Anda di halaman 1dari 92

REKONSILIASI DAN

VERIFIKASI TERHADAP
LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN
BENDAHARA SKPD
DASAR HUKUM
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003
TENTANG KEUANGAN NEGARA;
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERBENDAHARAAN NEGARA;
3. PP NO. 58 TAHUN 2005 TTG PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH;
4. PP NO. 71 TAHUN 2010 TTG SAP
5. PERMENDAGRI NO.13 TAHUN 2006 Jo. PERMENDAGRI
NO. 21 TAHUN 2011
6. PERMENKEU NO. 238 TAHUN 2011 TTG PEDOMAN
SAP
PENGERTIAN
1. Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan
bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pada SKPD.
2. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pejabat fungsional.

3
3. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran baik secara langsung
maupun tidak langsung dilarang
melakukan kegiatan perdagangan,
pekerjaan pem-borongan dan
penjualan jasa atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiatan/
pekerjaan/penjualan, serta membuka
rekening/giro pos atau menyimpan
uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan Iainnya atas nama pribadi.
4
4. Bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya
dapat dibantu oleh bendahara penerimaan
pembantu dan/atau bendahara pengeluaran
pembantu.
5. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.

5
BENDAHARA
• Bendahara adalah orang yang diangkat
oleh Kepala Daerah dan diberi tugas
untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan penerimaan
dan pengeluaran uang dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD.
TUGAS BENDAHARA
Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk
menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggung-
jawabkan pengeluaran uang dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
Bendahara pengeluaran SKPD berwenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran
menggunakan SPP UP/GU/TU dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan;
c. melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan yang dikelolanya;

8
d. menolak perintah bayar dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung
SPP-LS yang diberikan oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS
yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen
tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau
tidak lengkap

9
• Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada kuasa
pengguna anggaran, ditunjuk bendahara
pengeluaran pembantu SKPD untuk
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang
bendahara pengeluaran SKPD.
• bendahara pengeluaran pembantu SKPD
berwewenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran
menggunakan SPP-TU dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan
yang berasal dari Tambahan Uang dan/atau
pelimpahan UP dari bendahara pengeluaran;
10
c. melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan yang dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna
Anggaran yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung
SPP-LS yang diberikan oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS
yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen
tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau
tidak lengkap.

11
REKONSILIASI DAN VERIFIKASI
LAPORAN KEUANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN

• Laporan Realisasi Semester I


• Laporan Tahunan sebagai Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD

Laporan Realisasi Semester I


• SKPD menyusun Laporan Realisasi Sem I (LRS I)
disertai prognosis 6 bulan berikutnya
• LRS I disiapkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan
(PPK) SKPD ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA),
7 hari sebelum Semester I berakhir.
13
• Disampaikan kepada PPKD 10 hari kerja
setelah Semester I berakhir
• Oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) paling lambat minggu ke-2 bulan Juli
disampaikan kepada Sekda
• LRS I oleh Sekda disampaikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota minggu ke-3 untuk
ditetapkan
• Disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir
Juli

14
PERTANGGUNGJAWABAN DAN
PENYAMPAIANNYA
• A. Pertanggungjawaban Administratif
• Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-
jawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggung-
jawabnya secara administratif kepada Pengguna
Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal
10 bulan berikutnya.
• Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara
penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ
bendahara penerimaan pembantu dan memuat
informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran
dan saldo kas yang ada di bendahara.

15
• LPJ tersebut dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran
yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
b. Register STS
c. Bukti penerimaan yang sah dan
lengkap
d. Pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pembantu
16
• Langkah-langkah penyusunan dan
penyampaian pertanggungjawaban
bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai
berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima
pertanggungjawaban yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi,
evaluasi dan analisis kebenaran
pertanggungjawaban yang disampaikan oleh
bendahara penerimaan pembantu.
17
3. Bendahara penerimaan menggunakan data
pertanggungjawaban bendahara penerimaan
pembantu yang telah diverifikasi dalam
proses pembuatan laporan
pertanggungjawaban bendahara penerimaan
yang merupakan gabungan dengan laporan
pertanggung-jawaban bendahara pembantu.
4. Bendahara penerimaan memberikan
Laporan Pertanggungjawaban kepada
PA/KPA melalui PPK SKPD.

18
5. Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan
oleh bendahara penerimaan, maka PPK SKPD
akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap
Laporan Pertanggung-jawaban tersebut.
6. Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan
menandatangani Laporan Pertanggung-jawaban
(administratif) sebagai bentuk pengesahan.
• Pertanggungjawaban administratif pada bulan
terakhir tahun anggaran disampaikan paling
lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

19
PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL
• Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan
pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD
paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya
menggunakan format LPJ yang sama dengan
pertanggungjawaban administratif.
• LPJ fungsional ini dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup
pada akhir bulan berkenaan
b. Register STS
c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

20
• Langkah-langkah penyusunan dan
penyampaian pertanggungjawaban bendahara
penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima
pertanggungjawaban yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Bendahara penerimaan melakukan
verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran
pertanggungjawaban yang disampaikan
oleh bendahara penerimaan pembantu.
21
3. Bendahara penerimaan menggunakan data
pertanggung-jawaban bendahara
penerimaan pembantu yang telah diverifikasi
dalam proses pembuatan laporan
pertanggung-jawaban bendahara
penerimaan yang merupakan gabungan
dengan laporan pertanggung-jawaban
bendahara pembantu.
4. Bendahara dapat menyempurnakan
laporannya apabila terdapat masukan dari
PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas
pertanggungjawaban administratif.

22
5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu)
lembar laporan pertanggungjawaban kepada
PPKD sebagai bentuk pertanggung-jawaban
fungsional paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
6. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi
dan analisis dalam rangka rekonsiliasi
pendapatan.
• Pertanggungjawaban fungsional pada bulan
terakhir tahun anggaran disampaikan paling
lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

23
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

• Pasal 220
(1) Bendahara pengeluaran secara
administratif wajib mempertanggung -
jawabkan penggunaan uang persediaan/ ganti
uang persediaan/tambah uang persediaan
kepada kepala SKPD melalui Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

24
(2) Dokumen yang digunakan dalam menatausahakan
pertanggungjawaban pengeluaran mencakup:
• register penerimaan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SPJ);
• register pengesahan laporan pertanggung jawaban
pengeluaran (SPJ);
• surat penolakan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SP);
• register penolakan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SP); dan
• register penutupan kas.

25
• buku kas umum;
ringkasan pengeluaran
perincian obyek yang disertai
dengan bukti-bukti pengeluaran
yang sah atas pengeluaran dari
setiap rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan
pengeluaran per rincian obyek
dimaksud;
26
• bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara;
dan
• register penutupan kas.
(5) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a ditutup setiap bulan dengan
sepengetahuan dan persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.

27
(6) Dalam hal laporan pertanggungjawaban
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
sesuai, pengguna anggaran menerbitkan
surat pengesahan laporan
pertanggungjawaban.
(7) Ketentuan batas waktu penerbitan surat
pengesahan laporan pertanggung jawaban
pengeluaran dan sanksi keterlambatan
penyampaian laporan pertanggungjawaban
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

28
(8) Untuk tertib laporan pertanggungjawaban
pada akhir tahun anggaran, pertanggung-
jawaban pengeluaran dana bulan Desember
disampaikan paling lambat tanggal 31
Desember.
(9) Dokumen pendukung SPP-LS dapat
dipersamakan dengan bukti
pertanggungjawaban atas pengeluaran
pembayaran beban langsung kepada pihak
ketiga.

29
(10) Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib
mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang
menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggung-
jawaban pengeluaran kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku
Bendahara Umum Daerah (BUD) paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

30
(11) Penyampaian pertanggungjawaban
bendahara pengeluaran secara fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
dilaksanakan setelah diterbitkan surat
pengesahan pertanggungjawaban
pengeluaran oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
(12) Format laporan pertanggungjawaban
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) tercantum dalam Lampiran D.XX
peraturan menteri dalam negeri nomor 13
tahun 2006.

31
LAPORAN KEUANGAN
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
Tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran
lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan
ekuitas suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.

33
Secara spesifik, tujuan pelaporan
keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menun-
jukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya
34
Dengan cara :
a) menyediakan informasi mengenai
posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;
b) menyediakan informasi mengenai
perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;
35
c) menyediakan informasi
mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya
ekonomi;
d) menyediakan informasi
mengenai ketaatan realisasi
terhadap anggarannya;

36
e) menyediakan informasi mengenai cara
entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f) menyediakan informasi mengenai potensi
pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g) menyediakan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

37
TANGGUNGJAWAB ATAS
LAP. KEUANGAN
• Pimpinan entitas bertanggung
jawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

38
KOMPONEN LAPORAN
• Laporan keuangan pemerintah yang lengkap
terdiri dari:
neraca, laporan operasional, laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, laporan perubahan Saldo Anggaran
Lebih (SAL) dan catatan atas laporan
keuangan.

39
Bahasa laporan keuangan
• Laporan keuangan harus disusun dalam
bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan juga
disusun dalam bahasa lain selain dari bahasa
Indonesia, maka laporan keuangan dalam
bahasa lain tersebut harus memuat informasi
dan waktu yang sama (tanggal posisi dan
cakupan periode). Selanjutnya, laporan
keuangan dalam bahasa lain tersebut harus
diterbitkan dalam waktu yang sama dengan
laporan keuangan dalam bahasa Indonesia.
40
MATA UANG PELAPORAN
• Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Dalam rangka penyajian neraca, aset dan kewajiban
dalam mata uang lain selain dari rupiah harus
dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Sentral. Keuntungan
atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait
dengan transaksi dalam mata uang asing dinilai dengan
menggunakan kurs sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam PSAP, IPSAP dan Buletin Teknis SAP.

41
KEBIJAKAN AKUNTANSI

• Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip


kehati-hatian dan mencakup semua hal yang
material dan sesuai dengan ketentuan dalam
PSAP. Apabila PSAP belum mengatur masalah
pengakuan, pengukuran, penyajian atau
pengungkapan dari suatu transaksi atau
peristiwa, maka pemerintah harus menetapkan
kebijakan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan menyajikan informasi:
42
a. relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan
untuk pengambilan keputusan; dan
b. dapat diandalkan, dengan pengertian:
1) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi
keuangan entitas.
2) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu
kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya;
3) netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
4) dapat diverifikasi;
5) mencerminkan kehati-hatian; dan
6) mencakup semua hal yang material.
43
3) netral, yaitu bebas dari
keberpihakan;
4) dapat diverifikasi;
5) mencerminkan kehati-hatian; dan
6) mencakup semua hal yang
material.

44
PENYAJIAN
a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas disertai pengungkapan yang
diharuskan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya
menurut urutan likuiditas, sedangkan kewajiban
disajikan menurut urutan jatuh temponya.

45
c. Laporan Operasional menggambarkan pendapatan dan
beban yang dipisahkan menurut karakteristiknya dari
kegiatan utama/operasional entitas dan kegiatan yang bukan
merupakan tugas dan fungsinya.
d. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara
sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen
utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan.
Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca, laporan operasional, laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas, laporan perubahan SAL,
dan laporan perubahan ekuitas yang sifatnya memberikan
penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif,
termasuk komitmen dan kontinjensi serta transaksi-transaksi
lainnya.
46
Informasi dalam catatan atas laporan
keuangan berkaitan dengan pos-pos dalam
neraca, laporan operasional, laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas,
laporan perubahan SAL, dan laporan
perubahan ekuitas yang sifatnya
memberikan penjelasan, baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif, termasuk
komitmen dan kontinjensi serta transaksi-
transaksi lainnya.
47
Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan tidak
diperkenankan menggunakan ukuran kualitatif
seperti “sebagian besar” untuk menggambarkan
bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan
dalam jumlah nominal atau persentase.

48
PERUBAHAN AKUNTANSI

Perubahan akuntansi, wajib


memperhatikan :
1. Perubahan estimasi akuntansi;
2. Perubahan kebijakan akuntansi;
3. Terdapat kesalahan mendasar

49
Pada setiap lembar neraca, laporan
operasional, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas harus
diberi pernyataan bahwa “catatan
atas laporan keuangan merupakan
bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan”.

50
KONSISTENSI
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan antar-periode harus konsisten,
kecuali:
1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap
sifat operasi entitas pemerintahan; atau
2) perubahan tersebut diperkenankan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP).

51
MATERIALITAS DAN AGREGRASI
a. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada
konsep materialitas.
b. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan
tersendiri dalam laporan keuangan, sedangkan
yang jumlahnya tidak material dapat
digabungkan sepanjang memiliki sifat atau
fungsi yang sejenis. Informasi dianggap material
apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam pencatatan informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan yang diambil.

52
PERIODE PELAPORAN
Laporan keuangan wajib disajikan
secara tahunan berdasarkan tahun
takwim. Dalam hal suatu entitas
baru terbentuk, laporan keuangan
dapat disajikan untuk periode yang
lebih pendek dari satu tahun
takwim.
53
LAPKEU INTERIM
a. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang
diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan dan
harus dipandang sebagai bagian integral dari laporan
periode tahunan. Penyusunan laporan interim dapat
dilakukan secara bulanan, triwulanan, atau semesteran.
b. Laporan keuangan interim memuat komponen yang sama
seperti laporan keuangan tahunan yang terdiri dari
neraca, laporan realisasi anggaran, laporan operasional,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan
perubahan saldo anggaran lebih dan catatan atas laporan
keuangan.

54
LAPKEU KONSOLIDASI
LANGKAHNYA:
a. Transaksi dan saldo resiprokal antara Bendahara Umum
Negara/Daerah dan Kementerian/SKPD dieliminasi.
b. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan
Bendahara Umum Negara/Daerah pada dasarnya harus
sama dengan tanggal laporan keuangan Kementerian/
SKPD.
c. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan
menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk
transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau
sejenis.

55
KETERBATASAN LAPKEU
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan
peristiwa yang telah lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun
manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya
informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak
tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi
semata-mata dari laporan keuangan saja.
3. Tidak luput dari penggunaan berbagai
pertimbangan dan taksiran.
56
4. Hanya melaporkan informasi yang
material.
5. Bersifat konservatif dalam meng-
hadapi ketidakpastian.
Apabila terdapat beberapa
kemung-kinan yang tidak pasti
mengenai penilaian suatu pos,
maka dipilih alternatif yang
menghasilkan penda-patan bersih
atau nilai aset yang paling kecil. 57
6. Lebih menekankan pada penyajian
transaksi dan peristiwa sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya
(formalitas).
7. Adanya berbagai alternatif metode
akuntansi yang dapat digunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam
pengukuran sumber daya ekonomis
antar pemerintahan.
58
LAPORAN KEUANGAN
Pasal 7

• Pemerintah Pusat menyusun Laporan


Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN;
• Pemerintah Daerah menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBD.

59
BENTUK LKPP/LKPD
LKPP/LKPD, terdiri atas :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LPSAL);
3. Neraca;
4. Laporan Operasional (LO);
5. Laporan Arus Kas (LAK);
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).
60
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)

Adalah laporan yang menyajikan informasi


realisasi pendapatan LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit LRA dan pembiayaan, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing-masing diperbandingkan denga
anggarannya dalam satu periode.

61
LAPORAN PERUBAHAN SALDO
ANGGARAN LEBIH (LPSAL)
Adalah laporan yang menyajikan
informasi kenaikan dan penurunan
Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun
pelaporan yang terdiri dari SAL
awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL
terakhir.
62
NERACA

Adalah laporan yang menyajikan


informasi posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset,
utang dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu.

63
LAPORAN OPERASIONAL (LO)
Adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.

64
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
Adalah laporan yang menyajikan
informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama satu periode
akuntansi dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan.

65
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)

Adalah laporan yang menyajikan


informasi mengenai perubahan
ekuitas yang terdiri dari ekuitas
awal, surplus/defisit-LO, koreksi
dan ekuitas akhir.

66
CATATAN atas LAPORAN KEUANGAN (CaLK)

Adalah laporan yang menyajikan informasi


tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), Neraca dan Laporan Arus Kas
(LAK).

67
TUGAS BENDAHARA
DALAM PERPAJAKAN

68
PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI
PEMUNGUT PAJAK
Pasal 21 ayat (1) huruf b UU No.7/1983 yo UU
No.36/2008 ttg Ketentuan Umum dan tatacara
Perpajakan:
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh WP orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh Bendahara Pem yg membayar gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
sehubungan dg pekerjaan, jasa atau kegiatan.

69
Psl. 22 UU No.7/1983- UU No.36/2008
ttg Pajak Penghasilan
Menkeu dapat menetapkan bendahara
pemerintah untuk memungut pajak sehubungan
dg pembayaran atas penyerahan barang...dst
Psl 23 (c) : Atas penghasilan tsb ...dst:
a. 15 % dari jumlah bruto atas dividen, bunga,
royalti dan hadiah, penghargaan, bonus
dan sejenis selain yang telah dipotong PPh
pasal 21

70
b. 2 % dari jumlah bruto atas sewa dan
penghasilan lain shub dg penggunaan harta
kecuali sewa dan penghasilan lain yang telah
dikenai PPh psl 4 ayat 2
c. 2 % dari jumlah bruto atas imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
PPh pasal 21

71
SANKSI PERPAJAKAN
A. SANKSI ADMINISTRASI
1. PPh
a. Denda :
• Rp. 100.000,- bila SPT Masa tidak
disampaikan sesuai dengan batas waktu
yaitu selambat-lambatnya 14 hari setelah
bulan takwim berakhir khusus bagi
pemungutan PPh pasal 22, atau paling
lambat 20 hari setelah akhir Masa Pajak
Khusus untuk pemungutan Pph psl 4 ayat
2, PPh psl 21 dan 23
72
b. Bunga, sebesar:
• 20 % sebulan maks 24 bln atas jumlah pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar
dalam hal :
- WP membetulkan sendiri SPT yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar sebelum dilakukannya
pemeriksaan;
- PPh dlm tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar;

73
- terdapat kekurangan pajak yang
terutang:
- penghitungan sementara pajak
yang terutang kurang dari
jumlah pembayaran pajak yang
sebenarnya terutang akibat
diberikan ijin penundaan
penyampaian SPT Tahunan
74
• 2% sebulan dari pajak yang kurang dibayar
dalam hal Bendahara diperbolehkan
mengang- sur atau menunda pembayaran
pajak;
• 48 % dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar, dalam hal WP setelah jangka waktu
10 tahun di[idana karena melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

75
• 2 % sebulan dihitung dari jatuh
tempo pembayaran s/d tanggal
pembayaran dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan, apabila
pembayaran atau penyetoran yang
terutang untuk suatu saat atau masa
dilakukan setelah jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran

76
c) Kenaikan sebesar :
• 50 % dari PPh yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu tahun pajak akibat SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat teguran
• 100 % dari jumlah PPh yang tidak atau kurang
dipotong/dipungut/disetorkan, dan dipungut
tetapi tidak atau kurang disetorkan.

77
• 100 % dari jumlah kekurangan pajak yang
terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dalam hal ditemukan data
baru dan /atau data yang semula belum ter-
ungkap dari WP yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang;
• 200 % dari pajak yang kurang dibayar,
dikenakan terhadap WP yang untuk pertama
kali karena kealpaannya tidak menyampaikan
SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap dan dapat merugikan Negara.
78
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Denda sebesar Rp.500.000,- dalah hal SPT
Masa tidak disampaikan/tidak sesuai waktu-
nya, yaitu selambat-lambatnya 20 hari setelah
masa pajak berakhir;
• Bunga sebesar 2 % sebulan dari pajak yang
tidak atau kurang dibayar dalam hal terdapat
kekuranganan pajak yang terutang dalam
SKPKB berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain;

79
• 100 % dari PPN barang dan jasa dan PPnBM
yang tidak atau kurang dibayar akibat SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya,
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran
atau bila berdasarkan hasil pemeriksaan
mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasi selisih lebih pajak
atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 %.

80
SANKSI PIDANA
1). KARENA ALPA
a. Tidak menyampaikan SPT ; atau
b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan
perbuatan tersebut

81
2) Dengan sengaja
a. Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahguna
kan atau menggunakan tanpa hak NPWP; atau
b. Tidak menyampaikan SPT; atau
c. Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
d. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
e. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar; atau

82
f. Tidak menyelenggarakan pembukuan,
pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lainnya serta tidak menyimpan buku, catatan
atau dokumen yang menjadi dasar pembuku-
an atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembu-
kuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi on-
line di Indonesia; atau

83
g) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali jumlah pajak yang terutang yang
tidak atau kurang dibayar, dan paling banyak
4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
Ancaman ini akan ditambah 1-2 kali lagi apabila
hal ini dilakukan kembali sebelum lewat 1 tahun
dari kejadian yang lalu.
84
3) WP yang dengan sengaja menerbitkan dan
atau menggunakan Faktur Pajak dan atau
bukti pemungutan pajak dan atau bukti
pemungutan pajak dan atau bukti setoran
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya, dipidana antar 2 s/d 6 tahun
serta denda 2 s/d 6 kali jumlah pajak
sebagaimana tertera dalam faktur pajak

85
4) Setiap orang yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajiban memberikan data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan
yang bersumber dari instansi pemerintah,
lembaga, asosiasi dan pihak lain, dipidana
penjara paling lama 1 tahun atau denda
paling banyak Rp. 1 milyar.

86
5) Setiap orang yang sengaja menyebabkan
tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan
pihak lain dalam memberikan data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan
yang bersumber dari instansi pemerintah,
lembaga, asosiasi dan pihak lainnya, dipidana
penjara paling lama 10 bulan atau denda
paling banyak Rp. 800 juta

87
SURAT KETERANGAN FISKAL
Dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 yo.Perpres
No. 54 Tahun 2010 disebutkan: untuk
mengetahui bahwa WP telah memenuhi
kewajiban perpajakan satu tahun terakhir maka
WP harus melampirkan SKF.
WP yang mengajukan permohonan SKF wajib
memenuhi persyaratan :
1. Tidak sedang dilakukan penyidikan tindak
pidana perpajakan, dan
2. Mengisi formulir permohonan
88
PEMOTONG PPh PASAL 21/26
Bendahara Pemerintah termasuk Bendahara
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-
lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar
(KBRI) di luar negeri

89
PEMOTONGAN PPh Psl.21/26
PPh psl 21 adalah Pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang
diterima WP Orang Pribadi dalam negeri

90
PPh psl 26 adalah Pajak Penghasilan atas
deviden, bunga termasuk premium, diskonto,
premi dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang, royalti, sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, imbalan terhadap jasa,
pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan
penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala
lainnya yang diterima atau diperoleh WP LN
selain bentuk usaha tetap di Indonesia

91
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai