Anda di halaman 1dari 12

Cara Nabi Mendidik Anak

(Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli)


karya Ir. Muhammad Ibnu Abdul hafidh suwaid
Saya begitu tertarik untuk membuat resume buku ini, karena subhanallah buku ini sangat istimewa; komprehensif,
mencakup semua aspek yang diperlukan anak; ilmiah, karena berdasarkan dalil-dalil yang nyata, dan aplikatif,
karena disertai contoh-contoh nyata dari kehidupan shalafus shalih. Sayang sekali jika orang tua dan kalangan
pendidik melewatkannya. Tentu saja akan lebih afdhol jika Anda membacanya langsung. Tetapi buat yang belum
sempat, penting sekali menyimak resumenya terlebih dahulu. So, selamat menikmati…..

BAGIAN I Persiapan Menjadi Orang Tua dan Pendidik yang Sukses


Bab I : Pengantar Umum Untuk Orang Tua
“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya.Hatinya masih suci bagaikan
tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja
tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi
baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya,
bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah
jadinya dan ia pun akan merugi . Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah
yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Rasulullah SAW telah meletakkan kaidah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai
dengan agama orang tuanya.
Tanggung Jawab Pendidikan
Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua. Dari Ibnu
Umar Rasulullah SAW bersabda :
“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Kepala negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang
lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya,
wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap
kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya . Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “ (Muttafaq ‘Alaih)
Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (yang)
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-tahrim:6)
Berusaha menikah dengan wanita shalihah berjiwa pendidik
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu shalihah yang memahami peran
dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena keberagamaan,keshalihan, ketakwaan dan kepatuhannya
kepada Allah.
“Rasulullah SAW bersabda : “Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik
(shalihah).! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan mendidik anak
dengan baik.
Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap anak-anak mereka
dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang onta adalah wanita shalihah dari kaum
Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan paling perhatian terhadap suami mereka.
(dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Bukhari)
Pahala memberi Nafkah Kepada Isteri dan Anak-anak
Sabda Rsulullah SAW : “Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak, atau untuk
dishadaqahkan kepada orang miskin dan ataunafkah keluarga, pahalanya lebih besar yang diberika sebagai nafkah
keluarga” (HR. muslim dari Abu Hurairah)
Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, shadaqoh apakah yangpaling utam ?”. Rasulullah menjawab : ”Jerih
payahnya orang miskin dan mendahulukan (pemberian nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu” (HR.
Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .
“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah shadaqah bagimu, makanan yang kamu berikan kepada
anak, isteri dan pembantumu juga shadaqah bagimu.” (HR. Ahmad dengan sanad baik)
“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka mati dalam keadaan diampuni dosannya.” (HR.
Ibnu Sakir dari Anas)
Tujuan pernikahan Islami

 Memperbanyak Jumlah Umat Islam dan menggembirakan Rasulullah SAW


 Manjaga kesucian diri dan taqarrub kepada Allah
 Melahirkan generasi muslim
 Manjaga kelagsungan keturunan manusia

Cara nabi mengatasi kemandulan


Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi dan berkata :
“Ya Rasulullah, saya belumpunya anak sama sekali.”
”Kenapa kamu tidak memperbanyak istigfar dan bershadaqah?” Sabda Nabi orang itu melakukannya, akhirnya ia
mendapat enam anak.
”maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-
anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-
sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)
“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan melapanngkan segala
kesempitan dada serta memberikan rizki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas.
Sifat-sifat pendidik sukses:

 Penyabar dan tidak emosional


 Lamah lembut dan menghindari kekerasan
 Hatiya penuh rasa kasih sayang
 Memilih yang termudah dari dua perkara selama tidak berdosa
 Fleksibel
 Bersikap moderat dan seimbang
 Ada senjang waktu dalam memberi nasihat

