PENDISTRIBUSIAN “BANTUAN
LANGSUNG TUNAI” (BLT)
Oleh :
1. Program Bantuan Langsung Tunai masuk dalam klaster I, yaitu Program Bantua
n dan Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster I adalah Program Beras Mis
kin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JamKesMas), dan Program Bea Siswa.
2. klaster II yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Termasuk
dalam klaster II ini adalah PNPM Pedesaan (PPK), PNPM Perkotaan (P2KP),
PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP), PNPM Kelautan (PEMP), dan PNPM
Agribisnis (PUAP).
3. Pelaksanaan klaster III yaitu Program Pemberdayaan
Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di dalamnya Program Kredit UMKM,
dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
HISTORIS PEMBERIAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI OLEH
P E M E R I N TA H
Demi menanggulangi efek kenaikan harga bagi kelompok masyarakat miskin, pemerintah
memperkenalkan program BLT kepada masyarakat untuk pertama kalinya pada tahun 2005. Program
ini dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dirinya dan Susilo Bambang Yudhoyono memenangkan
pemilihan umum presiden dan wakil presiden Indonesia pada tahun 2004. Akhirnya, berdasarkan
instruksi presiden nomor 12, digalakanlah program Bantuan Langsung Tunai tidak bersyarat pada
Oktober tahun 2005 hingga Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin. Lalu, karena
harga minyak dunia kembali naik, BLT pun kembali diselenggarakan pada tahun 2008 berdasarkan
instruksi presiden Indonesia nomor 3 tahun 2008. Dan terakhir, pada tahun 2013, pemerintah kembali
menyelenggarakan BLT tetapi dengan nama baru: Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Secara mekanisme, BLSM sama seperti BLT, dan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk program
ini adalah 3,8 triliun rupiah untuk 18,5 juta keluarga miskin, dengan uang tunai 100 ribu rupiah per
bulannya.
Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai bagi
RTS adalah Departemen Sosial
selaku Kuasa Pengguna Anggaran dibantu oleh pihak-
pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan
Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah
Tangga Sasaran..
SKEMA PENYALURAN BLT
P E R M A S A L A H A N D A L A M P E L A K S A N A A N P E M B E R I A N B LT
1. Sebagian besar informan di tingkat masyarakat menganggap masih banyak rumah tangga miskin yang sebenarnya
layak menerima BLT tidak masuk dalam daftar penerima bantuan. Penyebab ketidaktepatan sasaran ini adalah
kriteria pemilihan rumah tangga miskin tidak tepat, mekanisme pendataan tidak menyeluruh (karena ada kuota)
dan tidak sesuai ketentuan (nepotisme), dan integritas pendata sekaligus masyarakat yang didata meragukan.
2. Program penyaluran dana bagi masyarakat kerap kali menciptakan peluang korupsi, yang salah satunya dalam
bentuk pemotongan dana bantuan. Pada Program BLT 2008, pemotongan dana BLT dilakukan dengan cara yang
beragam. Pemotongan yang terjadi sebagian besar merupakan hasil kesepakatan yang mengikutsertakan pemuka
masyarakat dan RTS. Pemotongan dana BLT juga dimaksudkan untuk menghindari kecemburuan dan konflik di
masyarakat, serta membantu membiayai berbagai kegiatan kemasyarakatan (agustusan, pembangunan
infrastruktur jalan, dan acara keagamaan).
3. Masih terjadi ketegangan dan bahkan konflik di tingkat masyarakat, meskipun intensitasnya lebih rendah.
Konflik bersumber dari kecemburuan sosial dan tidak transparannya proses verifikasi penerima program.
4. Masih terjadi kesalahan penetapan sasaran dan ketidaktercakupan penerima BLT
5. karena verifikasi tidak berjalan dengan semestinya.
Membantu
masyarakat kurang
mampu agar tetap
dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Mencegah
penurunan taraf
kesejahteraan
masyarakat miskin
akibat kesulitan
ekonomi.
Meningkatkan
tanggung jawab
sosial bersama
J E N I S - J E N I S B A N T U A N D A R I P E M E R I N TA H PA D A M A S A PA N D E M I
Program
Keluarga
BLT usaha Harapan
mikro kecil (PKH)
Subsidi gaji (kemenkop) (kemensos)
karyawan
Kartu Prakerja
(Kemenaker)
Listrik gratis
Menambah besaran dan jangka waktu pemberian BLT Desa sehingga total BLT Desa bertambah dari
Rp1.800.000/KPM menjadi Rp2.700.000/KPM sehingga total anggaran untuk BLT Desa meningkat dari
Rp21,19 triliun menjadi Rp31,79 triliun. Disamping itu, jangka waktu pemberian BLT ditambah dari 3 bulan
menjadi 6 bulan dengan rincian sebagai berikut:
Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (“UU 13/2011”) telah menegaskan:
“Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan oleh
Menteri.”
Pelaku yang memalsukan data verifikasi dan validasi tersebut dipidana penjara maksimal 2 tahun atau denda maksimal Rp50 juta.
Selain itu, terhadap segala bentuk penyelewengan dana bantuan sosial dijatuhi hukuman berdasarkan Pasal 43 ayat (1) UU 13/2011:
“Setiap orang yang menyalahgunakan dana penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp500 juta.”
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU 31/1999”) jo. Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016:
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp1 milyar.”