1
Anemia Gravis et causa Talassemia Dengan
Compensated Heart Disease
3
Anamnesis (Aloanamnesis)
5
Pemeriksaan Fisik Tanggal 13 januari 2011
•BB : 5 Kg TB : 60 Cm L kpl : 40 Cm
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang, pucat
•Kesadaran : Compos mentis (CM)
•Kulit : Pucat
•Kepala : Simetris, rambut hitam
•Leher : Tidak teraba
•Mata : Konjungtiva anemis
•Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
•Cor : ictus cordis tak tampak, teraba di ICS IV
LMCL, tak kuat angkat, thrill (-),murmur (-),
gallop (-)
6
Pemeriksaan Fisik Tanggal 13 januari 2011
7
Pemeriksaan Penunjang
8
Pemeriksaan Penunjang ( Prodia) 28 oktober 2010
9
Pemeriksaan Penunjang ( Prodia) 28 oktober 2010
10
Pemeriksaan Penunjang (RSUD AL – IHSAN) 13 Januari 2011
11
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 2.8 ↓ 8.5↓ 10.8 ↓ 11.5 – 13.5 g/dl
Hematokrit 8↓ 25↓ 32↓ 34 – 40 %
Leukosit 14,700 13,600 9,200 5,000 – 14,5000 /mm3
12
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)
13
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)
14
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium RSHS (2011)
15
Diagnosis
Diagnosis Banding
• Anemia Gravis ec. Thalassemia
dengan compensated heart
Disease
• Anemia Gravis ec. Difisiensi Fe
dengan compensated heart
Disease
Diagnosis kerja
Anemia Gravis ec.
Thalassemia dengan
compensated heart Disease
16
Tindakan
Hari ke- 1
S: pucat
•O: N140 X/mnt, R 42 X/mnt, S 36.9 oC
•Istirahat
•O2 lembab 2 l/m
•Infuse NaCl 0.9 % 5 gtt/mnt/mikro
•Transfusi PRC I 25cc
•Furosemid 2.5 mg iv diawal dan tengah transfusi
•Diet ASI/PASI 8 X 40cc
Hari ke- 2
•S: pucat
•O: N130 X/mnt, R 40 X/mnt, S 3.68oC
•Transfuse PRC II 25 cc
18
Analisis Kasus
19
Analisis Kasus
20
WHO. Worldwide Prevalence of Anemia 1993-2005
Anemia (g/L)
Population
Mild Moderate Severe
Children 6 - 59 months 100-109 70-99 lower than 70
of age
Children 5 - 11 years 110-114 80-109 lower than 80
of age
Children 12 - 14 years 110-119 80-109 lower than 80
of age
Non-pregnant women 110-119 80-109 lower than 80
(15 years of age and
above)
Pregnant women 100-109 70-99 lower than 70
Men (15 years of age 110-129 80-109 lower than 80
and above)
21
Analisis Kasus
23
Analisis Kasus
26
Analisis Kasus
28
Analisis Kasus
29
Analisis Kasus
• RSHS indexs eritrosit ( MCV61.8 Fl, MCH 22.6Pg,
MCHC 36.5 %) dikarenakan nilai Hb & Ht kesan
anemia Hipokrom Mikrositik sesuai MDT untuk
htalassemia ataupun anemia kekurangan besi.
• Salah satu klasifikasikan anemia morfologi eritrosit.
• Pada pasien ini dilakukan dua kali MDT gambaran eritrosit
kurang lebih tidak jauh berbeda hipokrom anisopoikilositosis
(taer drop cell, mikrosit), normoblast (+). Kesan anemia
hipokrom mikrositer gambaran ini sesuai dengan gambaran
morfologi eritrosit dari thalassemia.
30
Analisis Kasus
• Dari beberapa kali pemeriksaan leukosit dan trombosit tidak
mengalami peningkatan ataupun penurunan karena pada
thalassemia yang terganggu adalah eritrosit sehingga tidak
menyebabkan perubahan pada leukosit dan trombosit.
31
Analisis Kasus
Diagnosis kerja anemia et causa thalasemia yang di diagnosis
banding dengan anemia et causa defisiensi besi.
• Berdasarkan lab RSHS didapatkan hasil- hasil sebagai
berikut digunakan mempertimbangkan diagnosis
• Elektroforesa Hb HbF meningkat mutasi kromosom 11
tidak terbentuknya rantai globin β kelebihan rantai
globin α pada HbA (α2 β2).
• Kemampuan sel darah merah untuk mempertahankan
produksi dari rantai γ, yang mampu untuk berpasangan
dengan sebagian rantai α yang berlebihan menyebabkan
peningkatan Hb F.
32
Analisis Kasus
• Hb F afinitas oksigen
• Hipoksia bersama anemia yang terjadi menstimulasi
produksi eritropoetin ekspansi luas massa eritroid yang
inefektif ekspansi tulang & deformitas.
• Penyerapan besi & laju metabolisme menambah gejala
klinis & manifestasi laboratorium dari penyakit ini.
• Eritrosit abnormal diproses di limpa, yang bersama- sama
dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang
tidak diterapi splenomegali yang akhirnya akan
menimbulkan terjadinya hipersplenisme.
• Hb A2 penggunaan rantai δ oleh rantai α yang
seharusnya berpasangan dengan rantai β. Karena terbatasnya
rantai β maka rantai α akan berikatan dengan rantai δ yang
mengakibatkan jumlah Hb A2 meningkat. 33
Analisis Kasus
• Elektroforesa Hb yang abnormal talassemia.
• Talassemia kelompok heterogen anemia hemolitik
herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-
anaknya secara autosomal resesif sesuai dengan hukum
Mendel.
• Secara umum terdapat kecepatan sintesis satu / lebih rantai
polipeptida Hb.
34
Analisis Kasus
Klasifikasi
• Berdasarkan berat ringannya gejala klinis: thalassemia mayor,
thalassemia intermedia, htalassemia minor, dan thalassemia
minima.
• Secara molekuler talassemia dibedakan atas talassemia α dan
thalassemia β.
35
Analisis Kasus
Elektroforesis Hb metode elektroforesis selulo asetat pada pH
alkali (pH 8.2- 8.6)
• HbF (51.7%) & HbA2 (21.0%) sedangkan HbA (27.3%)
• Pada anemia akibat defisiensi besi nilai HbF, HbA dan HbA2
tidak mengalami penurunan maupun peningkatan.
• HbF (α2, γ2) adalah Hb fetus yang bertahan sampai bayi
berumur 20 minggu post partum kemudian kadarnya menurun
sampai dewasa dengan nilai normal 0,5 – 1 % dari Hb total.
HbA2 (α2,δ2) adalah Hb dewasa sekunder normal 1,5 – 3 %
dari Hb total, dan HbA (α2,β2) adalah Hb dewasa normal 96 –
98 %.
36
Analisis Kasus
Serum Iron
• Fe 222 ug/uL defisiensi besi Fe asupan besi &
feritin
Kadar feritin
• feritin 448.7 ng/Ml
• Talasemia feritin dapat normal ataupun meningkat.
• Sedangkan pada anemia defisiensi besi feritin
37
Analisis Kasus
• Pada kasus ini riwayat saudara penderita
thalassemia.Riwayat keluarga sangat perlu untuk membantu
menegakan diagnosis, karena thalassemia adalah salah satu
penyakit yang bersifat herediter dan penurunannya sesuai
dengan hukum MENDEL.
• Anemia defisiensi Fe bukanlah penyakit herediter,
• Pasien tidak mengalami perdarahan gusi, mimisan atau
perdarahan ditempat lain, hal ini dinyatakan untuk mengetahui
adanya perdarahan yang juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya anemia defisiensi Fe.
38
Analisis Kasus
• Status gizi malnutrisi sedang (curve child growth standart
WHO- NCHS).
• Vital Sign bradikardi (140 X/mnt), takipneu (42 X/mnt)
mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya suplai O2
kejaringan.
• Konjungtiva anemis dan wajah pucat ditemukan pada
pemeriksaan fisik. berkurangnya volume darah, Hb ,
vasokontriksi di perifer dengan transport O2 ke organ vital.
Berkurangnya volume darah untuk pengiriman oksigen.
• Eritropoesis yang tidak efektif umur eritrosit memendek.
• Pada thalassemia terjadi destruksi eritrosit lebih cepat dari
normal sehingga terjadi hepatosplenomegali hepar & limpa
bekerja keras merombak eritrosit.
39
Analisis Kasus
Rontgen thorax
• Pembesaran jantung.
• Thalassemia pembesaran jantung dapat penumpukan besi
di miosit disfungsi miokardial, dilatasi fungsi sistolik ,
fibrosis serta kardiomiopati
• kompensasi tubuh terhadap anemia jantung memiliki
volume ventrikel yang lebih besar, cardiac output yang lebih
besar & resistensi vascular yang lebih rendah dibandingkan
individu sehat.
• cardiac output mempertahankan aliran oksigen
peningkatan denyut jantung & pembesaran jantung.
40
Ringkasan
Diagnosis anemia gravis et causa thalassemia dengan compensated
heart disease.
Thalassemia /
Def besi
Anamnesa PX penunjang
Px fisik Cardiomegali ro thorax
keluhuhan pucat
peningkatan nadi & Hb, Ht, eritrosit &
disertai dengan
respirasi gambaran hipokrom
penderita tampak tidak
konjungtiva anemis anisopoikilositosis pada
aktif riwayat anggota
hepatosplenomegali MDT (ditemukan taer
keluarga talasemia
drop cell, mikrosit,
normoblas)
41
Ringkasan
42
43
• Definisi anemia:
Keadaan dimana darah tidak adekuat dalam mensuplai
O2 kejaringan untuk menjalankan fungsi metabolik
yang semestinya.
44
WHO. Worldwide Prevalence of Anaemia 1993-2005
45
• Anemia causa:
1. Perdarahan.
2. Destruksi eritrosit meningkat (hemolitik).
3. Defisiensi nutrisi (Fe, folate, vit B12).
4. Eritropoiesis menurun.
46
• MCV (volume eritrosit rata- rata
– Perkiraan rata- rata ukuran eritrosit
HCT (%) X 10fl
– MCV:
E (juta/ul)
47
• MCH
– Menentukan kadar Hb dalam eritrosit
– Rumus:
Hb (g/dl) X 10pg
MCH:
E (juta/ul)
– Referenge range:27-31 pg
– <n: hipokrom
48
• MCHC
– Menentukan konsentrasi Hb eritrosit rata- rata
– rumus:
Hb (g/dl) X100%
MCHC:
Hct (%)
49
RDW
51
Presipitasi
Gangguan
kelebihan rantai Eritrosit
keseimbangan
globin pada kaku/mudah
produksi rantai
membran eritrosit pecah
globin
sebelah dalam
Eritropoies Hemolisis
is inefektif
Anemia
52
KOMPOSISI HEMOGLOBIN
Molekul Hemoglobin
Komposisi Hb dewasa:
HbA (>98%) – 22
HbA2 (2,5-3,5%) - 22
HbF (<1%) - 22
- 2 rantai globin-
- 2 rantai globin-
- 4 molekul heme
53
GEN PENYANDI SINTESIS RANTAI GLOBIN DAN
2 2 1
Gen globin Kromosom 16
& sejenis
G A
Gen globin Kromosom 11
& sejenis
Hb Gower 1
(2 2)
Hemoglobins Hb Gower 2 HbF HbA2 HbA
(22) (22) (2 2) (2 2)
Hb Portland
(22)
4 (tidak stabil)
terurai
rantai globin- bebas (tidak larut)
presipitasi
Sumsum tulang sirkulasi
Prekursor sel darah merah Sel darah merah matang
• trauma fisik
• perubaha metabolisme
4 (Hb Bart)
4 (HbH)
58
Hemolisis di limpa & mikrosirkulasi
Klasifikasi Talassemia
Talassemia α
59
60
Talassemia β
• Thalassemia β heterozigot (Thalassemia minor, intermedia). gejala
klinis – atau ringan
• Thalassemia β homozigot (Thalassemia mayor/ Cooley’s anemia).
gejala klinis berat
61
• Thalassemia β mayor
- Jenis β0
- HbF (75 – 98%), HbA2 (2%)
- Usia 3 – 4 bln tdk bisa memproduksi HbA
• Thalassemia β intermedia
- Jenis β+
- HbF (20 – 40%), HbA2 (2 – 5%)
62
• Thalassemia minor
- Indeks eritrosit DBN/ sedikit rendah
- MDT anisopoikilositosis
- HbA2 >3,5%
• Thalassemia minima
- Penurunan sintesis globin β
- Klinis –
- Diket penurunan sintesis β & penurunan ratio α
terhadap β
63
Indikasi Hb Electrophoresis
• Anemia hemolitik
• SADT: morfologi eritrosit abnormal seperti sel
sickle cells atau target cells
• RPK: hemoglobinopathy +
64
Prinsip Hb elektroforesa
• Prinsip:
– Dalam suasana alkali, Hb bermuatan negatif
– Hb yang berbeda mempunyai kekuatan
negatif yang berbeda.
– Bila Hb diletakkan diantara anoda dan
katoda, Hb akan bergerak manjauhi anoda.
– Kecepatan pergerakan sesuai dgn kekuatan
negatif tiap-tiap Hb.
65
Prosedur Hb Elektroforesis
66
Prosedur Hb Elektroforesis
67
Interfering factor:
• Transfusi darah
• Hemolisis sampel darah
• Kesalahan pengambilan sampel
• pH dan ionic strength larutan dapar,
• Tegangan dan arus medan listrik
• Media penunjang yang digunakan (selulosa
asetat, tepung kentang dan agarosa).
68
Hemoglobin dan Hematokrit
•Rendah Thalassemia
-Hb < 6 g/dL : Thalassemia mayor
-Hb 6-10 g/dL: Thalassemia intermedia
-Hb 10-12 g/dL: Thalassemia minor/trait
• Normal/sdkt menurun pada bentuk
heterozigot (L ~ 15 g/dL; P ~ 13)
69
Hemoglobin dan Hematokrit
•Rendah Thalassemia
-Hb < 6 g/dL : Thalassemia mayor
-Hb 6-10 g/dL: Thalassemia intermedia
-Hb 10-12 g/dL: Thalassemia minor/trait
• Normal/sdkt menurun pada bentuk
heterozigot (L ~ 15 g/dL; P ~ 13)
70
Indeks Eritrosit (MCV, MCH)
•Rendah Thalassemia/trait
•Normal/sdkt menurun αThal2 trait,
HbE trait, HbCS trait
71
Morfologi Eritrosit
72
Iron overload
• Definisi:
- Feritin serum >1000 ng/ml, terberat > 2500
ng/ml.
- Terjadi asupan besi jangka panjang dari
transfusi (thalassemia mayor), penyerapan besi
di GI (thalassemia intermedia)
- Penumpukan besi transferin jenuh Non-
Transferrin Bound Plasma Iron besi bebas
terakumulasi di organ organ rusak
73
•Menentukan derajat anemia
Pemeriksaan •Diagnosis
Laboratorium
Thalassemia
•Pemantauan Terapi (transfusi)
•Pemantauan Komplikasi
74
75
76
77
78
79