FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kelompok 9
Tutor : dr. Jimmy
Ketua :Vicky Septian Ariska 405110244
Sekretaris :Margaret Melvi 405120212
Penulis :Kelby Lesmana 405120138
Anggota :
Fransiska Wibawa 405120007
Liliani Labitta 405120026
Vidia Amanda 405120037
Kartika Rahmawati 405120099
Andreas Hans 405120106
Olga Adhitya 405120112
Yurike Indah Pratiwi 405120174
Elisia Fitri Tjuatja 405120194
Vanessa Angela Mercy 405120225
Unfamiliar Terms
• Diuretik : bersifat meningkatkan ekskresi urin
dengan mengurangi reabsorbsi di tubulus ginjal.
Peningkatan ekskresi urin diikuti dengan
peningkatan ekskresi Na karena Na mengikat air
sehingga memberikan efek menurunkan tekanan
darah.
• Kesemutan (Paresteria): saat bagian tubuh
mengalami kurang oksigen (hipoksia) dikarenakan
penurunan aliran darah di bagian tersebut
terutama memengaruhi sel-sel neuron.
Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan orang tua sulit tidur?
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat
kepada pasien?
3. Apakah ada hubungan antara gejala sesak napas,
jantung berdebar-debar, dan cemas dengan penyakit
kronis yang diderita?
4. Mengapa pasien sering merasa sedih, menangis,
curiga dengan cucunya, dan tidak mau menerima
tamu? a[pakah ada hubungannya dengan suaminya
yang meninggal?
5. Bagaimana penilaian indeks Barthel pada pasien?
Curah Pendapat
1. Perubahan jam biologis, fase non REM 3&4
berkurang (bahkan hilang), faktor risiko
(penyakit jantung, diabetes melitus, dementia,
depresi, artritis, dll)
2. Interaksi obat, riwayat alergi, psikis, waktu
pemberian, efek samping, dosis obat.
3. DMarterosklerosis (menyebabkan aliran darah
↓ kesemutan)hipertensisakit jantung
(jantung berdebar)sesak napascemas
4. Kesepian (suami meninggal),
pensiundepresi, dementia, stress, cemas.
5. Secara umum kualitas hidup pasien menurun,
namun tidak dapat dinilai ADL-nya karena
data kurang lengkap.
REVIEW
Wanita 70 th, Multipatologi
Faktor
risiko
Fisik Psikis
dementia
Obat-obatan
Proses (polifarmasi)
Gangguan
degeneratif
tidur
Rehabilitasi
medik depresi
suportif
ADL Perawatan
pada lansia rehabilitatif
Learning Objective
1. Mampu menjelaskan gangguan mental pada
lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
2. Mampu menjelaskan gangguan pola tidur pada
lansia dan faktor-fakto yang memengaruhinya.
3. Mampu menjelaskan penggunaan obat-obatan
pada lansia.
