Anda di halaman 1dari 65

CSS Kurang Energi Protein

Resti Fauziah Hidayat 130112170689


Nandini Nur Annisa 130112170527
DEFINISI
• Batasan KEP (kurang Energi Protein) : Suatu kondisi patologis yang diakibatkan kegagalan kronik
dan kumulatif terpenuhinya kebutuhan fisiologis energi dan protein (tidak mencapai angka
kecukupan gizi).
• Klasifikasi KEP (Panter&UNICEF):

*MUAC = Mid-upper arm circumference/ LILA


KEP Berat secara klinis dibagi 3 :
1. Marasmus : bentuk dari protein energy malnutrisi yang terjadi karena defisit kalori
berkepanjangan, terutama terjadi pada tahun pertama kehidupan, dengan retardasi
pertumbuhan dan adanya “wasting” pada lemak subuktan dan otot. (Dorland)
2. Kwashiorkor : bentuk dari protein energy malnutrisi yang disebabkan karena defisiensi
protein yang kronis, juga disertai asupan kalori yang rendah. (Dorland)
3. Marasmic-Kwashiorkor : kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor
EPIDEMIOLOGI
Percentage of children under 5 who are has severe malnutrition, 2010
DI Indonesia prevalensi angka gizi buruk masih
tinggi, yakni mencapai 5,7% dan gizi kurang 13,9%
(TAHUN 2016)

Prevalence KEP di indonesia pada anak kurang dari 5


bulan
ETIOLOGI
Sekunder : Akibat
Primer : penyakit lain (misal
kekurangan penyakit infeksi,
konsumsi ginjal, hati,
makanan jantung, paru, dll)
FAKTOR RISIKO
• Sosial Ekonomi
• Pendidikan orangtua
• Bayi dengan berat badan lahir rendah
• Kurang atau tidak diberi ASI
• Penyakit infeksi
• Faktor lingkungan (banjir, gempa)
PATHOGENESIS
MARASMUS KWASHIORKOR
Serum Iron deficiency
MARASMUS KWARSHIORKOR
MANIFESTASI KLINIS MARASMUS-
KWASHIORKOR
DIAGNOSIS
Anamnesis
Tanya tentang keluhan utama (onset, progressivity, quality, reliver factor, aggravating factor,
severity, timing)
Ada keluhan seperti muntah, demam, dll
Apakah ada keluhan pada BAK dan BAB
Tanda-tanda komplikasi : dehidrasi, penurunan kesadaran, panas yang sangat tinggi
Riwayat pengobatan dan penyakit
Riwayat makan (food recall)
Riwayat imunisasi
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat keluarga
Riwayat kelahiran

*Cari penyebab primer/sekunder KEP


Pemeriksaan Fisis
• Keadaan umum, kesadaran
• Tanda-tanda vital, anthropometric dan status gizi *PLOTTING
• Head to toe examination (ada tanda- tanda dehidrasi, makro dan mikronutrient defisiensi,
etc)

Pemeriksaan Penunjang
• Lab rutin (Hb, hct, thrombosit, leukosit, diff count)
• Electrolyte (Na, K, Mg , Cl, Bicarbonate)
• Gula darah
• Total protein, albumin
• Ureum, creatinin
• C-reactive protein
• Stool examination
TATALAKSANA
Terapi KEP

5 Aspek penting yang perlu diperhatikan :


1. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP Berat ( 10 Langkah )
2. Pengobatan Penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan kegawatdaruratan
Sepuluh Langkah Utama pada
Tatalaksana KEP Berat
Hipoglikemi | Hipotermia | Dehidrasi | Elektrolit | Infeksi | Mikronutrien |
Makanan | Tumbuh kejar | Emosional | @Rumah
Langkah ke-1: Pengobatan/Pencegahan
Hipoglikemia
Bila hipoglikemia (kadar gula darah <54 mg/dL atau 3 mmol/dL), berikan:
 Bila anak sadar
1. Glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% 50 mL bolus (pemberian sekaligus) (1 sdt
gula dalam 5 sdm air) p.o. atau pipa nasogastrik (nasogastric tube/NGT)
2. Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 mnt selama 2 jam (setiap kali
berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
3. Berikan antibiotik (lihat langkah 5)
4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)
 Bila anak tidak sadar
1. Glukosa 10% i.v. 5 mg/kgBB diikuti dengan glukosa atau
2. Sukrosa 10% sebanyak 50 mL melalui NGT. Bila anak mulai sadar segera berikan
F75 (lihat langkah 6)
Langkah ke-1: Pengobatan/Pencegahan
Hipoglikemia (cont.)
• Pemantauan
1. Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari ujung
jari atau tumit sesudah 2 jam
2. Sekali diobati kebanyakan anak akan stabil dalam 30 mnt
3. Bila gula darah ↓ lagi sampai <50 mg/dL, ulangi pemberian 50 mL (bolus) larutan
glukosa 10% atau sukrosa dan teruskan pemberian setiap 30 mnt sampai stabil
4. Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36 °C dan atau kesadaran ↓
• Pencegahan
1. Mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam (langkah 6) sesudah dehidrasi dikoreksi
2. Selalu memberikan makanan sepanjang malam

Catatan
1. Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat menderita
hipoglikemia dan atasi segera
Langkah ke-2: Pengobatan/Pencegahan
Hipotermia
Bila suhu ketiak <36 °C
 Periksa suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada
pemeriksaan dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia

Bila suhu dubur <36 °C


 Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
 Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di
dada ibu, dan selimuti
 Berikan antibiotik (lihat langkah 5)
Langkah ke-2: Pengobatan/Pencegahan
Hipotermia (cont.)

Pemantauan
• Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5 °C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 mnt
• Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hr
• Raba suhu anak
• Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia
Pencegahan
• Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6)
• Sepanjang malam selalu beri makan
• Selalu selimuti dan hindari basah
• Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama)
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi

 Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan


untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung (lihat penanganan
kegawatan)
 Berikan larutan garam khusus yaitu resomal atau penggantinya (lihat
lampiran tentang cairan resomal)
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi
(cont.)
 Cairan resomal/pengganti sebanyak 5 mL/kgBB/30 mnt selama 2 jam
p.o. atau lewat NGT
 Selanjutnya beri 5–10 mL/kgBB/jam untuk 4–10 jam berikutnya;
jumlah tepat yang harus diberikan bergantung pada berapa banyak
anak menginginkannya dan jumlah kehilangan cairan melalui feses dan
muntah
 Ganti resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan
formula khusus berjumlah sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil
 Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6)
 Selama pengobatan, pernapasan cepat dan nadi lemah akan membaik,
serta anak mulai BAK
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan
Dehidrasi (cont.)
• Pemantauan
• Penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½–1 jam selama 2 jam pertama → setiap
jam untuk 6–12 jam, dengan memantau:
• Denyut nadi
• Pernapasan
• Frekuensi BAK
• Frekuensi diare/muntah
• Air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang, serta
perbaikan turgor kulit merupakan tanda rehidrasi sudah berlangsung, tetapi pada KEP
berat perubahan ini sering kali tidak terlihat walaupun rehidrasi sudah tercapai.
Pernapasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukkan
infeksi atau kelebihan cairan
• Tanda kelebihan cairan: frekuensi pernapasan dan nadi ↑, edema dan pembengkakan
kelopak mata ↑. Bila terdapat tanda-tanda tersebut, segera hentikan pemberian cairan
dan nilai kembali sesudah 1 jam
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan
Dehidrasi (cont.)
Pencegahan
 Bila diare encer berlanjut → teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)
 Ganti cairan yang hilang dengan resomal/pengganti (jumlah lebih kurang sama).
Sebagai pedoman, berikan resomal/pengganti sebanyak 50–100 mL setiap kali
BAB cair
 Bila masih mendapat ASI teruskan
Langkah ke-4: Koreksi Gangguan
Keseimbangan Elektrolit
 Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dalam edema, berikan:
 K 2–4 mEq/kgBB/hr (150–300 mg KCl/kgBB/hr)
 Mg 0,3–0,6 mEq/kgBB/hr (7,5–15 mg MgCl 2 /kgBB/hr)
 Untuk rehidrasi, beri cairan rendah Na (resomal/pengganti)
 Siapkan makanan tanpa diberi garam
 Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung dalam makanan. Penambahan 20 mL larutan pada
1 L formula dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg.
Langkah ke-5: Pengobatan dan Pencegahan
Infeksi
• Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukkan infeksi seperti
demam sering kali tidak tampak, sehingga pada semua KEP berat
diberikan secara rutin:
• Antibiotik spektrum luas
• Vaksinasi campak bila usia anak >6 bl dan belum pernah diimunisasi, bila
keadaan anak sudah memungkinkan (paling lambat sebelum anak dipulangkan)
• Ulangi pemberian vaksin sesudah keadaan gizi anak membaik
• Beberapa ahli memberikan metronidazol (7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hr)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas untuk mempercepat perbaikan
mukosa usus dan mengurangi risiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik
akibat pertumbuhan bakteri anaerob dalam usus halus
Langkah ke-5: Pengobatan dan Pencegahan
Infeksi (cont.)
• Pilihan antibiotik spektrum luas
• Bila tanpa penyulit
• Kotrimoksazol 5 mL suspensi pediatri p.o. 2×/hr selama 5 hr (2,5 mL bila BB <4 kg)
• Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia,
infeksi kulit, saluran respiratori atau kemih), berikan:
• Ampisilin 50 mg/kgBB i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hr, kemudian p.o. amoksisilin 15 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 5 hr
• Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam p.o. dan Gentamisin 7,5
mg/kgBB/hr i.m./i.v. selama 7 hr
• Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kg/BB i.m./i.v.
setiap 6 jam selama 5 hr
• Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang sesuai. Tambahkan
obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria (+)
• Bila anoreksia menetap sesudah 5 hr pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hr. Bila
masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi infeksi, kemungkinan
terdapat organisme yang resisten, serta apakah vitamin dan mineral sudah diberikan dengan benar
Langkah ke-6: Koreksi Defisiensi Mikronutrien
Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral
Walaupun anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi
(Fe), tetapi tunggu sampai anak mau makan dan BB-nya mulai ↑ (biasanya sesudah
mgg ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan
infeksinya. Berikan setiap hari:
 Multivitamin
 Asam folat 1 mg/hr (5 mg pada hr pertama)
 Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hr
 Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hr
 Bila BB mulai ↑: Fe 3 mg/kgBB/hr atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hr
 Vitamin A oral pada hr ke-1
 Anak >1 th : 200.000 SI
 6–12 bl : 100.000 SI
 0–5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila sebelumnya anak sudah pasti
mendapat vit. A)
Langkah ke-7: Mulai Pemberian Makanan
• Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati- hati karena keadaan faali anak
sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera
sesudah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal
• Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas
• Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet
• Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase
stabilisasi dapat diselesaikan dalam 2–3 hr (1 hr/tahap). Bila masukan makanan <80 kkal/kgBB/hr,
berikan sisa formula nasogastrik. Jangan mem-berikan makanan >100 kkal/kgBB/hr pada fase
stabilisasi ini
• Pantau dan catat:
• Jumlah yang diberikan dan sisanya
• Muntah
• Frekuensi BAB dan konsistensi feses
• BB harian
Langkah ke-8: Perhatikan Tumbuh Kejar
• Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai masukan
makanan yang tinggi dan pertambahan BB >10 g/kgBB/hr. Awal fase rehabilitasi ditandai
dengan kemunculan selera makan, biasanya 1–2 mgg sesudah dirawat
• Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat terjadi bila
anak mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak
• Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus awal ke
formula khusus lanjutan
• Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9–1,0 g/100 mL) dengan formula
khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g/100 mL) dalam jangka waktu 48 jam
• Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan
protein yang sama
• Kemudian naikkan dengan 10 mL/kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat
tercapai jumlah 30 mL/kgBB/kali (= 200 mL/kgBB/hr)
Langkah ke-8: Perhatikan Tumbuh Kejar (cont.)

