Judul Asli:
Edisi Indonesia:
Alih Bahasa:
Muroja’ah:
Desain Cover:
Publikasi:
BIOGRAFI
Nama beliau adalah ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm bin Husain bin Mahmûd
As-Sa’di kemudian Al-Bukhâri Al-Madîni. As-Sa’di adalah nisbah kepada Bani
Sa’d yang berasal dari Ath-Thâ`if. Beliau dilahirkan di Madinah di desa Bâbut
Tamâr.
Asy-Syaikh ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm hafizhahullâh tumbuh di bawah
asuhan dan bimbingan kedua orang tuanya yang sangat antusias dan memiliki
perhatian yang sangat besar terhadap ilmu, serta upaya mendidik anak-anak
dengan pendidikan yang selamat dan lurus.
Beliau mulai menghafal Al-Qur`an semenjak tahun-tahun pertama
ketika beliau duduk di madrasah ibtida`iyyah di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri
(ayah beliau sebagai penanggung jawab di masjid tersebut).
Beliau dikarunai kecintaan terhadap ilmu hadits sejak kecil. Karena itu
beliau sangat bersemangat untuk mengumpulkan dan membaca kitab-kitab
tentang ilmu hadits, bertanya tentang perkara yang sulit, dan menghafalnya.
Beliau juga sangat bersemangat untuk mempelajari kitab-kitab aqidah, karena
beliau melihat kebutuhan umat yang sangat besar terhadapnya. Itu semua
beliau lakukan dengan cara senantiasa rutin dan bermulâzamah di Masjid
Nabawi.
Karir Ilmiah
4. Menulis tesis magister dengan judul Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin ‘Abdillâh
bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa Dirâsatan. Diuji pada 21 – 8 – 1420 H, dan
berhasil meraih cumload dengan anjuran untuk mencetak tesis tersebut.
6. Berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1426 H dengan tesis tahqîq
(penelitian) atas kitab Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh Al-‘Irâqi,
mulai awal kitab ar-radhâ’ sampai pada penghujung kitab Idzâ Aflasa
lirrajuli Gharîm. Dengan prestasi cumlaude pada level utama.
MUQODDIMAH
Dan Allah Yang Maha Tinggi berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
Adapun selanjutnya:
adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan dan semua perkara baru yang
diada-adakan adalah bid'ah dan semua yang bid'ah adalah sesat dan semua
yang sesat tempatnya di neraka
Sesungguhnya aku bertahmid kepada Allah kepada kalian yang tidak ada
sesembahan yang berhak di ibadahi selain-Nya, dan tidak ada Tuhan selain-
Nya, yang memberi kemudahan kepada kita untuk mengadakan pertemuan,
dan yang kita berharap dari Allah Azza wa Jalla, Dia memberkati untuk kami
dan untuk kalian semua pada pertemuan ini, dan semoga Allah memberikan
kemanfaatan dengan apa-apa yang kita sampaikan dan kita dengarkan
sesungguhnya Rabb-ku Maha Mendengar Doa.
﴾﴿ﯾُ ْﻮ ِﺻ ْﯿ ُ ُﲂ ا ٰ ّ ُ ِ ْ ٓﰲ َا ْو َﻻ ِد ُ ْﰼ
Artinya: “Allah berwasiat kepada kalian tentang anak-anak kalian"
(QS. An Nisa': 11)
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 7
Dan perkara yang maklum bahwasanya wasiat itu ada pada perkara yang
sangat penting dan juga untuk urusan yang penting.
Contoh berikutnya, kita mendapati bahwasanya Nabi-nabi Allah,
mereka telah menunjukkan akhlak yang begitu agung dalam perkara mereka
menunaikan hak orang tua mereka, dan bagaimana mereka mendakwahi
orang tua mereka untuk perkara kebaikan. Nabi Ibrahim 'Alaihissalam berkata
kepada bapaknya sebagaimana Allah Azza wa Jalla menghikayatkan
tentangnya, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
ﴬ ﯾ َ ْﻌ ُﻘ ْﻮ َب اﻟْ َﻤ ْﻮ ُۙت ِا ْذ ﻗَﺎ َل ِﻟ َﺒ ِ ْ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَ ْﻌ ُﺒﺪُ ْو َن ِﻣ ْۢﻦ ﺑ َ ْﻌ ِﺪ ْ ۗي ﻗَﺎﻟُ ْﻮا ﻧ َ ْﻌ ُﺒﺪُ ِا ٰﻟﻬ ََﻚ َو ِا ٰ َ ٰا َ ۤ ﯨ َﻚ
َ َ ﴿ َا ْم ُﻛ ْﻨ ُ ْﱲ ُﺷﻬَﺪَ ۤا َء ِا ْذ َﺣ
﴾ِﲮ َﻖ ِا ٰﻟﻬًﺎ وا ِ ﺪً اۚ َو َ ْﳓ ُﻦ َ ٗ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ُﻤ ْﻮ َن ٰ ْ ِا ْ ٰﺮ ٖ َﱒ َو ِا ْ ٰﲰ ِﻌ ْﯿ َﻞ َوا
8 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
Dan Nabi Ibrahim Al-Khalil ‘alaihissalam berkata kepada anaknya Nabi Ismail