Kabar Gembira untuk orang tua


“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara :
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yag mendoakan untuk oran tuanya” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa setelah meninggal dunia, derajat si mayitmasih bisa diangkat. Si mayit
merasa terkejut dan berkata : “Ya Allah apakah ini?”Maka akan dijawab, “Itu (karena) anakmu selalu memintakan
ampun untukmu
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran :14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Al-Kahfi:46
Pertarungan Syaitan dan Manusia memperebutkan keturunannya
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan
kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan
berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada
yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].”
(QS. Al-Isra’64)
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan
manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak
akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
Keshalihan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak
”Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21)
[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai
derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.
Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang shalih
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan
orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mau mengakui anak atau orang tuanya sendiri
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Allah Tabaraka wa Ta’ala
akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas
dengan qishas.” (HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar).
“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dibersihkan (dari
kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mau mengakui orang tuanya
dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mau mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari
Muadz bin Anas)

Bab 3 : Cara-cara Nabi Mendidik Anak


Pertama : Panduan Dasar untuk Orang Tua dan Pendidik
 Keteladanan
Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena itu,Rasulullah SAW memerintahkan
agar oranng tua bersikap jujur dan menjadi teladan kepada anak-anak mereka. Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa berkata kepada anaknya, “Kemarilah!(nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong
(HR.Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut agar menjalankan segala perintah Allah swt dan Sunah Rasul-Nya,
menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat
besar.
 Memilih waktu yang tepat untuk menasehati
Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak, agar hati anak-anak dapat
menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan
membangun kepribadian yang bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan : Saat berjalan-jalan atau di atas
kendaraan Waktu makan Ketika anak sedang sakit
 Bersikap adil dan tidak pilih kasih
“Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian “ (HR. Muslim) “Orang yang bersikap
adil akan (dimuliakan) di sisi Allah di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam
hukumnya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)
 Memenuhi hak-hak anak
 Mendoakan anak
 Membelikan mainan
 Membantu anak agar berbakti dan taat
“Bantulah anak-anakmu agar berbakti! Barangsiapa yang mau melakukannya, ia dapat mengeluarkan sikap
kedurhakaan dari diri anaknya (HR. Thabrani)
 Tidak banyak mencela dan mencaci
Kedua : Cara Efektif Mengembangkan Pemikiran Anak

 Menceritakan kisah-kisah Terutama kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dan Al-Hadist.
 Berbicara langsung, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar berbicara dengan anak secara langsung,
lugas dan dengan bahasa yang jelas.
 Berbicara sesuai dengan kemampuan akal anak
 Berdialog dengan tenang
 Metode praktis empiris
 Dengan cara mendidik dan mengasah ketajaman indera anak.
 Kebutuhan anak terhadap figure riil, Yakni Rasulullah SAW

Ketiga : Cara efektif membangun jiwa anak


 Menemani anak
 Menggembirakan hati anak
 Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya
 Memotivasi anak
 Memberi pujian
 Bercanda dan bersenda gurau dengan anak
 Membangun kepercayaan diri seorang anak
 Mendukung kemauan anak Membangun kepercayaan sosial
 Membangun kepercayaan ilmiah
 Bermula dengan mengajarkan Al-qur’an, hadist dan sirah nabawiahnya
 Membangun kepercayaan ekonomi dan perdagangan
 Dengan melatih anak melakukan praktik jual beli, mengajaknya ke pasar dan membiarkannya
membeli barang yang diinginkannya.
 Panggilan yang baik
 Memenuhi keinginan anak
 Bimbingan terus menerus
Dibanding semua mahluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah paling panjang.
Ini semua kehendak Allah, agar cukup waktu mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat)
 Bertahap dalam pengajaran
Seperti ketika mengajarkan shalat. Dalam hadist dikatakan : “Perintahkanlah anakmu untuk shalat ketika berusia
tujuh tahun dan pukullah mereka (jika enggan shalat) ketika berumur 10 tahun. Imbalan dan hukuman (Reward and
punishment)

Bab2

Bab 2
Bayi, dari lahir hingga berusia 2 tahun
Dari Ummul Mukminin, Aisyah ra. Bahwa Rasulullah saw besabda : ”Barang siapa yang mentarbiyah (mendidik) anak
kecil sehingga mengucapkan ’Laa ilaaha illal-Laah’, maka Allah tidak akan menghisabnya” (HR. Thabrani dari Aisyah
ra)

 Amalan dan do’a ketika Mengalami kesulitan saat melahirkan

Ketika Fatimah putri Rasulullah saw sedang dalam proses melahirkan, Rasulullah saw menyuruh Ummu
Salamah dan Zainab binti Jahsy untuk membacakan beberapa ayat, yaitu : Ayat Kursi, Al-A’raf :54, Yunus :
3, Q.S Al-Falaq dan An-Naas