4. Mampu menjelaskan penilaian ADL.
5. Mampu menjelaskan perawatan pada lansia.
LO 1
Tingkat Kesadaran
Compos Apatis Delirium Somnolen Stupor Coma
Mentis
1. Depresi Reaktif
2. Depresi Endogenus
3. Depresi Neurotik
4. Depresi Psikotik (Manik)
PSIKOSOSIAL
BIOLOGI/FISIK LINGKUNGAN
DEPRESI
Menurut ICD-10, gejala depresi terdiri dari :
• Gejala utama :
Perasaan depresif
Hilangnya minat dan semangat
Mudah lelah dan tenaga hilang
• Gejala lain :
Konsentrasi menurun
Harga diri menurun
Perasaan bersalah
Pesimis terhadap masa depan
Gagasan membahayakan diri (self harm) / bunuh diri
Gangguan tidur
Gangguan nafsu makan
Menurunnya libido
Penggolongan depresi menurut ICD-10
Tingkat depresi Gejala Utama Gejala lain Fungsi Keterangan
Ringan 2 2 Baik
Sedang 2 3–4 Terganggu Nampak
distress
Berat 3 ≥4 Sangat terganggu Sangat distress
Diagnosis
• Menurut DSM-IV kriteria depresi berat mencakup 5
atau lebih gejala berikut, dan telah berlangsung 2
minggu atau lebih, yakni :
– Perasaan depresi
– Hilangnya minat/rasa senang, hampir stiap hari
– BB menurun/bertambah scr bermakna
– Insomia/hipersomnia hampir stiap hari
– Agitasi/retardasi psikomotor hampir stiap hari
– Kelelahan hampir stiap hari
– Rasa bersalah/tdk berharga hampir stiap hari
– Sulit konsentrasi
– Ingin bunuh diri
• BIOLOGI/FISIK
– Perubahan pada SSP seperti meningkatnya
aktivitas monoamin oksidase dan berkurangnya
konsentrasi neurotransmitter (terutama
neurotransmitter katekolaminergik)
– Kondisi multipatologi dengan berbagai penyakit
kronik dan polfarmasi
– Berkurang kemauan dan kemampuan merawat
diri (hilangnya kemandirian)
• BIOLOGI/FISIK (lanjutan)
– Berkurangnya kemampuan sensoris (penglihatan
dan pendengaran)
– Berkurangnya daya ingat dan fungsi intelektual
• PSIKOSOSIAL
– Kehilangan orang yang dikasihi/dicinta
– Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan dukungan
sosial sejalan bertambahnya usia
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Polifarmasi dan multipatologi
• Obat-obatan
Beberapa golongn obat yg dpt menimbulkan depresi
analgetika Kodein, morfin
OAINS Ibuprofen, naproksen, indometasin
Antihipertensi Klonidin, propanolol, kaptopril
Antipsikotik Haloperidol, klorpromazin
Ansiolitika Diazepam
Antikanker Vinkristin
sedativa Fenobarbital, triazolam,
pentobarbital
lain2 Simetidin, ranitidin, deksametason
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Kondisi medis umum
– Hipotiroidisme
– Tumor otak (terutama lobus frontalis)
– CVD hemisfer kanan, alzheimer, parkinson,
demensia vaskular.
– SLE
(Sistemik Lupus Eritromatosa, penyakit auto imun)
– Defisiensi vit B12, defisiensi folat
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Kehilangan (pasangan hidup, perpisahan
dengan teman dekat atau anggota keluarga,
taraf kesehatan yang menurun, kehilangan
rasa aman, kekuasan/jabatan dan kebebasan)
• Kemiskinan sosial dan lingkungan
Teori tentang etiologi depresi
• Erik erikson
• Krisis integrity vs despair
• Ada individu yang sukses : beradaptasi dengaan baik, menerima
segala perubahan yang terjadi dengan tulus dan memandang
kehidupan dengan baik dan bijaksanatidak rentan terhadap
depresi
• Ada individu yang tidak berhasil : memiliki perasaan bahwa hidup
terlalu pendek,perasaan tidak memiliki, pemberontakan, rasa
marah, putus asa, kegetiran bahwa ia tidak mau hidup lagi jika
diberi kesempatan rentan terhadap depresi
• Heinz kohut
• Rasa harga diri dan kepercayaan diri yg kurang,hilangnya kecintaan
pd diri sendiri akibat penuaan,kepuasan diri yg kurang,dukungan
sosial yang tdk terpenuhi menyebabkan ketidakmampuan lansia
untk memelihara dan mempertahankan rasa harga diri
Kesulitan deteksi
• Penyakit fisik yg diderita pasien sering
mengacaukan gambaran depresi. Mis: mudah
lelah, penurunan BB
• Lansia sering menutupi rasa sedihnya
• Kecemasan, histeria dan hipokondria yang
sering merupakan gejala depresi justru sering
menutupi depresinya
• masalah sosial membuat depresi lebih rumit
Kesulitan deteksi
• 40 % depresi pada lansia tidak terdeteksi
karena:
– Dokter, pasien, dan keluarga mengira gejala
depresi adalah hal yang normal
– Gambaran depresi pada lansia berbeda dari yang
muda dalam penggunaan kriteria ICD-10 maupun
DSM-IV
– Polifarmasi dan adanya komorbiditas
Komorbiditas
• Komorbiditas:
– Ada dua atau lebih penyakit pada seorang pasien
pada waktu yang sama
– Pada lansia: multipatologi dan tidak jarang
dijumpai kelainan fisik bersamaan dengan
gangguan psikis seperti depresi
– Depresi pada lansia sering tumpang tindih dengan
komorbiditas penyakit medis lain, dimana depresi
geriatri sering lebih menonjolkan gejala
somatiknya daripada gejala depresi sendiri
Komorbiditas
• Penyakit yang sering terjadi bersamaan dengan
depresi adalah:
– Diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung,
penurunan fungsi hepar dan ginjal, penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, strok, artritis.