• Pemantauan pada masa transisi Pemantauan sesudah periode transisi


• Frekuensi napas  Kemajuan dinilai berdasarkan
• Frekuensi denyut nadi kecepatan pertambahan BB
• Bila terjadi peningkatan detak napas >5×/mnt dan
 Timbang anak setiap pagi sebelum
denyut nadi >25×/mnt dalam pemantauan setiap 4 jam
anak diberi makan
berturut-turut, kurangi volume pemberian formula
• Sesudah normal kembali, ulangi menaikkan volume  Setiap mgg, kenaikan BB dihitung
seperti diatas (g/kgBB/hr)
• Sesudah periode transisi dilampaui, anak diberi:
 Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan Bila kenaikan BB:
sering  Kurang (<5 g/kgBB/hr) →
 Energi: 150–220 kkal/kgBB/hr reevaluasi menyeluruh
 Protein 4–6 g/kgBB/hr
 Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi  Sedang (5–10 g/kgBB/hr) →
berikan juga formula, karena energi dan protein evaluasi apakah masukan makanan
ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar mencapai target atau apakah
infeksi sudah dapat diatasi
Langkah ke-9: Berikan Stimulasi Sensorik dan
Dukungan Emosional
Pada KEP berat, terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, berikan:
 Kasih sayang
 Lingkungan yang ceria
 Terapi bermain terstruktur selama 15–30 mnt/hr
 Aktivitas fisik segera sesudah sembuh
 Keterlibatan ibu (memberikan makan, memandikan, bermain, dsb.)
Langkah ke-10: Tindak Lanjut di Rumah
• Bila BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh
• Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
sesudah penderita dipulangkan
• Peragakan kepada orangtua:
• Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
• Terapi bermain terstruktur
• Sarankan
• Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur
• Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
• Pemberian vit. A setiap 6 bl
Pengobatan Penyakit Penyerta
Defisiensi Vit. A | Dermatosis | Parasit | Diare
Defisiensi vitamin A
• Bila terdapat tanda defisiensi vit. A pada mata → vit. A pada hr ke-1, 2, dan
14 p.o. dengan dosis:
• Usia >1 th : 200.000 SI/kali
• 6–12 bl : 100.000 SI/kali
• 0−5 bl : 50.000 SI/kali

• Bila terdapat ulserasi pada mata → tambahkan perawatan lokal untuk


mencegah prolaps lensa berupa:
• Tetes mata kloramfenikol /salep mata tetrasiklin setiap 2–3 jam selama 7–10 hr
• Tetes mata atropin 1 tetes 3×/hr selama 3–5 hr
• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan NaCl
Dermatosis
• Ditandai hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/kulit mengelupas, lesi ulserasi
eksudatif yang menyerupai luka bakar dan sering disertai infeksi sekunder a.l.
oleh kandida; umumnya terdapat defisiensi Zn
• Sesudah suplementasi Zn dan dermatosis membaik → penyembuhan akan
lebih cepat bila diberikan:

1.Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO 4(K-permanganat)


1% selama 10 mnt
2.Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
3.Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit & Diare
• Parasit/cacing
• Mebendazol 100 mg p.o. 2x/hr selama 3 hr
• Diare berlanjut
• Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya pada
pemberian makanan secara hati-hati.
• Intoleransi laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare.
• Diobati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum
• Berikan formula bebas/rendah laktosa Metronidazol 7,5 mg/kgBB p.o. setiap 8 jam
selama 7 hr
• Sering kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain berlanjutnya
diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan feses mikroskopik
Kegagalan Pengobatan
Saat kematian | Penilaian kenaikan BB | Penyebab kenaikan BB kecil
Perhatikan saat terjadi kematian
• Dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang
terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
• Dalam 72 jam: periksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan
formula tidak tepat
• Malam hr: kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai, tidak
diberi makan, atau perubahan konsentrasi formula terlalu cepat
• Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian dan Penyebab BB
• Penilaian kenaikan BB
• Baik : >10 g/kgBB/hr
• Sedang : 5–10 g/kgBB/hr
• Kurang : <5 g/kgBB/hr