 Beberapa Amalan Pada Hari Pertama Kelahiran

1) Mengeluarkan zakat fitrah


2) Berhak mendapat warisan
3) Ucapan selamat dan bahagia Atas Kelahiran Bayi
4) Adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri
5) Do’a dan bersyukur kepada Allah atas nikmat kelahiran
6) Mentahnik bayi

 Beberapa amalan pada hari ke tujuh

1) Pemberian nama
2) Mencukur rambut
Imam Malik meriwayatkan bahwa Fatimah ra. menimbang rambut Hasan dan Husain, lalu
bershadaqah dengan perak seberat rambut mereka.
3) Aqiqah
”Setiap anak itu tergadaikan dengan aqiqah (sebagai penebusnya) yang disembelih pada hari
ketujuh sekaligus dinamai dan dicukur rambutnya pada waktu itu” (hr. Tirmidzi dan Hakim)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam sebuah hadist marfu’ dari Asma binti Yazid
”Aqiqah merupakan hak, untuk anak laki-laki dua kambing yang sebanding da untuk anak
perempuan satu kambing.”
4) Khitan

 Menyusui Hingga 2 tahun

Q.S. Al-Baqarah ; 233

 Hukum kencingnya anak yang masih menyusu dan Cara Pensuciannya

Imam syafi’i berpendapat bahwa kencing bayi hanya cukup dengan disiram air, sedangkan menurut Imam Hanafi,
kencing bayi tetap perlu dicuci. Adapun tentang kenajisannya, sebagaimana disebutkan Imam Nawawi, para ulama
bersepakat mengenainya.Akan tetapi bukanlah najis yang berat, karena pensuciannya cukuplah disiram dengan air.

 Anak masih menyusu boleh dibawa ibunya ke mesjid

 Anak kecil yang belum bisa buang air kencing sendiri makruh dibawa ke mesjid

 Penjagaan dan pengasuhan anak menjadi hak ibu

 Hak perwalian pada ayah atau yang bertanggung jawab

Meningkatkan Percaya Diri Anak dengan 6


Cara
Sahabat Abi Ummi, setiap anak memiliki karakter atau kepribadian yang berbeda. Hal
itu bisa karena faktor keturunan atau pengaruh lingkungan. Beberapa ada yang
introver, ada pula yang ekstrover. Anak bisa menjadi pemberani atau sebaliknya,
sangat pemalu. Kita tentu ingin mereka dapat bersosialisasi dengan baik dalam
lingkungan sosial, baik di rumah maupun di sekolah. Tidak sedikit buah hati yang masih
malu-malu bersembunyi di balik tubuh kita kala bertemu teman baru, meski setelah itu
mereka mulai percaya diri. Mari belajar meningkatkan percaya diri anak pada diri sendiri
dan kala bersosialisasi lewat tip berikut. Yuk, disimak!
Memberikan Kebebasan Berkreasi
dan Menghargainya dengan Pujian
Hal pertama adalah mengenali bakat anak dan memberi jalan dalam mengelolanya.
Membiarkan anak menekuni hobi, baik menari, membaca, bermain musik, maupun olahraga,
akan memberinya keberanian untuk brekspresi dan meningkatkan percaya diri dalam
menunjukkannya pada orang lain. Hargai dengan memberi mereka reward, misal dengan pujian
dan tepuk tangan ketika mereka menunjukkan bakatnya, meski sekadar mencoret-coret di
kertas untuk berusaha menggambar lukisan sederhana atau berpura-pura menari di atas
panggung.

Jangan Paksakan Kehendak untuk


Menekuni Bidang Tertentu
Jika kita melakukan hal ini, bukan hanya menjatuhkan semangat anak, melainkan juga
membuat mereka berpikir bahwa dunia mereka dibatasi dan merasa terpaksa ketika
melakukannya. Kita boleh membimbing anak untuk melakukan sesuatu untuk mengetahui arah
bakatnya, tetapi jangan memaksakan dan tetap hargai apa pun pilihan mereka. Jangan men-
judge sesuatu itu buruk dan lainnya bagus hanya karena, sebagai orang tua, kita menginginkan
hal tersebut. Apalagi, jika keinginan itu didasari impian orang tua yang tidak terwujud, misalnya
memaksa anak mengikuti kursus renang untuk menjadi atlet, padahal minatnya tidak di bidang
olahraga.

Jangan Membandingkan Pilihan dan


Kesuksesan Tiap Anak
Mungkin inilah yang kerap masih kita abaikan. Orang tua masih suka membandingkan
keberhasilan anak dengan temannya. Melihat perbedaan taraf tumbuh kembang anak dan hal
yang mereka capai adalah kesempatan untuk memberi motivasi, bukan membanding-
bandingkan. Dengan membandingkan, anak merasa diri mereka disalahkan dan mencatatnya
dalam hati mereka. Ketika marah, kita jangan sampai berteriak, “Lihat anak itu, nilai
matematikanya selalu di atas rata-rata, sedangkan kamu?” Hal itu akan membuat mereka
semakin merasa bersalah.
Daripada Membandingkan,
Kenalkan Anak pada Lingkungan
Baru yang Positif
Ajak anak keluar dari zona nyamannya dengan membawa mereka ketika ada acara
keluarga yang memungkinkan mereka bertemu teman-teman seusia mereka. Minta
anak mengenalkan dirinya, juga pada saudara-saudara yang lebih tua. Bisa juga
dengan membiarkan anak bergabung untuk bermain dengan teman di sekolah atau
sekitar rumah.

Jadilah Pendengar yang Baik dan


Biarkan Anak Melakukan Sendiri Hal
yang Ia Bisa
Dalam menekuni sesuatu atau bersosialisasi, anak tentu dihadapkan pada situasi yang
tidak menguntungkan, sedangkan mereka belum memiliki kapasitas yang cukup untuk
menghadapinya sendiri. Tanyakan pada anak tentang hal yang mereka temui di sekolah
dan lingkungan sehari-hari, hal yang mereka sukai dan takuti, lalu berikan saran sambil
berkata dengan lembut tanpa menggurui. Biarkan mereka belajar menyelesaikan
masalah sendiri agar tidak manja dan bergantung terus pada orang tua, misalnya
meminta mereka meminta maaf lebih dulu kepada temannya.

Jadilah Teladan dengan


Mencontohkan Perbuatan Baik
Orang tua adalah guru utama dalam perkembangan anak. Mereka akan mencontoh
berbagai hal yang kita lakukan dan sampaikan. Oleh karena itu, setiap menginginkan
anak berbuat sesuatu, pikirkan terlebih dahulu bahwa kita telah melakukan hal yang
sama. Jadilah teladan dalam menghormati, berbuat baik pada sesama, serta percaya
pada diri sendiri agar anak pun mencontoh hal serupa, misalnya perlihatkan
cara bersosialisasi yang baik dengan tetangga dan menghormati mereka yang lebih
tua.
Mari meningkatkan percaya diri anak diawali dengan menjadi teladan dan mengenali
bakat anak. Jangan membuat mereka sendiri malu di depan umum dengan membentak
atau mencela. Hargai hal yang mereka lakukan dan peringatkan dengan lembut ketika
salah. Semoga hal-hal ini dapat meningkatkan percaya diri dan membuat anak merasa
dihargai.

Yuk Belajar Mendidik Anak Balita dengan


Ilmu Parenting Islami

Dear sahabat Abi Ummi yang dicintai Allah. Sebagai orang tua tentu kita paham bahwa
menerapkan pendidikan yang baik pada anak di rumah bukanlah suatu hal yang dapat
kita lakukan secara asal-asalan. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk selalu
mempelajari bagaimana cara yang tepat untuk mendidik mereka agar kelak tumbuh
menjadi anak yang saleh dan salihah serta memiliki karakter islami. Nah, bagaimanakah
caranya itu? Kali ini kita akan membahas bagaimana cara mendidik anak balita dengan
menggunakan metode parenting islami yang tentunya dapat sahabat Abi Ummi
aplikasikan di rumah. Yuk kita simak!

1. Menjalin Kedekatan Pribadi antara


Keluarga dengan
Memanfaatkan Quality Time yang Ada
untuk Sharing Ilmu bersama
Hal ini sangat penting, terlebih bagi orang tua yang sibuk dengan karirnya masing-
masing. Sahabat Abi Ummi bisa memanfaatkan hari libur atau waktu luang setelah
pulang kerja untuk tetap mempunyai quality time dengan anak-anak. Ketika keluarga
sedang berkumpul, manfaatkan situasi ini untuk menjalin kedekatan anak dengan orang
tua dan juga dengan saudara-saudaranya. Lakukan berbagai aktivitas bersama seperti
ibadah, olahraga, bermain di rumah, saling bercerita satu sama lain, serta hal-hal
lainnya yang dapat mengeratkan hubungan keluarga. Nah, jika sudah seperti ini tentu
akan membuka kesempatan bagi kita selaku orang tua untuk membimbing,
memberikan pengarahan, dan juga berbagi ilmu kepada anak-anak. Sebab, kedekatan
yang terjalin akan memudahkan anak-anak untuk menerima dan mengingat arahan dan
juga berbagai ilmu yang disampaikan.
2. Tidak Membuat Anak Jenuh Belajar
dengan selalu Berinovasi dalam
Memberikan Berbagai Materi
Pengajaran yang Tak Hanya Berbobot
Namun Juga Asik di Rumah
Nah, ini yang terkadang kita lupakan! Terlalu fokus pada materi pengajaran yang
hendak disampaikan sampai lupa tentang cara mendidik anak balita dengan metode
penyampaian yang asik dan juga menarik. Padahal, bisa saja kan mereka jenuh dengan
metode belajar yang itu-itu saja. Oleh karena itu, yuk mulai sekarang kita sama-sama
meningkatkan inovasi cara mendidik anak balita kita agar mereka selalu excited ketika
belajar, menyukai metodenya, mencintai ilmunya, menikmati prosesnya, sehingga
dengan senang hati pula mengaplikasikannya.

Nah, bagaimana caranya itu? Bingung? Eitss, tenang, tenang… Kita dapat berkreasi
dengan berbagai cara menarik yang memang anak-anak sukai kok, misalnya
mengenalkan mereka tentang Alquran, sunnah, bahasa Arab, siroh nabawiyah, dan
materi lainnya melalui berbagai media yang ada seperti murotal. Sabahabat Abi Ummi
bisa juga menceritakan kisah-kisah teladan dari para sahabat Rasul yang berpegang
teguh pada tauhid-Nya, menonton video atau acara tv anak beredukasi, melalui
penjelasan-penjelasan singkat yang dapat kita paparkan kepada mereka dengan penuh
hikmah. Oiya, sahabat Abi Ummi bisa juga mengajarkan si kecil dengan beragam
permainan asik loh. Perlahan ajarkan pula makna yang terkandung di dalamnya, ini
akan menumbuhkan kecintaan serta menanamkan pemahaman mereka terhadap islam
bahkan sedari mereka masih dini.

Hanya ini? Tidak, masih sangat banyak metode lainnya, nah ini “PR― kita selaku
orang tua untuk terus upgrade ilmu, perbanyak membaca yang dapat menjadi referensi
dalam memperkaya dan meng-update metode kita dalam menyampaikan pengajaran
kepada anak.
3. Menggali Setiap Hikmah dari
Berbagai Kejadian yang telah Anak
Alami, Baik Itu Kejadian yang
Menyenangkan Maupun yang Tidak
Jangan melewatkan setiap kejadian yang anak-anak kita alami tanpa menggali hikmah
yang terkandung di dalamnya, baik itu kejadian menyenangkan maupun yang tidak.
Jadikan perihal ini sebagai salah satu cara mendidik anak balita kita untuk memahami
dan mengerti banyak hal. Sebagai contoh, ketika anak kita bertengkar dengan
temannya karena berebut mainan maka jangan langsung kita memarahinya, tetapi
ajarkanlah kepada mereka bahwa berebut dan bertengkar dengan teman bukanlah hal
baik, seharusnya mereka bergantian memainkannya dan tidak berebut. Bisa juga ketika
anak kita mendapat ranking 1 di kelasnya, kita dapat mengajarkan kepada mereka
tentang cara bersyukur kepada Allah, mengajarkan tawadhu dan menjauhi sifat
sombong.

4. Membentuk Kebiasaan dan


Karakter Islami pada Anak di dalam
Rumah dengan Menerapkan
Berbagai Amalan Sunnah dan Adab-
Adab yang tKewajiban kita selaku orang tua tidak hanya sekadar
mengurus anak-anak, memberikan makanan, dan menyekolahkan mereka. Akan tetapi,
kewajiban sahabat Abi Ummi sebagai orang tua lebih dari itu. Kita memiliki kewajiban
untuk menanamkan akhlak yang baik, akhlak yang telah Rasulullah contohkan pada
umatnya.

Dari sahabat Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan, “Dahulu
ketika aku masih kecil dan menjadi anak tiri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,
dan (bila sedang makan) tanganku (aku) julurkan ke segala sisi piring, maka
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai nak, bacalah bismillah, dan
makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.’
Maka semenjak itu, itulah etikaku ketika aku makan,” (Muttafaqun ‘alaih).
Nah, cara mendidik anak balita dengan amalan-amalan sunnah yang seperti apa sih
yang dapat kita ajarkan kepada buah hati kita? Wah, ada banyak sekali ya kan,
sebagaimana cara mendidik anak balita yang telah Rasulullah ajarkan kepada Umar bin
Abi Salamah dalam hadist diatas. Mulailah dengan hal yang sederhana, seperti misalnya
ajarkan adab makan dan minum, adab ketika hendak dan bangun tidur, akhlak patuh
dan hormat pada orang tua, akhlak bergaul dengan teman, dll. Membiasakan mereka
dengan melakukan berbagai amalan sunnah dikeseharian mereka akan berdampak baik
loh, perlahan-lahan saja namun terus menerus sehingga insya Allah nantinya akan
membentuk kebiasaan dan etika mereka sampai mereka dewasa.

5. Anak adalah Peniru yang Baik maka


Tunjukanlah Segala Hal Baik yang
Dapat Mereka Tiru, Ini Merupakan
Cara Mendidik Anak Balita yang Patut
Diperhatikan
elah Diajarkan Rasulullah
Dalam mengaplikasikan parenting islami di rumah, orang tua diharuskan memiliki
pribadi yang dapat dicontoh atau dijadikan teladan yang baik dan benar oleh anak-
anaknya, misalnya jangan biasakan berbohong di depan anak jika kita tidak
menginginkan anak kita tumbuh menjadi pembohong atau jangan mudah marah dan
memukul di rumah jika kita tidak ingin anak kita nantinya tumbuh menjadi anak yang
sering marah dan kasar dengan siapapun. Berilah contoh baik, seperti selalu menepati
janji kepada anak, menerapkan perilaku sabar namun tegas, dan disiplin.

Loh, tapi kan mereka masih kecil, apakah mereka akan mengerti? Tentu saja, justru
karena mereka masih kecil kita harus fokus pada cara mendidik anak balita kita dan
menerapkan hal-hal baik pada mereka, sebab anak akan meniru apa yang ada
disekitarnya dengan cepat melalui pendengaran, penglihatan, serta perilaku nyata.

Dengan demikian, hal yang tak kalah penting harus diperhatikan tak hanya tentang
bagaimana cara mendidik anak balita kita, tetapi juga bagaimana cara kita agar
memiliki semangat untuk terus belajar memperbaiki kepribadian kita di rumah sebelum
dicontoh nantinya oleh anak-anak. Orang tua harus terus becermin untuk
mengintrospeksi masing-masing diri apakah perilaku kita dan cara mendidik anak balita
yang kita terapkan sudah benar sesuai dengan ajaran Rasulullah atau belum.

Inilah beberapa cara mendidik anak balita dengan metode parenting islami yang dapat
sahabat Abi Ummi aplikasikan di rumah. Ketahuilah, otak anak di usia-usia golden
age seperti mereka dapat diibaratkan seperti kaset kosong yang dapat menyerap
berbagai informasi dengan sangat cepat. Kesalahan konsep yang terserap sejak dini,
bisa menyebabkan kesalahan di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati
ketika mengajarkan anak akan suatu hal. Yuk, semangat membentuk generasi yang
berakhlak mulia! Insya Allah, Allah akan selalu mudahkan. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai