Anda di halaman 1dari 6

Kewajiban Orang Tua 1

MEMILIHKAN CALON IBU YANG BAIK


Allah swt berfirman, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula); sedangkan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik (pula) ... " (QS An-Nuur: 26)
Rasulullah saw bersabda, "Pilihlah untuk tempat nuthfah kamu (air mani kamu),
karena pembuluh darah ini merupakan sinar pancaran." (HR Ibnu Majah dan Dailani)
Konsep Islam mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anak berwawasan jauh.
Seorang muslim sebelum menjadi orang tua harus memikirkan kemampuan calon
istrinya dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Karena seorang ibu yang
akhlaknya tidak baik, kemungkinan besar akan memberi pengaruh buruk terhadap
perkembangan akhlak anak-anaknya kelak. ***
Tanggung jawab orang tua terhadap anak bukan dimulai ketika anak telah lahir ke
dunia tetapi jauh sebelum itu yaitu sebelum kita menikah. Pada saat kita akan
menikah, kita harus memikirkan tanggung jawab terhadap anak yang akan lahir kelak.
Berdasarkan firman Allah swt dalam QS An-Nuur: 26 di atas dinyatakan bahwa laki-
laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik. Baik yang dimaksud adalah baik dalam
arti akhlaknya. Oleh karena itu seorang laki-laki muslim sebelum menikah harus
mempunyai akhlak yang baik dan berusaha memilih calon istri yang baik pula
akhlaknya. Hadits Rasulullah saw diatas juga mengisyaratkan agar seorang laki-laki
muslim memperhatikan kualitas calon istrinya. Karena calon istrinya kelak yang akan
menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.
*** *** ***
MENGHAYATI FUNGSI ANAK
Allah swt berfirman, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia ... "
(QS Al-Kahfi: 46)
Allah swt berfirman, "Dan orang-orang yang berkata: 'Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami); dan jadikanlah kami imam bagi orang- orang yang bertakwa.'" (QS Al-
Furqaan: 74)
Harta dan anak-anak merupakan perhiasan dalam kehidupan di dunia ini. Setiap orang
tua pasti menginginkan anak-anaknya pandai, menjadi pemimpin yang baik, menjadi
tumpuan kesejahteraan hidup orang tuanya dan harapan-harapan lainnya. Kalau kita
memperhatikan harapan setiap orang tua yang menginginkan yang terbaik pada anak-
anaknya, tentunya kita sebagai orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-
anak kita. Kita harus menjadikan mereka sebagai anak-anak yang shalih, anak yang
mengerti agama. Ini berarti orang tualah yang pertama kali harus memperhatikan
ajaran agama, sehingga putra-putrinya mendapatkan penghayatan yang benar,
bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena kalau kita sendiri tidak
mengerti agama, tidak perduli terhadap ajaran agama maka akhlak anak-anak kita
akan menjadi rusak, sehingga hidup kita terasa bagai dalam neraka.
***
Itu merupakan hal yang wajar kita terima dari kelalaian dan kelengahan kita terhadap
ajaran-ajaran Allah. Jadi, agar fungsi anak berjalan sebagaimana mestinya yaitu
sebagai perhiasan, penghibur, pemberi kesejukan dan pengangkat martabat orang
tuanya, maka orang tua bertanggung jawab atas terlaksananya fungsi tersebut. Orang
tua wajib mendidik mereka menjadi anak yang shalih. Orang tua harus mampu
menjadi teladan bagi putra-putrinya.
*** *** ***
MEMOHON PERLINDUNGAN ALLAH KETIKA BERJIMA'.
Rasulullah saw bersabda, "Jika seseorang diantara kamu hendak bersebadan dengan
istrinya maka bacalah, 'Bismillah! Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan
jauhkanlah setan dari (anak) yang akan Engkau karuniakan kepada kami.' Kemudian
jika berbuah dari mereka ini seorang anak maka (setan) tidak akan merugikannya
selama-lamanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits di atas Rasulullah SAW menjanjikan bahwa bila suami istri dalam
bersebadan mendahuluinya dengan do'a permohonan kepada Allah SWT agar kelak
anaknya dijauhkan dari godaan setan maka Allah SWT tentu akan menjaganya. Do'a
semacam ini sudah merupakan langkah awal yang membawanya pada usaha
menyiapkan anak ke arah hidup shalih.
*** *** ***
MEMBERI NAMA YANG BAIK
Dari Abu Dar'da ra ujarnya, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kamu
sekalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama kamu sendiri dan nama bapak
kamu. Karena itu, hendaklah perindahlah nama kamu." (HR Abu Dawud) Nama yang
baik mempunyai ciri-ciri, diantaranya mengandung pujian misalnya Ahmad atau
Muhammad yang artinya terpuji; mengandung do'a dan harapan misalnnya 'Ali
artinya yang tinggi, Shalih yang artinya baik.; mengandung makna semangat misalnya
Syaifullah artinya pedang Allah, Qamaruddin artinya (cahaya) bulan agama. Memberi
nama anak harus mencerminkan adanya pujian atau do'a, harapan atau gambaran
semangat dan dambaan indah orang tua kepada anak-anaknya.
*** *** ***
MENG'AQIQAHI
Dari Samurah, sesungguhnya Nabi saw telah bersabda tentang 'aqiqah, "Setiap bayi
tergadai pada 'aqiqahnya, disembelih pada hari ketujuh dan pada hari itu pula
dicukurlah ia dan diberi nama." (HR Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah, dari Hasan)
'Aqiqah adalah menyembelih kambing untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah
SWT atas lahirnya seorang bayi. Dalam 'aqiqah ini yang disembelih adalah kambing,
bukan ayam atau sapi atau onta dan lain sebagainya. Di dalam riwayat Imam Ahmad
dan Tirmidzi disebutkan: Dari Ummu Kurzin Al-Ka'biyyah, bahwa ia pernah bertanya
kepada Rasulullah saw tentang 'aqiqah. Sabdanya, "Untuk bayi laki-laki, dua ekor
kambing kibas; dan untuk bayi perempuan, seekor kambing kibas dan tidaklah
merugikan kamu yang jantan atau yang betina."
MENYUSUI
Allah SWT berfirman, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan ... " (QS Al-
Baqarah:233)
Orang tua wajib memberi makanan kepada bayinya; dan makanan yang paling cocok
bagi bayi adalah air susu ibu kandungnya.
*** *** ***
MENGHITANKAN
Dari Abu Ayyub ujarnya, "Rasulullah SAW bersabda, 'Empat hal termasuk sunnah-
sunnah para rasul: khitan, mengenakan minyak wangi, siwak dan menikah.'" (HR
Tirmidzi dan Ahmad)
Menghitankan ialah membersihkan alat kemaluan dari kulit yang menutup kepalanya.
Tidak ada ketentuan kapan seorang anak dikhitan.
MENAFKAHI
Allah SWT berfirman, " ... Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang makruf ... " (QS Al-Baqarah:233)
Allah SWT berfirman, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka ... " (QS An-Nisaa':34)
Kedua ayat di atas menyatakan bahwa ayah bertanggung jawab memberi nafkah anak-
anak dan keluarganya. Adapun tanggung jawab ibu terhadap anak dan keluarganya
adalah mengasuh dan mengatur rumah tangga sebagai wakil dari suami atau ayah.
Karena itu, dalam urusan nafkah, anak-anak harus meminta kepada ayah sebagai
penanggung jawab dan pencari nafkah bagi keluarganya.
*** *** ***
MEMENUHI JANJI
Dari 'Abdullah bin 'Amr ra, ia berkata, "Pada suatu hari ibuku memanggilku,
sedangkan Rasulullah SAW pada saat itu sedang duduk di rumahku. (Ibu) berkata,
'Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu.' Kemudian Rasulullah SAW berkata
kepadanya, 'Apa yang ingin kau berikan kepadanya?' (Ibu) berkata, 'Aku ingin
memberinya sebiji kurma.' Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadanya,
'Sekiranya engkau ternyata tak memberikan apa-apa kepadanya, maka engkau telah
dicatat berdusta.'" (HR Abu Dawud dan Baihaqi)
Hadits di atas menegaskan kepada kita bahwa menjanjikan sesuatu kepada anak
dengan maksud membujuk tanpa bermaksud untuk memenuhinya termasuk perbuatan
dosa. Jadi terhadap anak kecil sekalipun, orang tua harus bersikap jujur.
*** *** ***
MENDIDIK AKHLAK
Dari Abu Hafish 'Umar bin Abu Salamah, anak tiri Rasulullah SAW, ia berkata,
"Sewaktu saya dan anak-anak dulu tinggal di bawah asuhan Rasulullah SAW dan
pada saat itu tanganku meraih (makanan)) dalam baki besar, Rasulullah SAW
bersabda kepadaku, 'Wahai bocah, sebutlah nama Allah Ta'ala, makanlah dengan
tangan kananmu dan ambillah yang ada di depanmu.' Lalu selanjutnya begitulah
caraku makan." (HR Bukhari dan Muslim)
Orang tua berkewajiban membiasakan anak-anaknya berakhlak Islam. Hal-hal yang
dapat kita sampaikan kepada anak-anak kita agar mereka berakhlak Islami, antara lain
mengucapkan salam ketika masuk rumah; meminta izin kepada orang tua bila hendak
berpergian; membaca basmallah dan mendahulukan kaki kanan; berdo'a sebelum dan
sesudah tidur; menjauhkan diri dari kata-kata kotor; berwudhu setelah buang air besar
atau kecil; dan lain-lainnya. ^ Orang tua juga harus tanggap terhadap perilaku anak-
anaknya yang tidak islami seperti hadits di atas, Rasulullah SAW langsung menegur
dan memberitahu kepada anak yang melakukan kesalahan.
MENANAMKAN AQIDAH TAUHID
Allah SWT berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, 'Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku daripada menyembah berhala- berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-
berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa
yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan
barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.'" (QS Ibrahim: 35 - 36)
***
Orang tua dapat menanamkan aqidah tauhid kepada anak dengan cara antara lain
mengajarkan ayat Al Qur'an yang menerangkan tanda- tanda kekuasaan Allah SWT di
alam ini, misalnya air hujan dapat menyuburkan tanaman yang kering, angin dapat
dijadikan kekuatan untuk menggerakkan perahu layar dan air merupakan kebutuhan
vital bagi setiap manusia. Tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam ini juga dapat
disampaikan dengan mengisahkan riwayat kehancuran kaum yang durhaka kepada
Allah SWT seperti kaum Fir'aun di Mesir. Menunjukkan kepada anak ajaran-ajaran
yang sesat dan bertentangan dengan tauhid misalnya Tuhan dikatakan beranak, Tuhan
beristri atau berayah, Tuhan memiliki wakil yang disebut dewa, kepercayaan kepada
bintang yang katanya mempunyai pengaruh pada nasib manusia. Orang tua sebelum
menanamkan aqidah tauhid wajib mengetahui keyakinan dan perbuatan-perbuatan
syirik, kufur dan munafik. Jika orang tua sendiri tidak tahu keyakinan syirik dan
kufur, maka aqidah tauhid tidak akan dapat diajarkan kepada anak-anaknya.
***
Orang tua dapat menanamkan aqidah tauhid kepada anak-anaknya sejak anak mampu
berbicara, kurang lebih umur dua tahun. Anak-anak dapat diajarkan mengucapkan
bismillah ketika hendak mengerjakan sesuatu dan mengucapkan alhamdulillah ketika
selesai mengerjakannya; mengucapkan insya Allah ketika hendak memenuhi janji;
mengucapkan astaghfirullah ketika melakukan kesalahan dan perkataan-perkataan
lainnya yang diajarkan Rasulullah SAW. Selain menanamkan aqidah tauhid, orang tua
harus menjauhkan anak-anak dari bacaan, kaset, film dan hal-hal lainnya yang dapat
merusak aqidah, akhlak dan kesehatan jiwa anak-anak, seperti dongeng Nyi Roro
Kidul, film yang menggambarkan kejadian-kejadian khurafat atau tahayul, kaset-kaset
yang tidak islami.
*** *** ***
MELATIH ANAK-ANAK MENGERJAKAN SHALAT
Allah SWT berfirman, "(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS Luqman: 16 - 17)
***
Rasulullah SAW bersabda, "Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan shalat ketika
berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (putra dan putri)." (HR
Abu Dawud, Hadits ini hasan) Melatih anak mengerjakan shalat akan membuat anak
terbiasa sujud. Walaupun mereka belum mengerti dengan shalat yang dilakukannya,
tetapi anak akan mengerti bahwa yang paling tinggi di atas dirinya bukanlah orang
tuanya. Inilah yang paling penting tertanam di hati anak, bahwa orang tua masih
tunduk kepada yang lain. MENGAJARKAN AL-QUR'AN
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang terbaik di antara kalian ialah orang yang
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR Bukhari) Anak-anak sebagai
bagian umat Islam wajib diajari membaca Al-Qur'an. Mengajarkan Al-Qu'an ini
penting untuk memenuhi kewajiban beribadah kepada Allah SWT seperti shalat.
***
MENGAJARKAN HALAL DAN HARAM
Allah SWT berfirman, "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan ... (QS Al-Maa'idah: 3)
Orang tua berkewajiban mengajarkan kepada anak-anaknya untuk mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum halal dan haram. Insya Allah pengetahuan anak
mengenai halal dan haram akan menjadikan mereka menjadi manusia shalih.
***
MENGAJARKAN TIGA WAKTU AURAT
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak
(lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara
kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum
sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari dan
sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan
tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana." (QS An-Nuur: 58)
***
Yang dimaksud dengan aurat pada ayat di atas ialah suasana ayah dan ibu
bersendirian dalam kamar. Jadi pengertian tiga aurat ialah tiga macam waktu yang
digunakan ayah dan ibu untuk beristirahat bersama-sama dalam kamar pribadi,
sehingga mereka berpakaian sekedarnya. Anak-anak diwajibkan minta izin jika ingin
bertemu dengan kedua orang tuanya pada tiga waktu tersebut. Berdasarkan tiga waktu
aurat ini, orang tua wajib menjaga kesopanan berpakaian dalam rumah, di luar kamar
pribadi. Kesopanan yang dimaksud, yaitu orang tua tidak boleh berpakaian tipis,
sehingga pakaian dalamnya terlihat walaupun oleh anaknya sendiri. Orang tua juga
harus mengenalkan batas aurat yang harus tertutup kepada anak-anaknya. ^ ***
MENYURUH BERPAKAIAN TAQWA ^ Allah SWT berfirman, "Katakanlah
kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra- putra mereka,
atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS An-
Nuur: 31)
***
Yang dimaksud dengan berpakaian taqwa ialah berpakaian yang berdasarkan
ketentuan dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. Pakaian tersebut haruslah menutup
aurat, tidak tipis, tidak ketat sehingga memperlihatkan bentuk tubuh dan khusus bagi
perempuan harus menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangannya kepada
orang selain muhrimnya. Seorang suami atau ayah wajib memerintahkan istri dan
putri-putrinya untuk berpakaian taqwa.
***
BERSABAR KETIKA ANAK MENDAPAT MUSIBAH
Rasulullah SAW bersabda, "Tiada seorang muslim yang kematian tiga anaknya
sebelum mereka mencapai umur baligh, melainkan Allah pasti memasukkannya ke
dalam surga karena kasih sayang-Nya kepada mereka." (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas memberikan suatu janji kepada orang tua yang anaknya mendapat
musibah (meninggal) akan mendapatkan balasan surga. Kesenangan terhadap anak
yang merupakan perhiasan hidup di dunia bagi orang tuanya karena diambil oleh
Allah, diganti dengan kesenangan abadi yang menjadi harapan setiap muslim.

Oleh karena itu, setiap orang tua yang mempunyai anak hendaknya menyadari bahwa
anak adalah amanat Allah yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh Allah dan orang
tua wajib merelakannya. Kalau sikap ridha ini menjiwai semangat kita dalam
menghadapi kematian anak, maka surgalah yang Allah jadikan jaminan bagi kita.

Anda mungkin juga menyukai