Anda di halaman 1dari 132

Pemicu 5

Blok Siklus Hidup

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kelompok 9
Tutor : dr. Jimmy
Ketua :Vicky Septian Ariska 405110244
Sekretaris :Margaret Melvi 405120212
Penulis :Kelby Lesmana 405120138
Anggota :
Fransiska Wibawa 405120007
Liliani Labitta 405120026
Vidia Amanda 405120037
Kartika Rahmawati 405120099
Andreas Hans 405120106
Olga Adhitya 405120112
Yurike Indah Pratiwi 405120174
Elisia Fitri Tjuatja 405120194
Vanessa Angela Mercy 405120225
Unfamiliar Terms
• Diuretik : bersifat meningkatkan ekskresi urin
dengan mengurangi reabsorbsi di tubulus ginjal.
Peningkatan ekskresi urin diikuti dengan
peningkatan ekskresi Na karena Na mengikat air
sehingga memberikan efek menurunkan tekanan
darah.
• Kesemutan (Paresteria): saat bagian tubuh
mengalami kurang oksigen (hipoksia) dikarenakan
penurunan aliran darah di bagian tersebut
terutama memengaruhi sel-sel neuron.
Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan orang tua sulit tidur?
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat
kepada pasien?
3. Apakah ada hubungan antara gejala sesak napas,
jantung berdebar-debar, dan cemas dengan penyakit
kronis yang diderita?
4. Mengapa pasien sering merasa sedih, menangis,
curiga dengan cucunya, dan tidak mau menerima
tamu? a[pakah ada hubungannya dengan suaminya
yang meninggal?
5. Bagaimana penilaian indeks Barthel pada pasien?
Curah Pendapat
1. Perubahan jam biologis, fase non REM 3&4
berkurang (bahkan hilang), faktor risiko
(penyakit jantung, diabetes melitus, dementia,
depresi, artritis, dll)
2. Interaksi obat, riwayat alergi, psikis, waktu
pemberian, efek samping, dosis obat.
3. DMarterosklerosis (menyebabkan aliran darah
↓ kesemutan)hipertensisakit jantung
(jantung berdebar)sesak napascemas
4. Kesepian (suami meninggal),
pensiundepresi, dementia, stress, cemas.
5. Secara umum kualitas hidup pasien menurun,
namun tidak dapat dinilai ADL-nya karena
data kurang lengkap.
REVIEW
Wanita 70 th, Multipatologi
Faktor
risiko

Fisik Psikis

dementia
Obat-obatan
Proses (polifarmasi)
Gangguan
degeneratif
tidur

Rehabilitasi
medik depresi

Penurunan kualitas hidup

suportif
ADL Perawatan
pada lansia rehabilitatif
Learning Objective
1. Mampu menjelaskan gangguan mental pada
lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
2. Mampu menjelaskan gangguan pola tidur pada
lansia dan faktor-fakto yang memengaruhinya.
3. Mampu menjelaskan penggunaan obat-obatan
pada lansia.
4. Mampu menjelaskan penilaian ADL.
5. Mampu menjelaskan perawatan pada lansia.
LO 1

Mampu menjelaskan gangguan


mental pada lansia dan faktor-faktor
yang memengaruhinya
Pengaruh Psikososial Lansia
Tahap : laters year (65 tahun – meninggal)
SP : pada individu yang mengembangkan perasaan
berguna
Tasks : flashback kehidupan, menemukan kepuasan,
merencanakan tujuan hidup baru setelah pensiun,
membagi pengetahuan dengan orang lain
Sakit : merasa tidak berguna, takut akan ancaman
kematian, putus asa
Pengaruh Psikososial Lansia
Tiga masalah pokok psikologis lansia :
1. Perubahan hidup dan kemunduran fisik

2. Kesepian yang disebabkan oleh putusnya hubungan


dengan orang- orang yang paling dekat dan disayangi

3. Post Power Syndrom mengalami pensiun, kehilangan


kekuatan, penghasilan & kebanggaan
Tipe Kepribadian Lansia
• Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
• Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
• Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
• Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
• Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan

Tingkat Kesadaran
Compos Apatis Delirium Somnolen Stupor Coma
Mentis

Kesadaran penuh Gelisah, Tertidur lelap


(normal) memberontak respon thd nyeri
Berteriak-teriak

Psikomotor lambat Respon (-)


Segan berhub. Mudah tertidur Tak dapat
dengan sekitarnya Menjawab dgn verbal dibangunkan
• Gangguan Mental pada lansia:
– Depresi
– Demensia
DEPRESI
• Paling sering pada pasien berusia di atas 60 th
• Penyakit paling umum dengan tampilan gejala
yang tidak khas pada populasi geriatri
JENIS DEPRESI

1. Depresi Reaktif
2. Depresi Endogenus
3. Depresi Neurotik
4. Depresi Psikotik (Manik)
PSIKOSOSIAL

BIOLOGI/FISIK LINGKUNGAN

DEPRESI
Menurut ICD-10, gejala depresi terdiri dari :
• Gejala utama :
 Perasaan depresif
 Hilangnya minat dan semangat
 Mudah lelah dan tenaga hilang
• Gejala lain :
 Konsentrasi menurun
 Harga diri menurun
 Perasaan bersalah
 Pesimis terhadap masa depan
 Gagasan membahayakan diri (self harm) / bunuh diri
 Gangguan tidur
 Gangguan nafsu makan
 Menurunnya libido
Penggolongan depresi menurut ICD-10
Tingkat depresi Gejala Utama Gejala lain Fungsi Keterangan
Ringan 2 2 Baik
Sedang 2 3–4 Terganggu Nampak
distress
Berat 3 ≥4 Sangat terganggu Sangat distress
Diagnosis
• Menurut DSM-IV kriteria depresi berat mencakup 5
atau lebih gejala berikut, dan telah berlangsung 2
minggu atau lebih, yakni :
– Perasaan depresi
– Hilangnya minat/rasa senang, hampir stiap hari
– BB menurun/bertambah scr bermakna
– Insomia/hipersomnia hampir stiap hari
– Agitasi/retardasi psikomotor hampir stiap hari
– Kelelahan hampir stiap hari
– Rasa bersalah/tdk berharga hampir stiap hari
– Sulit konsentrasi
– Ingin bunuh diri
• BIOLOGI/FISIK
– Perubahan pada SSP seperti meningkatnya
aktivitas monoamin oksidase dan berkurangnya
konsentrasi neurotransmitter (terutama
neurotransmitter katekolaminergik)
– Kondisi multipatologi dengan berbagai penyakit
kronik dan polfarmasi
– Berkurang kemauan dan kemampuan merawat
diri (hilangnya kemandirian)
• BIOLOGI/FISIK (lanjutan)
– Berkurangnya kemampuan sensoris (penglihatan
dan pendengaran)
– Berkurangnya daya ingat dan fungsi intelektual
• PSIKOSOSIAL
– Kehilangan orang yang dikasihi/dicinta
– Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan dukungan
sosial sejalan bertambahnya usia
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Polifarmasi dan multipatologi
• Obat-obatan
Beberapa golongn obat yg dpt menimbulkan depresi
analgetika Kodein, morfin
OAINS Ibuprofen, naproksen, indometasin
Antihipertensi Klonidin, propanolol, kaptopril
Antipsikotik Haloperidol, klorpromazin
Ansiolitika Diazepam
Antikanker Vinkristin
sedativa Fenobarbital, triazolam,
pentobarbital
lain2 Simetidin, ranitidin, deksametason
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Kondisi medis umum
– Hipotiroidisme
– Tumor otak (terutama lobus frontalis)
– CVD hemisfer kanan, alzheimer, parkinson,
demensia vaskular.
– SLE
(Sistemik Lupus Eritromatosa, penyakit auto imun)
– Defisiensi vit B12, defisiensi folat
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Kehilangan (pasangan hidup, perpisahan
dengan teman dekat atau anggota keluarga,
taraf kesehatan yang menurun, kehilangan
rasa aman, kekuasan/jabatan dan kebebasan)
• Kemiskinan sosial dan lingkungan
Teori tentang etiologi depresi
• Erik erikson
• Krisis integrity vs despair
• Ada individu yang sukses : beradaptasi dengaan baik, menerima
segala perubahan yang terjadi dengan tulus dan memandang
kehidupan dengan baik dan bijaksanatidak rentan terhadap
depresi
• Ada individu yang tidak berhasil : memiliki perasaan bahwa hidup
terlalu pendek,perasaan tidak memiliki, pemberontakan, rasa
marah, putus asa, kegetiran bahwa ia tidak mau hidup lagi jika
diberi kesempatan rentan terhadap depresi
• Heinz kohut
• Rasa harga diri dan kepercayaan diri yg kurang,hilangnya kecintaan
pd diri sendiri akibat penuaan,kepuasan diri yg kurang,dukungan
sosial yang tdk terpenuhi menyebabkan ketidakmampuan lansia
untk memelihara dan mempertahankan rasa harga diri
Kesulitan deteksi
• Penyakit fisik yg diderita pasien sering
mengacaukan gambaran depresi. Mis: mudah
lelah, penurunan BB
• Lansia sering menutupi rasa sedihnya
• Kecemasan, histeria dan hipokondria yang
sering merupakan gejala depresi justru sering
menutupi depresinya
• masalah sosial membuat depresi lebih rumit
Kesulitan deteksi
• 40 % depresi pada lansia tidak terdeteksi
karena:
– Dokter, pasien, dan keluarga mengira gejala
depresi adalah hal yang normal
– Gambaran depresi pada lansia berbeda dari yang
muda dalam penggunaan kriteria ICD-10 maupun
DSM-IV
– Polifarmasi dan adanya komorbiditas
Komorbiditas
• Komorbiditas:
– Ada dua atau lebih penyakit pada seorang pasien
pada waktu yang sama
– Pada lansia: multipatologi dan tidak jarang
dijumpai kelainan fisik bersamaan dengan
gangguan psikis seperti depresi
– Depresi pada lansia sering tumpang tindih dengan
komorbiditas penyakit medis lain, dimana depresi
geriatri sering lebih menonjolkan gejala
somatiknya daripada gejala depresi sendiri
Komorbiditas
• Penyakit yang sering terjadi bersamaan dengan
depresi adalah:
– Diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung,
penurunan fungsi hepar dan ginjal, penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, strok, artritis.
– CVD merupakan predisposisi sindrom depresi
– Infeksi virus, endokrinopati (cth. kelainan tiroid dan
paratiroid), keganasan (cth. Limfoma dan karsinoma
pankreras) dapat menimbulkan komplikasi depresi.
– Penderita hepatitis C lebih dari 5 tahun (22,4% alami
depresi)
Pencegahan Demensia
 Secara teratur memeriksa tekanan darah &
mengupayakan agar tekanan darah yg tinggi & risiko
vaskuler lain dikendalikan dgn baik
 Pencegahan & perlindungan terjadinya cedera kepala
terutama yg berat
 Tetap melakukan kegiatan yg merangsang intelek &
mengupayakan aktivitas sosial & aktivitas utk menghibur
diri
 Mencegah paparan medan elektromagnetik dgn jalan
menggunakan mesin elektromagnet yg berpelindung
 Mengupayakan diet yg cukup vitamin E, apabila diet tdk
mencukupi, dianjurkan suplemen tp tdk lbh dr 400 U/hari
Pencegahan Demensia
 Mengupayakan makanan yg sehat, jgn terlalu byk lemak
 Mengupayakan asupan vit B12 & asam folat yg cukup &
berikan suplemen jika diet tdk mencukupi/kadar
homosistein tinggi
 Pd yg mengkonsumsi alkohol, dianjurkan terus minum
dlm takaran rendah – sedang, tetapi jika bukan peminum
lbh baik tdk memulai minum alkohol
 Tdk merokok
 Tetap aktif secara fisik & mengupayakan tidur yg cukup
Penatalaksanaan Depresi pd Lansia

• SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)


merupakan drug of choice (antidepresan)
untuk pengobatan depresi pd geriatri.
• Fase pengobatan dg antidepresan :
– Fase akut : 6-12 minggu
– Fase lanjutan : 4-9 bulan
– Fase rumatan :1 th atau lebih
Terapi Psikososial
• Terapi Individual
• Konseling
Membantu pasien mengenali dan
mengekspresikan perasaannya, mengembangkan
kemampuan pasien beradaptasi terhadap
masalah (3 R = Rekonsiliasi, Reintegrasi, Rekreasi)
• Terapi Kognitif & Perilaku (CBT)
Mengembangkan pola pikir dan perilaku positif,
menumbuhkan sikap optimis dan percaya diri.
• Terapi Kelompok
Meningkatkan keterampilan sosial,
mengembangkan sikap asertif, juga sebagai
media untuk saling berbagi cerita
(reminescene)
• Konseling Keluarga
Mengembangkan partisipasi keluarga dalam
proses terapi. Menurunkan faktor ekspresi
emosi dalam keluarga. Memperbaiki pola
adaptasi keluarga dalam menghadapi
perubahan perilaku pasien.
KASUS PEMICU
• Orang tua pada kasus memiliki faktor-faktor
risiko depresi:
– Kehilangan pasangan hidup
– Hanya tinggal bersama dengan cucu (mungkin ada
perasaan kesepian atau kurang dukungan sosial)
– Mengalami multipatologi (cth.diabetes melitus,
hipertensi)
– Polifarmasi
DEMENTIA
• Definisi Demensia
– PPDGJ III: Sindrom penyakit otak, kronik atau
progresif, terdapat gg. Fungsi luhur (daya ingat,
daya orientasi, kemampuan belajar, daya
pemahaman, berhitung, berbahasa, kemampuan
menilai). Kesadaran tidak berkabut, disertai
hendaya fungsi kognitif dan ada kalanya diawali
oleh kemerosotan dalam pengendalian emosi,
perilaku sosial, dan moivasi.
Perbandingan Delirium & Dementia
Fitur Delirium Dementia
Perkembangan Tiba-tiba, dg wkt mulai yg jelas Lambat, bertahap dg titik
mulai yg tidak jelas
Durasi Hari – minggu, bs permanen Biasanya permanen
Penyebab Infeksi, dehidrasi, obat-obatan Ggg otak kronis spt Alzheimer,
tertentu stroke
Efek pd malam hari Hampir selalu memburuk Seringkali memburuk
Efek pada perhatian Sangat terganggu Tdk ada efek kcl sdh sgt parah
Efek pada kewaspadaan Beragam, mulai dari kelesuan Tidak ada efek
hingga sgt waspada
Orientasi wkt & tmpt Beragam Terganggu
Penggunaan bahasa Lambat, sering Kadang kesulitan mencari kata
membingungkan & tidak tepat yg tepat
Ingatan Beragam Hilang, terutama kjdn baru
Keperluan perhatian medis Langsung Diperlukan tp krg urgen
Penyebab
• Drugs (obat-obatan)
• Emotional (gangguan emosi, mis depresi)
• Metabolik atau endokrin
• Eye and ear (disfungsi mata dan telinga)
• Nutritional
• Tumor dan trauma
• Infeksi
• Arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis,
misal infark miokard, gagal jantung,dll) dan alkohol
DEMENTIA
• Diagnosis Demensia (PPDGJ III)
– Penurunan kemampuan mengingat dan berpikir
– Terganggunya pemahaman dalam menerima
informasi baru
– Mengganggu aktivitas sehari-hari
– Tidak hilang kesadaran
– Gejala nyata dalam 6 bulan
DEMENTIA
• Kriteria D/ Demensia Alzheimer (PPDGJ III)
– Terdapat gejala demensia seperti yang disebutkan
sebelumnya
– Awitan/onset tersembunyi/ tidak diketahui saatnya,
deteriorisasi (penurunan) berlangsung lambat, orang
lain dapat menyadari kelainan yang ada. Dalam
perjalanan penyakit dapat ditemukan taraf yang stabil.
– Tidak ditemukan bukti klinis tentang penyakit otak
atau gangguan sistemik lain yang dapat menyebabkan
demensia
DEMENTIA
• Kriteria D/ Demensia Alzheimer (PPDGJ III)
lanjutan
– Tidak ada serangan apopleptik mendadak atau
gejala neurologis kerusakan otak fokal
(apopleptik: gg.neurologis mendadak yang
disebabkan oleh kelainan cerebrovaskular, dibatasi
secara klasik sebagai perdarahan intrakranial,
dikembangkan secara luas oleh orang lain sebagai
lesi serebrovaskular oklusif)
DEMENTIA
• Definisi Demensia
– DSM IV: Sindrom Klinik yang ditandai dengan
terjadinya defisit kognisi meliputi daya ingat dan
paling sedikit satu dari kognisi lain (afasia,
apraksia, agnosia, dan gangguan fungsi eksekutif
yang cukup berat sehingga memperlihatkan
penurunan fungsi dibandingkan sebelumnya).
• Keterangan lanjutan Definisi Demensia
menurut DSM IV:
– Gangguan kognitif tersebut menyebabkan
hambatan sosial dan okupasi/pekerjaan
– Terlihat penurunan signifikan dari keadaan
sebelumnya
– Gangguan tersebut tidak terjadi dalam keadaan
delirium
• Keterangan lanjutan Definisi Demensia
menurut DSM IV:
– Penurunan fungsi kognitif tidak terjadi dalam
keadaan:
• Gangguan sistem saraf lain yang dapat berakibat
penurunan daya ingat dan daya berpikir
• Kondisi sistemik yang memang dapat menyebabkan
demensia (cth. Hipotiroid, def.vit B12 dan as.folat, dll)
• Diinduksi oleh substansi tertentu
• Faktor Risiko Demensia
– Umur
– Riwayat penyakit dalam keluarga
– Sindrom down
– Apolipoprotein E
– Mutasi amyloid precusor gene
• Beberapa Possible risk factor:
– Obat anti inflamasi, steroid,aspirin, OAINS
– Trauma kepala
– Riwayat depresi
– Aluminium (neurotoksik)
– Terapi penggantian estrogen
Manifestasi Klinik
1. Problem perilaku:
 Wandering
 Agresif (galak, kasar)
 Impulsif, tidak kontrol perilaku, kekanak-kanakan
 Intrusiveness
 Negativistik
 Suka mengulang pertanyaan
Manifestasi Klinik
2. Problem psikologi:
 Waham (cth. Kecurigaan berlebihan)
 halusinasi
 Anxietas
 Misidentifikasi
 Depresi
 Gangguan tidur
Penatalaksanaan
• farmakologis
 Pemberian Antipsikotik, antidepresan dan mood
stabilizer
• non farmakologis
 Modifikasi lingkungan:
 Suasana tempat tinggal
 Kondisi rumah
 Intervensi keluarga
 Terapi perilaku pasien:
 Latihan ADL
 Mengajarkan cara bersikap
LO 2

Mampu menjelaskan gangguan pola


tidur pada lansia dan faktor-fakto
yang memengaruhinya
3 Sistem Diagnostik Gangguan
Tidur Internasional

ICD 10 DSM ICSD 2

• Insomnia
Non • Gangguan tidur yang • Gangguan tidur yang
Organik
Organik berkolerasi dengan berkaitan dengan
gangguan mental lain nafas
• Gangguan tidur yang • Hipersomnia
Parasomni disebabkan oleh
Disomnia • Gangguan irama
a kondisi medis umum sirkadian tidur
• Gangguan tidur yang di • Parasomnia
induksi oleh bahan- • Gangguan tidur yang
bahan/ keadaan berkaitan dengan
tertentu gerakan
• Gangguan tidur primer • Gejala-gejala terisolasi
• Gangguan tidur lainya
Penyebab Gangguan Tidur
pada Lansia
• Perubahan irama Sirkadian
• gangguan tidur primer
• Gangguan psikis (kesepian, ansietas, depresi)
• Demensia
• Penyakit fisik (degeneratif, artritis)
• Polifarmasi, alkohol, kaffein
• Kebiasaan higiene tidur yg tidak baik
Irama Sirkadian
• Pola siklus tidur dan bangun  bangun saat terang & tidur
saat gelap
• Stimulus cahaya terang  hipotalamus (nucleus supra
chiasmatic / NSC)  neurotransmitter  hormon pengatur
temperatur badan (kortisol dan GH)  bangun
• Stimulus gelap  hipotalamus (NSC)  neurotransmitter 
melatonin  ngantuk / tidur
• Pada usia lanjut, kurang sensitif terhadap perubahan gelap
dan terang.
• Sekresi melantonin pada malam hari berkurang dengan
mningkatnya umur.
Diagnostik Insomnia secara Internasional
1. International Code of Diagnostic (ICD) 10
a. Organik
b. Anorganik
• Dyssomnia  gangguan pada lama, kualitas dan waktu
tidur
• Parasomnia  episode abnormal yg muncul selama tidur

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV


a. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental
b. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
c. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan / keadaan
tertentu
d. Gangguan tidur primer (≠ berhubungan dengan mental,
penyakit, atau obat-obatan)
3. International Clasification of Sleep Disorder 2 (ICSD 2)
a. Insomnia
b. Gangguan tidur yg berkaitan dengan nafas
c. Hipersomnia bukan krn gangguan tidur berkaitan
dengan nafas
e. Gangguan irama sirkadian tidur
f. Parasomnia
g. gangguan tidur berkaitan dengan gerakan
h. gejala-gejala terisolasi
i. gangguan tidur lainnya
Dyssomnia terbagi dalam 5 jenis:
1. Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau
kesulitan untuk tetap tertidur, atau gangguan
tidur yang membuat penderita merasa belum
cukup tidur pada saat terbangun.
Insomnia dikelompokkan menjadi:
* Insomnia primer, yaitu insomnia menahun
dengan sedikit atau sama sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun
kejadian
* Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan
yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,
obat, depresi atau stres yang hebat.anik
2. Primary Hypersomnia: Ditandai oleh terlalu banyak
tidur baik malam maupun siang. Walaupun telah
tidur 8 jam tetap susah bangun.

3. Narcolepsy: Seseorang terserang tidur secara


mendadak saat ia terjaga setidaknya selama 3 bulan
becturut-turut.
4. Gangguan bernafas selama tidur. Dikenal pula istilah
mendengkur dan Apnea. Apnea ditandai berhenti bernafas
kala tidur dan dapat faerakibat membawa kematian.
5. Gangguan Siklus Sircadian. Sebagai contoh pekerja yang
mendapat jadwal malam tetapi sulit tidur siangnya.
Dampaknya ia akan mengalami gangguan tidur. Contoh
lainnya mereka yang mengalami jet-lag.
Status Tidur Primer
• Rapid Eye Movement (REM)  periode otonom bervariasi
(perubahan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan,
dll)
• Non REM :
a. Stadium 1 : transisi antara bangun dan tidur (30 dt –
7 menit), dan hasil EEG menunjukan karakteristik
gelombang low voltage
b. Stadium 2 : tidur ringan, hasil EEG adanya
gelombang high voltage (sleep spindles)
c. Stadium 3 & 4 : tidur dalam (delta sleep)
Gangguan & situasi yg mengganggu tidur
Tipe Contoh Gejala berhub dg tidur Pengobatan

Gangguan Dementia Kebingungan, paranoia, Mengubah rutinitas dg olahraga di siang hari &
fisik agitasi, berkeluyuran mengatur jadwal tidur
Masalah sensorik Kebingungan, paranoia, Mengkonsumsi melatonin utk yg kehilangan
agitasi, berkeluyuran pengelihatan (perbaikan masalah sensorik)

Osteoartritis Sakit punggung bawah Olahraga di siang hari, gunakan bantal di bawah
atau pinggul pinggul/lutut ketika tidur
Gastroesophagea Sakit dada & panas Hindari makanan 4 – 6 jam sblm tidur, kepala
l reflux disease dalam perut sedikit terangkat ketika tidur, minum antasida
Hiperplasia Keinginan untuk BAK, Mengosongkan kandung kemih & hindari minum 2
prostat benigna mengompol – 4 jam sblm tidur, gunakan pampers, atau
& kontinensia konsumsi obat alpha-blocker atau antispasmodic
urin
Gagal jantung Batuk, sesak napas, Gunakan lebih dari 1 bantal di kepala atau di
berdebar-debar, sakit badan bagian atas, atau konsumsi obat gagal
dada jantung
Gangguan & situasi yg mengganggu tidur
Tipe Contoh Gejala berhub dg tidur Pengobatan

Gangguan Kecemasan Agitasi & kekhawatiran Konseling atau konsumsi obat antianxiety
kesehatan di malam hari
mental
Depresi & Ngantuk berlebihan, Konseling atau konsumsi antidepresan
kehilangan insomnia, bgun tll pagi
Gangguan stres Panik & mimpi buruk di Konseling atau dengan alat bantu tidur
pascatrauma malam hari
Kondisi Isolasi Tidur siang sering, Stimulasi dg menghabiskan waktu lebih byk
sosial ketakutan utk tertidur, bersama teman dan mendapat supervisi di sore
tdk bs mempersiapkan hari
diri untuk tidur
nyenyak
Perubahan Insomnia, kekhawatiran Menggunakan mesin “white noise”, lampu tidur yg
lingkungan, spt di malam hari tidak terlalu terang, selimut, mengurangi tidur
pindah ke siang berlebihan
fasilitas assisted-
living
• Pada orang muda 25% REM dan 75% nREM dengan
stadium 1-3 membutuhkan waktu 45 menit dan
stadium 4 selama 70-120 menit, berulang 6 kali
sebelum terbangun.
• Sedangkan lansia memiliki tahap delta sleep yg lebih
pendek, sedangkan stadium 1 dan 2 yg lebih lama
• Lansia sering terbangun di tengah malah karena ada
perubahan fisis dari usia dan penyakit yg dideritanya
sehingga terjadi penurunan kualitas tidur
Klasifikasi Gangguan Tidur Primer
pada Lansia
• Gangguan pernafasan (sleep breathing
disorder)
• Sindrom kaki kurang tenang (restless legs
syndrome) dan gangguan gerakan tungkai
periodik (periodic limb movement disorder)
• Gangguan perilaku REM (REM behaviour
disorder)
Gangguan Tidur Karena Gangguan
Pernapasan (GTGP)
Faktor resiko:
• Obesitas
• Depresi SSP
• Ras (lebih banyak pada kulit hitam)
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Strok
• Hipotiroid
• Akromegali
• Keturunan
• Penyakit paru obstruktif
• Penyakit degeneratif saraf
Gangguan tidur karena gangguan
pernapasan (sleep disordered breathing)
• Ditandai mengorok wkt tidur & mengantuk hebat saat siang
hari
• Dibagi menjadi 3, yaitu :
– Sindrom tahanan saluran napas atas (Upper airway resisstance
syndrome = UARS)
– Sindrom hipoventilasi karena obesitas (Obesity hypoventilation
syndrome = OHS)
– Henti napas karena obstruksi (Obstructive sleep apnea = OSA)
• 3 tipe gangguan :
– Henti napas karena obstruksi (OSA)
– Henti napas karena proses sentral (Central sleep apnea = CSA)
– Tipe campuran keduanya
Patofisiologi
• Merupakan interaksi kompleks dari Sistem saraf
pusat & perifer, otot-otot saluran napas atas &
beberapa neurotransmitter yg menghasilkan kolaps
sebagian atau seluruh lubang pernapasan atas
(faring), sehingga mengakibatkan obstruksi jalan
napas & hipoksia.
Gambaran klinis
• Saat tidur mengorok sgt keras, tersedak & batuk-
batuk, henti napas beberapa detik & gerakan” spt
org kehabisan napas.
• Yang dirasakan oleh pasien adalah sering terbangun
tanpa sebab, nokturia, & merasa tdk tidur
semalaman. Pada pagi hari sering muncul keluhan
nyeri kepala, kepala terasa ringan, & mengantuk
terus.
Pengelolaan GTGP
• Terapi konservatif
– Untuk OSA :
• Posisi tidur miring
• Terapi hidung tersumbat
• Hentikan pemakaian alkohol & obat” sedatif
• Penurunan berat badan
– Untuk CSA :
• Ditujukan utk menyembuhkan penyakit yg mendasarinya
• Pemberian oksigen dpt membantu meringankan gejala apnea
• Kadan-kadang diperlukan bantuan ventilator tekanan positif bila
terdapat tanda-tanda hipoksia
• Terapi dengan continuous possitive airway pressure
(CPAP)
– Suatu alatbantu napas berupa masker yg dihubungkan dgn
alat elektronik pompa udara
– Cukup efektif untuk mengatasi CSA idiopatik
• Terapi dgn alat-alat mulut (oral aplliance=OA)
– Direkomendasikan untuk pasien OSA ringan & sedang yg
tdk dpt mentoleransi penggunaan CPAP
– Biasa dipasang pada gigi saat tidur
– Penggunaan hanya efektif utk beberapa pasien GTGP dgn
kelainan anatomi faring
• Terapi pembedahan
– Indikasi: pasien dgn OSA berat simptomatik atau bila terapi
konservatif,CPAP,OA tdk berhasil.
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• RLS ditandai rasa tidak enak yang berlebihan
terutama pada kaki selama malam saat pasien
istirahatbentuk dari akathisiaperasaan
seperti dirayapi semut atau hewan kecil
pasien menggerakan kakinya, atau bangun
lagi untuk berjalan berkeliling untuk
menghilangkan rasa tidak enak usia lanjut
sulit tidur atau terbangun berkali-kali
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• PLMS mungkin menyertai RLS atau berdiri sendiri
• Ditandai munculnya episode gerakan yang sama dan
berulang, biasanya pada kaki
• Biasanya dilaporkan adanya episode gerakan menendang
yang muncul selama 20-40 detik saat tidur dan muncul
berulang-ulang
• Sebagian besar tidak membangunkan pasien meskipun
melakukan 100 kali tendangan semalam, hanya
tendangam\n dan frekuensi dan intensitas sangat tinggi
dapat membangunkan pasien
• Pasien sering mengeluhkan rasa lelah berlebih saat bangun
dan tidur tidak nyenyak, sehingga mengantuk sepanjang
hari
Gangguan Kaki Kurang Tenang dan
Gangguan Gerakan Tungkai Periodik
• Patofisiologi RLS dan PLMS belum jelas, hipotesis
terbaru menyatakan kelainan didasari pada
disfungsi sistem dopamin dan opiat di SSP karena
melihat efek terapi agonis dopamin dan opiat
yang efektif mengatasi kedua gangguan ini
• Faktor resiko:
– Usia lanjut
– Gagal ginjal
– Defisiensi besi
Gangguan Perilaku REM (GPR)
• Sangat jarang, tetapi sering muncul pada usia
lanjut
• Proses yang mendasari adalah adanya disinhibisi
transmisi aktivitas motorik saat bermimpi
• Sering muncul tengah malam saat periode REM
terjadi
• Bentuk gangguan bervariasi: mengigau, bicara
sambil tidur, berjalan dan bahkan makan sambil
tidur, pasien sering jatuh atau melompat dari
tempat tidur sehingga terjadi perlukaan
Gangguan Perilaku REM (GPR)
• Patofisiologinya belum diketahui
• Beberapa laporan menunjukkan adanya
hubungan GPR akut dengan pemakaian obat-
obatan amtidepresi. Sedangkan GPR kronik
dengan narkolepsi dan penyakit
neurodegeneratif idiopatik seperti demensia
dan parkinson
Penatalaksanaan ggn tidur lansia
• Farmakologik :
– Obat transuiliser minor spt golongan
benzodiazepin utk ps insomnia akut
Non-farmakologik
Penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia:
1. Edukasi tidur
a. Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik ke tempat tidur
b. Hindari penggunaan kamar tidur unt bekerja/membaca
c. Bangun tidur pagi hari pd jam yg sama
d. Hindari minum kopi dan merokok
e. Olah raga ringan setiap hari sth bangun tidur
f. Kurangi tidur siang,lakukan kegiatan/hobi yg menyenangkan
g. Kurangi jumlah minum sth makan malam,hindari minum alkohol
h. Hindari gerakan badan berlebihan saat ditemp tidur
i. Pelajari tehnik relaksasi/meditasi
j. Berdoa sebelum tidur
Menanggulangi
• Evaluasi
Sejarah keluarga, kondisi cahaya, sensitivitas
terhadap suara
Gejala nokturnal seperti mimpi buruk
Mencari tau adanya kemungkinan depresi
Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan kafein
Berhati-hati menggunakan obat sedatif-hipnotis
pada pasien lansia yang mengalami insomnia
• Sleep hygiene :
Kurangi cairan pada malam hari
Biasakan melakukan kegiatan relaksasi sebelum
pasien tidur
Menghindari kegiatan berlebihan (termasuk
olahraga) terlalu malam
Tinggalkan tempat tidur bila tidak dapat tidur
selama 20-30 menit
Makan sejumlah kecil makanan yang mengandung
trytophan tinggi seperti susu
2. Merubah gaya hidup(life style):
a. Menurunkan berat badan dg memperbaiki pola makan
b. Menghindari perjalanan jauh/bekerja s/ malam hari,agar tidak
jet lag
c. Menghindari membaca/menonton/mendengar cerita yg
menyedihkan/menakutkan
d. Menjaga suasana lingkungan rumah bersih dan
menyenangkan
e. Menjaga hub antar anggota keluarga, suasana aman dan
penuh kasih antar sesama keluarga
3. Lakukan aktifitas fisik, jangan duduk diam sepanjang hari
4. Psikoterapi  pada penderita gangguan tidur karena ansietas
dan depresi
LO 3