• Penyebab kenaikan BB <5 g/kgBB/hr


• Pemberian makanan tidak adekuat
• Defisiensi nutrien tertentu
• Infeksi yang tidak terdeteksi sehingga tidak diobati (HIV/AIDS)
• Masalah psikologis
Penanganan Penderita Pulang
Sebelum Rehabilitasi Tuntas
Rehabilitasi | Makanan | ASI
• Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila BB/U >80% atau
BB/TB >90%. Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di
rumah harus terus diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hr) dan tinggi
protein (4–6 g/kgBB/hr)
• Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), min. 5 kali sehari
• Beri makanan selingan di antara makanan utama
• Upayakan makanan selalu dihabiskan
• Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
• ASI teruskan
Tindakan pada Kegawatan
Syok | Pedoman pemberian cairan | Anemia
Syok

• Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
dibedakan secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat
pada pemberian cairan i.v., sedangkan syok sepsis tanpa dehidrasi tidak akan
membaik. Hati-hati terhadap overhidrasi
Pedoman pemberian cairan
• Berikan cairan dekstrosa 5%: NaCl 0,9% (1:1) atau Ringer-dekstrosa 5% (1:1) → 15
mL/kgBB dalam 1 jam pertama
• Evaluasi sesudah 1 jam:
• Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi, dan pernapasan) dan status
hidrasi → syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1
jam berikutnya dengan cairan p.o. atau nasogastrik → cairan rehydration solution for
malnutrition (resomal) 10 mL/kgBB/jam sampai 10 jam, selanjutnya beri formula
khusus (F-75/ pengganti)
• Bila tidak ada perbaikan klinis → anak menderita syok septik → berikan cairan
rumatan 4 mL/kgBB/jam dan transfusi darah 10 mL/kgBB perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulai berikan formula (F-75/pengganti)
Anemia berat

• Hb 4–6 g/dL disertai distres pernapasan


• Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok)
• Anak dengan distres pernapasan sesudah transfusi, Hb tetap <4 g/dL atau 4–6
g/dL → jangan diulangi
Tatalaksana Diet pada Balita KEP
Berat
Diet | Evaluasi | Penyuluhan | Tindak Lanjut
Overview

• Tatalaksana diet pada balita KEP berat ditujukan untuk memberi-kan makanan
tinggi energi, protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna
mencapai status gizi optimal
• Ada 4 kegiatan penting dalam tatalaksana diet, yaitu pemberian diet,
pemantauan dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanju
Pemberian Diet

•Melalui 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi


•Kebutuhan energi 100–200 kal/kgBB/hr
•Kebutuhan protein 1–6 g/kgBB/hr
•Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian
bahan makanan sumber mineral tertentu sbb.:
• Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
• Sumber Cu : tiram, daging, hati
• Sumber Mn : beras, kacang tanah, kedelai
• Sumber Mg : daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam
• Sumber K : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak
Pemberian Diet (cont.)
• Jumlah cairan: 150–200 mL/kgBB/hr, bila edema dikurangi
• Cara pemberian: p.o. atau lewat NGT
• Porsi makanan kecil dan frekuensi sering
• Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan
rendah serat
• Terus memberikan ASI
• Jenis makanan → berdasarkan BB
• BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi
• BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap (lihat tabel
tentang fase pemberian diet dan cairan)
• Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi
Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet
• BB sekali seminggu
• Bila tidak ↑, kaji penyebab a.l.: masukan zat gizi tidak adekuat, defisiensi zat gizi
tertentu, misalnya iodium, ada infeksi, dan ada masalah psikologis
• Pemeriksaan laboratorium: Hb, gula darah, feses (ada cacing),
dan urin
• Masukan zat gizi: bila kurang → modifikasi diet sesuai selera
• Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan
hipoosmolar, misal susu rendah laktosa, tempe, dan tepung-
tepungan
• Kejadian hipoglikemia: beri minum air gula atau makan per 2 jam
KRITERIA PEMULANGAN ANAK GIZI BURUK DI
RAWAT INAP
• Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis. Anak dapat
dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang :

1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif


2) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu telah mendapat konseling gizi
5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan
FORMULA WHO
Cara Pembuatan ResoMal
Kebutuhan Nutrisi

Untuk anak dengan penyakit akut


Reference :

- http://www.fao.org/docrep/W0073e/w0073e05.htm#P3167_359330
- https://www.unicef.org/nutrition/training/2.3/6.html
- http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-
IDAI_Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf
- Pedoman Diagnosis & Terapi IKA ed ke-5th 2014
- Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, DepKes, 2011
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai