Anda di halaman 1dari 51

2 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Judul Asli:

‫ﺣﻘﻮق ا ٔوﻻد ﲆ ا ٓ ء وا ٔ ّﻣﻬﺎت‬


Penulis:
Prof. Dr. Asy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahim Al-Bukhari Hafidzahullah

Edisi Indonesia:

HAK-HAK ANAK YANG WAJIB DITUNAIKAN


OLEH AYAH DAN IBU

Alih Bahasa:

Abu Juwairiyah Mochammad Yaenuri

Muroja’ah:

Al-Ustadz Abu Ismail Seno Al-Qudsi Hafidzahullah

Desain Cover:

Abu Zaid Dwik Muntahar

Publikasi:

TIM MEDIA AL-BAYYINAH


Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 3

BIOGRAFI

ASY-SYAIKH ABDULLAH BIN ABDURRAHIM AL-BUKHARI hafidzahullah

Nama beliau adalah ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm bin Husain bin Mahmûd
As-Sa’di kemudian Al-Bukhâri Al-Madîni. As-Sa’di adalah nisbah kepada Bani
Sa’d yang berasal dari Ath-Thâ`if. Beliau dilahirkan di Madinah di desa Bâbut
Tamâr.
Asy-Syaikh ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm hafizhahullâh tumbuh di bawah
asuhan dan bimbingan kedua orang tuanya yang sangat antusias dan memiliki
perhatian yang sangat besar terhadap ilmu, serta upaya mendidik anak-anak
dengan pendidikan yang selamat dan lurus.
Beliau mulai menghafal Al-Qur`an semenjak tahun-tahun pertama
ketika beliau duduk di madrasah ibtida`iyyah di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri
(ayah beliau sebagai penanggung jawab di masjid tersebut).
Beliau dikarunai kecintaan terhadap ilmu hadits sejak kecil. Karena itu
beliau sangat bersemangat untuk mengumpulkan dan membaca kitab-kitab
tentang ilmu hadits, bertanya tentang perkara yang sulit, dan menghafalnya.
Beliau juga sangat bersemangat untuk mempelajari kitab-kitab aqidah, karena
beliau melihat kebutuhan umat yang sangat besar terhadapnya. Itu semua
beliau lakukan dengan cara senantiasa rutin dan bermulâzamah di Masjid
Nabawi.

Karir Ilmiah

1. Lulus dari Fakultas Hadits Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyyah (Universitas Islam)


Madinah pada tahun ajaran 1410 – 1411 H dengan peringkat: sangat baik.

2. Guru/Pengajar Ad-Dirâsât Al-Islâmiyyah (Studi Ilmu Islam) di madrasah


Ibtida`iyyah dan Tsanawiyyah selama 6 tahun, di bawah Departemen
Pendidikan dan Pengajaran.
4 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

3. Tahun 1417 H melanjutkan jenjang Magister (S2) di Universitas Ummul


Qurâ Makkah Al-Mukarramah, Fakultas Da’wah dan Ushûlud Dîn Jurusan
Al-Kitâb was Sunnah. Lulus dengan predikat cumlaod.

4. Menulis tesis magister dengan judul Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin ‘Abdillâh
bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa Dirâsatan. Diuji pada 21 – 8 – 1420 H, dan
berhasil meraih cumload dengan anjuran untuk mencetak tesis tersebut.

5. Tahun 1418 H pindah dari Departemen Pendidikan dan Pengajaran ke


Universitas Islam Madinah, kembali ke Fakultas Hadits jurusan Fiqhus
Sunnah wa Mashâdiruhâ.

6. Berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1426 H dengan tesis tahqîq
(penelitian) atas kitab Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh Al-‘Irâqi,
mulai awal kitab ar-radhâ’ sampai pada penghujung kitab Idzâ Aflasa
lirrajuli Gharîm. Dengan prestasi cumlaude pada level utama.

7. Sekarang sebagai Ustâdz Musâ’id pada Fakultas Hadits jurusan Fiqhus


Sunnah wa Mashâdiruhâ.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 5

MUQODDIMAH

Sesungguhnya, segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan kami


memohon pertolongan dan ampunan-Nya, kami berlindung kepada Allah dari
kejahatan diri-diri kami, dan dari kejahatan amal perbuatan kami, barangsiapa
yang Allah berikan petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan
barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberikan
petunjuk kepadanya, dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, Maha Esa Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Dan Allah Yang Maha Tinggi berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan


sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS Al-Imran: 102)

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu” (QS An-Nisa: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kamu kepada Allah


dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa
menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan
kemenangan yang besar” (QS Al-Ahzab: 70-71)

Adapun selanjutnya:

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik


petunjuk, adalah petunjuk Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan sejelek-jelek perkara
6 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan dan semua perkara baru yang
diada-adakan adalah bid'ah dan semua yang bid'ah adalah sesat dan semua
yang sesat tempatnya di neraka

Adapun setelah itu:

Sesungguhnya aku bertahmid kepada Allah kepada kalian yang tidak ada
sesembahan yang berhak di ibadahi selain-Nya, dan tidak ada Tuhan selain-
Nya, yang memberi kemudahan kepada kita untuk mengadakan pertemuan,
dan yang kita berharap dari Allah Azza wa Jalla, Dia memberkati untuk kami
dan untuk kalian semua pada pertemuan ini, dan semoga Allah memberikan
kemanfaatan dengan apa-apa yang kita sampaikan dan kita dengarkan
sesungguhnya Rabb-ku Maha Mendengar Doa.

Dulu aku diminta untuk berbicara seputar permasalahan atau


pembahasan yang berkaitan dengan kemasyarakatan, karena ada hajat
mendesak tentang masalah itu, dikarenakan pandangan masyarakat tertuju
pada tema ini. Maka jatuhlah pilihan pada sebuah tema yang berkaitan
dengan maqom ini, ketahuilah tema tersebut adalah: HAK-HAK ANAK ATAS
BAPAK DAN IBU

Hubungan Orang Tua dengan Anak Sangat Kuat Dalam Islam

Tidak ragu lagi wahai para Ikhwah, bahwasanya hubungan keterkaitan


antara anak-anak dan orang tua mereka sangat erat, dan ini nikmat dari Allah
untuk hamba yang beriman, hubungan yang erat ini akan nampak bagi orang
orang yang mencermati Al Qur'an Al Karim dan Sunnah yang suci, sebagai
contoh: kita mendapati Allah berwasiat kepada kita tentang anak,

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

﴾‫﴿ﯾُ ْﻮ ِﺻ ْﯿ ُ ُﲂ ا ٰ ّ ُ ِ ْ ٓﰲ َا ْو َﻻ ِد ُ ْﰼ‬
Artinya: “Allah berwasiat kepada kalian tentang anak-anak kalian"
(QS. An Nisa': 11)
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 7

Dan perkara yang maklum bahwasanya wasiat itu ada pada perkara yang
sangat penting dan juga untuk urusan yang penting.
Contoh berikutnya, kita mendapati bahwasanya Nabi-nabi Allah,
mereka telah menunjukkan akhlak yang begitu agung dalam perkara mereka
menunaikan hak orang tua mereka, dan bagaimana mereka mendakwahi
orang tua mereka untuk perkara kebaikan. Nabi Ibrahim 'Alaihissalam berkata
kepada bapaknya sebagaimana Allah Azza wa Jalla menghikayatkan
tentangnya, Allah subhanahu wata'ala berfirman:

﴾‫﴿ َو ِا ْذ ﻗَﺎ َل ِا ْ ٰﺮ ِﻫ ْ ُﲓ ِ َﻻ ِﺑ ْﯿ ِﻪ ٰا َز َر َاﺗَﺘ ِ ُﺬ َا ْﺻﻨَﺎ ًﻣﺎ ٰا ِﻟﻬَ ًﺔ ۚ ِا ِ ّ ْ ٓﱐ َا ٰر َﯨﻚ َوﻗَ ْﻮ َﻣ َﻚ ِ ْﰲ ﺿَ ٰﻠ ٍﻞ ﻣ ْ ٍِﲔ‬


Artinya: “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya yang
bernama Aazar, wahai bapakku apakah engkau menjadikan berhala sebagai
sesembahan kamu? sungguh aku memandang engkau dan kaummu dalam
penyimpangan yang nyata" (QS. Al An'am: 74)

Dan Allah subhanahu wata'ala berfirman ditempat yang lain:

ُ ِ ‫ ِا ْذ ﻗَﺎ َل ِ َﻻ ِﺑ ْﯿ ِﻪ ٰ ٓ َﺑ َ ِﺖ ِﻟ َﻢ ﺗَ ْﻌ ُﺒﺪُ َﻣﺎ َﻻ َْﺴ َﻤ ُﻊ َو َﻻ ﯾُ ْﺒ‬٤١ ‫﴿ َو ْاذ ُﻛ ْﺮ ِﰱ اﻟْ ِﻜ ٰ ِﺐ ِا ْ ٰﺮ ِﻫ ْ َﲓ ەۗ ِاﻧ ٗﻪ َﰷ َن ِﺻ ِّﺪﯾْﻘًﺎ ﻧ ِ ﺎ‬


‫ﴫ‬
﴾٤٣ ‫ﴏ ًاﻃﺎ َﺳ ِﻮ‬ َ ِ َ‫ ٰ ٓ َﺑ َ ِﺖ ِا ِ ّ ْﱐ ﻗَﺪْ َ ۤﺎ َء ِ ْﱐ ِﻣ َﻦ اﻟْ ِﻌ ْ ِﲅ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾ َ ِﺗ َﻚ ﻓَﺎﺗ ِﺒ ْﻌ ِ ْ ٓﲏ َا ْﻫ ِﺪك‬٤٢ ‫َو َﻻ ﯾُﻐ ِ ْْﲏ َﻋ ْﻨ َﻚ َﺷ ْ ﺎ‬
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab
(Al-Qur`ān), sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran, dan
seorang nabi. Wahai Ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu
yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutlah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus." (QS. Maryam: 41-43)

Kita juga mendapati di Al-Qur'an juga, pembicaraan sebagian para


Nabi ‘alaihimussalam dengan anak-anaknya, perbincangan yang dipuncak
keindahan dan penuh kasih sayang kepada mereka, diantara contohnya:

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

‫ﴬ ﯾ َ ْﻌ ُﻘ ْﻮ َب اﻟْ َﻤ ْﻮ ُۙت ِا ْذ ﻗَﺎ َل ِﻟ َﺒ ِ ْ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَ ْﻌ ُﺒﺪُ ْو َن ِﻣ ْۢﻦ ﺑ َ ْﻌ ِﺪ ْ ۗي ﻗَﺎﻟُ ْﻮا ﻧ َ ْﻌ ُﺒﺪُ ِا ٰﻟﻬ ََﻚ َو ِا ٰ َ ٰا َ ۤ ﯨ َﻚ‬
َ َ ‫﴿ َا ْم ُﻛ ْﻨ ُ ْﱲ ُﺷﻬَﺪَ ۤا َء ِا ْذ َﺣ‬
﴾‫ِﲮ َﻖ ِا ٰﻟﻬًﺎ وا ِ ﺪً اۚ َو َ ْﳓ ُﻦ َ ٗ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ُﻤ ْﻮ َن‬ ٰ ْ ‫ِا ْ ٰﺮ ٖ َﱒ َو ِا ْ ٰﲰ ِﻌ ْﯿ َﻞ َوا‬
8 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Artinya: "Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput


Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan
Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang
Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)

Dan Nabi Ibrahim Al-Khalil ‘alaihissalam berkata kepada anaknya Nabi Ismail
‘alaihissalam:

‫﴿ﻗَﺎ َل ﯾٰ ُ َﲏ ِا ِ ّ ْ ٓﱐ َا ٰرى ِﰱ اﻟْ َﻤﻨَﺎ ِم َا ِ ّ ْ ٓﱐ َا ْذ َ ُﲝ َﻚ ﻓَﺎﻧ ُْﻈ ْﺮ َﻣﺎ َذا َ ٰﺮىۗ ﻗَﺎ َل ٰ ٓ َﺑ َ ِﺖ اﻓْ َﻌ ْﻞ َﻣﺎ ﺗ ُْﺆ َﻣ ُ ۖﺮ َﺳ ﺘَ ِ ﺪُ ِ ْ ٓﱐ ِا ْن َﺷ ۤﺎ َء‬
﴾‫اﻟﺼ ِ ِﱪْ َﻦ‬ ّ ٰ ‫ا ٰ ّ ُ ِﻣ َﻦ‬
Artinya: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma'il)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar” (QS. Ash-Shaffat: 102)

Dan Luqman Al-Hakim juga mengatakan kepada anaknya:

﴾‫اﻟﴩكَ ﻟ َ ُﻈ ْ ٌﲅ َﻋ ِﻈ ْ ٌﲓ‬
ْ ّ ِ ‫ﴩكْ ِ ٰ ّ ِ ۗ ِان‬
ِ ْ ُ ‫﴿ ٰﯾ ُ َﲏ َﻻ‬
Artinya: “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar” (QS. Luqman: 13)

Dan juga dibanyak ayat.

Dan dari nash-nash Sunnah yang suci, apa yang datang didalam hadits
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

"Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap penanggung jawab


tentang apa-apa yang menjadi tanggung jawab nya, apakah dia menjaga
tanggung jawab tadi ataukah dia menyia-nyiakannya, hingga Allah akan
bertanya kepada seseorang tentang anggota keluarganya" (HR. An-Nasai
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 9

dalam Al-Kubro dari Sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dishahihkan
Syaikh Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah No. 1636)

Dan sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬di dalam hadits yang masyhur muttafaqun alaihi
dengan lafadz: "Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing
kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, imam yang memimpin rakyat
akan ditanya tentang tanggung jawab nya, dan seorang laki-laki adalah
seorang pemimpin dan akan ditanya tentang tanggung jawabnya” (HR. Al-
Bukhari: 7138, Muslim: 1829)

Imam Ibnul Qayyim rahimahallah berkata: "Betapa banyak orang-


orang yang menyengsarakan anaknya, membuat sengsara buah hatinya
didunia dan akhirat dikarenakan dia mengabaikan anaknya, tidak mengajarkan
adab, membantu dan menolong anaknya memperturutkan hawa nafsunya.
Orang tua tadi mengira bahwa dia telah memuliakan anaknya, padahal
sungguh dia telah menghinakan anaknya dengan cara itu, dia juga menduga
telah menyayangi anaknya padahal sungguh dia telah mendholimi anaknya
dengan cara itu. Akhirnya luput dari dia mengambil kemanfaatan dari
anaknya, dan dia meluputkan atas anak tadi bagian dunia dan akhirat. Kalau
kamu mengambil ibrah adanya kerusakan pada anak-anak, kamu melihat
mayoritasnya itu semua dari arah bapak dan ibunya.” (Tuhfatul Maudud bi
Ahkamil Maulud, hal. 351)

Imam Ibnul Qayyim rahimahallah juga berkata: "Mayoritas anak


rusaknya mereka hanyalah datang dari bapak dan ibu mereka, dikarenakan
orang tua mengabaikan tidak mengurusi dan tidak mengajarkan kepada anak
yang fardhu dan yang sunnah tentang agama ini, maka orang tua tadi menyia-
nyiakan anak-anaknya dimasa kecil tanpa pelajaran agama dan adab, sehingga
anak-anak tersebut tidak bisa mengambil kemanfaatan terhadap mereka
sendiri dan tidak bisa memberikan kemanfaatan kepada orang tua mereka
ketika orang tua mereka sudah tua, sebagaimana sebagian orang tua menegur
dengan keras anaknya dikarenakan anaknya durhaka kepadanya, maka sang
anak bilang: “Wahai ayahku! sesungguhnya engkau durhaka kepadaku dimasa
kecil, maka sekarang aku durhaka kepadamu dimasa tua, wahai ayah! engkau
10 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

menyia-nyiakanku diwaktu kecil, maka aku sia-siakan engkau ketika engkau


sudah renta” (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hal. 337)

Kalau begitu…. bagi anak-anak, mereka punya hak-hak yang wajib


ditunaikan oleh orangtua mereka, seyogyanya diperhatikan hak-hak ini dan
menegakkannya, dikarenakan hal tersebut diantara perkara yang nanti
ditanyakan tentangnya kepada seorang hamba di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Kita akan berbicara tentang masalah yang penting ini dan yang
berkaitan dengannya pada poin-poin yang urut.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 11

Yang Pertama

MAKNA KATA HAQ DAN YANG DIMAKSUD DENGANNYA

Sesungguhnya anak-anak ini punya haq atas orang tua mereka, lalu
apa makna kata “Haq” disini?

Al-Haq secara bahasa lawan dari al-batil, Al-Haq ini juga salah satu
nama dari nama-nama Allah yang Husna, juga firman Allah disifati dengan Haq
(yang pasti benar).

Kemudian kata Al-Haq disebutkan secara mutlak, dan yang dimaukan


dengannya: al-‘adl (adil), al-islam, al-milku (kepemilikan), perkara yang
diputuskan, ash-shidqu (kebenaran), al-maut (kematian), al-hazm
(keteguhan/kekokohan), atau yang selain itu dari makna-makna yang
digunakan untuk makna kata Al-Haq.

Kata Al-Haq bentuk tunggal dari Al-Huquq, ini ditinjau dari segi bahasa,
atau ditinjau dari sebagian makna Al-Haq yang ada keterkaitan dengan kata-
kata tersebut. Adapun ditinjau dari syariat kata Al-Haq adalah “sesuatu yang
dengan itu hukum ditetapkan”, dan dimaklumi bahwasanya hukum yang
sudah ditetapkan itu lebih umum, mungkin wajib, mungkin sunnah atau
mungkin mubah.
Diantara yang menunjukkan makna tersebut, hadits yang dikeluarkan
oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim didalam shahih keduanya,
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Hak seorang muslim atas muslim yang lain
ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah,
memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin” (HR. Bukhari: 1240,
Muslim: 2162)
Kata haq disini, terkait menjenguk orang sakit dan mengantar jenazah,
yang dimaukan adalah sunnah.
Dan memenuhi undangan terkadang mengandung makna wajib
apabila undangan khusus, dan tidak didapati pada undangan tadi
12 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

kemungkaran-kemungkaran yang memalingkan kewajibannya. Terkadang


undangannya dihukumi sunnah apabila undangannya umum dan tidak khusus.
Adapun mendoakan seseorang yang bersin, maka kata haq disini
bermakna wajib (jika mendengarkan orang yang bersin mengucapkan
hamdalah)
Oleh karena itu, inilah makna-makna yang diinginkan dengan kata haq,
untuk hal ini kita akan menyinggung dalam muhadharah ini beberapa jumlah
haq anak yang wajib maupun yang sunnah.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 13

Yang Kedua

KETAQWAAN ORANG TUA AKAN MENJAGA ANAK

Firman Allah Azza wa Jalla:


﴾ۚ ‫﴿و َﰷ َن َاﺑُ ْﻮ ُ َﳘﺎ َﺻﺎ ِﻟ ً ﺎ‬
َ
Artinya: “…dan ayah keduanya adalah orang yang shalih” (Qs. Al-
Kahfi: 82)

Ayat yang agung ini didalamnya ada dalil yang begitu jelas bahwasanya
laki-laki yang shalih akan dijaga anak keturunannya, dan bahwasanya ibadah
dia yang ikhlas dan ketaqwaannya yang ikhlas, dan apa yang Allah berikan
balasan setimpal untuknya dikarenakan dia mewujudkan ibadah dia kepada
Allah dan barakohnya ibadah, itu semuanya meliputi anak-anaknya, dan
kebaikannya akan berlanjut sampai anak-anak keturunannya sepeninggalnya
dia nanti. Seperti mereka anak-anak tadi akan memberikan syafaat untuk
orang tuanya, atau dia diberi idzin memberi syafaat untuk anak-anaknya dan
mengangkat derajatnya kepada derajat yang tinggi di surga nanti.
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata: dari Abdullah bin ‘Abbas
radhiallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini, “…dan ayah keduanya adalah
orang yang shalih” (Qs. Al-Kahfi: 82), beliau berkata: “kedua anak yatim tadi
dijaga dengan sebab keshalihan bapaknya”
Dan Allah tidak menyebut keshalehan kedua anak yatim tadi dalam
ayat ini sebagaimana dhohir ayat, maka kedua anak yatim tersebut dijaga
dengan sebab keshalihan ayahnya.
Al-Imam Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menjaga dengan penjagaan laki-laki
yang shalih yakni anaknya, juga cucunya, rumah kecil yang mereka ada
padanya, dan rumah-rumah sekitar rumahnya, maka mereka senantiasa
dalam penjagaan dari Allah dan ditutupi aibnya”
Dan berkata Al-Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya ketika
menerangkan ayat diatas: “Didalamnya terdapat dalil bahwasanya laki-laki
yang shalih akan dijaga anak keturunannya, dan barokah ibadahnya meliputi
mereka semua didunia dan akhirat nanti, seperti orang tua tadi memberi
14 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

syafaat untuk anak-anaknya dan mengangkat derajatnya sampai tingkatan


yang tinggi di surga nanti agar matanya sejuk dengan hal itu sebagaimana
datang penyebutannya didalam Al-Qur’an dan juga disebutkan didalam As-
Sunnah…” kemudian disebutkan atsar Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma
diatas.
Penjagaan hamba untuk dirinya sendiri dan upaya dia untuk menjaga
realisasi ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan cara tauhid tanpa syirik,
dan rasa takut dia kepada Allah Azza wa Jalla ketika kondisi dia ridha atau
marah, dan upaya dia melakukan hak-hak Allah Azza wa Jalla, hal-hal tersebut
semuanya bermanfaat untuk hamba itu sendiri dan juga bermanfaat untuk
anak keturunannya, kesholehannya dan kebaikannya ‘biidznillah’, ini
merupakan kebaikan yang lebih untuk anak-anaknya dan keturunannya.
Dan tidaklah hal tersebut secara pasti, bahwasanya setiap orang shalih
maka anak-anaknya akan seperti dirinya, tidak…! Hal ini tidak harus seperti
itu, didapati dari Nabi-Nabi Allah Azza wa Jalla ada yang keluar dari anak-anak
mereka seorang anak yang tidak diatas jalan bapak mereka, seperti yang telah
lewat bersama kita dibeberapa ayat diatas dari perkataan Luqman kepada
anaknya, dia memberikan nasehat kepada anaknya:

﴾‫اﻟﴩكَ ﻟ َ ُﻈ ْ ٌﲅ َﻋ ِﻈ ْ ٌﲓ‬ ِ ْ ُ ‫﴿ ٰﯾ ُ َﲏ َﻻ‬


ْ ّ ِ ‫ﴩكْ ِ ٰ ّ ِ ۗ ِان‬
Artinya: “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah!
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang
besar.” (Qs. Luqman: 13)

Dan Allah mengabarkan, bahwasanya Dia mengeluarkan yang hidup


dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, kalau begitu…
bukan perkara yang mesti anggota keluarganya harus seperti dia dalam
keshalehan dan upayanya mensholehkan yang lain.

Sebagaimana Firman Allah Azza wa Jalla:

‫ﴐ َب ا ٰ ّ ُ َﻣ ًَﻼ ِ ّ ِ ْ َﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ا ْﻣ َﺮ َا َت ﻧ ُْﻮ ٍح وا ْﻣ َﺮ َا َت ﻟُ ْﻮ ٍۗط َﰷﻧ َ َﺘﺎ َ ْﲢ َﺖ َﻋ ْﺒﺪَ ْ ِﻦ ِﻣ ْﻦ ِﻋ َﺒﺎ ِد َ َﺻﺎ ِﻟ َ ْ ِﲔ ﻓَ َﺎ َﳤٰ ُ َﻤﺎ‬
ََ﴿
﴾‫ﻓَ َ ْﲅ ﯾُ ْﻐ ِﻨ َﯿﺎ َﻋﳯْ ُ َﻤﺎ ِﻣ َﻦ ا ٰ ّ ِ َﺷ ْ ﺎ و ِﻗ ْ َﻞ ا ْد َُﻼ اﻟﻨ َﺎر َﻣ َﻊ ا ٰ ّ ِ ِﻠ ْ َﲔ‬
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 15

Artinya: “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur,


yaitu istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab)
dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya
berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat
membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua
istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang
masuk (neraka)” (Qs. At-Tahrim: 10)

Yang bisa disimpulkan dari hal ini adalah bahwasanya keshalehan


orang tua memiliki pengaruh baik terhadap anak-anaknya sebagaimana telah
lewat penjelasannya.
Dan yang harus kita ketahui, bahwasanya tanggungjawab orang tua
dan juga kewajiban awal kepada anak-anak mereka adalah kebaikan akhirat
mereka dan kebaikan dunia mereka. Sebagaimana Firman Allah Azza wa Jalla:

‫﴿ ٰ ٓ َﳞَﺎ ا ِ ْ َﻦ ٰا َﻣ ُ ْﻮا ﻗُ ْﻮا َاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َواَ ْﻫ ِﻠ ْﯿ ُ ْﲂ َ ًرا وﻗُ ْﻮ ُدﻫَﺎ اﻟﻨ ُﺎس َواﻟْ ِﺤ َ َﺎر ُة َﻠَﳱْ َﺎ َﻣ ٰﻠۤﯩ َﻜ ٌﺔ ِ َﻼ ٌظ ِﺷﺪَ ا ٌد ﻻ ﯾ َ ْﻌ ُﺼ ْﻮ َن‬
﴾‫ا ٰ ّ َ َﻣﺎ ٓ َا َﻣ َﺮ ُ ْﱒ َوﯾ َ ْﻔ َﻌﻠُ ْﻮ َن َﻣﺎ ﯾُ ْﺆ َﻣ ُﺮ ْو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim: 6)

Maka kewajiban pertama orangtua terhadap anaknya adalah


menyelamatkan anak-anaknya dari api neraka, bahkan ini adalah yang paling
utama dari orangtua untuk anak-anak mereka.
Dan diantara keajaiban atau keanehan, engkau melihat sebagian
orangtua ditimpa kegalauan yang sangat ketika jatuh martabat salah seorang
putranya atau putrinya dalam mencapai pelajaran dunianya, dia dikuasai oleh
kesedihan dan kepedihan. Adapun ketika jatuh tingkatan iman dan akhlaknya
terkadang orangtua tadi diam tidak ada respon, bahkan tidak berpikir sama
sekali, kecuali hamba-hamba Allah yang dirahmati, dan sedikit sekali yang
seperti ini.
16 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Ketika mendapati anak-anaknya bolos sekolah mereka akan resah dan


gelisah, tapi ketika anak-anaknya tidak hadir dimasjid-masjid, tidak hadir
shalat jum’at terutama yang laki-laki, kamu mendapati sebagian orangtua tadi
bahkan banyak orangtua tidak merespon. Maka hanya kepada Allah Azza wa
Jalla kita mengadu.
Padahal perkara ini serius, bukan main-main masalah ini, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda didalam sebuah hadits muttafaqun ‘alaihi: “Tidak ada seorang
hambapun yang Allah berikan amanah kepada dia, kemudian hamba tadi
tidak meliputi tanggungjawabnya dengan nasehat melainkan dia tidak akan
mencium baunya surga” (HR. Bukhari: 7150, Muslim: 142)
Dan tidak ragu lagi bahwasanya kerugian sangat besar yang dirasakan
seseorang adalah kerugian pada dirinya sendiri dan juga keluarganya “dan
kepada Allah memohon pertolongan” dihari akhir nanti.

َ ْ ‫َﴪ ْوا َاﻧْ ُﻔ َﺴﻬُ ْﻢ َو َا ْﻫ ِﻠﳱْ ِ ْﻢ ﯾ َ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ ٰ َﻤ ِۗﺔ َا َﻻ ٰذ ِ َ ﻫ َُﻮ اﻟْﺨ‬


﴾‫ُﴪ ُان اﻟْ ُﻤﺒ ْ ُِﲔ‬ ِ ِ ٰ‫﴿ﻗُ ْﻞ ِان اﻟْﺨ‬
ُ ِ ‫ﴪْ َﻦ ا ِ ْ َﻦ ﺧ‬
Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah
orang-orang yang merugikan diri sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.”
Ingatlah, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata” (Qs. Az-Zumar: 15)

Jeleknya tarbiah memiliki efek negatif yang menghancurkan anak-anak


dan orangtuanya serta membinasakan masyarakatnya bahkan negaranya.
Berkata Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah:
“Adapun membiarkan anak-anak (tanpa tarbiah diniyah) madharatnya sangat
besar dan sangat mengerikan marabahayanya, bagaimana pendapatmu kalau
kamu memiiki sebuah taman yang indah, kamu kembangkan taman tersebut
hingga tumbuh sempurna pohon-pohonnya dan berbuah masak-masak, dan
semakin indah tanaman-tanamannya dan bunga-bunganya lalu kemudian
kamu abaikan dan sia-siakan tidak kamu jaga, tidak kamu sirami lagi, dan tidak
dibersihka hama-hamanya, tapi kemudian kamu siapkan taman tadi untuk
berkembang disetiap waktu, bukankan ini termasuk kebodohan dan
kedunguan yang paling besar? Maka bagaimana mungkin engkau membiarkan
anak-anak kamu, sementara mereka adalah buah hatimu, fotokopi roh kamu,
mereka adalah orang-orang yang berdiri diposisimu ketika kamu masih hidup
dan setelah matimu, yang dengan kebahagiaan mereka akan semakin
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 17

sempurna kebahagiaanmu, dengan suksesnya mereka (dalam agama) dengan


itu pula kamu akan mendapati kebaikan yang sangat banyak.
﴾‫﴿ َو َﻣﺎ ﯾَﺬﻛ ُﺮ ِاﻻ ٓ ُاوﻟُﻮا ْ َاﻻﻟْ َﺒ ِﺎب‬
Artinya: “Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali orang-
orang yang berakal.” (Qs. Ali Imran: 7)
18 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

RINCIAN TENTANG MASALAH HAK-HAK ANAK

Setelah apa yang telah lewat penjabarannya maka sekarang waktunya


menuntun kita kepada pembicaraan tentang rincian dan detail masalah hak-
hak anak.
Maka saya katakan, anak-anak merupakan nikmat yang sangat agung
dan anugerah besar yang wajib disyukuri, dan kita menunaikan hak-haknya.
Hak-hak anak itu terbagi menjadi dua:
1) Hak anak sebelum adanya anak, dengan makna sebelum dilahirkan
2) Hak anak setelah adanya dan terlahir didunia
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 19

(1)

DIANTARA HAK-HAK ANAK ATAS ORANG TUA SEBELUM ADANYA ANAK

1. Bapaknya Seorang Yang Shaleh Agar Anak Bisa Mendapat Kemanfaatan


Dari Keshalehan Bapak “biidznillah” sebagaimana telah lewat
penjelasannya
Dan masuk pada poin ini adalah dan sangat jelas yaitu memilih seorang
istri yang sholehah, yang nantinya akan menjadi ibu yang shalehah dan bisa
mendidik, sesungguhnya ibu yang shalehah atau ibu secara umum dia adalah
batu bata pertama dalam mertabiah anak-anak secara umum. Maka seorang
suami yang cerdas dialah yang akan memilih gen yang bagus yang mana
apabila suami itu menanam di tanah yang baik tadi biji-bijian, akan keluar
buah yang baik biidznillah.
Allah subhanahuwa taa’la berfirman:

ِّ َ ‫﴿ َواﻟْ َﺒ َ ُ اﻟﻄ ّﯿ ُِﺐ َ ْﳜ ُﺮ ُج ﻧ َ َﺒﺎﺗُ ٗﻪ ِ ِ ْذ ِن َ ِرﺑ ّ ٖ ۚﻪ َوا ِ ْي َﺧ ُ َﺚ َﻻ َ ْﳜ ُﺮ ُج ِاﻻ َ ِﻜﺪً ا ۗ َﻛ ٰﺬ ِ َ ﻧ‬


‫ُﴫ ُف ْ ٰاﻻ ٰﯾ ِﺖ ِﻟﻘَ ْﻮ ٍم‬
﴾‫ْﺸ ُﻜ ُﺮ ْو َن‬
Artinya: “Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin
Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami jelaskan berulang kali tanda-tanda
kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Al-A’raf: 58)

Dan agama kita Islam sungguh telah menghasung kita untuk memilih
sosok istri yang shalehah, yang baik-baik, yang barakah, istri yang apabila
keluar dari rumah dia akan menjaga nama baik suaminya dan akan menjaga
anak-anaknya dan kehormatan suaminya.
Dan sungguh Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-
baik perhiasan dunia adalah seorang istri yang shalehah” (HR. Muslim dan
yang lainnya)
Dan didalam sebuah hadits dari Imam Bukhari dan Muslim: “Seorang
wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena
20 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

kecantikannya, dan karena agamanya; maka carilah wanita yang punya


agama, kalau tidak akan sengsara dirimu”
Didalam hadits ini terkandung kabar, bahwasanya yang mendorong
seorang laki-laki untuk menikah adalah salah satu dari empat hal ini, dan
diakhirnya: “… dan karena agamanya; maka carilah wanita yang punya
agama, kalau tidak akan sengsara dirimu”. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintah mereka,
apabila mendapati wanita yang memiliki agama supaya mereka tidak
berpaling darinya.
Dan Nabi ‫ ﷺ‬juga memberitakan, sebagaimana dalam hadits Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya beliau ‫ ﷺ‬ditanya: wanita seperti apa
yang terbaik? beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Wanita yang membahagiakan suaminya
ketika dipandang, dan mentaati suaminya ketika diperintah, dan tidak
menyelisihi suaminya terkait dengan dirinya dan harta bendanya dengan
sesuatu yang tidak disukai suami” (HR. An-Nasa’i 6/68, dihasankan oleh Al-
Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah: 1838)
Jika demikian, memilih seorang istri yang shalihah merupakan diantara
hak-hak anak yang pertama kali harus ditunaikan seorang ayah sebelum
mereka dilahirkan, sebelum adanya mereka didunia dan terlahir didunia.
Abul Aswad Ad-Du’ali berkata kepada anak-anaknya: “Sungguh aku
telah berbuat baik kepada kalian ketika kalian masih kecil dan ketika kalian
sudah besar, serta sebelum kalian dilahirkan”, mereka bertanya: “Bagaimana
engkau berbuat baik kepada kami sebelum kami dilahirkan?”, dia (Abul
Aswad) menjawab: “Aku memilihkan untuk kalian dari kalangan wanita
seseorang yang kalian tidak dicela karenanya” (Adab Ad-Dunya wad Diin, hal.
132)
Demikian juga atas seorang wanita, hendaknya dia memilih seorang
laki-laki yang shaleh sehingga keduanya bisa saling membantu dan bersama-
sama dalam tarbiah (pendidikan) anak-anak, tarbiah yang baik yang bisa
merealisasikan dan mewujudkan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.

2. Semangat Dalam Mengikuti Sunnah Ketika Jima’


Dan berucap dengan apa-apa yang berasal dari dzikir-dzikir yang telah
ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-
Bukhari dan Shahih Muslim), yakni berdoa: “Dengan Nama Allah, ya Allah
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 21

jauhkan syaitan dari kami, dan jauhkan syaitan dari apa yang Engkau
anugerahkan untuk kami”, beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Kemudian bila ditaqdirkan
terjadi diantara mereka berdua pada hubungan tersebut seorang anak,
syaitan tidak akan bisa memudharatkan dia sedikitpun” (HR. Bukhari: 5165,
Muslim: 1434)
Ini perkara yang nyata, maka mengikuti sunnah dalam hal ini adalah
perkara yang besar, didalamnya terkandung perealisasian penghambaan
kepada Allah, dan memurnikan ittiba’ (meneladani) Nabi ‫ﷺ‬. Dan tidak
diragukan lagi bahwasanya seorang hamba, dia akan bersungguh-sungguh
dengan segenap kesungguhan untuk menjauhkan dirinya dan menjauhkan
anak-anaknya dari hal-hal yang dirusak oleh syaitan. Pada dzikir diatas dia
memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan dan hal-hal yang dirusak,
dan dia memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk menjauhkan seseorang
yang ditetapkan untuknya (yakni terlahir dari sulbinya) hal-hal yag dirusak
oleh syaitan.
Perhatikan bimbingan Nabi ‫ ﷺ‬yang lurus ini dalam perkara yang wajib
dilakukan oleh seorang insan, hingga dia dalam keadaan seperti ini diminta
untuk mengikuti sunnah, dan sunnah itu yang terbaik.

3. Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla Agar Allah Memberi Rizki Kepada
Pasangan Ini Berupa Anak Yang Shalih, Ini Adalah Metodologi Ahlul Haq
dan Ahlul Iman
Firman Allah Azza wa Jalla:
﴾‫﴿ َرﺑﻨَﺎ ﻫ َْﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ َا ْز َواﺟِ َﺎ َو ُذ ِّر ٰﯾ ّ ِ َﺎ ﻗُﺮ َة َا ْ ُ ٍﲔ وا ْﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ ِﻠْ ُﻤﺘ ِﻘ ْ َﲔ ِا َﻣﺎ ًﻣﺎ‬
Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk
mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai
pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

Firman Allah Azza wa Jalla tentang Nabi Zakaria ‘Alaihissalam:

﴾‫﴿ ُﻫﻨَﺎ ِ َ َد َﺎ َز َﻛ ِﺮ َرﺑ ٗﻪ ۚ ﻗَﺎ َل َر ِ ّب ﻫ َْﺐ ِ ْﱄ ِﻣ ْﻦ ُ ﻧ َْﻚ ُذ ِّرﯾ ًﺔ َﻃ ِ ّﯿ َﺒ ًﺔ ۚ ِا َﻧﻚ َ ِﲰ ْﯿ ُﻊ ا َ ۤﺎ ِء‬


Artinya: “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata,
“Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)
22 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Dan juga Allah Azza wa Jalla berfirman, memberitakan tentang Nabi


Zakaria ‘Alaihissalam dulu beliau sering berdoa dan menyeru Rabb-nya
dengan seruan yang lirih, dan berkata dalam sebagian doanya:

‫ َوا ِ ّ ِْﱐ ِﺧ ْﻔ ُﺖ اﻟْ َﻤ َﻮ ِ َاﱄ ِﻣ ْﻦ‬٤ ‫﴿ َر ِ ّب ِا ِ ّ ْﱐ َوﻫ ََﻦ اﻟْ َﻌ ْﻈ ُﻢ ِﻣ ِ ّ ْﲏ َو ْاﺷ ﺘَ َﻌ َﻞ اﻟﺮ ُس َﺷ ْ ًﺎ وﻟ َ ْﻢ اَ ُﻛ ْۢﻦ ﺑِﺪُ َ ۤﺎﯨ َﻚ َر ِ ّب َﺷ ِﻘ ﺎ‬
﴾‫ ِﺮﺛُ ِ ْﲏ َو َ ِﺮ ُث ِﻣ ْﻦ ٰالِ ﯾ َ ْﻌ ُﻘ ْﻮ َب َوا ْﺟ َﻌ ْ ُ َر ِ ّب َر ِﺿﯿﺎ‬٥ ۙ ‫و َر ۤا ِء ْي َو َﰷﻧ َِﺖ ا ْﻣ َﺮ َا ِ ْﰐ َﺎ ِﻗ ًﺮا ﻓَﻬ َْﺐ ِ ْﱄ ِﻣ ْﻦ ُ ﻧ َْﻚ َو ِﻟﯿﺎ‬
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah,
kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa
kepada-Mu, wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap
keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul.
Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan
mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku,
seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 4-6)

Dan istrinya Imran, dia bernadzar janin yang ada dalam perutnya untuk
menjadi pelayan untuk Allah (di Baitul Maqdis), dia berkata:

﴾‫﴿ َر ِ ّب ِا ِ ّ ْﱐ ﻧ َ َﺬ ْر ُت َ َ َﻣﺎ ِ ْﰲ ﺑ َ ْﻄ ِ ْﲏ ُﻣ َﺤﺮ ًرا ﻓَ َﻘَ ْﻞ ِﻣ ِ ّ ْﲏ ۚ ِا َﻧﻚ َاﻧ َْﺖ اﻟﺴ ِﻤ ْﯿ ُﻊ اﻟْ َﻌ ِﻠ ْ ُﲓ‬
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu
apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di
Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 35)

Maka seyogyanya bagi kedua orang tua untuk secara khusus


memperhatikan dan mencari waktu-waktu mustajab dalam doa, lalu mereka
berdoa seperti doanya orang yang memerlukan, yang kepepet, yang patah
hatinya kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka menyerahkan semua urusannya
kepada Allah, semoga Allah memberikan rizki kepada mereka berdua yang
shaleh/shalehah dan memiliki andil memperbaiki umat (masyarakat).
Dikarenakan pada adanya anak laki-laki yang shaleh atau anak perempuan
yang shalehah dan memperbaiki umatnya nanti, ada kebaikan untuk
orangtuanya dimasa hidupnya dan ketika matinya.
Bagaimana tidak, sedang Nabi ‫ ﷺ‬mengabarkan sebagimana disebutkan
dalam Shahih Muslim, bahwasanya beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Jika seseorang
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 23

meninggal akan terputus amalannya kecuali tiga perkara: shadaqoh jariyah,


ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang berdoa kebaikan untuknya”
(HR. Muslim: 1631)
Ini termasuk kebaikan yang terus diberikan kepada seorang hamba
setelah wafatnya dan setelah dia meninggalkan dunia ini. Betapa banyak pada
keberadaan anak laki-laki yang shaleh atau anak perempuan yang shalehah
berupa kebaikan yang kembali kepada seorang insan didunia dan akhirat,
akan tetapi banyak orang yang tau.

Larangan Berdoa Kejelekan Untuk Anak


Dan sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬menganjurkan kepada orangtua untuk
mendoakan anaknya dan menghasung untuk memohon pertolongan kepada
Allah Azza wa Jalla supaya Allah memberi rizki anak keturunan yang baik, dan
supaya Allah menjauhkan syaitan dan hal-hal yang dirusak oleh syaitan. Begitu
pula Rasul ‫ ﷺ‬memperingatkan dari berdoa kejelekan atas anak, beliau ‫ﷺ‬
bersabda: “Janganlah berdoa kejelekan atas diri kalian, jangan berdoa
kejelekan atas anak-anak kalian, jangan pula berdoa kebinasaan atas harta
kalian, khawatir mencocoki sebuah waktu yang dimana Allah diminta ketika
itu sebuah permintaan dan Allah mengabulkannya untuk kalian” (HR. Muslim:
3014)
Dan Nabi ‫ﷺ‬: “Ada tiga doa yang mustajab tidak ada keraguan
didalamnya, doanya orang yang terdzolimi, doanya orang yang musafir, doa
kebinasaan orang tua atas anaknya” (HR. Al-Bukhari didalam Al Adabul
Mufrod: 481)
Dan disebutkan bahwasanya seorang laki-laki mendatangi Abdullah bin
Al-Mubarak lalu mengadukan sebagian anaknya, maka Ibnul Mubarak berkata
kepadanya: “Apakah kamu berdoa kejelekan atas anakmu?”, laki-laki tersebut
menjawab: “ya”, Ibnul Mubarak berkata: “engkau telah merusaknya”
Imam Abu Daud membawakan sanadnya didalam (As-Sunan dalam
Kitab Ath-Tholaq, Bab: Apabila salah satu dari orang tua masuk islam, anak
mengikuti siapa?) Telah mengabarkan kepadaku bapaku, dari kakekku Rafi’
bin Sinan, bahwasanya dia masuk islam, sementara istrinya enggan untuk
masuk islam, maka istrinya datang kepada Nabi ‫ ﷺ‬dan berkata: “putriku, dia
baru saja disapih atau yang serupa itu” dan berkata Rafi’: “dia juga putriku”,
24 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

yakni: masing-masing dari keduanya menuntut agar bisa mengurus putrinya.


Maka Nabi ‫ ﷺ‬berkata kepada Rafi’: “duduklah diujung sana”, dan berkata
kepada istrinya Rafi’: “duduklah diujung sana” dan Rasul mendudukkan bayi
kecil itu diantara kedua orangtuanya, kemudian berkata: “kalian panggil dia
(putri kecil)”, masing-masing dari keduanya memanggil putri kecil tersebut
agar menuju kepada dirinya, ternyata putri kecil tadi condong ke ibunya, maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa ketika itu: “Ya Allah berilah hidayah untuknya, Ya Allah
berilah hidayah untuknya”, maka anak itu condong balik kepada ayahnya, dan
sang ayah langsung mengambilnya. (Sunan Abi Daud: 2244)
Perhatikan betapa agungnya doa dan bagaimana doa memiliki
pengaruh yang sangat besar.
Dan sungguh telah diriwayatkan oleh Abu Daud didalam Kitab Sunan,
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Doa adalah ibadah”, kemudian membaca:

﴾‫﴿ َوﻗَﺎ َل َر ُ ُﲂ ا ْدﻋ ُْﻮ ِ ْ ٓﱐ َا ْﺳ ﺘَﺠِ ْﺐ ﻟَ ُ ْﲂ‬


Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan)” (QS. Ghafir: 60)

Dengan demikian, diantara hak-hak anak yang harus ditunaikan oleh


orang tua adalah: berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar mereka diberikan
rizky anak yang shalih.

4. Memperhatikan Anak Disaat Menjadi Janin Diperut Ibu


Tidak boleh menyakiti janin atau menjadi sebab menyakiti janin atau
dalam bentuk tindakan yang melampaui batas atas janin, contohnya aborsi
atau yang semisal dengan itu. Maka diperhatikan janin tersebut dan
hendaknya dia bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla terkait dengan anaknya,
dia bersegera dan berupaya dengan kesungguhan untuk menjaga anaknya
dikarenakan ini semua termasuk diantara hak-hak anak.
Dan tidak boleh juga bagi seorang ibu untuk melemahkan dirinya, dia
menolak dari asupan-asupan gizi yang berfaedah untuk janinnya, karena
berharap lemahnya janin atau bahkan matinya janin, ini kerugian
wal’iyadzubillah, ini penyimpangan perilaku dan tindakan semena-mena, juga
menyia-nyiakan anak serta menyakiti janin.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 25

Sesungguhnya aku merasa heran dari mereka-mereka yang berupa


dengan upaya yang sangat (masif) untuk memudharatkan anak mereka
sendiri, sementera anaknya masih dimarhalah ini (janin) diperut ibu.
Bagaimana mereka bisa terluput dari nash-nash dalil yang telah lewat
bersama kita (telah dipelajari), yaitu keberadaan anak yang shalih atau putri
yang shalehah itu lebih baik bagi seseorang di kehidupan dunia dan akhirat?
Bagaimana bisa luput dari mereka sabda Nabi ‫ﷺ‬: “Sesungguhnya
seseorang akan diangkat derajatnya di surga, dia bertanya: dari mana aku
dapat tingkatan ini? Maka dikatakan kepadanya: ini semua dengan sebab
anakmu yang memintakan ampun kepada Allah untukmu” (HR. Ibnu Majah:
3660, dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah: 1598)

Apabila telah hilang anak ini, entah dengan aborsi atau mati karena
tindakan orang tuanya diperut ibunya, bisa jadi dengan sebab matinya janin
ini akan terluput kebaikan yang sangat besar. Maka hendaklah bersungguh-
sungguh seorang insan dengan mengerahkan segenap kemampuannya dan
semangatnya untuk berjalan diatas jalan ini, yaitu menunaikan hak anak dan
melaksanakan hak anak, masing-masing dengan kadar kemampuannya, dan
Allah tidak membenani sebuah jiwa kecuali apa yang telah Allah anugerahkan
kepadanya.
26 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

(2)

DIANTARA HAK-HAK ANAK ATAS ORANG TUA SETELAH DILAHIRKAN

Hak-hak anak setelah lahirnya mereka kedunia ini sangat banyak dan
beragam. Dan yang paling penting adalah:

1. Menyambut Kehadirannya Harus Sesuai Dengan Sunnah, Yakni Diatas


Bimbingan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Diantara contohnya: mentahniknya dengan kurma dan berdoa
untuknya.
Terdapat didalam Kitab Shahih Al-Bukhari: 5467 dan Shahih Muslim:
2145, dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu’anhu, dia berkata: telah
dilahirkan untukku seorang anak laki-laki, dan aku membawanya kepada Nabi
‫ﷺ‬, lalu beliau menamainya Ibrahim dan mentahnik bayiku dengan kurma dan
berdoa keberkahan untuk bayiku kemudian mengembalikan lagi kepadaku.

2. Memberi Nama Anak-Anak Dengan Nama Yang Baik Dan Memilihkan


Nama Yang Shaleh Lagi Bagus

Maka seorang ayah tidak berhenti tanggung jawabnya terhadap anak-


anaknya dengan memilihkan ibu yang shalehah sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, padahal ini adalah perkara yang besar. Tetapi
perkaranya ini terus berkesinambungan, yang namanya kewajiban itu terus-
menerus, dan masalah ini termasuk hak yang wajib ditunaikan terhadap
anaknya, yaitu dipilihkan untuk anaknya nama yang bagus.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah pada pasal yang indah dan sangat
penting terkait dengan fiqh bab nama ini, ((Pasal Tentang Fiqh Bab Ini:
“Tatkala nama-nama itu menyimpan dibaliknya makna-makna agung,
dan nama itu menunjukkan makna besar tadi, maka secara hikmah
mengandung konsekuensi antara nama-nama dengan makna-makna besar
tadi harus ada keterkaitan dan harus sesuai, jangan sampai makna-makna
dengan nama-nama tersebut seperti perkara yang tidak ada keterkaitan sama
sekali. Dikarenakan Hikmah Allah Dzat Maha Hakim menolak itu semua, dan
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 27

kondisi yang nyata mempersaksikan lawan dari hal tersebut. Tetapi bagi
nama-nama ada pengaruh pada sesuatu yang diberi nama tadi, dan sesuatu
yang diberi nama juga terpengaruh dari nama-namanya, dari perkara
kebaikan atau keburukan, perkara ringan atau berat, perkara kelembutan dan
kekasaran. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:
“Dan jarang sekali kedua matamu memandang seseorang yang punya
gelar …. Kecuali maknanya kalau kamu mau berfikir, makna orang ini ada pada
gelarnya”
Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat menyukai nama-nama yang bagus, dan beliau
biasa mengambil makna-makna dari nama-nama tadi baik ketika mimpi
ataupun ketika sadar, dan beliau juga membenci tempat-tempat yang
mungkar yang jelek namanya, beliau tidak suka melewatinya. Dan tatkala
antara nama dengan yang diberi nama ada keterkaitan dan kesesuaiannya
serta hubungan antara yang tersembunyi dibalik sesuatu itu dan hakekatnya,
ada keterkaitan antara ruh dengan jasad, maka akal ini melintasi dari masing-
masingnya kepada yang lain, dan lawan dari perlintasan tadi dari nama
kepada yang diberi nama))
Maka wajib atas seorang ayah untuk menjauh dari nama-nama yang
diharamkan, atau nama-nama yang tidak layak untuk kaum muslimin. Nama
itu punya peran terhadap psikologis anak.
Diantara contohnya, apa yang dikeluarkan oleh Imam Muslim didalam
kitab shahihnya, dari kitabul adab bab bolehnya mentahnik anak yang baru
lahir: dari Sahl bi Sa’d dia berkata: didatangkan Al-Mundzir putranya Abi Usaid
kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬ketika baru dilahirkan, maka Nabi ‫ ﷺ‬meletakkan di
pangkuannya dan sementara Abu Usaid duduk, lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬terlalaikan
dengan sesuatu didepan beliau, maka Abu Usaid memerintahkan putranya
untuk mengambil bayi tersebut dari atas paha Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
memindahkannya, Rasul pun sadar dan bersabda: “dimana bayinya?” Abu
Usaid berkata: “sudah kami pindahkan wahai Rasulullah ‫”ﷺ‬, Rasul ‫ ﷺ‬bertanya:
“siapa namanya?” dijawab: “fulan, wahai Rasulullah ‫” ﷺ‬, Rasul ‫ ﷺ‬bersabda:
“Tidak, akan tetapi namanya adalah Al-Mundzir” maka sejak hari itu dia diberi
nama Al-Mundzir. (HR. Muslim: 2149)
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, di
Kitab Keutamaan-Keutamaan, Bab Rahmatnya Rasulullah ‫ ﷺ‬Kepada Bayi dan
28 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Anak-Anak, serta Ketawadhu’an beliau ‫ﷺ‬: dari haditsnya Anas radhiallahu


’anhu dia berkata: Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Telah dilahirkan untukku semalam
seorang bayi laki-laki, maka aku menamainya dengan nama bapakku
Ibrahim” (HR. Muslim: 2315)
Maka diperbolehkan bayi diberi nama pada hari kelahirannya dan
boleh ditunda pada hari aqiqahnya, diawalkan atau diakhirkan dalam
memberi nama tidak apa-apa, perkaranya mudah.
Al Imam Tirmidzi membuat bab dalam kitab jami’nya, dari kitab adab
bab nama-nama yang dianjurkan, dia membawakan sebuah hadits dari Ibnu
‘Umar radhiallahu ‘anhuma: “nama yang paling Allah cintai adalah Abdullah
dan Abdurrahman” (HR. Tirmidzi: 2833)
Adapun hadits: “sebaik-baik nama adalah yang dimulai dengan ‘abd
dan makna tahmid” ini hadits tidak ada asalnya sama sekali.
Berkata Al-Hafidz Ibnu Hazm rahimahullah: para ulama bersepakat
dianjurkannya nama-nama yang disandarkan kepada Allah, seperti Abdullah
dan Abdurrahman atau yang semisal dengan itu.
Jika demikian nama yang baik dan nama yang shalih merupakan hak
anak laki-laki dan anak perempuan, wajib atas seorang ayah memilihkan
untuk anaknya pilihan nama yang baik dan yang sesuai, yang nantinya anak
tidak dicela dimasa yang akan datang, sebab ada sebagian ayah yang kagum
dengan nama tertentu tapi nama ini terkadang tercela pada sebuah kaum
atau terkandung gelar yang jelek, wal’iyadzubillah.
Dan perkara yang maklum bahwasanya tidak boleh menyakiti seorang
muslim, maka janganlah orang tua menjadi sebab anak-anaknya diganggu
dengan sebab nama yang jelek tadi.
Begitu pula tidak diperbolehkan seorang anak diberi nama dengan
nama penghambaan kepada selain Allah, tidak boleh juga diberi nama dengan
nama orang-orang kafir, dan juga tidak boleh memberi nama yang terdapat
unsur tazkiah diri sendiri.
Dan Nabi ‫ ﷺ‬dulu mengganti sebagian nama-nama yang jelek menjadi
nama-nama yang baik, dan Rasulullah ‫ ﷺ‬telah merubah nama seperti yang
telah datang pada sebuah hadits dari Imam Muslim didalam Ash-Shahih (Kitab
Adab, Bab Disenanginya Merubah Nama Yang Jelek Menjadi Nama Yang Baik),
dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬merubah nama
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 29

seorang wanita yang bernama ‘Aashiyah (wanita yang bermaksiat), beliau ‫ﷺ‬
bersabda: “kamu jamiilah” (HR. Muslim: 2139).
Dan telah datang riwayat dari Imam Muslim didalam Ash-Shahih, juga
Abi Daud didalam As-Sunan, bahwasanya Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atho’
memberi nama putrinya Barrah, maka Zainab bintu Abi Salamah berkata:
‘Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang dari nama tersebut, aku dulu diberi
nama Barrah’, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Janganlah kalian mentazkiyah
diri-diri kalian, Allah lebih mengetahui siapa yang paling berbakti diantara
kalian” mereka bertanya: ‘dengan apa kami memberi nama dia (putri kecil
ini)?’, beliau ‫ ﷺ‬menjawab: “Kalian beri nama dia dengan Zainab” (HR. Muslim:
2142, dan Abu Daud: 4953)
Al Imam Abu Daud berkata: ‘Rasulullah ‫ ﷺ‬merubah nama Al-‘Aashi,
‘Aziz, ‘Atalah, Syaithon, Al-Hakam, Qurab, Hubab, dan Syihab diberi nama
Hisyam, memberi nama Harb dengan Silman, memberi nama Al-Mudhthoji’
(orang yang suka tidur) dengan Al-Munba’its (orang yang bangkit), juga
sebuah tanah yang bernama ‘afroh (tandus) diganti namanya dengan
Khudhroh atau Khodhiroh (hijau), juga ada sebuah gang Adh-Dholalah
(kesesatan) diberi nama gang Al-Huda (petunjuk), Bani Az-Zainah atau Bani
Az-Zinyah memberi mereka nama dengan Bani Ar-Risyad, dan juga memberi
nama Bani Mu’awiyah dengan Bani Risydah’. Abu Daud berkata: ‘saya sengaja
tidak menyebutkan semua sanadnya untuk meringkasnya’.
Maka dengan demikian… diantara hak-hak anak adalah memberi
nama yang baik, dan Allah yang memberi petunjuk.

3. Meng-aqiqahi Bayi Yang Terlahir

Mengaqiqahi bayi yang lahir disyariatkan, menyelisihi pihak yang


mengingkari pihak disyariatkannya. Berkata Al-Imam Yahya bin Said Al-
Anshori rahimahullah: ‘Aku mendapati manusia, mereka tidak pernah
meninggalkan aqiqah, baik untuk bayi laki-laki maupun bayi perempuan’.
(Tuhfatul Maudud, hal. 45)
Aqiqah itu pada hari ketujuh kelahiran atau hari keempat belas atau
hari keduapuluh satu. Shalih bin Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata
rahimahullah: ‘Ayahku berkata dalam permasalahan aqiqah: menyembelih
30 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

pada hari ketujuh, jika tidak bisa melakukannya maka disembelih dihari
keempat belas, jika tidak bisa melakukannya maka disembelih dihari
keduapuluh satu’ (Masa’il Al-Imam Ahmad: 2/210). Kemudian jika tidak
dimungkinkan melakukannya dia aqiqahi bayinya kapanpun dia berhendak,
kapanpun yang mudah baginya. (Tuhfatul Maudud, hal. 86-89). Untuk bayi
laki-laki diaqiqahi dengan menyembelih 2 ekor kambing, dan untuk bayi
perempuan seekor kambing. Setiap bayi tergadaikan dengan aqiqahnya, maka
disembelihkan aqiqah dihari ketujuh diberi nama dan dicukur kepalanya,
sebagaimana telah datang khabar tersebut dari Abu Daud didalam kitab
Sunan-nya dan kitab yang selainnya. (HR. Abu Daud: 2838, At-Tirmidzi: 1522)

4. Penyusuan Yang Benar

Sang bayi tidak boleh disapih/dijauhkan dari susu ibunya melainkan


karena kondisi darurat, dikarenakan penyusuan tersebut lebih bermanfaat
dan lebih baik untuk bayi.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

﴾ ۗ ‫﴿۞ َواﻟْ ٰﻮ ِ ٰ ُت ُ ْﺮ ِﺿ ْﻌ َﻦ َا ْو َﻻ َدﻫُﻦ َﺣ ْﻮﻟ َ ْ ِﲔ َﰷ ِﻣﻠَ ْ ِﲔ ِﻟ َﻤ ْﻦ َا َرا َد َا ْن ﯾ ِﱲ اﻟﺮﺿَ ﺎ َ َﺔ‬


Artinya: “Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...” (QS. Al-Baqarah: 233)

Sungguh telah ditetapkan bahwasanya pada tindakan ibu yang


menyusui anaknya ada kemanfaatan untuk ibunya dan untuk bayi yang dia
susui. Diantaranya adalah sang bayi akan semakin dekat dengan ibunya, dan
ibu mencurahkan kasih sayangnya kepada sang bayi, dan yang semisal itu dari
perkara-perkara yang telah nampak kebenarannya, dan juga perkara-perkara
lainnya yang belum nampak kebenarannya (akan nampak insya Allah). Allah
Azza wa Jalla tidak mungkin memerintahkan atau menghasung melainkan
didalamnya ada sesuatu dari kebaikan, yaitu ada kemanfaatan didunia dan
akhirat nanti. Dan tidak diragukan bahwa menyusui ada kemanfaatan dan
faedah didalamnya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 31

Seorang ibu tidak diperbolehkan memudharatkan bayinya, Allah Azza


wa Jalla berfirman:

‫﴿۞ َواﻟْ ٰﻮ ِ ٰ ُت ُ ْﺮ ِﺿ ْﻌ َﻦ َا ْو َﻻ َدﻫُﻦ َﺣ ْﻮﻟ َ ْ ِﲔ َﰷ ِﻣﻠَ ْ ِﲔ ِﻟ َﻤ ْﻦ َا َرا َد َا ْن ﯾ ِﱲ اﻟﺮﺿَ ﺎ َ َﺔ ۗ َو َ َﲆ اﻟْ َﻤ ْﻮﻟُ ْﻮ ِد َ ٗ ِر ْزﻗُﻬُﻦ‬
﴾… ٖ‫َو ِﻛ ْﺴ َﻮﲥُ ُﻦ ِ ﻟْ َﻤ ْﻌ ُﺮ ْو ۗ ِف َﻻ ُ َﳫ ُﻒ ﻧ َ ْﻔ ٌﺲ ِاﻻ ُو ْﺳ َﻌﻬَﺎ ۚ َﻻ ﺗُﻀَ ۤﺎر َوا ِ َ ٌة ۢﺑ َِﻮ َ ِ ﻫَﺎ َو َﻻ َﻣ ْﻮﻟُ ْﻮ ٌد ٗ ﺑ َِﻮ َ ِ ﻩ‬
Artinya: “Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, Kewajiban ayah
menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang
tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu
dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita
karena anaknya…” (QS. Al-Baqarah: 233)

Al-Imam Az-Zuhri rahimahullah berkata: ‘Allah Azza wa Jalla melarang


seorang ibu memudharatkan bayinya, yaitu sang ibu mengatakan: “aku tidak
mau menyusui dia!” Padahal susuan ibu adalah asupan gizi yang terbaik bagi
bayi, juga lebih menunjukkan kasih sayang dan lebih lembut kepada sang bayi
daripada selain ibunya. Maka tidak boleh seorang ibu untuk enggan menyusui
bayinya setelah suami memberikan dari dirinya kepada istri apa yang telah
Allah jadikan kewajibannya. Begitu pula bagi ayah memberi kemudhoratan
kepada istrinya, dia melarang istrinya untuk menyusui bayinya dalam rangka
menyakitinya dan memberikan susuan kepada yang lain.’
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya (Tuhfatul
Maudud) diambil istimbadh hukum pada ayat diatas: “Ayat ini menunjukkan
beberapa hukum:
Yang pertama: kesempurnaan menyusui bayi adalah 2 tahun, dan itu
adalah hak anak ketika anak memerlukan itu, dan anak sangat memerlukan
ASI tersebut, dan Allah menegaskan 2 tahun tersebut dengan sempurna agar
makna lafadz tidak bawa kepada makna setahun lebih.
Yang kedua: bahwasanya kedua orang tua jika hendak menyapih
bayinya sebelum 2 tahun dengan keridhaan kedua belah pihak dan
musyawarah serta tidak membahayakan bayi, maka keduanya boleh
melakukannya.
32 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Yang ketiga: bahwasanya seorang ayah jika ingin mencarikan ibu susu
untuk anaknya selain ibunya, dia punya hak untuk itu walaupun ibunya tidak
suka (hal ini dengan pertimbangan syar’i atau medis). Kecuali tindakan
tersebut membahayakan ibu sang bayi atau bayinya, maka tidak boleh
baginya mencari ibu susu. Dan juga diperbolehkan bagi seorang ibu menyusui
bayinya lebih dari 2 tahun sampai pertengahan tahun ketiga atau lebih.
Penelitian dimasa kini (modern) menghasung untuk menyusui bayinya,
dan menjelaskan faedah-faedahnya, dan menghasung para ibu untuk
melakukan tugasnya yaitu menyusui bayinya karena kemanfaatan-
kemanfaatannya sangat beragam bagi bayi yang disusui. Sehingga dengan itu
sang ibu memberi asupan kepada bayinya dengan asupan yang sempurna dan
komplit, yang tidak perlu lagi dengan perkara selain ASI. Juga padanya ada
kemanfaatan untuk sang ibu dan kemanfaatan-kemanfaatan yang semisalnya,
maka tidak boleh dipalingkan sang bayi dari ASI kecuali dengan kondisi
darurat yang diukur sesuai dengan kadarnya.

5. Menafkahi dan Memberi Makan Anak-Anak Dari Yang Halal Serta


Menjauhkan Dari Yang Haram

Tidak boleh bagi ayah memberi makan anak-anak mereka dari perkara
yang haram, sebab tindakan ini padanya terdapat penipuan dan berkhianat
terhadap anak-anak, hal ini merupakan sesuatu yang tidak boleh didiamkan.
Jasad manapun yang tumbuh diatas perkara yang haram, maka neraka lebih
layak untuknya, ‘wal’iyadzubillah’.
Maka wajib atas ayah menafkahi anaknya dengan nafkah yang halal,
menafkahi dari hartanya yang baik, supaya dengan itu dia nanti mengambil
kemanfaatan dari keshalihan anaknya, ‘biidznillah’.

6. Memperhatikan Pengajaran Kepada Anak Laki-Laki dan Perempuan,


Sesuatu Yang Bermanfaat Bagi Agama dan Dunianya

Dan yang paling penting dari perkara tersebut adalah menanamkan


keyakinan yang benar kedalam diri anak-anak laki-laki dan perempuan, dan
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 33

menghasung mereka diatas kebaikan, bersahabat dengan orang-orang yang


baik, serta memperingatkan mereka dari perkara-perkara kejelekan dan
teman-teman yang jelek, juga mengajari mereka untuk terbiasa mengerjakan
sholat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

﴾‫﴿ َو ُﻣ ْﺮ َا ْﻫ َ َ ِ ﻟﺼ ٰﻠﻮ ِة َو ْاﺻ َﻄ ِ ْﱪ َﻠَﳱْ َﺎ ۗ َﻻ َ ْﺴ ُ َ ِر ْزﻗًﺎ ۗ َ ْﳓ ُﻦ َ ْﺮ ُزﻗُ َ ۗﻚ َواﻟْ َﻌﺎ ِﻗ َ ُﺔ ِﻠﺘ ْﻘ ٰﻮى‬
Artinya: “Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan
bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.
Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang
bertakwa” (QS. Thaha: 132)

Dan sungguh telah datang sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Abu Daud: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan
sholat ketika usia tujuh tahun, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya
saat usia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka satu dengan yang
lainnya” (HR. Abu Daud: 495, Ahmad: 6650)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Didalam hadits ini
terdapat 3 adab: memerintahkan mereka untuk sholat, memukul mereka jika
tidak mau sholat saat usia sepuluh tahun, dan memisahkan tempat tidur
mereka’. (Tuhfatul Maudud, hal. 328)
Dan beliau rahimahullah juga berkata pada tempat yang lain: ‘Anak
kecil yang belum mukallaf (terbebani syariat), maka walinya yang mukallaf
tidak boleh membiarkan anak kecil tersebut melakukan perkara yang haram,
karena anak tersebut akan terbiasa dengan perkara-perkara yang haram maka
akan susah untuk menjauhkannya nanti dari perkara-perkara tersebut. Dan ini
yang paling benar dari dua pendapat para ulama. Pihak yang berpendapat
tidak haram atas anak kecil tadi, berhujjah mereka belum mukallaf, sebagai
contoh: tidak diharamkan anak kecil tadi memakai pakaian sutra seperti
hewan tunggangan yang diberi pakaian sutra. Dan ini adalah qiyas yang rusak,
sesungguhnya seorang anak kecil walaupun belum mukallaf, tapi dia
mempersiapkan diri untuk taklif (terbebani syariat), oleh karena inilah anak
kecil tidak diberi peluang untuk sholat tanpa wudhu, juga tidak diperbolehkan
34 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

sholat dengan telanjang, tidak dibiarkan untuk minum khamr atau berjudi
atau liwath’. (Tuhfatul Maudud, hal. 353)
Dan beliau rahimahullah juga berkata: ‘Apabila anak kecil sudah
mencapai usia sepuluh tahun, akan bertambah kekuatan dan akalnya juga
bertambah kesanggupannya untuk beribadah, maka dia boleh dipukul apabila
meninggalkan sholat, sebagaimana yang diperintahkan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
dan pukulan ini sebagai pengajaran adab dan latihan. Dan ketika mencapai
usia sepuluh tahun maka muncul kondisi baru yang lain pada anak kecil
tersebut, akan menguat tamyiznya (lebih bisa membedakan) dan
pengetahuannya, oleh karena itulah kebanyakan ahli fiqih berpendapat
wajibnya untuk mengajarkan keimanan kepadanya pada usia ini, dan dia
dihukum jika tidak beriman, ini pendapat yang dipilih oleh Imam Abul
Khothob dan yang selainnya, ini adalah pendapat yang sangat kuat. Meskipun
diangkat darinya pena taklif yang terkait perkara-perkara ahkam (fiqih
‘amaliyah). Meskipun diangkat darinya pena taklif dalam masalah fiqih, maka
anak yang berusia sepuluh tahun sudah diberi ilmu untuk mengenali siapa
penciptanya dan mengikrarkan tauhid, juga membenarkan rasul-Nya. Sudah
memungkinkan bagi anak kecil tadi untuk mencerna yang semisal dengan hal
itu dan berdalil dalam permasalahan tersebut, sebagaimana dia juga memiliki
kemampuan memahami ragam ilmu dan memiliki ketrampilan serta berbuat
untuk kemaslahatan dunianya. Maka anak yang berusia sepuluh tahun tidak
ada udzur baginya ketika kufur kepada Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya,
padahal dalil-dalil keimanan kepada Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya lebih
jelas dari seluruh ilmu dan keterampilan yang dia mempelajarinya’. (Tuhfatul
Maudud, hal. 415-416)
Atas dasar itu maka seharusnya ditanamkan dihati sang anak yang
masih kecil untuk iman kepada Allah Azza wa Jalla. Keimanan seperti inilah
yang lebih bagus, lebih sempurna, dan lebih agung yang bisa mendapatkan
pahala disisi Allah Azza wa Jalla dari apa yang ditanamkan sang ayah dan sang
ibu pada hati anaknya. Iman kepada Allah adalah kunci pembuka semua
kebaikan, asas semua ketaatan dan kebajikan, merupakan prinsip yang paling
mendasar untuk keistiqomahan seseorang juga keistiqomahan anak laki-laki
dan anak perempuannya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 35

Ini Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau menjelaskan kepada Ibnu ‘Abbas ketika dia
masih kecil dan dibonceng dikendaraan, beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Wahai ananda,
saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya
dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada
dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu
memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah
sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat
kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat
sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka
berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan
mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena
telah diangkat dan lembaran telah kering” (HR. At-Tirmidzi: 2516, Ahmad:
2664)
Berkata Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitab (Jami’ul ‘Ulul
wal Hikam) terkait hadits ini: ‘Siapa yang menjaga Allah dimasa kecilnya dan
masa kuatnya, maka Allah akan menjaganya dimasa tuanya dan ketika
melemah kekuatannya, dan Allah akan memberikan kenikmatan pada
pendengarannya, penglihatannya, keadaannya, kekuatannya, dan juga pada
akalnya’
Memenuhi hati dengan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla dan
memurnikan keikhlasan untuk-Nya Azza wa Jalla, menanamkan hal tersebut
kepada anak-anak merupakan mengagungkan Allah dijiwa sang anak, dan
membimbing mereka pada perkara kebaikan, didalamnya terdapat
kemanfaatan untuk semua hamba, baik sebagai orang tua atau sebagai anak,
di dunia dan akhirat.

7. Mendidik Anak Laki-Laki dan Perempuan Diatas Akhlaq Yang Mulia dan
Memperingatkan Mereka Dari Akhlaq Yang Tercela, Ini Termasuk Ilmu
Yang Bermanfaat

Dikarenakan akhlaq memiliki kedudukan yang sangat tinggi didalam


syariat yang suci.
Allah Azza wa Jalla menghikayatkan ucapan Luqman kepada putranya:
36 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

‫﴿ﯾٰ ُ َﲏ َا ِﻗ ِﻢ اﻟﺼ ٰﻠﻮ َة َو ُﻣ ْﺮ ِ ﻟْ َﻤ ْﻌ ُﺮ ْو ِف َواﻧْ َﻪ َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َو ْاﺻ ِ ْﱪ َ ٰﲆ َﻣﺎ ٓ َا َﺻﺎﺑ َ َ ۗﻚ ِان ٰذ ِ َ ِﻣ ْﻦ َﻋ ْﺰ ِم ْ ُاﻻ ُﻣ ْﻮ ِر‬
ْ‫ َوا ْﻗ ِﺼﺪ‬١٨ ‫ َو َﻻ ﺗ َُﺼ ِ ّﻌ ْﺮ َﺪكَ ِﻠﻨ ِﺎس َو َﻻ ﺗَ ْﻤ ِﺶ ِﰱ ْ َاﻻ ْر ِض َﻣ َﺮ ً ﺎ ۗ ِان ا ٰ ّ َ َﻻ ُ ِﳛﺐ ُﰻ ُﻣ ْﺨﺘَﺎلٍ ﻓَﺨ ُْﻮ ٍۚر‬١٧
﴾١٩ ࣖ ‫ِ ْﰲ َﻣ ْﺸ ﯿ َِﻚ َوا ْﻏﻀُ ْﺾ ِﻣ ْﻦ َﺻ ْﻮ ِﺗ َ ۗﻚ ِان َا ْ َﻜ َﺮ ْ َاﻻ ْﺻ َﻮ ِات ﻟ َ َﺼ ْﻮ ُت اﻟْ َﺤ ِﻤ ْ ِﲑ‬
Artinya: “Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan. Janganlah memalingkan
wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam
berjalan600) dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 17-19)
600)
Ketika berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.

Diantara bentuk berbuat baik kepada anak-anak adalah mendidik


mereka dengan pendidikan yang baik dan bermanfaat, dari sebaik-baik ilmu
yang bisa dipelajari oleh anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan).
Allah Azza wa Jalla berfirman:

﴾‫﴿ ٰ ٓ َﳞَﺎ ا ِ ْ َﻦ ٰا َﻣ ُ ْﻮا ﻗُ ْﻮا َاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َو َا ْﻫ ِﻠ ْﯿ ُ ْﲂ َ ًرا وﻗُ ْﻮ ُدﻫَﺎ اﻟﻨ ُﺎس َواﻟْ ِﺤ َ َﺎر ُة‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6)

Al-Hafidz Asy-Syaukani rahimahullah berkata didalam kitab Fathul


Qodir menafsirkan ayat diatas: “Dan sungguh telah dikeluarkan oleh
Abdurrazaq, Al-Firyabi, Sa’id bin Manshur, ‘Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, dan
Ibnu Al-Mundzir, serta Al-Hakim dan dia menshahihkannya, dari ‘Ali bin Abi
Thalib dalam firman-Nya: ﴾‫﴿ﻗُ ْﻮا َاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َو َا ْﻫ ِﻠ ْﯿ ُﲂ‬, dia (‘Ali) berkata: “Ajarkan pada
diri kalian dan keluarga kalian perkara kebaikan dan ajarkan adab kepada
mereka”
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 37

Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma: “Wahai ini, perbaguslah adab dan


akhlaq anakmu, sebab kamu akan ditanya akan hal tersebut, sedangkan
anakmu nanti akan ditanya tentang baktinya kepadamu”
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menafsirkan ayat pada Surat Tahrim
diatas: “Ajarkan adab dan ilmu kepada mereka”
Sungguh diantara perkara yang tidak perlu diragukan lagi, bahwasanya
bila engkau menanamkan kebaikan maka engkau akan mendapatkan hasil
yang baik, begitu juga sebaliknya bila engkau menanamkan kejelekan maka
engkau akan mendapatkan hasil yang jelek. Maka tarbiyah yang jelek memiliki
efek yang menghancurkan pada anak-anak, bahkan pada kedua orang tua,
bahkan pada masyarakat secara keseluruhan.
Sebagaimana engkau akan ditanya tentang tarbiyah anak, nanti sang
anak akan ditanya tentang baktinya kepadamu. Maka ajarkan anak-anak laki-
laki dan anak-anak perempuan akhlaq-akhlaq yang baik ini: menjaga
kehormatan, kejujuran, semua kebajikan, menjaga lisan dan waktu,
menyibukkan diri dengan perkara bermanfaat dan berfaedah yang bisa
menjauhkan “biidznillah” mereka agar tidak terjatuh pada kesalahan dan
keharaman-keharaman, tapi jika sebaliknya akan muncul sebaliknya pula
“wal’iyadzubillah”.
##Dan akan tumbuh kembang pemuda-pemuda yang baru tumbuh
dari kalangan kita ** diatas apa-apa yang dibiasakan oleh bapaknya##
Maka tarbiyah yang baik yang dibangun diatas akhlaq mulia dan
memperingatkan dari akhlaq yang tercela merupakan perkara yang besar.
Sesungguhnya secara khusus perhatian dengan perkara ini terdapat nash-nash
syar’iyah yang melatarbelakanginya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda didalam sebuah hadits muttafaqun ‘alaihi:
“Tidak ada seorang bayi yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fithrah
(keislaman), maka kedua orang tuanyalah yang membikin dia Yahudi atau
Nashrani atau Majusi, sebagaimana hewan ternak melahirkan hewan-hewan
yang lengkap sempurnah, apakah kamu melihat ada yang cacat?” (HR.
Bukhori: 1358, dan Muslim: 2658)
Maka akhlaq yang baik, Allah subhanahuwa ta’ala memerintahkannya.
Dan wajib atas orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya, mentarbiah
mereka diatas adab-adab yang agung tersebut.
38 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫﴿ ِان ا ٰ ّ َ ﯾ َ ُﻣ ُﺮ ِ ﻟْ َﻌﺪْ لِ َو ْ ِاﻻ ْﺣ َﺴ ِﺎن َو ِاﯾْ َﺘ ۤﺎئِ ِذى اﻟْ ُﻘ ْﺮ ٰﰉ َو َﳯْ ٰ ﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤﺸَ ۤﺎ ِء َواﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْ َﺒ ْﻐ ِﻲ ﯾ َ ِﻌ ُﻈ ُ ْﲂ ﻟ َ َﻌﻠ ُ ْﲂ‬
﴾‫ﺗ ََﺬﻛ ُﺮ ْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nahl: 90)

Maka orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya akhlaq-akhlaq


yang agung tersebut, berupa: jujur dalam berjanji, menyayangi yang lemah,
jujur dalam berbicara, ikhlas dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla,
mengikuti bimbingan Rasulullah ‫ﷺ‬, bersungguh-sungguh menjaga waktu,
menunaikan amanat, berbakti kepada kedua orang tua, memperhatikan hak-
hak tetangga, menjaga harga diri dan nama baik, diajari memiliki rasa malu,
mudah memaafkan dan kesantuan, dan yang lainnya dari perkara-perkara
etika yang sangat tinggi dan akhlaq mulia serta hal-hal lain dari kemuliaan
akhlaqul karimah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Dan diantara perkara yang
sangat dibutuhkan oleh anak kecil adalah memperhatikan masalah akhlaqnya,
dikarenakan dia akan tumbuh kembang diatas apa yang dibiasakan oleh
pendidiknya semenjak dia kecil, diantaranya: suka berdusta yang samar,
senang marah, suka ngeyel, terburu-buru, ringan memperturutkan hawa
nafsu, kurang perhitungan, kaku, rakus. Maka akan sulit bagi dia dimasa
besarnya nanti untuk menghilangkan itu semuanya, dan perangai-perangai
tadi menjadi sifatnya/karakternya. Kalaupun dia berhati-hati dari akhlaq yang
jelek ini dengan kehati-hatinya yang sangat, akhlaq yang jelek tadi akan
membongkar dia pada suatu hari nanti. Oleh karena itulah engkau mendapati
kebanyakan manusia menyimpang akhlaqnya, itu semua dikarenakan tarbiyah
yang dia tumbuh kembang diatasnya.
Oleh karena itulah wajib seorang anak kecil dijauhkan dari majelis-
majelis yang sia-sia dan batil, dijauhkan dari nyanyian dan kata-kata keji,
dijauhkan dari bid’ah dan omongan-omongan yang kotor. Sebab anak kecil
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 39

yang sudah mulai berakal, ketika hal-hal tadi mulai nempel akan sulit baginya
untuk menghilangkannya saat dewasa, dan sulit bagi walinya menyelamatkan
anak kecil tersebut dari perkara-perkara buruk tadi. Merubah kebiasaan
merupakan perkara yang susah, diperlukan memperbaharui tabiatnya yang
kedua. Keluar dari kebiasaan tabiat sangat sulit sekali, dia harus menjauhkan
sang anak dari sikap berdusta dan khianat, ini harus lebih besar dari upaya
menjauhkan sang anak dari racun yang berbisa dan mematikan.
Sesungguhnya sang anak, kapan saja orang tuanya memudahkan jalan dusta
dan khianat, maka berarti orang tua tadi merusak kebahagiaan anak di dunia
dan akhirat, dan berarti orang tua tadi mengharamkan sang anak dari semua
perkara kebaikan.
Dan menjauhkan sang anak dari sikap malas, menjauhkan dari
tindakan-tindakan yang keliru, menjauhkan dari kondisi-kondisi yang nyaman,
bahkan membiasakan sang anak kebalikan dari point-point tersebut. Juga
dibiasakan untuk bangun diakhir malam, akhir malam merupakan waktu-
waktu pembagian ghanimah dan bonus-bonus, ketika itu ada yang dapat
sedikit ada yang dapat banyak dan ada yang diharamkan. Kapan saja sang
anak terbiasa mengerjakan hal tersebut semenjak kecilnya, akan mudah
baginya mengerjakannya saat dewasa.” (Tuhfatul Maudud, hal. 349-351)
Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata:
“Orang yang paling layak engkau berbakti kepadanya dan berhak
mendapatkan kema’rufanmu adalah anak-anakmu, karena mereka adalah
amanah yang Allah jadikan disisimu. Allah berwasiat kepadamu supaya
engkau mentarbiah mereka, untuk bagusnya badan mereka dan jiwa mereka.
Apa saja yang kamu kerjakan bersama dengan anak-anakmu dari perkara-
perkara tadi, yang detailnya dan yang besarnya, itu semua merupakan
kewajibanmu, dan termasuk amal yang paling afdhal yang mendekatkanmu
kepada Allah Azza wa Jalla, bersungguh-sungguhlah dalam hal tersebut dan
mohonlah pahala kepada Allah. Maka sebagaimana engkau memberi makan
dan pakaian anak-anakmu, dan melaksanakan tarbiyah fisik mereka, maka
engkau telah melaksanakan kebaikan dan akan diberi pahala atas hal tersebut.
Maka begitu pula, bahkan yang lebih besar dari itu jika engkau melakukan
tarbiyah hati-hati dan jiwa-jiwa mereka dengan ilmu yang bermanfaat dan
pengetahuan yang jujur, mengarahkan mereka kepada perkara yang terpuji,
40 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

memperingatkan mereka dari perkara yang terlarang. Maka adab-adab yang


hasanah itu lebih utama untuk anak-anak kamu saat ini dan dimasa yang akan
datang dibandingkan engkau memberi mereka emas, perak, dan ragam
kesenangan duniawi. Dikarenakan dengan adab-adab yang bagus dan akhlaq
yang indah, mereka akan terangkat derajatnya, akan mendapatkan
kebahagiaan, mereka bisa menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba,
mereka akan bisa menjauhkan diri mereka dari berbagai kemudharatan, serta
mereka akan menyempurnakan baktinya kepada orang tuanya.”

8. Menyayangi Anak-Anak, Mencium Mereka dan Bersikap Adil Diantara


Mereka

Maka sungguh Nabi ‫ ﷺ‬mencium anak-anaknya, juga mencium Al-Hasan


dan Al-Husain, beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Siapa yang tidak rahmah maka tidak
dirahmati” (HR. Al-Bukhari: 5997, Muslim: 2318)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Dahulu para salaf mereka
menyukai adil kepada anak-anaknya dalam hal mencium” (Tuhfatul Maudud,
hal. 336)
Sikap adil diantara anak-anak merupakan perkara yang sangat penting,
kurang dalam bab ini merupakan kesalahan yang sangat besar, dan
mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Bertakwalah
kalian kepada Allah dan bersikap adil-lah kalian diantara anak-anak kalian”
(HR. Al-Bukhari: 2587, Muslim: 1623)
Para ahlu ilmi berselisih tentang kaifiyah (bagaimana) cara adil antara
anak laki-laki dan anak perempuan diatas beberapa pendapat:

o Yang paling masyhur: bahwasanya harta pemberian yang diberikan


kepada anak laki-laki, diberikan semisal itu pula kepada anak perempuan.
o Pendapat yang lainnya: bahwasanya adil diantara anak-anak adalah
memberikan harta untuk anak laki-laki semisal bagian untuk dua anak
perempuan.
Silahkan dilihat perincian dalam permasalahan ini ditempat-tempatnya
dari kitab-kitab syarah hadits atau yang lainnya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 41

Bagaimanapun kondisinya wajib bagi para bapak untuk adil diantara


anak-anaknya dalam semua perkara, sama saja dalam perkara materi atau
maknawi, dan semoga dia diberi taufiq sesuai dengan kadar kemampuannya,
Allah tidak memberikan beban terhadap sebuah jiwa melainkan sesuai dengan
yang Allah datangkan kepadanya.

9. Para Orang Tua Wajib Mengajari Anak-Anaknya Setelah Mereka Baligh


Apa-Apa Yang Penting Bagi Mereka Dalam Perkara Agama

Dan ini berkaitan dengan melaksanakan perkara fardhu dari Allah Azza
wa Jalla, dikarenakan mereka sudah mukallaf (terbebani syariat), ditunjukkan
seperti permasalahan mandi besar, mengajarkan menggunakan hijab untuk
anak putri.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Kebanyakan rusaknya anak-anak
seringkali dari orang tuanya, bapaknya menyia-nyiakan anaknya dengan tidak
mengajarkan yang fardhu-fardhu dan yang sunnah-sunnah pada agama ini,
orang tua tadi menyia-nyiakan anaknya ketika masih kecil sehingga tidak bisa
mengambil kemanfaatan untuk diri mereka sendiri dan juga tidak bisa
memberikan kemanfaatan untuk orang tua mereka ketika sudah tua,
sebagaimana sebagian orang tua, dia menegur anaknya dikarenakan
kedurhakaan, maka anaknya menjawab: “wahai ayahku, sesungguhnya
engkau durhaka kepadaku semenjak kecil, sekarang aku durhaka kepadamu
ketika sudah besar, engkau menyia-nyiakan aku ketika aku masih kecil, maka
sekarang aku sia-siakan engkau ketika engkau sudah tua” (Tuhfatul Maudud,
hal. 337)
Dengan ringkas aku katakan, sesungguhnya wajib atas orang tua
mengajari anak-anak mereka pada semisal tingkatan ini, segala sesuatu yang
wajib atas mukallaf untuk mengetahuinya dalam perkara syariat, yang tidak
boleh bagi seorang muslim untuk jahil tentangnya, dan hal ini adalah hak-hak
mereka yang wajib ditunaikan atas kedua orang tua.
42 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

10. Memberikan Perhatian Kepada Anak-Anak Dengan Memilihkan Istri yang


Sholehah Untuk Putranya atau Memilihkan Suami Yang Sholeh
Untuk Putrinya

Sesungguhnya ini termasuk kesempurnaan mengarahkan mereka dan


upaya mewujudkan hak-hak mereka. Dan wajib atas bapak untuk mewaspadai
tindakan menolak menjadi wali putrinya (jika yang datang melamar tidak
sekufu dan tidak diridhai akhlaq juga agamanya, maka boleh menolak). Wajib
atas bapak untuk mewaspadai tindakan memaksa putrinya menikah dengan
seseorang yang tidak diridhai oleh putrinya -wal’iyazubillah-, apalagi jika
putrinya menolak karena memang orang tadi tidak punya agama atau sedikit
agamanya.
Dan kami tekankan disini, wajib atas seorang bapak untuk bertakwa
kepada Allah terhadap putrinya, hendaknya mencarikan untuk putrinya sosok
suami yang sholeh dan bermanfaat, yang nantinya akan memberikan manfaat
untuk putrinya, yang bisa menjaga istrinya pada agama dan dunianya, dan
laki-laki yang amanah atas istrinya -bi’idznillah-.

11. Berdoa Untuk Mereka Setelah Lahir Atau Setelah Terlahir Ke Dunia

Mendoakan anak-anak dengan doa keshalihan, kebaikan dan doa


Taufiq, serta wajib mewaspadai dari mendoakan kejelekan untuk mereka
sebagaimana yang telah lalu pembahasannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

﴾‫﴿ َو َا ْﺻ ِﻠ ْﺢ ِ ْﱄ ِ ْﰲ ُذ ِّرﯾ ِ ْ ۗﱵ ِا ِ ّ ْﱐ ﺗُ ْ ُﺖ ِاﻟ َ ْﯿ َﻚ‬


Artinya: “…dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu….” (QS. Al-Ahqof: 15)

Dan siapa saja yang diberi rizky oleh Allah seorang anak perempuan,
maka wajib baginya ridho dengan apa-apa yang telah ditetapkan Allah
untuknya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 43

﴾‫ َا ْو ُ َﺰ ِّو ُ ُ ْﻢ ُذ ْﻛ َﺮا ً و ِا َ ً َۚو َ ْﳚ َﻌ ُﻞ َﻣ ْﻦ ﺸَ ۤﺎ ُء َﻋ ِﻘ ْ ًﻤﺎ‬٤٩ ۙ ‫﴿ﳞَ َ ُﺐ ِﻟ َﻤ ْﻦ ﺸَ ۤﺎ ُء ِا َ ً وﳞَ َ ُﺐ ِﻟ َﻤ ْﻦ ﺸَ ۤﺎ ُء ا ُﻛ ْﻮ َر‬


Artinya: “…memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau
Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan
mandul siapa saja yang Dia kehendaki….” (QS. Asy-Syura: 49-50)

Ini merupakan hikmah Allah dan kehendak-Nya dan taqdir Allah untuk
hamba-hamba-Nya, tidak ada yang bisa menolak ketetapan dan taqdir-Nya,
semua itu berasal dari sisi Allah Azza wa Jalla.

﴾‫﴿ﳞَ َ ُﺐ ِﻟ َﻤ ْﻦ ﺸَ ۤﺎ ُء ِا َ ً وﳞَ َ ُﺐ ِﻟ َﻤ ْﻦ ﺸَ ۤﺎ ُء ا ُﻛ ْﻮ َر‬


Artinya: “…memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki….”
(QS. Asy-Syura: 49)

Maka wajib bagi seorang hamba ketika diberikan rizky dengan anak-
anak putri, atau semua anaknya putri atau kebanyakan anaknya adalah putri
untuk memperhatikan tarbiyah mereka karena pada tindakan tersebut ada
pahala yang besar.

Dari Urwah bin Zubair rahimahullah: bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi ‫ﷺ‬
berkata kepadanya: “Datang kepadaku seorang wanita dan bersamanya ada
dua anak putri lalu meminta kepadaku, namun aku tidak mendapati sesuatu
kecuali 1 butir kurma, maka aku berikan kurma itu kepadanya, kemudian
perempuan itu membagi kurma tadi untuk kedua putrinya lalu perempuan itu
berdiri dan keluar, masuklah Nabi ‫ ﷺ‬lalu aku ceritakan kepada beliau, maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Siapa yang mengurusi anak-anak putri kemudian dia
berbuat baik dengan mereka, maka mereka akan menjadi penutupnya dari api
neraka”” (HR. Al-Bukhari: 5995, Muslim: 2629)
44 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

12. Memperhatikan Kebutuhan Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan, Duduk


Bersama Mereka Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang
Terkadang Menimpa Mereka.

Sesungguhnya diantara perkara yang tidak ada keraguan lagi, manusia


secara umum dan secara khusus anak-anak kita, baik laki-laki maupun
perempuan pasti dihadapkan dengan masalah yang menghadang kehidupan
mereka, khususnya ketika mereka semakin dewasa, maka perhatian orang tua
yang anak-anak harus mendapatkan itu semua tidak sama ketika mereka
masih bayi, bahkan hak-hak itu dimulai sebelum mereka keluar didunia ini
kemudian ketika mereka ada di perut ibu mereka kemudian dimasa-masa
menyusui kemudian ketika mereka anak-anak dan fase setelahnya kemudian
masuk masa-masa ABG kemudian masuk pada masa dewasa.
Pada semua fase-fase tadi, hak mereka terus berkesinambungan dan
tidak berhenti hak mereka pada sebuah fase, dan masing-masing fase ada
sentuhan-sentuhan sendiri atau cara-cara tersendiri.
Pembentukan yang baik semenjak kecil akan berfaedah bagi seseorang
ketika dia telah tua nanti, barangsiapa yang menyia-nyiakan dan kurang dari
sisi ini (mentarbiyah anak ketika kecil), maka ketika anak tadi sudah semakin
kuat dan besar maka akan jelek perbuatannya, dan perilaku dia akan jelek
kepada bapaknya atau ibunya dan akan muncul ragam tindakan durhaka
kepada orang tua. Bisa jadi orang tua akan bertanya-tanya “apa sebabnya
mereka berbuat seperti itu?” bisa jadi dia sendiri sebagai orang tua menjadi
sebab anaknya tersia-siakan.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Betapa banyak orang-
orang yang menyengsarakan buah hatinya di dunia dan akhirat, dikarenakan
dia menyia-nyiakan anaknya dan tidak mengajarkan adab kepadanya justru
membantu anaknya memperturutkan hawa nafsunya, dan dia sebagai orang
tua menduga telah memuliakan anaknya, bahkan sungguh dia telah
menghinakan anaknya, dia menduga menyayangi anaknya bahkan sungguh
dia telah mendholimi anaknya, akhirnya luput darinya mengambil
kemanfaatan dari anaknya dan meluputkan anaknya dari bagiannya dari dunia
dan akhirat, kalau kamu ingin mencermati kerusakan yang terjadi pada anak,
kamu akan mendapati mayoritasnya berasal dari bapaknya (orang tua)”
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 45

(Tuhfatul Maudud, hal. 351)


Maka dengan ini aku katakan: “Termasuk hak anak atas bapak dan
ibunya ialah memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama
problematika anak-anaknya, kemudian memberikan solusi dengan
pendekatan-pendekatan akal yang mudah dipahami oleh mereka serta cara-
cara yang hikmah
Sebagian perkara anak-anak perlu ketegasan, sebagian lagi tidak perlu
dibahas, itu semua tergantung permasalahannya apa dan siapa yang
bermasalah. Bahkan terkadang tidak ada problem disana, tapi terkadang pada
seorang anak ada perkara yang membuatnya gundah gulana, maka perlu
diajak musyawarah pada permasalahan tersebut, dan sebaik-baik orang yang
diajak bermusyawarah oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan adalah
kedua orang tuanya.
Apabila hubungan ini berkesinambungan dan kedekatannya telah
terbangun diatas kepercayaan, jujur kepada Allah Azza wa Jalla dalam
tarbiyah yang bagus, maka ini akan meringankan banyak hal -bi’idznillah- dari
pemaparan sebuah masalah atau melampaui batas sebuah permasalahan.
Adapun jika disana ada jalan buntu, ada penghalang dan penolakan,
maka ini semua tidak memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan anak kecuali yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla.
Pada segala keadaan, penghalang-penghalang sangat banyak, hal-hal
yang menyibukkan dan melalaikan dikehidupan kita ini sangat banyak sekali.
Maka pemuda dan pemudi dari anak-anak kita perlu perhatian dan
pengawasan. Membiasakan anak-anak untuk takut kepada Allah Azza wa
Jalla, berharap hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dibiasakan untuk mencintai
Allah Azza wa Jalla dan bersimpuh dihadapan Allah Azza wa Jalla, dan
menanamkan ini semua pada jiwa anak-anak merupakan perkara yang
penting yang wajib menumbuh kembangkannya pada anak-anak.
Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hari-hari dan malam-
malam yang akan selesai, siapa saja yang mempersembahkan perkara
kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula, begitu juga sebaliknya siapa saja
yang mempersembahkan kejelekan maka akan mendapatkan kejelekan pula -
wal’iyadzubillah- dan janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri. Apabila
orang tua telah menunaikan kewajiban dan telah melepaskan tanggung jawab
46 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

dia dihadapan Allah Azza wa Jalla, maka sungguh telah selesai tanggung jawab
dia dan terlepas dari tanggung jawab, dan Allah Azza wa Jalla tidak
membebani seseorang kecuali dengan apa-apa yang dimampuinya.

13. Menyibukkan Waktu-Waktu Senggang Mereka Dengan Hal-Hal Yang


Bermanfaat dan Berfaedah

Tidak samar atas tiap-tiap orang cerdas akan pentingnya waktu bagi
kehidupan seseorang, “menyia-nyiakan waktu itu lebih dahsyat daripada
kematian, sebab menyia-nyiakan waktu akan memutus kamu dari Allah dan
negri akhirat sedangkan kematian memutus kamu dari dunia dan
penghuninya” Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakannya didalam “Al-Fawaid
hal. 33”.
Oleh karena ini, sesungguhnya waktu apabila tidak disibukkan dengan
perkara-perkara bermanfaat dan berfaedah akan tersibukkan dengan perkara
yang memudharatkan dan tidak bermanfaat. Seseorang yang mencermati
perjalanan hidup salaf “semoga Allah meridhoi mereka semua” dia akan
mendapati para salaf tidak menyia-nyiakan waktu-waktu mereka atau hari-
hari mereka dalam perkara mudharat atau yang tidak bagus, sementara Nabi
kita Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda: “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan
manusia merugi pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR. Al-
Bukhari: 6412)
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Aku mendapati
kaum-kaum (para sahabat) masing-masing dari mereka lebih bakhil atas
umurnya dibandingkan bakhil pada dirhamnya (uangnya)” (Syahrus Sunnah Lil
Baghowi 14/225)
Al-‘Allamah Muhammad bin Abdul Baqi As-Sulami rahimahullah
berkata: “Aku tidak pernah tahu aku menyia-nyiakan sedikit saja dari umurku
untuk perkara sia-sia dan main-main” (Siyar ‘Alamu Nubala Adz-Dzahabi
20/26)
Dan terdapat didalam biografi Abdul Wahab bin Abdul Wahab bin Al-
Amin di kitab “Ma’rifatul Qurra’il Kibar” karya Adz-Dzahabi rahimahullah:
“Bahwasanya waktu-waktu beliau semuanya terjaga, tidak berlalu sesaatpun
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 47

dari beliau kecuali untuk membaca atau tahajud atau tasmi’ (mendengarkan
bacaan qur’an)” (Ma’rifatul Qurra’il Kibar 2/243)
Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi seorang ‘alim yang terkenal dan juga
pakar bahasa berkata: “Waktu yang terberat bagiku adalah saat ketika aku
makan padanya” (Al-Hatstsu ‘Ala Tholabil ‘Ilmi hal. 87)
Maksudnya adalah menyibukkan waktunya anak-anak kita dengan hal-
hal yang bermanfaat dan berfaedah, yang kembali atas mereka dan untuk
mereka dengan kebaikan di dunia dan akhirat, mengajarkan kepada mereka
ilmu yang bermanfaat, mengajarkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat
untuk mereka pada agama dan dunia mereka, tidak masalah seorang insan
mengosongkan sedikit waktunya dan mengatur waktunya untuk anak-
anaknya, dia membuat waktu terjadwal yang didalamnya ada program-
program ilmu, juga ada jadwal refreshing yang mubah, ada pula jadwal
wawasan yang mubah, jadwal makan, dan yang selain dengan itu.
Program-program yang bisa menyibukkan mereka dan yang bisa
mereka mengambil manfaat seluruhnya, masing-masing anak nantinya bisa
memberikan manfaat untuk masyarakatnya serta menjadi bata (pondasi) yang
bagus bagi masyarakatnya.
Demikianlah berbagai cara yang beragam yang cukup padat untuk
menyibukkan anak-anak dalam perkara yang bermanfaat.
Apabila kita mencermati penyimpangan sebagian anak-anak kita
menuju pemahaman-pemahaman yang tidak benar, bisa jadi pemikiran
syahwat yang rendah atau pemikiran syubhat dan menyimpangan, maka kita
akan mendapati bahwasanya sebab yang paling besar yaitu tidak ada
perhatian keluarga dari kedua orang tua, tidak ada upaya dari keduanya untuk
menunaikan hak-hak anak. Ini penafsirannya sangat jelas, karena sebabnya
adalah tidak ada kesibukan bagi anak-anak pada waktu-waktu mereka,
kesibukan yang bisa memberikan manfaat, atau orang tuanya memang berada
diatas penyimpangan, maka anak-anakpun tumbuh kembang meniru
bapaknya (orang tuanya).
##Dan akan tumbuh kembang pemuda-pemuda yang baru tumbuh
dari kalangan kita ** diatas apa-apa yang dibiasakan oleh bapaknya##
Sebab kenapa anak muda bisa menyimpang dan tersesat, terjerembab
dalam kubangan syahwat kemaksiatan adalah karena teladan yang baik
48 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

hilang, maka mereka menyimpang, bisa jadi menyimpang karena syahwat


atau bisa jadi menyimpang karena syubhat.
Kita mendapati sebagian ahli ahwa’, mereka memanfaatkan waktu
kosongnya pemuda-pemuda dari anak-anak kita, mereka mengumpulkan
pemuda-pemuda tadi lalu mereka menyimpangkan pemuda-pemuda tersebut
dari jalan yang lurus. Dikarenakan kedua orang tua tidak mendapatkan sebuah
cara atau tidak mendapati sebuah cara untuk menyibukkan anak-anak
mereka, tiba-tiba setelah berlalunya masa, dia mendapati anaknya sudah
bermaksiat dan durhaka kepadanya, sebab anaknya sudah terwarnai dengan
pemahaman menyimpang khawarij/teroris yang sesat, atau tertimpa apapun
dari ragam penyimpangan-penyimpangan yang mengerikan.
Atau sang pemuda tersebut menyimpang adab dan etikanya, akhirnya
sang ayah berteriak dan menyesal, telat ketika dia menyesal, tidak ada lagi
manfaatnya teriakan-teriakan dan rintihan-rintihan ini setelah luputnya masa
sang anak.
Terkadang penyebabnya ada pada kedua orang tua yakni
penyimpangan tadi memang ada pada kedua orang tuanya, atau tidak
demikian keadaannya maka ini ujian, dan nampaknya orang tua tidak
memanfaatkan waktu untuk berdoa ketika mereka lagi tidak ada atau tidak
jujur dalam bersandar kepada Allah Azza wa Jalla.
Imam Ibnul Qayyim rahimahallah berkata: "Betapa banyak orang-
orang yang menyengsarakan anaknya, membuat sengsara buah hatinya
didunia dan akhirat dikarenakan dia mengabaikan anaknya, tidak mengajarkan
adab, justru membantu dan menolong anaknya memperturutkan hawa
nafsunya. Orang tua tadi mengira bahwa dia telah memuliakan anaknya,
padahal sungguh dia telah menghinakan anaknya dengan cara itu, dia juga
menduga telah menyayangi anaknya padahal sungguh dia telah mendholimi
anaknya dengan cara itu. Akhirnya luput dari dia mengambil kemanfaatan dari
anaknya, dan dia meluputkan atas anak tadi bagian dunia dan akhirat. Kalau
kamu mengambil ibrah adanya kerusakan pada anak-anak, kamu melihat
mayoritasnya itu semua dari arah bapak dan ibunya.” (Tuhfatul Maudud bi
Ahkamil Maulud, hal. 351)
Imam Ibnul Qayyim rahimahallah juga berkata: "Mayoritas anak
rusaknya mereka hanyalah datang dari bapak dan ibu mereka, dikarenakan
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 49

orang tua mengabaikan tidak mengurusi dan tidak mengajarkan kepada anak
yang fardhu dan yang sunnah tentang agama ini, maka orang tua tadi menyia-
nyiakan anak-anaknya dimasa kecil tanpa pelajaran agama dan adab, sehingga
anak-anak tersebut tidak bisa mengambil kemanfaatan terhadap mereka
sendiri dan tidak bisa memberikan kemanfaatan kepada orang tua mereka
ketika orang tua mereka sudah tua, sebagaimana sebagian orang tua menegur
dengan keras anaknya dikarenakan anaknya durhaka kepadanya, maka sang
anak bilang: “Wahai ayahku! sesungguhnya engkau durhaka kepadaku dimasa
kecil, maka sekarang aku durhaka kepadamu dimasa tua, wahai ayah! engkau
menyia-nyiakanku diwaktu kecil, maka aku sia-siakan engkau ketika engkau
sudah renta” (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hal. 337)
Oleh karena itu teladan yang baik adalah perkara yang sangat penting
dalam tarbiyah anak, ini perkara yang harus diperhatikan oleh orang tua,
sehingga orang tua memberikan contoh akhlaq yang baik dan perangai yang
lurus, dan tidak boleh bagi seorang insan -ini berdasarkan penelitian dan akal-
memerintahkan anak laki-lakinya atau anak putrinya dengan sebuah perintah
yang dia tidak perhatian dengan perintah tersebut.
##Orang yang tidak bertakwa memerintahkan orang lain untuk
bertakwa** thobib yang mengobati tapi thobibnya lagi sakit##
Tidak mungkin, karena anak itu diberi tabiat mencontoh orang tua
mereka, anak tersebut berkehendak atau tidak berkehendak. Oleh karena
itulah kita mendapati bahwasanya penyimpangan-penyimpangan pada anak
seringkalinya dari rumah, sang pemuda atau pemudi melihat dari bapaknya
atau ibunya sebuah perkara yang menyimpang, maka diterima oleh putri atau
putranya, dia mengerti atau tidak mengerti, dia perhatian atau tidak
perhatian, kemudian dia mengikuti kedua orang tua atas perkara
penyimpangan tadi. Oleh karena inilah memperhatikan bab ini adalah perkara
besar, teladan yang baik sebuah tuntutan yang dihasung oleh agama kita, dan
menjadikan itu sebagai sebab meraih kebahagiaan bagi yang menginginkan
keselamatan.

﴾٢١ ۗ ‫﴿ﻟَﻘَﺪْ َﰷ َن ﻟَ ُ ْﲂ ِ ْﰲ َر ُﺳ ْﻮلِ ا ٰ ّ ِ ُا ْﺳ َﻮ ٌة َﺣ َﺴ ﻨَ ٌﺔ ِﻟ ّ َﻤ ْﻦ َﰷ َن َ ْﺮ ُﺟﻮا ا ٰ ّ َ َواﻟْ َﯿ ْﻮ َم ْ ٰاﻻ ِﺧ َﺮ َو َذ َﻛ َﺮ ا ٰ ّ َ ﻛَ ِﺜ ْ ًﲑا‬


50 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu

Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan


yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab:
21)

Maka barangsiapa menghendaki keselamatan untuk putra dan


putrinya, hendaklah dia sebagai teladan yang baik, yang memperbaiki anak-
anaknya, meluruskan mereka, menegakkan perintah Allah Azza wa Jalla,
berhenti pada batas-batas yang ditetapkan Allah jangan sampai melampaui
batasnya.

﴾ۚ ‫﴿ ِﺗ ْ َ ُ ﺪُ ْو ُد ا ٰ ّ ِ ﻓَ َﻼ ﺗَ ْﻌﺘَﺪُ ْوﻫَﺎ‬
Artinya: “Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu
melanggarnya.” (QS. Al-Baqarah: 229)

﴾ۗ ‫﴿ ِﺗ ْ َ ُ ﺪُ ْو ُد ا ٰ ّ ِ ﻓَ َﻼ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑُ ْﻮﻫَﺎ‬
Artinya: “Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu
mendekatinya” (QS. Al-Baqarah: 187)

Dan Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

﴾ۗ ‫﴿ َو َﻣ ْﻦ ﯾﺘَ َﻌﺪ ُ ﺪُ ْو َد ا ٰ ّ ِ ﻓَﻘَﺪْ َﻇ َ َﲅ ﻧ َ ْﻔ َﺴ ٗﻪ‬


Artinya: “Siapa melanggar hukum-hukum Allah, maka sungguh, dia
telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS. At-Talaq: 1)

Bagaimanapun keadaannya, tarbiyah anak-anak ini perkara yang


penting, sangat agung dan sangat besar, akan tetapi itu semua akan menjadi
mudah bagi orang-orang yang dimudahkan Allah Azza wa Jalla, maka seorang
hamba berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dari awalnya sampai akhirnya, dan
memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla supaya memberikan
petunjuk ke jalan yang lurus, dan juga berdoa kepada Allah Azza wa Jalla
meminta keturunan yang baik, dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla untuk
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 51

kebaikan dia dan seluruh anggota keluarga pada keadaan sekarang dan masa
yang akan datang.
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk kami dan kalian rizki
berupa keturunan yang shalih, yang bermanfaat, dan yang memperbaiki umat
sesungguhnya Dia Maha Dermawan dan Maha Mulia.
Ini yang saya inginkan untuk di isyaratkan dan untuk diperingatkan
atasnya.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada semua pihak untuk meraih
ridho-Nya, semoga shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad dan atas
keluarganya dan juga para sahabatnya.

*****

Anda mungkin juga menyukai