Mampu menjelaskan penggunaan


obat-obatan pada lansia
FARMAKOLOGI PADA LANSIA
• Agar kita dpt menghindari kejadian Polifarmasi:
Harus ingat Farmakokinesis (perlakuan badan
terhadap obat) dan Farmakodinamik (perlakuan obat
pada badan).
• Ingat orang tua fungsi organ sudah ↓ terutama
ginjal, hati, dan jantung yg turut berperan pd
metabolisme,eksresi dan distribusi obat dlm darah.
• Ingat Multipatologipotensi polifarmasi
• Interaksi obat
Paradigma Dasar Dalam Farmakoterapi

• DOSIS KOP (Kadar Obat Plasma)


EFEK

Farmakokinetik Farmakodinamik
- Absorbsi -kepekaan sel
- Distribusi - respon
- homestatis
- Metabolisme
- Ekskresi
Farmakokinetik
Absorbsi
•Motilitas GI menurun Distribusi
•PH lambung meningkat Dipengaruhi oleh :
•Interaksi obat dgn makanan •Berat dan komposisi tubuh
dpt berpengaruh pada fase •Albumin darah
ini

Ekskresi Metabolisme
•Menurunnya aliran darah Pada hati : umur, gaya
keginjal hidup, curah jantung,
•Berkurangnya massa ginjal penyakit, interaksi
•Penurunan fungsi ginjal antarobat
FARMAKODINAMIK
• Farmakodinamik  pengaruh obat terhadap
tubuh
• Obat menimbulkan rentetan reaksi biokimiawi
dalam sel mulai dari reseptor sampai dengan
afektor
• Di dalam sel terjadi proses biokimiwai yang
menghasilkan respon seluler
• Respon seluler pada lansia secara
keseluruhan menurun
ESO (EFEK SAMPING OBAT)

• Kejadian ESO pada lansia meningkat 2-3 kali lipat.


• Problem ini paling banyak menimpa sistem
Gastrointestinal dan sistem haemopoetik
• Penelitian atau pengukuran fungsi hepar, ginjal, kadar
obat plasma (KOP) darah terlebih-lebih dalam terapi
polifarmasi sangat membantu dalam mengendalikan
atau menurunkan angka kejadian efek samping obat.
• Dalam polifarmasi walaupun KOP tetap, FOB (Fraksi
Obat Bebas) dapat meningkat
• Peningkatan lemak tubuh lansia akan
mengubah volume distribusi obat.
• Lansia lebih peka terhadap ESO dari analgetik
Peningkatan FOB dan kepekaan f-dinamik
adalah penyebabnya, mungkin juga
penurunan fungsi cerebral ikut berperan.
Perubahan Fisiologik dalam
Komposisi Tubuh
• Berat badan total : akan menurun pada usia lanjut akibat
penurunan jumlah cairan intraseluler sesuai dengan
meningkatnya usia. Keadaan ini mengakibatkan menurunnya
distribusi obat yang sebagian besar terikat air (mis : litium)

• Penurunan massa otot : pada lansia akan menyebabkan


menurunnya distribusi obat yang sebagian besar terikat otot,
mis : digoksin (konsentrasi obat bebas meningkat)

• Peningkatan kadar lemak tubuh : mengakibatkan


peningkatan kadar obat yang larut lemak (mis : diasepam),
terutama pada wanita lansia
• Penurunan kadar albumin : pada lansia yang sakit,
menyebabkan penurunan ikatan obat dengan protein,
dan meningkatnya proporsi obat bebas di sirkulasi
(antara lain : salisilat, tiroksin, warfarin, obat ANS)

• Kekambuhan penyakit yang sebelumnya laten.


Beberapa obat dapat membuat kambuh berbagai
penyakit yg sebelumnya tak terlihat, mis :

- Menurunnya stabilitas postural yang meningkatkan


kemungkinan jatuh, antara lain akibat obat
antihipertensi, diuretika, hipnotika, sedativa, dan
vasodilator
- Konstipasi : antidepresan, antikolinergik, garam besi
- Hipotermia : fenotiasin, hipnotika, sedativa dan
antidepresan
Perubahan fungsional
• Perubahan fungsi ginjal
berkurangnya fungsi ginjal dan menurunnya
creatinine clearance, walaupun tidak terdapat
penyakit ginjal atau kadar kreatininnya
normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat
sering berkurang, sehingga memperpanjang
intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai
half-life panjang perlu diberi dalam dosis lebih
kecil bila efek sampingnya berbahaya.
FARMAKOLOGI PADA LANSIA
• Farmakokinesis
– Absorpsi :
Metabolisme↓ → Kadar obat dalam darah↑ → Menambah
efek obat bahkan dapat menyebabkan (ADR : adverse drug
reaction : efek obat yang merugikan)
– Distribusi :
Dipengaruhi oleh berat dan komposisi tubuh (Lansia berubah)
– Ekskresi :
GFR (glom.filtr.rate) turun sampai 10-50 ml/menit → dosis harus
disesuaikan
• Farmakodinamik
– Homeostasis :
Perubahan reaksi pada reseptor
POLIFARMASI
• Sulit dihindari, karena :
– Penyakit banyak, biasanya kronis
– Obat diresepkan oleh beberapa dokter
– Kurang koordinasi dlm pengelolaan
– Gejala yg dirasakan pasien tidak jelas.
– Pasien minta resep
– Untuk menghilangkan efek samping obat justru
ditambah obat baru.
PRINSIP PEMBERIAN OBAT PADA
LANSIA
• Riwayat pengobatan lengkap
• Jgn berikan obat sebelum waktunya
• Jgn menggunakan obat terlalu lama
• Kenali obat yg digunakan
• Mulai dgn dosis rendah, naikkan perlahan2
• Obati sesuai patokan
• Beri dorongan supaya patuh berobat
• Hati2 menggunakan obat baru
Prinsip Pemberian Obat yang Benar
pada Usia Lanjut (Leipzig)
• Riwayat pengobatan lengkap
– Pasien harus membawa semua obat, termasuk
obat tanpa resep, vitamin dan bahan dari toko
kesehatan. Tanya tentang alergi, efek yang
merugikan, merokok, alkohol, kopi, siapa pemberi
obat
• Jangan memberikan obat sebelum waktunya
– Hindari pemberian resep sebelum diagnosis
ditegakkan, bila keluhan ringan atau tidak khas,
atau jika manfaat pengobatan meragukan
Prinsip Pemberian Obat yang Benar
pada Usia Lanjut (Leipzig)
• Jangan menggunakan obat terlalu lama
– Hentikan obat yang tidak perlu lagi, nilai
penggunaan obat sesuai kebutuhan, juga obat
tanpa resep
• Kenali obat yang digunakan
– Ketahui sifat farmakologi obat yang diberikan, efek
merugikan dan keracunan yang mungkin terjadi,
nilai dengan teliti tanda-tanda kemunduran segi
fungsi dan mental yang mungkin disebabkan obat
Prinsip Pemberian Obat yang Benar
pada Usia Lanjut (Leipzig)
• Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-
lahan
• Obati sesuai patokan
– Gunakan dosis cukup untuk mencapai tujuan terapi,
yang sesuai toleransi
• Beri dorongan supaya patuh berobat
– Jelaskan kepada pasien tujuan pengobatan dan cara
mencapainya, buat instruksi tertulis
• Hati-hati menggunakan obat baru
– Obat baru belum dinilai tuntas untuk kelompok usia
lanjut, dan risiko/kegunaan sering tidak diketahui
LO 4

Mampu menjelaskan penilaian ADL


Pemeriksaan Pada Lansia
• Pemeriksaan status fungsional:
 Indeks aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living/
ADL) Barthel
• Pemeriksaan status kognitif:
 Abbreviated Mental Test (AMT)
 The Mini-Mental State Examination (MMSE)
 The Global Deterioration Scale (GDS)
 The Clinical Dementia Ratings (CDR)
• Pemeriksaan status emotional:
 Geriatric Depression Scale (GDS)
 Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)
 Beck’s Depression Inventory (BDI)
 Zung Self Depression Scale
• Pemeriksaan status nutris:
 Anamnesis gizi
 Pemeriksaan Antropometri
ADL (Activity Daily Living)
• ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri.
• ADL meliputi :
– Ke toilet
– Makan
– Berpakaian (berdandan)
– Mandi
– Berpindah tempat
• Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan untuk menyusun rencana perawatan
jangka panjang.
ADL (Activity Daily Living)
 ADL instrumen : Aktivitas yang lebih kompleks namun
mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi.

 Terdiri dari :

 Belanja

 Masak

 Pekerjaan rumah tangga

 Mencuci

105
 Telepon

 Menggunakan sarana transportasi

 Menggunakan obat secara benar

 Manajemen keuangan

 Bila tidak dapat melakukan ADL instrumen secara mandiri


diperlukan pera perawat pembantu (care-giver)
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL)
No Fungsi Skor Keterangan Nilai
skor
1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/takteratur (perlu pencahar) 0
Rangsang 1 Kadang – kadang tak terkendali (1 X
Pembuangan tinja seminggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai karteter 0
Rangsang berkemih 1 Kadang – kadang tak terkendali (1 X 24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain 0
(seka muka,sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4 Pengguanaan 0 Tergantung pertolongan orang lain 0
jamban, masuk dan 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
keluar (melepaskan, tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
memakai celana, kegiatan yang lain
membersihakan, Mandiri
menyiram) 2
5 makan 0 Tidak mampu 1
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
107
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL)

No Fungsi Skor Keterangan Nilai


skor
6 Berubah 0 tidak mampu 1
sikap dari 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
berbaringn 2 Bantuan minimal 1 orang
ke duduk
3 Mandiri

7 Berpindah / 0 Tidak mampu 0


berjalan 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 mandiri
8 Memakai 0 Tergantung orang lain 0
baju 1 Sebagaian dibantu (misalnya mengancing baju)
2 Mandiri
9 Naik turun 0 Tidak mampu 0
tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 0
1 Mandiri
TOTAL SKOR 2 108
Skor ADL BARTHEL
• 20 : Mandiri
• 12-19 : Ketergantungan ringan
• 10-11 : Ketergantungan sedang
• 5-9 : Ketergantungan berat
• 0-4 : Ketergantungan total
LO 5

Mampu menjelaskan perawatan


pada lansia
Perawatan non-farmakologi
Perawatan melalui pendekatan:
• Pendekatan psikis
– Perawat berperan penting untuk mengadakan edukasi yang
berperan sebagai support system, interpreter, dan sahabat
akrab
• Pendekatan sosial
– Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, bercerita,
rekreasi, menonton TV, mengadakan kontak sesama, dll
• Pendekatan spiritual
– Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan dan agama yang dianut lansia,
terutama bila lansia dalam keadaan sakit
Prinsip Pelayanan pada Lansia
• 2 prinsip utama :
– Pendekatan Holistik
– Tatakerja dan tatalaksana secara tim
Prinsip Holistik
• Lansia dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi
lingkungan kejiwaan (psikologik) dan sosial ekonomi.
• Sifat holistik secara vertikal dan horizontal. Vertikal
berarti pelayanan dimulai dari pelayanan di masyarakat
sampai rujukan tertinggi. Horizontal berarti pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan kesejahteraan lansia
secara menyeluruh.
• Mencakup preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
WHO menganjurkan diagnosis penyakit pada lansia
meliputi 4 tindakan : disease (penyakit), impairment
(kerusakan), disability (ketidakmampuan), handicap
(hambatan).
Tatakerja dan Tatalaksana secara Tim
• Tim geriatri merupakan bentuk kerjasama
multi disiplin (berbagai disiplin ilmu) yang
bekerja secara interdisipliner (tatakerja
dimana anggotanya saling tergantung satu
sama lain).
• Tim multi disiplin bersifat pembuatan dan
penyerasian konsep, sedangkan tim
interdisiplin meliputi pembuatan dan
penyerasian konsep serta penyerasian
tindakan.
Etika pelayanan kesehatan pada lansia
• Empati
• Non maleficence dan beneficence. Mengerjakan
yang baik untuk penderita dan menghindari
tindakan yang menambah penderitaan. (in-
kapabel)
• Otonomi. Setiap individu berhak menentukan
nasibnya dan mengemukakan keinginannya.
(kapabel)
• Keadilan.
• Kesungguhan hati.
Tujuan
Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan
:
– Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang
usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
– Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia (life support)
– Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
gangguan baik kronis maupun akut
– Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini
– Mencari upaya semaksimal mungkin supaya pasien dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
Adult Walker Standard 4 kaki (walker), adalah alat bantu
berjalan dewasa untuk manula maupun pasien yang baru
sembuh. Walking aid sangat stabil dan ringan sehingga
mudah digunakan oleh pemakainya. Walker dapat dilipat
sehingga mudah untuk dibawa ataupun disimpan.
Tongkat Kaki 4 dan kaki 3, adalah alat bantu
berjalan berupa tongkat dengan kaki-kaki
berjumlah 4. Tongkat bisa diatur tinggi
rendahnya agar bisa digunakan oleh orang
dengan segala umur. Cocok digunakan oleh
Lansia dan untuk rehabilitasi setelah kecelakaan
atau operasi.
Alat bantu jalan bahan dasar
aluminum , bisa disesuaikan dapat
dilipat, ringan, nyaman digunakan.
Terapi Fisik
• Memilih dan menggunakan tongkat:
– Kebanyakan tongkat memiliki berkaki 1 (single-point cane) atau
berkaki 4 (quad cane). Lebih banyak kaki lebih stabil, tetapi lebih berat.
– 2 macam pegangan pada tongkat dapat dipilih: pistol-grip handle/
curved handle. Pistol-grip lebih mudah digenggam.
– Tongkat yg terlalu panjang atau terlalu pendek dpt menyebabkan sakit
punggung bawah, postur yg buruk, dan jalan yg tidak stabil.
– Tongkat yg sesuai ialah yg pegangannya sejajar dengan lipatan di
pergelangan tangan ketika tangan menggantung di samping tubuh.
– Tongkat harus dipegang di tangan yang berlawanan dari kaki yang
sakit/lemah.
Rehabilitasi pada geriartri
• Pendekatan medis, psikis, dan sosial dalam
perawatan dan asuha melalui berbagai teknik
intervensi yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pasien
• Bertujuan utama untuk memelihara dan
meningkatkan fungsi aktivitas para lansia
Rehabilitasi Lansia
1. Program Fisioterapi
a. Aktivitas di tempat tidur
- Positioning, alih baring, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi.
b. Mobilisasi
- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri,
jalan.
-Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari: mandi, makan, berpakaian.

2. Program okupasi terapi


Latihan ditujukan untuk mendukung aktifitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktifitas, permainan, atau langsung pada
aktifitas yang diinginkan.

3. Program ortetik prostetik


Pada ortotis prostetis akan membuat alat penopang atau alat pengganti
bagian tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita, misal
pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih
sederhana sehingga mudah di pakai.
Rehabilitasi Lansia
4. Program terapi bicara
Program ini kadang – kadang tidak selalu di tujukan untuk latihan
bicara saja, tetapi di perlukan untuk memberi latihan pada penderita
dengan gangguan fungsi menelan apabila di temukan adanya
kelemahan pada otot – otot sekitar tenggorok. Hal ini sering terjadi
pada penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf fagus, saraf
lidah, dll.

5. Program sosial medik


Petugas social medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang
tinggal bersama lansia, melihat bagaimana struktur atau kondisi di
rumahnya yang berkaitan dengan aktifitas yang di butuhkan
penderita. Sebagai contoh seorang lansia yang tinggal dirumahnya
banyak tramp/anak tangga, bagaimana bisa di buat landai/pindah
kamar yang datar dan bisa dekat dengan kamar mandi.
Rehabilitasi Lansia
6. Program psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan
emosionalnay yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misal apakah
seorang yang tipe agresif atau konstruktif. Untuk memberikan motifasi lansia
agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisaai dan
sebagainya.

Keunggulan Rehabilitasi Medik pada Usia Lanjut:


a. Pendekatan pelayanan bersifat medico – psiko – social – edukasional –
vokasional yang merupakan pemenuhan aspek kebutuhan dasar manusia.
b. Penanganan oleh Tim Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik.
c. Penanganan bersifat komprehensif dan terintegrasi di suatu tempat.
d. Senantiasa menyediakan alat – alat terapi yang baru untuk menunjang
pelayanan rehabilitasi medik yang lebih baik.
Rehabilitasi medik
6 tahapan rehabilitasi:
1. Masalah medis utama diatasi dahulu sampai pasien
stabil
2. Cegah komplikasi sekunder (malnutrisi, gangguan
kognitif, depresi, inkontinensia, dll)
3. Mengembalikan fungsi yang hilang
4. Ciptakan kemampuan beradaptasi bagi pasien agar
mampu bersosialisasi di lingkungannya
5. Ciptakan lingkungan yang bersahabat untuk kemudahan
pasien beraktivitas
6. Adaptasi keluarga
Kesimpulan
• Lansia pada kasus mengalami gangguan tidur,
demensia, dan depresi. Penyakit demensia
dan depresi ikut menjadi faktor risiko
gangguan tidur.
• Lansia pada kasus memiliki indeks ADL
ketergantungan, namun nilainya tidak dapat
dipastikan karena informasi kurang lengkap.
• Pasien juga mengalami polifarmasi.
Saran
• Perlu dilakukan rehabilitasi medik setelah
pasien keluar dari UGD
Daftar Pustaka
• http://www.healthcare.uiowa.edu/igec/tools/function/lawt
onbrody.pdf
• Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Geriatri. Dalam:
Sudoyo AW , Setiyohadi B , Alwi I ,Setiati S , Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke 5. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010.
• Tideiksaar R, Kay AD.Inkontinensia Urin. In: The Merck
Manual of Geriatrics. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997.
pp.140;148
• Herrera CO.Gangguan tidur. In: The Merck Manual of
Geriatrics. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997. pp.200-10
• http://digilib.unsri.ac.id/download/INKONTINENSIA%20URI
NE.pdf

Anda mungkin juga menyukai