– CVD merupakan predisposisi sindrom depresi
– Infeksi virus, endokrinopati (cth. kelainan tiroid dan
paratiroid), keganasan (cth. Limfoma dan karsinoma
pankreras) dapat menimbulkan komplikasi depresi.
– Penderita hepatitis C lebih dari 5 tahun (22,4% alami
depresi)
Pencegahan Demensia
Secara teratur memeriksa tekanan darah &
mengupayakan agar tekanan darah yg tinggi & risiko
vaskuler lain dikendalikan dgn baik
Pencegahan & perlindungan terjadinya cedera kepala
terutama yg berat
Tetap melakukan kegiatan yg merangsang intelek &
mengupayakan aktivitas sosial & aktivitas utk menghibur
diri
Mencegah paparan medan elektromagnetik dgn jalan
menggunakan mesin elektromagnet yg berpelindung
Mengupayakan diet yg cukup vitamin E, apabila diet tdk
mencukupi, dianjurkan suplemen tp tdk lbh dr 400 U/hari
Pencegahan Demensia
Mengupayakan makanan yg sehat, jgn terlalu byk lemak
Mengupayakan asupan vit B12 & asam folat yg cukup &
berikan suplemen jika diet tdk mencukupi/kadar
homosistein tinggi
Pd yg mengkonsumsi alkohol, dianjurkan terus minum
dlm takaran rendah – sedang, tetapi jika bukan peminum
lbh baik tdk memulai minum alkohol
Tdk merokok
Tetap aktif secara fisik & mengupayakan tidur yg cukup
Penatalaksanaan Depresi pd Lansia
• Insomnia
Non • Gangguan tidur yang • Gangguan tidur yang
Organik
Organik berkolerasi dengan berkaitan dengan
gangguan mental lain nafas
• Gangguan tidur yang • Hipersomnia
Parasomni disebabkan oleh
Disomnia • Gangguan irama
a kondisi medis umum sirkadian tidur
• Gangguan tidur yang di • Parasomnia
induksi oleh bahan- • Gangguan tidur yang
bahan/ keadaan berkaitan dengan
tertentu gerakan
• Gangguan tidur primer • Gejala-gejala terisolasi
• Gangguan tidur lainya
Penyebab Gangguan Tidur
pada Lansia
• Perubahan irama Sirkadian
• gangguan tidur primer
• Gangguan psikis (kesepian, ansietas, depresi)
• Demensia
• Penyakit fisik (degeneratif, artritis)
• Polifarmasi, alkohol, kaffein
• Kebiasaan higiene tidur yg tidak baik
Irama Sirkadian
• Pola siklus tidur dan bangun bangun saat terang & tidur
saat gelap
• Stimulus cahaya terang hipotalamus (nucleus supra
chiasmatic / NSC) neurotransmitter hormon pengatur
temperatur badan (kortisol dan GH) bangun
• Stimulus gelap hipotalamus (NSC) neurotransmitter
melatonin ngantuk / tidur
• Pada usia lanjut, kurang sensitif terhadap perubahan gelap
dan terang.
• Sekresi melantonin pada malam hari berkurang dengan
mningkatnya umur.
Diagnostik Insomnia secara Internasional
1. International Code of Diagnostic (ICD) 10
a. Organik
b. Anorganik
• Dyssomnia gangguan pada lama, kualitas dan waktu
tidur
• Parasomnia episode abnormal yg muncul selama tidur
Gangguan Dementia Kebingungan, paranoia, Mengubah rutinitas dg olahraga di siang hari &
fisik agitasi, berkeluyuran mengatur jadwal tidur
Masalah sensorik Kebingungan, paranoia, Mengkonsumsi melatonin utk yg kehilangan
agitasi, berkeluyuran pengelihatan (perbaikan masalah sensorik)
Osteoartritis Sakit punggung bawah Olahraga di siang hari, gunakan bantal di bawah
atau pinggul pinggul/lutut ketika tidur
Gastroesophagea Sakit dada & panas Hindari makanan 4 – 6 jam sblm tidur, kepala
l reflux disease dalam perut sedikit terangkat ketika tidur, minum antasida
Hiperplasia Keinginan untuk BAK, Mengosongkan kandung kemih & hindari minum 2
prostat benigna mengompol – 4 jam sblm tidur, gunakan pampers, atau
& kontinensia konsumsi obat alpha-blocker atau antispasmodic
urin
Gagal jantung Batuk, sesak napas, Gunakan lebih dari 1 bantal di kepala atau di
berdebar-debar, sakit badan bagian atas, atau konsumsi obat gagal
dada jantung
Gangguan & situasi yg mengganggu tidur
Tipe Contoh Gejala berhub dg tidur Pengobatan
Gangguan Kecemasan Agitasi & kekhawatiran Konseling atau konsumsi obat antianxiety
kesehatan di malam hari
mental
Depresi & Ngantuk berlebihan, Konseling atau konsumsi antidepresan
kehilangan insomnia, bgun tll pagi
Gangguan stres Panik & mimpi buruk di Konseling atau dengan alat bantu tidur
pascatrauma malam hari
Kondisi Isolasi Tidur siang sering, Stimulasi dg menghabiskan waktu lebih byk
sosial ketakutan utk tertidur, bersama teman dan mendapat supervisi di sore
tdk bs mempersiapkan hari
diri untuk tidur
nyenyak
Perubahan Insomnia, kekhawatiran Menggunakan mesin “white noise”, lampu tidur yg
lingkungan, spt di malam hari tidak terlalu terang, selimut, mengurangi tidur
pindah ke siang berlebihan
fasilitas assisted-
living
• Pada orang muda 25% REM dan 75% nREM dengan
stadium 1-3 membutuhkan waktu 45 menit dan
stadium 4 selama 70-120 menit, berulang 6 kali
sebelum terbangun.
• Sedangkan lansia memiliki tahap delta sleep yg lebih
pendek, sedangkan stadium 1 dan 2 yg lebih lama
• Lansia sering terbangun di tengah malah karena ada
perubahan fisis dari usia dan penyakit yg dideritanya
sehingga terjadi penurunan kualitas tidur
Klasifikasi Gangguan Tidur Primer
pada Lansia
• Gangguan pernafasan (sleep breathing
disorder)
• Sindrom kaki kurang tenang (restless legs
syndrome) dan gangguan gerakan tungkai
periodik (periodic limb movement disorder)
• Gangguan perilaku REM (REM behaviour
disorder)
Gangguan Tidur Karena Gangguan
Pernapasan (GTGP)
Faktor resiko:
• Obesitas
• Depresi SSP
• Ras (lebih banyak pada kulit hitam)
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Strok
• Hipotiroid
• Akromegali
• Keturunan
• Penyakit paru obstruktif
• Penyakit degeneratif saraf
Gangguan tidur karena gangguan
pernapasan (sleep disordered breathing)
• Ditandai mengorok wkt tidur & mengantuk hebat saat siang
hari
• Dibagi menjadi 3, yaitu :
– Sindrom tahanan saluran napas atas (Upper airway resisstance
syndrome = UARS)
– Sindrom hipoventilasi karena obesitas (Obesity hypoventilation
syndrome = OHS)
– Henti napas karena obstruksi (Obstructive sleep apnea = OSA)
• 3 tipe gangguan :
– Henti napas karena obstruksi (OSA)
– Henti napas karena proses sentral (Central sleep apnea = CSA)
– Tipe campuran keduanya
Patofisiologi
• Merupakan interaksi kompleks dari Sistem saraf
pusat & perifer, otot-otot saluran napas atas &
beberapa neurotransmitter yg menghasilkan kolaps
sebagian atau seluruh lubang pernapasan atas
(faring), sehingga mengakibatkan obstruksi jalan
napas & hipoksia.
Gambaran klinis
• Saat tidur mengorok sgt keras, tersedak & batuk-
batuk, henti napas beberapa detik & gerakan” spt
org kehabisan napas.
• Yang dirasakan oleh pasien adalah sering terbangun
tanpa sebab, nokturia, & merasa tdk tidur
semalaman. Pada pagi hari sering muncul keluhan
nyeri kepala, kepala terasa ringan, & mengantuk
terus.
Pengelolaan GTGP
• Terapi konservatif
– Untuk OSA :
• Posisi tidur miring
• Terapi hidung tersumbat
• Hentikan pemakaian alkohol & obat” sedatif
• Penurunan berat badan
– Untuk CSA :
• Ditujukan utk menyembuhkan penyakit yg mendasarinya
• Pemberian oksigen dpt membantu meringankan gejala apnea
• Kadan-kadang diperlukan bantuan ventilator tekanan positif bila
terdapat tanda-tanda hipoksia
• Terapi dengan continuous possitive airway pressure
(CPAP)
– Suatu alatbantu napas berupa masker yg dihubungkan dgn
alat elektronik pompa udara
– Cukup efektif untuk mengatasi CSA idiopatik
• Terapi dgn alat-alat mulut (oral aplliance=OA)
– Direkomendasikan untuk pasien OSA ringan & sedang yg
tdk dpt mentoleransi penggunaan CPAP
– Biasa dipasang pada gigi saat tidur
– Penggunaan hanya efektif utk beberapa pasien GTGP dgn
kelainan anatomi faring
• Terapi pembedahan
– Indikasi: pasien dgn OSA berat simptomatik atau bila terapi
konservatif,CPAP,OA tdk berhasil.
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• RLS ditandai rasa tidak enak yang berlebihan
terutama pada kaki selama malam saat pasien
istirahatbentuk dari akathisiaperasaan
seperti dirayapi semut atau hewan kecil
pasien menggerakan kakinya, atau bangun
lagi untuk berjalan berkeliling untuk
menghilangkan rasa tidak enak usia lanjut
sulit tidur atau terbangun berkali-kali
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• PLMS mungkin menyertai RLS atau berdiri sendiri
• Ditandai munculnya episode gerakan yang sama dan
berulang, biasanya pada kaki
• Biasanya dilaporkan adanya episode gerakan menendang
yang muncul selama 20-40 detik saat tidur dan muncul
berulang-ulang
• Sebagian besar tidak membangunkan pasien meskipun
melakukan 100 kali tendangan semalam, hanya
tendangam\n dan frekuensi dan intensitas sangat tinggi
dapat membangunkan pasien
• Pasien sering mengeluhkan rasa lelah berlebih saat bangun
dan tidur tidak nyenyak, sehingga mengantuk sepanjang
hari
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• Patofisiologi RLS dan PLMS belum jelas, hipotesis
terbaru menyatakan kelainan didasari pada
disfungsi sistem dopamin dan opiat di SSP karena
melihat efek terapi agonis dopamin dan opiat
yang efektif mengatasi kedua gangguan ini
• Faktor resiko:
– Usia lanjut
– Gagal ginjal
– Defisiensi besi
Gangguan Perilaku REM (GPR)
• Sangat jarang, tetapi sering muncul pada usia
lanjut
• Proses yang mendasari adalah adanya disinhibisi
transmisi aktivitas motorik saat bermimpi
• Sering muncul tengah malam saat periode REM
terjadi
• Bentuk gangguan bervariasi: mengigau, bicara
sambil tidur, berjalan dan bahkan makan sambil
tidur, pasien sering jatuh atau melompat dari
tempat tidur sehingga terjadi perlukaan
Gangguan Perilaku REM (GPR)
• Patofisiologinya belum diketahui
• Beberapa laporan menunjukkan adanya
hubungan GPR akut dengan pemakaian obat-
obatan amtidepresi. Sedangkan GPR kronik
dengan narkolepsi dan penyakit
neurodegeneratif idiopatik seperti demensia
dan parkinson
Penatalaksanaan ggn tidur lansia
• Farmakologik :
– Obat transuiliser minor spt golongan
benzodiazepin utk ps insomnia akut
Non-farmakologik
Penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia:
1. Edukasi tidur
a. Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik ke tempat tidur
b. Hindari penggunaan kamar tidur unt bekerja/membaca
c. Bangun tidur pagi hari pd jam yg sama
d. Hindari minum kopi dan merokok
e. Olah raga ringan setiap hari sth bangun tidur
f. Kurangi tidur siang,lakukan kegiatan/hobi yg menyenangkan
g. Kurangi jumlah minum sth makan malam,hindari minum alkohol
h. Hindari gerakan badan berlebihan saat ditemp tidur
i. Pelajari tehnik relaksasi/meditasi
j. Berdoa sebelum tidur
Menanggulangi
• Evaluasi
Sejarah keluarga, kondisi cahaya, sensitivitas
terhadap suara
Gejala nokturnal seperti mimpi buruk
Mencari tau adanya kemungkinan depresi
Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan kafein
Berhati-hati menggunakan obat sedatif-hipnotis
pada pasien lansia yang mengalami insomnia
• Sleep hygiene :
Kurangi cairan pada malam hari
Biasakan melakukan kegiatan relaksasi sebelum
pasien tidur
Menghindari kegiatan berlebihan (termasuk
olahraga) terlalu malam
Tinggalkan tempat tidur bila tidak dapat tidur
selama 20-30 menit
Makan sejumlah kecil makanan yang mengandung
trytophan tinggi seperti susu
2. Merubah gaya hidup(life style):
a. Menurunkan berat badan dg memperbaiki pola makan
b. Menghindari perjalanan jauh/bekerja s/ malam hari,agar tidak
jet lag
c. Menghindari membaca/menonton/mendengar cerita yg
menyedihkan/menakutkan
d. Menjaga suasana lingkungan rumah bersih dan
menyenangkan
e. Menjaga hub antar anggota keluarga, suasana aman dan
penuh kasih antar sesama keluarga
3. Lakukan aktifitas fisik, jangan duduk diam sepanjang hari
4. Psikoterapi pada penderita gangguan tidur karena ansietas
dan depresi
LO 3
Farmakokinetik Farmakodinamik
- Absorbsi -kepekaan sel
- Distribusi - respon
- homestatis
- Metabolisme
- Ekskresi
Farmakokinetik
Absorbsi
•Motilitas GI menurun Distribusi
•PH lambung meningkat Dipengaruhi oleh :
•Interaksi obat dgn makanan •Berat dan komposisi tubuh
dpt berpengaruh pada fase •Albumin darah
ini
Ekskresi Metabolisme
•Menurunnya aliran darah Pada hati : umur, gaya
keginjal hidup, curah jantung,
•Berkurangnya massa ginjal penyakit, interaksi
•Penurunan fungsi ginjal antarobat
FARMAKODINAMIK
• Farmakodinamik pengaruh obat terhadap
tubuh
• Obat menimbulkan rentetan reaksi biokimiawi
dalam sel mulai dari reseptor sampai dengan
afektor
• Di dalam sel terjadi proses biokimiwai yang
menghasilkan respon seluler
• Respon seluler pada lansia secara
keseluruhan menurun
ESO (EFEK SAMPING OBAT)
Terdiri dari :
Belanja
Masak
Mencuci
105
Telepon
Manajemen keuangan