Anda di halaman 1dari 28

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Gangguan Aktifitas Fisik

e.c Bronkiestasis

PATOLOGI KASUS
PATOLOGI KASUS

PENGKAJIAN FISIOTERAPI
MANAJEMEN FISIOTERAPI

INTERVENSI DAN EVALUASI


INTERVENSI DAN EVALUASI
PATOLOGI KASUS

DEFENISI

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari


pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan
kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus
(Soeparman & Sarwono, 1990).
PATOLOGI KASUS

ETIOLOGI

1. Infeksi pernafasan
2. Penyumbatan bronkus
3. Cederah pengirupan
4. Keadaan genetic
5. Kelainan imunologik
6. Keadaan lain
PATOLOGI KASUS

PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Suddarth (2002) patofisiologi dari


bronkiektasis dimulai dari infeksi merusak dinding bronkial,
menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan
menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat
menyumbat bronki.Dinding bronkial menjadi teregang
secara permanen akibat batuk hebat, infeksi melebar
sampai ke peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis
selular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah
abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas melalui
bronkus.
PATOLOGI KASUS

MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk
Batuk kronik dan pembentukan sputum purulent dalam jumlah
yang sangat banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran dan
berbaring.

2. Hemoptisis
Kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus
mengenai pembuluh dara (pecah) dan timbul perdarahan

3. Sesak Nafas
Timbul dan beratnya sesak napas tergantung ada seberapa
luasnya bronchitis kronik yang terjadi sebagai akibat infeksi
berulang (ISPA)

4. Demam
Infeksi berulang pada brinkus maupun pada paru, sehingga sering
timbul demam (demam berulang).
PATOLOGI KASUS

KOMPLIKASI
• Bronchitis kronik
• Pneumonia dengan atau tanpa atelectasis.
Bronkiektasis sering mengalami infeksi berulang, biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas.
• Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia
• Efusi pleura
• Abses metastasis di otak
• Hemoptysis.
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronkialis) atau anastomosis
pembuluh darah.
• Sinusitis
• Kegagalan pernafasan.
• Amyloidosis
MANAJEMEN FISIOTERAPI

ASSESMENT
A. Identitas Pasien
Anamnesis umum
Nama : Mr. K
Umur : 34 tahun
Alamat : perintis kemerdekaan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengajar

Vital Sign
Teakanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 25x / menit
Denyut nadi : 59x / menit
Suhu : 37°C
MANAJEMEN FISIOTERAPI

ASSESMENT
B. Ananmnesis Khusus
• Keluhan Utama : batuk pilek, peningkatan produksi sputum, dyspnea,
susah tidur, nafsu makan menurun.
• Warna sputum : hijau dan bau mulut busuk. Tidak ada hemoptysis
• Jumlah sputum : setengah gelas / kurang lebih 150 cc/hari
• Sifat keluhan : nyeri pada dada
• Lokasi keluhan : dada sebelah kanan bagian bawah
• Kapan terjadi : sekitar 2 minggu yang lalu
• Provokasi : pasien merasa nyeri pada dada ketika batuk disertai
dengan sesak nafas saat melakukan aktifitas berat.
• Riwayat perjalanan penyakit sekarang :
pasien selalumengalami batuk berdahak sudah selama 1-3 minggu, sesak
nafas, pada pagi hari produksi lender meningkta, tidak ada darah pada
batuknya dan demam yang berulang.
• Riwayat penyakit masa lalu :
Semasa kanak-kanak pernah mengalami batuk rejam dan influenza
• Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit bronkiektasis.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

INSPEKSI/OBSERVASI

1. Statis
Pasien mengalami barrel chest, muka kelihatan cemas, pasien
mengalami kyfosisi, adanya sianosis ujung-ujung jari. Pasien
cenderung mencondongkan badannya ke depan dan elevasi
shoulder girdle.

2. Dinamis
Pola pernafasan dada pasien adalah nafasnya pendek dan sulit
bernafas.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PALPASI

a. Otot
Pasien mengalami spasme pada otot bantu pernafasan, terutama
sternocledomastoideus, upper trapezius dan pectoralis mayor dan
minor.

b. Gerakan simetris dada


Palpasi dilakukan pada dinding dada dengan menggunakan kedua
tangan untuk memeriksa setiap sisi pengembangan thoraks selama
inspirasi dan ekspirasi.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PALPASI
c. Palpasi Mobilitas Thorax

• Expansi upper Thoraks


- Pasien tidur terlentang
- Kedua thumb diletakkan di mid sternal line (sternal notch) pasien
dan Jari-jari ekstensi di atas kedua clavicula
- Instruksikan pasien untuk full ekspirasi lalu deep inspirasi. Lalu
merasakan apakah simetris atau tidak.
-> Gerakan thorax ke arah anterior, superior.

• Expansi middle Thoraks


- Pasien tidur terlentang
- Kedua ujung thumb diletakkan di processus Xyophoideus dan jari-
jari di ekstensikan ke lateral costa pasien
- instruksikan pasien unuk full ekspirasi lalu deep inspirasi. Lalu kita
merasakan apakah simetris atau tidak
-> Gerakan Thorax kearah anterior, lateral dan superior
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PALPASI

• Expansi Lower Thoraks


- Pasien dalam posisi duduk
- Kemudian kedua ujung thumb diletakkan di proc. Spinosus
(sejajar lower costa) dan jari-jari diekstensikan sejajar costa
kemudian pasien ekspirasi full lalu deep inspirasi dalam . kemudian
kita merasakan apakah simetris atau tidak.

Hasil pemeriksaaan :
1. Ketidak simetrisan thoraks pada lower thorax antara kanan
dan kiri (Thorax bawah sebelah kanan)
2. Terjadi penurunan expansi pada lower thorax
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SPESIFIK

1. Pemeriksaan Expansi Torax


a. Upper Chest Exspansi (Axilla)
• Pasien berdiri rileks, lalu lingkarkan meteran pada dada pasien
tepat pada axilla pasien.
• Instruksikan pasien untuk menghembuskan nafas/mengosongkan
paru-paru , lalu sesuaikan meteran dengan ukuran pasien,
catatlah hasilnya setelah itu instruksikan pasien untuk menarik
nafas dan hitung perubahan ukuran yang terjadi.

b. Middle Chest Exspansi (Xyphoid)


• Pasien berdiri rileks lalu lingkarkan meteran pada dada pasien
tepat sejajar dengan proc. Xyphoid pasien.
• Instruksikan pasien untuk menghembuskan nafas/mengosongkan
paru-paru , lalu sesuaikan meteran dengan ukuran pasien.
Catatlah hasilnya setelah itu instruksikan pasien untuk menarik
nafas dan hitung perubahan ukuran yang terjadi.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SPESIFIK

c. Lower Chest Expansi (subcotal)


• Pasien berdiri rileks, lalu lingkarkan meteran pada dada pasien
tepat sejajar dengan subcotal pasien.
• Instruksikan pasien untuk menghembuskan/mengosongkan paru-
paru, lalu sesuaikan meteran dengan ukuran pasien. Catatlah
hasilnya setelah itu istruksikan pasien untuk menarik nafas dan
hitung perubahan ukuran yang terjadi.

Hasil :
Upper Chest Expansi : 2cm
Middle Chest Expansi : 2 cm
Lower Chest Expansi : 1,3 cm
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SPESIFIK

2. Fermitus
Fremitus merupakan getaran pada dinding dada pasien yang
dihasilkan oleh pita suara melalui system broncho pulmonal

Posisi terapis : Dibelakang pasien


Posisi pasien : Duduk
Prosedur :
Letakkan kedua telapak tangan terapis secara simetris pada
dinding dada bagian belakang pasien. Instruksikan pasien
untuk Tarik nafas dan tahan sebentar lalu mengucapkan huruf
“99”beberapa kali

-> Hasil pemeriksaan:


Fremitus melema
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SPESIFIK

3. Perkusi
• Tempatkan jari tengah lurus di
antara space intercostal dan
ujung jari tengah tangan yang
lain mengetuk pelan jari yang di
intercostal tersebut.
• Ketukan diulang beberapa kali
pada beberapa tempat dibagian
area kiri dan kanan pada
anterior dan posterior dinding
dada.

Hasil pemeriksaan:
Fremitus melemah khususnya
pada bagian lower thoracal
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SPESIFIK

4. Aukulturasi
Auskultasi merupakan suatu teknik pemeriksaan dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara khusus nafas.
Bunyi nafas normal dan abnormal terjadi akibat gerakan udara di
airway seama inspirasi dan ekspirasi.

Prosedur :
Posisi pasien duduk comfortable dan rileks, stetoskop
diletakkan sejajar dengan T-2, T-6, T-10 dinding dada kiri dan kanan
bagian anterior dan posterior thoraks lalu anjurkan pasien deep
inspirasi dan ekspirasi dengan perlahan.

-> Hasil pemeriksaan :


Terdengar bunyi pernafasan abnormal pada paru kanan, lower lobus
yaitu bunyi Ronki basah
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium (Pemeriksaan Sputum)


Sputum biasanya berlapis 3, lapisan atas terdiri dari busa, lapisan
tengah adalah sereus dan lapisan bawah terdiri dari pus atau sel-sel
rusak. Sputum berwana hijau dan berbau busuk menunjukkan infeksi
oleh kuman anaerob.

2. Pemeriksaan Radiologi
Didapatkan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas
corakan menjadi kabur, daerah yang terkena corakan tampak
mengelompok,
MANAJEMEN FISIOTERAPI

PROBLEMATIK FISIOTERAPI

a. Anatomical Impairment
Spasme otot pernafasan
Sesak nafas
Penurunan Expansi Thorax

b. Activity Limitation
Kesulitan tidur terlentang akibat sesak dan sputum
Kesulitan melakukan aktivitas berat

c. Participation Retriction
Hambatan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
MANAJEMEN FISIOTERAPI

TUJUAN FISIOTERAPI

a. Tujuan Jangka Pendek


1. Mengurangi Spasme otot pernafasan
2. Mengurangi Sesak nafas
3. Meningkatkan Kemampuan Expansi Thorax

b. Tujuan Jangka Panjang


1. Meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas
berat
2. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar
INTERVENSI FISIOTERAPI

PERENCANAAN FISIOTERAPI

1. Melepaskan sekresi dan membersihkan jalan


nafas.
2. Memelihara mobilitas thoraks dan perbaikan
postur.
3. Mengajarkan tehnik batuk yang benar.
4. Memberi rasa percaya diri
5. Mencegah atau mengontrol infeksi berulang
6. Mengajarkan gaya hidup yang baik ( home
program )
INTERVENSI FISIOTERAPI

INTERVENSI FISIOTERAPI

1. Postural Drainage
a. Tujuan PD:
• Untuk mengeluarkan secret yang tertampung
• Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis.
• Mencegah dan mengeluarkan secret

b. Persiapan pasien untuk PD:


• Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang
• Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi
lengkap
INTERVENSI FISIOTERAPI

INTERVENSI FISIOTERAPI

 Clapping
Clapping adalah tepukan pada dinding dada atau punggung dengan
tangan seperti mangkok. Tujuannya yaitu melepaskan sekret yang
tertahan atau melekat pada bronchus. Clapping secara rutin
dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase.

Prosedur
• Instruksikan pasien untuk rileks
• Clapping pada segmen lateral kanan paru selama 1-2 menit
dengan kedua tangan membentuk mangkok
INTERVENSI FISIOTERAPI

INTERVENSI FISIOTERAPI
 Vibrating
Vibrating secara umum dilakukan dengan claping selama postural
drainase terapis biasanya secara umum mengkombinasikan
clapping dan vibrating untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi
dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien
diinstruksikan bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilakukan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi.

Prosedur
• Terapis meletakkan kedua telapak tangan secara tumpang tindih diatas
area paru kanan yang akan dilakukan vibrating yaitu segmen lateral
costa
• Anjurkan pasien bernfas dalam dengan Purse lips breathing
• Lakukan vibrating atau getaran pada tumpuan telapak tangan saat
pasien 1/3 akhir ekspirasi
• Instruksikan pasien untuk batuk
• Pengulangan sebanyak 3 kali
INTERVENSI FISIOTERAPI

INTERVENSI FISIOTERAPI

2. Breathing Exercise
Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki ventilasi udara, melatih
pernafasan diafragma, memelihara elastisitas jaringan paru-paru
dan menjaga expansi thorax.

Prosedurnya yaitu sebagai beikut :


• Bernafas dengan perut.
• Dada dan bahu harus rileks.
• Saat inspirasi, kembungkan perut.
• Saat ekspirasi, kempiskan perut.
• Terapis mengontrol dengan memegang perut dan dada pasien.
Yang harus bergerak hanya perut, dada harus diam.
INTERVENSI FISIOTERAPI

INTERVENSI FISIOTERAPI

3. Batuk Efektif
Posisi pasien pada batuk efektif yang benar adalah posisi pasien
duduk dengan badan agak condong ke depan agar memudahkan
kontraksi otot dinding perut dan dada sehingga menghasilkan
tekanan abdominal yang benar.

Teknik pelaksanaan batuk efektif yaitu pasien tarik nafas lewat hidung
pelan dan dalam, kemudian menahan nafas beberapa saat (2-3 detik)
selanjutnya pasien disuruh mengontraksikan otot perut sambil
mengeluarkan nafas dengan dibatukkan. Batuk dilakukan sebanyak 2
kali dengan mulut terbuka dan dilakukan setelah respirasi sebanyak 2-
3 kali, batuk yang pertama akan melepaskan sputum dari tempat
perlengketannya dan batuk yang kedua akan membantu mengeluarkan
sputum dari saluran pernafasan.
INTERVENSI FISIOTERAPI

EVALUASI

1. Sesak nafas sedikit berkurang


2. Sputum sudah dapat dikeluarkan
3. Spasme otot pernafasan sudah agak
berkurang dan pasien merasa nyaman
dari keadaan sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai