Anda di halaman 1dari 74

PENGANTAR

FILSAFAT & MANAJEMEN


PENDIDIKAN KRISTEN
by Dr. J. Priyanto Widodo, M.Pd., M.Th.

1
Kompetensi:
• Memahami Peraturan Perundangan Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Filsafat Dalam
Kaitannya dengan Pendidikan Kristen

Indikator :
• Menjelaskan peraturan-peraturan tentang pen-
didikan dasar menengah (Dikdasmen) dan
pendidikan tinggi (Dikti)
• Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi
sistem pendidikan di Indonesia

J. Priyanto Widodo
Tujuan Pembelajaran:
• Mahasiswa dapat menjelaskan peraturan
perundangan dan filsafati tentang sistem pendidikan
jenjang pendidikan dasar menengah dan jenjang
pendidikan tinggi
• Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sistem dan filsafat
pendidikan di Indonesia
• Memiliki sikap positif terhadap perubahan sistem
pendidikan di Indonesia

J. Priyanto Widodo
PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
The Liang Gie (2004:61) mendefinisikan Filsafat ilmu 
Segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

Landasan dari ilmu itu mencakup:


(1) konsep-konsep pangkal,
(2) anggapan-anggapan dasar,
(3) asas-asas permulaan,
(4) struktur-struktur teoritis, dan
(5) ukuran-ukuran kebenaran ilmiah.

4
MANFAAT FILSAFAT PENDIDIKAN

Nasution (1982: 30-31) filsafat pendidikan bermanfaat :


1. Menentukan arah kemana anak-anak harus dibawah.
2. Menentukan tujuan pendidikan.
3. Menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan
4. Memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
5. Memungkinkan si pendidik menilai usahanya.
6. Memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-
kegiatan pendidikan.

5
Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan, karena
- Akhir dari pendidikan adalah akhir dari filsafat, yaitu
kearifan (wisdom).
- Alat dari filsafat adalah alat dari pendidikan, yaitu
pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada
kearifan.

Suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan


tanpa kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat
sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk gagal. Persoalan
pendidikan adalah persoalan filsafat.

6
TRI PUSAT PENDIDIKAN
(Keluarga, Gereja, Sekolah)

1. KELUARGA  Pendidikan Informal


(Rumah, Orang Tua/ Keluarga,
norma, dll. )
2. GEREJA  Pendidikan Nonformal
(Tempat, Pendeta, Gembala, Jemaat,
Bahan ajar, dll.)
3. SEKOLAH  Pendidikan Formal
(Tempat, Guru, Kurikulum, Buku,
Bahan ajar, & Sumber Belajar yang lain)
Tujuan Pendidikan Nasional
(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003)
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. (Lebih mengarah Pend. Karakter)

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha


Sikap Spiritual
Esa
berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis
Sikap Sosial
serta bertanggung jawab
Pengetahuan berilmu
Keterampilan cakap dan kreatif
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
4 PILAR PENDIDIKAN UNESCO (PBB)
AKAN BERPENGARUH SAAT
• LEARNING TO KNOW YBS MELAKUKAN 2 PILAR
LAINNYA
• LEARNING TO DO
• LEARNING TO LIVE
LEBIH DEKAT
TOGETHER DG KARAKTER

• LEARNING TO BE
KOMPETENSI

Sikap Ketrampilan Knowledge


(afektif) (skill) (kognitif)

A5 Menjadikan pola P5 Naturalness C6 Menciptakan


hidup P4 Perangkaian C5 Evaluasi
A4 Mengatur diri P3 Ketepatan C4 Analisis
A3 Menghargai P2 Penggunaan C3 Penerapan
A2 Menanggapi
P1 Peniruan C2 Pemahaman
A1 Menerima
C1 Ingatan
(softskill)?
Hirarkhi perilaku kognitif

6. Create
5. Evaluate
4.Analyze
3. Apply
2. Understand
1. Remember
APAKAH PENDIDIKAN ITU?

1. Ki Hajar Dewantoro
Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
(intelek), dan jasmani anak.
2. Dalam GBHN Tahun 1973
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup. 17
3. UU RI No. 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
4. UU RI No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
18
5. Dalam Bahasa Yunani (Paedagogiek)
Pendidikan artinya: Pais artinya anak, gogos artinya
membimbing, menuntun, mengarahkan, iek artinya
ilmu. Jadi Paedagogiek artinya ilmu yang
membicarakan bagaimana cara memberikan bimbingan
kepada anak.
6. Dalam Bahasa Inggris (Education)
Kata latinnya Educare. Ek artinya keluar, Ducare artinya
mengantar, mengarahkan, membimbing, memimpin.
Jadi educare artinya nara didik/anak atau membawa
keluar, yang tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun
agar tumbuh benar.
19
7. Pendidikan Inggris-nya education, dari bahasa Latin
educatus : berarti ducare yang artinya to lead.
Diawali dengan e artinya out. Jadi to lead out artinya
kegiatan memimpin keluar.
8. Makna edukasi ada tiga dimensi :
a. dari mana starting pointnya
b. dari mana prosesnya
c. kemana memimpinnya
9. Kata educatus diartikan merawat, memperlengkapi
dengan gizi yang sehat. Gizi pendidikan yang sesuai
standard.
20
PENGERTIAN PAK

Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang


Standar Isi diungkapkan bahwa PAK ialah Usaha yang
dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan
pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan
menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap
sesama dan lingkungannya. (Pengertian PAK ini adalah
hasil rumusan Lokakarya Strategi PAK di Suka Bumi
tahun 1999).
21
FORMAT PENDIDIKAN

1. Formal Education
Format Pendidikan yang terinstitusi, bertingkat secara
hirarkis.
2. Informal Education
Proses pendidikan seumur hidup, dalam pengalaman
sehari-hari.
3. Non Formal Education
Format pendidikan yang terorganisir dan sistematis,
dilaksanakan diluar framework/structur formal
education, menghasilkan sistem belajar yang spesial.
22
TUJUAN PENDIDIKAN KRISTEN

1. MISI PENDIDIKAN KRISTEN sesuai dengan


Firman Tuhan ialah sebagai sarana promosi nilai
iman Kristiani di tengah masyarakat.

2. TUJUAN PENDIDIKAN KRISTEN menyajikan


kebenaran, yang menjadikan seorang Kristen yang
punya nilai Alkitabiah.

23
3. MEMPUNYAI MOTIVASI, TUJUAN, VISI, MISI
yang unik yaitu berfokus: dasar Kristus, dasar
Alkitab, dalam dinamika pekerjaan Roh Kudus.

4. MEMILIKI GOAL yang membedakan proses


pendidikan Kristen adalah transformasi peserta
didik/umat Kristiani mengarahkan serupa dengan
Kristus (Kolose 1:28)

24
MODEL PENDIDIKAN KRISTEN

1. CHRIST CENTERED – Kristus Sentris. Tiap orang


diselamatkan dan bertumbuh karena anugerah
Kristus. Kristus Juruselamat
2. BIBLE BASED – Alkitab adalah Dasar Pedoman
Hidup. Manfaat Alkitab menolong proses pendidikan.
3. GOSPEL BASED – Injil adalah Dasar Berita
Sukacita.
4. HOLY SPIRIT BASED – Roh Kudus berperan
penting dalam kelahiran Yesus dan manusia baru.
25
MAKNA PENDIDIKAN KRISTEN

1. Pendidikan Kristen ialah pendidikan yang menuju


pada proses kedewasaan. Yang berpusatkan pada
Tuhan Yesus Kristus.

2. Proses Pendidikan Kristen ialah menuntun kepada


keselamatan oleh iman kepada Kristus (2 Tim. 3:15),
bertumbuh melalui pengajaran Firman Tuhan
(2 Tim. 3:16), dan berbuah dalam perbuatan baik
(2 Tim. 3:17).
26
3. Pendidikan Kristen adalah program pengkaderan
(2 Tim. 2:2)

4. Pendidikan Kristen adalah sarana untuk


memperlengkapi seluruh anggota jemaat bagi
pelayanan (Efesus 4:15-16).

5. Pendidikan Kristen ialah tanggung jawab pemimpin


jemaat (Efesus 4:11-16).

27
DASAR THEOLOGIS PENDIDIKAN KRISTEN

1. Ul. 6:4-9, “…haruslah engkau mengajarkannya


berulang-ulang kepada anak-anakmu. (Kalimat
berulang-ulang, bahasa Ibrani : Shanan, artinya
mengasah, meruncingkan, dan menajamkan).
2. Ef. 6:4, “…didiklah mereka dalam ajaran dan nasehat
Tuhan”.
3. Ams. 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang daripada jalan itu”.
28
4. 2 Tim. 3:16, Firman Tuhan bermanfaat untuk

“mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki

kelakuan, mendidik dalam kebenaran”.

5. Ajarlah... (Ulangan 6:4-7).

6. Didiklah... (Amsal 22:6).

7. Taruhlah dalam hal… (Ulangan 11:18-19).

29
FONDASI THEOLOGIS KOMPETENSI

ALLAH (KEJADIAN 1:1)


PENCIPTA – SUMBER

MANUSIA (KEJADIAN 1:26-27)


TSELEM (IMAGE) GAMBAR + DEMUTH (LIKENESS) RUPA

HASILNYA (UL. 6:4-9; AMS. 22:6; 2 TIM. 2:2)


TERDIDIK – TERLATIH

KOMPETEN (KEJADIAN 2:7)


30
GURU sebagai PROFESI

A. PENGERTIAN PROFESI
1. Pengertian Profesi ialah bahasa latin proffesio, dua
pengertiannya ialah janji atau ikrar dan pekerjaan.
Secara universal pengertiannya mencakup “apa saja”
dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan keahlian tertentu.
2. Kata profesi indentik dengan kata “keahlian, yang
diartikan seorang yang melakukan tugas profesi
sebagai seorang ahli (expert).
3. Profesi ialah jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian (experties), tanggung jawab, dan kesetiaan
dari para pelakunya.
31
KKNI adalah
Pengguna lulusan kerangka penjenjangan
ASOSIASI INDUTSRI kualifikasi kerja yang
9 menyandingkan,
Kemenakertrans menyetarakan,
8 mengintegrasikan,
sektor pendidikan dan
7 pelatihan serta
pengalaman kerja dalam
6 rangka pemberian
ASOSIASI PROFESI 5 pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan jabatan kerja
Pengembangan 4 di berbagai sektor.
individu & karir
3
Kemendikbud perwujudan mutu dan jati diri
2 bangsa Indonesia terkait
Pengembangan
keilmuan, pengetahuan,
1 dengan sistem pendidikan dan
dan keterampilan pelatihan serta program
INSTITUSI PENDIDIKAN peningkatan SDM secara
nasional
S3
Spesialis S3
(Terapan) 9
S2 8 S2
(Terapan)
Profesi
7
D IV 6 S1

D III 5
D II 4
DI
3
SMK SMA
2
1
B. PENGERTIAN PROFESIONAL
1. Kata profesional diadaptasikan dari istilah bahasa
Inggris, yaitu : proffesion yang artinya pekerjaan atau
karir.
2. Dalam UU Guru & Dosen No. 14/2005 (Pasal 1 ayat
4) dinyatakan bahwa, “profesional adalah
kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan
keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain”.
3. Jadi profesional adalah orang yang menyandang
jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan
keahlian atau keterampilan yang tinggi.
34
CIRI KEPRIBADIAN GURU
PROFESIONAL

Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen Pasal 10 ayat 1, ciri-ciri guru profesional sebagai
berikut.
1. Mempunyai kompetensi pedagogik: yaitu menyangkut
kemampuan mengelola pembelajaran. Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
menilai hasil pembelajaran. Dan melakukan
bimbingan dan latihan kegiatan ekstrakulikuler.
2. Mempunyai kompetensi kepribadian, yaitu
menyangkut kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi
peserta didik. 35
3. Mempunyai kompetensi profesi, yaitu menyangkut
penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang
tertentu sudah merupakan kewajiban untuk
menguasai materi yang menyangkut bidang tugas
yang diampu (ditopang, didorong).
4. mempunyai kompetensi sosial, yaitu menyangkut
kemampuan guru berinteraksi dengan peserta didik,
sesama guru, wali murid, dan masyarakat.
Kemampuan berkomunikasi dengan baik
merupakan salah satu penentu keberhasilan
seseorang dalam kehidupan. Sehingga dapat
menjalin keterbukaan. 36
Lebih lanjut menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Bab IV Pasal 8, Pasal 13 bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompentensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sejalan dengan pasal di atas, menjelaskan
beberapa aspek yang harus terkandung dengan
kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan
seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan
dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk
memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki
pengetahuan yang memadai tentang langkah-
langkah berpikir ilmiah.
37
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman
kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
3. Ketrampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki
oleh individu untuk melakukan tugas yang
dibebankan.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang
telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi
bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam
segala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang
untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
38
YESUS PROFESI GURU AGUNG YANG
PROFESIONAL
1. Kata profesi atau proffesion berasal dari kata kerja to
profess yang artinya mengaku. Mengaku ialah
meyakini suatu kebenaran sedemikian rupa hingga kita
bersaksi tentang keyakinan itu dan menjadi keyakinan
itu sebagai ikrar.
Contoh: dalam 1 Timotius 6:13 tertulis bahwa Tuhan
Yesus “telah mengikrarkan ikrar yang benar”. Dalam
Alkitab Yunani ditulis bahwa Yesus “marture-santos ...
Kalen homologian”. Kata marturesantos berasal dari
kata martureo (= bersaksi) dan dari situ lahir kata
martus (=martir, syahid). Sedangkan homologian
berasal dari kata homologeo (= mengaku). Ayat ini
memperlihatkan kedalaman arti perbuatan mengaku. 39
2. Mengaku ialah bersaksi tentang suatu kebenaran yang
bisa berakibat besar, bahkan bisa berakibat
pengorbanan nyawa. Jadi pemahaman mengaku
kesimpulannya menyangkut seluruh eksistensi dan
konsekuensi hidup dengan sepenuh hati dan dengan
segenap jiwa.
3. Guru sebagai profesi tidak sebatas mencari hidup –
nafkah. Tetapi dia seorang pendidik yang menghantar
keluar (edukasi – ex ducare = menghantar keluar),
sebuah generasi dari ketidaktahuan dan
ketidakdewasaan.
4. Guru yang profesional bukanlah hanya guru yang
mengajar sebagai kewajiban melainkan sebagai
kesempatan dalam panggilan hidup. 40
PERFORMANCE YESUS sbg
GURU AGUNG

1. Karakter Yesus, visioner: jangkauan berpikir Yesus


jauh ke depan, Yohanes 15:18.
2. Spirit yang kuat, komunikatif: membangun
komunikasi baik dan positif kepada siapapun.
3. Falsafah Yesus, kasih dan melayani, Matius 22:37-
40.
4. Kompetensi Yesus, terampil dan terlatih dalam
pekerjaan.
5. Kharisma, memiliki spiritualitas hikmat yang
dalam. 41
6. Integritas Yesus, utuh dan sempurna mengasihi Bapa-
Nya dan komitmen dengan pekerjaan pelayanan-Nya.
7. Integritas artinya kebulatan, keutuhan, kejujuran, dan
ketulusan hati. Integritas bahasa Latin : keutuhan,
kelengkapan, kebulatan, kesalehan, dan kemurnian.
Dari bahasa Yunani: integer istilah matematika.
Artinya angka bulat. Maknanya keutuhan. Orang
Ibrani memaknai integritas ialah esa. Mengarah
kepada YAHWE.
42
METODE MENGAJAR YESUS DAN PRINSIP
DALAM AKTIVITAS MENGAJAR

1. Metode Mengajar Yesus :


a. Gaya mengajar Tuhan Yesus : berwibawa dan
menyenangkan (Markus 1:22, 12:37).
b. Gaya mengajar atau metode CERAMAH :
Matius 5-7.
c. Metode BIMBINGAN : Matius 5-7; Mat.10:5-7,
40-42
d. Metode MENGHAFALKAN : Matius 12:1-8,
Mat. 9:12, Mrk. 10:45.
e. Metode PERWUJUDAN: Yoh.8:1-7, Mat. 27:11,
Mat. 2:13-15, Mat. 4:1-11, Mrk. 10:32,34,35 43
f. Metode DIALOG : Matius 19:16-26, Yoh. 4:42,
Mat. 19:22.
g. Metode DIAM/SEDIKIT BICARA : Yoh. 8:1-7,
Mat. 27:11.
h. Metode PERJUMPAAN : Matius 16:13,
Yoh. 9:35, Luk. 7:36-50.
i. Metode STUDI KASUS : Lukas 15:2,32.
j. Metode PERBUATAN SIMBOLIS : Mat. 10:38,
Luk. 24:32.

44
2. Prinsip Dasar Dalam Aktivitas Metode Mengajar :
a. Menguasai Materi/Isi Pelajaran :
Pembina/Pengajar harus mengetahui apa
yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Dengan wibawa seorang pengajar, yang
menguasai materi pelajaran, memungkinkan
tercapai target pencapaian pelajaran dan
murid interest terhadap pelajaran.
b. Mengetahui dengan jelas Sasaran Pokok
Pengajaran :
1) Pengajaran harus mempunyai inti sasaran
yang jelas (sumber pengetahuan).
45
2) Sasaran pengajaran harus bertitik tolak dari
konsep murid (ada unsur pengertian).
3) Hasil sasaran pengajaran harus mencapai
hasil belajar (mencapai sikap keseharian
ada buah).
4) Hasil sasaran pengajaran dapat dicapai
(menghasilkan keterampilan).
c. Mempunyai Susunan Materi yang Sistematis :
Pengajaran yang sistematis yang rapi tersusun
menghasilkan sebuah seni belajar mengajar
yang teratur dan mudah dipahami.
46
d. Menggunakan banyak contoh/ilustrasi :

Tuhan Yesus Guru Agung yang kreatif dalam


menggunakan banyak contoh di sekitar kehidupan
manusia dan alam. Sehingga menghasilkan Visi dan
Inovasi (Mat. 5:45-46, Yoh. 15:1-7, Mat. 7:9-11, Mat.
7:24-27, Mat. 5:23-26, Mat. 6:5-8).

e. Menggunakan contoh teladan tokoh-tokoh iman :

Pemimpin atau tokoh iman yang menyampaikan


firman dan hidup dengan firman (Ibrani 13:7).
47
f. Melibatkan peserta didik/murid dalam pelajaran :

Keterlibatan murid dalam proses belajar mengajar

menghasilkan stimulant dan motivasi bagi murid.

g. Menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan

fleksibel.

h. Keteladanan hidup merupakan cara contoh hidup

dalam proses mengajar.


48
PENDIDIK KRISTEN ADALAH GURU

1. Guru adalah pendidik


profesional.
2. Guru harus terdidik dengan baik
(Well-Educated).
3. Guru harus terlatih dengan baik
(Well-Trained).
4. Memiliki kompetensi
Paedagogik.
5. Memiliki kompetensi
kepribadian.
6. Memiliki kompetensi sosial. 49
SNP, PP NO. 19 TAHUN 2005
STANDAR
PENILAIAN
PENDIDIKAN

STANDAR
STANDAR
PEMBAYARAN
ISI

STANDAR STANDAR
NASIONAL STANDAR
PENGELOLAAN
PENDIDIKAN PROSES

STANDAR STANDAR
SARANA DAN KOMPETENSI
PRASARANA STANDAR KELULUSAN
PENDIDIKAN DAN
TENAGA
KEPENDIDIKAN

50
GURU & MEDIA PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
1. Media Pembelajaran faktor penunjang
keberhasilan untuk memberikan kontribusi
pendidikan.
2. Media Pembelajaran berperan penting dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Media Pembelajaran salah satu komponen sangat
diperlukan untuk peningkatan mutu pendidikan,
khususnya PAK.
4. Pembelajaran ialah aktivitas untuk membimbing
peserta didik untuk mengalamai perubahan
dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan
spiritual.
51
B. DEFINISI MEDIA
1. Kata media berasal dari bahasa Latin, medius yang
artinya, “tengah”, “pengantara atau perantara”.
2. Menurut AECT (Association of Education and
Communication Technology), Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan, media ialah segala bentuk
dan saluran yang digunakan orang untuk
menyampaikan pesan atau informasi.
3. Menurut National Education Association (NEA)
Asosiasi Pendidikan Nasional, media ialah segala
bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio
visual. 52
C. DEFINISI PEMBELAJARAN
1. Istilah pembelajaran berasal dari kata “belajar”,
bukan “ajar”, atau bukan juga kata kerja “mengajar”.
Dengan demikian, “pembelajaran” tidak sama
dengan “pengajaran”. Dari istilah “pembelajaran”
menunjuk pada peserta didik yang belajar,
sementara istilah “pengajaran” mengarah pada guru
yang mengajar.
2. Kata “pembelajaran” sebagai suatu kondisi yang
diciptakan untuk membuat seseorang melakukan
kegiatan belajar. Khususnya untuk peserta didik.
53
D. DEFINISI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media pembelajaran adalah perantara yang
digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat
bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa
pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(siswa).
2. Definisi media pembelajaran dapat juga diartikan
sebagai proses pembelajaran untuk dapat
menyalurkan informasi atau pesan serta sebagai
perantara komunikasi dalam proses belajar
mengajar.
54
E. CIRI-CIRI MEDIA PEMBELAJARAN

1. Ciri Faksatif (fiksative property) :


Ciri yang menggambarkan kemampuan media
merekam, menyimpan, melestarikan dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Contoh :
fotografi, audio tape, disket computer, flash disk, dan
film.
2. Ciri Manipulatif (manipulative property) :
Transformasi kejadian yang terjadi berhari-hari yang
disajikan kepada peserta didik.
55
F. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Fungsi Atensi :
Media pembelajaran sebagai sarana untuk
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Fungsi Afektif :
Fungsi Afektif untuk menggugah perasaan, emosi
dan tingkat penerimaan atau penolakan peserta
didik terhadap sesuatu.
3. Fungsi Kognitif :
Sebagai media visual yang terlihat melalui data-data
dan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan. 56
Lanjutan FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
4. Fungsi Kompensatoris :
Sebagai media pengajaran yang terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu peserta
didik yang lemah dalam membaca dan daya ingat.
5. Fungsi Motivasi :
Untuk memberikan motivasi yang dibutuhkan dalam
proses belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Supaya peserta didik mempunyai motivasi belajar
dalam memberikan arah dan tujuan.
57
G. PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Menyeragamkan penyampaian materi


2. Memperjelas materi dan menarik
3. Mengatasi keterbatasan waktu, jenjang dan tempat
4. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
5. Lebih interaktif, efektif, efisiensi waktu dan tenaga
6. Meningkatkan kualitas hasil belajar
7. Menumbuhkan sikap positif siswa
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif
58
Lanjutan PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN

9. Mampu membuat guru dan siswa menjadi kreatif

10. Mengatas peristiwa-peristiwa alam

11. Mampu menyamakan pengamatan

12. Membangkitkan motivasi

13. Memberikan dasar pengalaman nyata

14. Mempertinggi perhatian siswa

15. Meningkatkan kualitas hasil belajar


59
H. JENIS-JENIS MEDIA

1. Media berbasis manusia


2. Media berbasis alam semesta
3. Media berbasis cetakan
4. Media berbasis Informatika Teknologi (IT)
5. Media berbasis audio
6. Media berbasis visual
7. Media berbasis komputer

60
I. PERTIMBANGAN MEMILIH MEDIA

1. Akses
2. Biaya
3. Teknologi
4. Organisasi
5. Kebaruan
6. Keamanan/kenyamanan

61
J. KRITERIA MEDIA PEMBELAJARAN

1. Harus ada kejelasan dan sinkronisasi antara maksud


dan tujuan pembelajaran

2. Memiliki karakteristik sebagai media pembelajaran

3. Memiliki alternatif

4. Ada keterpaduan (validitas), keadaan peserta didik,


ketersediaan, mutu teknis, biaya

5. Netral

62
CONTOH MATRIKS SILABUS
(IKHTISAR SUATU PELAJARAN) DAN PROTOTIPE
(MODEL YANG MULA-MULA, CONTOH ASLI,
BENTUK DASAR, BENTUK ASAL) SAP
(SATUAN ACARA PERKULIAHAN)
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK).
(DENGAN PERIKOP PIDATO PENGAJARAN MUSA
DARI ULANGAN 6:4-9)

1. Nomor : Nomor urut


2. Topik : Pembukaan pidato pengajaran Musa
3. Sub Topik :
a. Supaya orang Israel mendengar perintah
Tuhan.
b. Pendidikan dari Tuhan untuk Israel.
63
4. Tujuan Umum Pembelajaran (TUP) : supaya Israel
atau umat Tuhan hanya mengabdi kepada Tuhan
Yang Esa saja.
5. Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) :
a. Supaya mereka mengasihi Tuhan dengan
segenap hati.
b. Supaya mereka mengasihi Tuhan dengan
segenap jiwa.
c. Supaya bangsa Israel mengasihi Tuhan
dengan segenap kekuatan.
64
6. Pokok-pokok Materi :
a. Mengasihi dan menghormati Tuhan.
b. Mentaati firman Tuhan.
c. Mengenal Tuhan secara pribadi.
d. Menghargai pemimpin atau pelayan Tuhan.
7. Alokasi Waktu & Pendalaman :
a. 2 x 45 menit.
b. Setiap saat (dalam menghormati, taat, dan ikut
Tuhan).
c. Pendalamannya apabila berbaring dan apabila
bangun.
65
8. Pengajar dan Pelajar:
a. Pengajar Allah sendiri (Ul. 6:4).
b. Generasi tua dan muda (Ul. 6:6).
c. Generasi muda (Ul. 6:7).
9. Metode Mengajar/Pengalaman Belajar :
a. Memperhatikan (Ul. 6:6).
b. Mengajarkan berulang-ulang (Ul. 6:7).
c. Membicarakan (Ul. 6:7).
d. Mengikat (Ul. 6:8).
e. Menuliskan (Ul. 6:9).
66
10. Media Pembelajaran :
a. Tulisan yang diikat (Ul. 6:8).
b. Tulisan yang ditempel (Ul. 6:9).
11. Bentuk Evaluasi :
a. Tanya jawab
b. Kehidupan sehari-hari
c. Lisan
d. Doa pribadi
e. Saat teduh
f. Dalam bentuk tulisan
67
Jika teolog lebih memikirkan (Content/isi), sedangkan
pendidik Kristen atau profesi guru lebih memikirkan
“Metode/How to”, yang mengusahakan penerapan isi
Kristen secara sistematis dan praktis dengan berbagai
variasi metode melalui proses belajar mengajar. Jika
hanya memahami sebatas isi, dan tidak mampu
menyampaikan secara relevan, hanya pandai mengajar,
tapi tidak mampu menggunakan metode mengajar
dengan baik bahkan isinya kurang, akan terjadi
“kecelakaan teologia”.
68
Marilah kita belajar dari teladan Yesus Kristus sebagai
Guru Agung.....
1. “Rabi”, sapaan pertama dari orang banyak yang
ditujukan kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya
(Yoh. 1:35-38). Rabi adalah kata Ibrani dan Aram
yang artinya guru .
2. Keempat Injil menyebut Yesus adalah Rabi, atau kata
Yunaninya yaitu didaskalos, digunakan 42 kali.
Sebutan Rabi 12 kali dan rabuni 2 kali, artinya guru.
3. Yesus Kristus sendiri menyebut dirinya sebagai guru
(Mat. 23:8, Mrk. 14:14).
69
4. Yesus mengajar di sinagoge, di tepi danau, dijalan, di

bukit, di pantai, dipinggir sumur, dimana-mana.

Markus 6:6 mencatat, “Yesus berjalan keliling dari

desa ke desa sambil mengajar”.

5. Mengajar ialah pekerjaan Yesus Kristus yang utama

yang menyenangkan. Dalam Matius 4:23 dicatat,

“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea, Ia

mengajar dalam rumah-rumah ibadat.”


70
6. Bagaimanakah reaksi atau kesan para murid

mendengar pengajaran Yesus? ..... Markus 1:22

menulis : ”Mereka takjub mendengar pengajaranNya,

sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang

berkuasa ...” ungkapan “sebagai orang yang

berkuasa” adalah terjemahan dari eksousian ekhoon

yang lebih tepat diterjemahkan “sebagai orang yang

berwibawa” atau “dengan berwibawa”.


71
Bagaimana dan darimana Yesus Kristus memperoleh
wibawa itu.......................?
1. Wibawanya terletak dalam integritasnya, yaitu
konsistensi dan komitmen antara kata dan perbuatan.
Hidup Yesus merupakan wujud dari perkataannya.
Yesus mengajar dengan kehidupan. Dan hidupnya itu
ialah teladan.
2. HidupNya bukanlah berisi usaha untuk memperoleh
keinginanNya. Melainkan untuk melaksanakan
keinginan Allah Bapa. Yesus berkata “Ajaran-Ku
tidak berasal dari Diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia
yang telah mengutus Aku” (Yoh.7:16)
72
3. Kurikulum pengajaran Yesus berasal dari BapaNya,
dan Yesus melaksanakannya dengan setia,
“barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia
akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah,
entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (ay.17).
4. Sumber pengajaran Yesus sebagai guru secara teratur
Yesus meminta kepada BapaNya melalui komunikasi
saat teduh atau menciptakan waktu teduh dan tenang
untuk mendengarkan masukan dari BapaNya
(Markus 1:35-39).
73
5. Sapaan atau sebutan sebagai rabi atau guru, bukan

hanya sapaan dalam awal pelayananNya, tapi juga

sapaan setelah kebangkitanNya (Yoh 20:16),

“Rabuni” yang artinya guru. YESUS ADALAH

GURU AGUNG.

74

Anda mungkin juga menyukai