat (hemolitik).
3. Defisiensi nutrisi (Fe, folate, vit B12).
4. Eritropoiesis menurun.

• Anemia Indeks eritrosit:


1. Hipokrom mikrositer.
2. Normokrom normositer.
3. Makrositik.

46
• MCV (volume eritrosit rata- rata
– Perkiraan rata- rata ukuran eritrosit
HCT (%) X 10fl
– MCV:
E (juta/ul)

– Referenge range: 80-100 fl


– < n: mikrositer
– > n: makrositer

47
• MCH
– Menentukan kadar Hb dalam eritrosit
– Rumus:
Hb (g/dl) X 10pg
MCH:
E (juta/ul)

– Referenge range:27-31 pg
– <n: hipokrom

48
• MCHC
– Menentukan konsentrasi Hb eritrosit rata- rata
– rumus:
Hb (g/dl) X100%
MCHC:
Hct (%)

– Referenge range: 32-36 %


– <n: hipokromik

49
RDW

• Menggambarkan variasi ukuaran erit


• Analyzer dengan metode otomatis.
• Normal 11.5 – 14,5 CV (coefficient of variation).
• RDW normal & MCH turun / meningkat jika semua
eritrosit mikrositier/makrositer.
• RDW meningkat & MCH normal jika ukuran erit
beraneka ragam namun ukuran rata-rata erit dbn.
• RDW 7 MCH abnormal jika ukuran erit beraneka
ragam, ukuram rata-rata erit diatas/bawah nilai
normal
50
• Thalassemia: kelainan herediter akibat mutasi gen
sehingga berkurang atau tidak ada sintesis 1 atau lebih
rantai globin

• Thalassemia α mutasi gen pada kromosom 16.


Thalassemia β pada kromosom 11.

51
Presipitasi
Gangguan
kelebihan rantai Eritrosit
keseimbangan
globin pada kaku/mudah
produksi rantai
membran eritrosit pecah
globin
sebelah dalam

Eritropoies Hemolisis
is inefektif

Anemia
52
KOMPOSISI HEMOGLOBIN

Molekul Hemoglobin

Komposisi Hb dewasa:
HbA (>98%) – 22
HbA2 (2,5-3,5%) - 22
HbF (<1%) - 22

- 2 rantai globin-
- 2 rantai globin-
- 4 molekul heme
53
GEN PENYANDI SINTESIS RANTAI GLOBIN  DAN 

2 2 1
Gen globin  Kromosom 16
& sejenis
 G A  
Gen globin  Kromosom 11
& sejenis
Hb Gower 1
(2 2)
Hemoglobins Hb Gower 2 HbF HbA2 HbA
(22) (22) (2  2) (2  2)
Hb Portland
(22)

Masa Embrio Janin Dewasa 54


Perkembangan
Jenis hemoglobin selama perkembangan

HbGower1 HbF HbA & HbA2


HbGower2 <<HbF
55
HbPortland
Akibat mutasi gen globin-

Mutasi di gen globin-






 Produksi rantai globin- (-) atau ↓
Normal Hb

Kelebihan Sintesis Hb ↓ (di tiap sel


 rantai globin- darah merah):
 - Anemia

 - mikrositik (MCV↓)
Hb composition
in -thalasaemia - hipokrom (MCH↓) 56
AKIBAT MUTASI GEN GLOBIN-

Rantai globin- berlebihan

4 (tidak stabil) 

terurai 

rantai globin- bebas (tidak larut)

presipitasi
Sumsum tulang sirkulasi
Prekursor sel darah merah Sel darah merah matang
• trauma fisik
• perubaha metabolisme

• eritropoiesis tidak efektif Hemolisis di mikrosirkulasi57


• destruksi di sumsum tulang (limpa)
AKIBAT MUTASI GEN GLOBIN-

Mutasi di gen globin-

Produksi rantai globin- (-) atau 




Kelebihan: 
Rantai globin- (janin)

Rantai globin- (dewasa)
  

4 (Hb Bart)
4 (HbH)

Presipitasi di sel darah merah matang

58
Hemolisis di limpa & mikrosirkulasi
Klasifikasi Talassemia
Talassemia α

Genotip Jumlag gen α Presentasi


klinis
αα/αα 4 Normal
-α/αα 3 Silent carrier
--/αα atau 2 Trait tal-α
-α/-α
--/-α 1 Penyakit HbH
--/-- 0 Hydrops fetalis

59
60
Talassemia β
• Thalassemia β heterozigot (Thalassemia minor, intermedia). gejala
klinis – atau ringan
• Thalassemia β homozigot (Thalassemia mayor/ Cooley’s anemia).
gejala klinis berat

61
• Thalassemia β mayor
- Jenis β0
- HbF (75 – 98%), HbA2 (2%)
- Usia 3 – 4 bln tdk bisa memproduksi HbA

• Thalassemia β intermedia
- Jenis β+
- HbF (20 – 40%), HbA2 (2 – 5%)

62
• Thalassemia minor
- Indeks eritrosit DBN/ sedikit rendah
- MDT anisopoikilositosis
- HbA2 >3,5%

• Thalassemia minima
- Penurunan sintesis globin β
- Klinis –
- Diket penurunan sintesis β & penurunan ratio α
terhadap β
63
Indikasi Hb Electrophoresis

• Anemia hemolitik
• SADT: morfologi eritrosit abnormal seperti sel
sickle cells atau target cells
• RPK: hemoglobinopathy +

64
Prinsip Hb elektroforesa

• Prinsip:
– Dalam suasana alkali, Hb bermuatan negatif
– Hb yang berbeda mempunyai kekuatan
negatif yang berbeda.
– Bila Hb diletakkan diantara anoda dan
katoda, Hb akan bergerak manjauhi anoda.
– Kecepatan pergerakan sesuai dgn kekuatan
negatif tiap-tiap Hb.

65
Prosedur Hb Elektroforesis

• Cuci darah dgn nacl 0.9% 1:10 3x, sentrifus 5’


5000rpm
• Buang supernatan dan buat hemolysat 10ul
erit:130ul hemolysat capur 10’’ inkubasi 5’
suhu ruangan
• Tempatkan hydragel K20 aplicator carier pd
permk.datar + 120ul aquades, + 10 ul
hemolysat pd sumur aplicator

66
Prosedur Hb Elektroforesis

• Serap bufer agarose gel dgn filter paper


sckpnya, posisi katup + berada diatas, turunkan
aplicator tunggu 1’ angkat perlahan, pindahkan
dgn posisi kutub + ke arah kutub +
• Setelah migrasi, gel di fixasi 15’, keringkan gel
80C 10’
• Pewarnaan 5’, destaining 3 tahap, keringkan
lalu baca hsl pd scanner

67
Interfering factor:
• Transfusi darah
• Hemolisis sampel darah
• Kesalahan pengambilan sampel
• pH dan ionic strength larutan dapar,
• Tegangan dan arus medan listrik
• Media penunjang yang digunakan (selulosa
asetat, tepung kentang dan agarosa).

68
Hemoglobin dan Hematokrit

•Rendah  Thalassemia
-Hb < 6 g/dL : Thalassemia mayor
-Hb 6-10 g/dL: Thalassemia intermedia
-Hb 10-12 g/dL: Thalassemia minor/trait
• Normal/sdkt menurun  pada bentuk
heterozigot (L ~ 15 g/dL; P ~ 13)

69
Hemoglobin dan Hematokrit

•Rendah  Thalassemia
-Hb < 6 g/dL : Thalassemia mayor
-Hb 6-10 g/dL: Thalassemia intermedia
-Hb 10-12 g/dL: Thalassemia minor/trait
• Normal/sdkt menurun  pada bentuk
heterozigot (L ~ 15 g/dL; P ~ 13)

70
Indeks Eritrosit (MCV, MCH)

•Rendah  Thalassemia/trait
•Normal/sdkt menurun  αThal2 trait,
HbE trait, HbCS trait

71
Morfologi Eritrosit

• Thalassemia: hipokrom, anisositosis,


poikilositosis, polikromasi, Target cell,
basophilic stippling, normoblast.
• Thalassemia trait dan HbE (homozigot):
perubahan eritrosit  minimal

72
Iron overload

• Definisi:
- Feritin serum >1000 ng/ml, terberat > 2500
ng/ml.
- Terjadi  asupan besi jangka panjang dari
transfusi (thalassemia mayor), penyerapan besi
di GI (thalassemia intermedia)
- Penumpukan besi  transferin jenuh  Non-
Transferrin Bound Plasma Iron  besi bebas
terakumulasi di organ  organ rusak

73
•Menentukan derajat anemia

Pemeriksaan •Diagnosis
Laboratorium
Thalassemia
•Pemantauan Terapi (transfusi)

•Pemantauan Komplikasi

74
75
76
77
78
79

Anda mungkin juga menyukai