‘alaihissalam:
﴿ﻗَﺎ َل ﯾٰ ُ َﲏ ِا ِ ّ ْ ٓﱐ َا ٰرى ِﰱ اﻟْ َﻤﻨَﺎ ِم َا ِ ّ ْ ٓﱐ َا ْذ َ ُﲝ َﻚ ﻓَﺎﻧ ُْﻈ ْﺮ َﻣﺎ َذا َ ٰﺮىۗ ﻗَﺎ َل ٰ ٓ َﺑ َ ِﺖ اﻓْ َﻌ ْﻞ َﻣﺎ ﺗ ُْﺆ َﻣ ُ ۖﺮ َﺳ ﺘَ ِ ﺪُ ِ ْ ٓﱐ ِا ْن َﺷ ۤﺎ َء
﴾اﻟﺼ ِ ِﱪْ َﻦ ّ ٰ ا ٰ ّ ُ ِﻣ َﻦ
Artinya: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma'il)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar” (QS. Ash-Shaffat: 102)
﴾اﻟﴩكَ ﻟ َ ُﻈ ْ ٌﲅ َﻋ ِﻈ ْ ٌﲓ
ْ ّ ِ ﴩكْ ِ ٰ ّ ِ ۗ ِان
ِ ْ ُ ﴿ ٰﯾ ُ َﲏ َﻻ
Artinya: “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar” (QS. Luqman: 13)
Dan dari nash-nash Sunnah yang suci, apa yang datang didalam hadits
bahwasanya Nabi ﷺbersabda:
dalam Al-Kubro dari Sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dishahihkan
Syaikh Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah No. 1636)
Dan sabda Rasulullah ﷺdi dalam hadits yang masyhur muttafaqun alaihi
dengan lafadz: "Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing
kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, imam yang memimpin rakyat
akan ditanya tentang tanggung jawab nya, dan seorang laki-laki adalah
seorang pemimpin dan akan ditanya tentang tanggung jawabnya” (HR. Al-
Bukhari: 7138, Muslim: 1829)
Kita akan berbicara tentang masalah yang penting ini dan yang
berkaitan dengannya pada poin-poin yang urut.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 11
Yang Pertama
Sesungguhnya anak-anak ini punya haq atas orang tua mereka, lalu
apa makna kata “Haq” disini?
Al-Haq secara bahasa lawan dari al-batil, Al-Haq ini juga salah satu
nama dari nama-nama Allah yang Husna, juga firman Allah disifati dengan Haq
(yang pasti benar).
Kata Al-Haq bentuk tunggal dari Al-Huquq, ini ditinjau dari segi bahasa,
atau ditinjau dari sebagian makna Al-Haq yang ada keterkaitan dengan kata-
kata tersebut. Adapun ditinjau dari syariat kata Al-Haq adalah “sesuatu yang
dengan itu hukum ditetapkan”, dan dimaklumi bahwasanya hukum yang
sudah ditetapkan itu lebih umum, mungkin wajib, mungkin sunnah atau
mungkin mubah.
Diantara yang menunjukkan makna tersebut, hadits yang dikeluarkan
oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim didalam shahih keduanya,
bahwasanya Nabi ﷺbersabda: “Hak seorang muslim atas muslim yang lain
ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah,
memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin” (HR. Bukhari: 1240,
Muslim: 2162)
Kata haq disini, terkait menjenguk orang sakit dan mengantar jenazah,
yang dimaukan adalah sunnah.
Dan memenuhi undangan terkadang mengandung makna wajib
apabila undangan khusus, dan tidak didapati pada undangan tadi
12 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
Yang Kedua
Ayat yang agung ini didalamnya ada dalil yang begitu jelas bahwasanya
laki-laki yang shalih akan dijaga anak keturunannya, dan bahwasanya ibadah
dia yang ikhlas dan ketaqwaannya yang ikhlas, dan apa yang Allah berikan
balasan setimpal untuknya dikarenakan dia mewujudkan ibadah dia kepada
Allah dan barakohnya ibadah, itu semuanya meliputi anak-anaknya, dan
kebaikannya akan berlanjut sampai anak-anak keturunannya sepeninggalnya
dia nanti. Seperti mereka anak-anak tadi akan memberikan syafaat untuk
orang tuanya, atau dia diberi idzin memberi syafaat untuk anak-anaknya dan
mengangkat derajatnya kepada derajat yang tinggi di surga nanti.
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata: dari Abdullah bin ‘Abbas
radhiallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini, “…dan ayah keduanya adalah
orang yang shalih” (Qs. Al-Kahfi: 82), beliau berkata: “kedua anak yatim tadi
dijaga dengan sebab keshalihan bapaknya”
Dan Allah tidak menyebut keshalehan kedua anak yatim tadi dalam
ayat ini sebagaimana dhohir ayat, maka kedua anak yatim tersebut dijaga
dengan sebab keshalihan ayahnya.
Al-Imam Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menjaga dengan penjagaan laki-laki
yang shalih yakni anaknya, juga cucunya, rumah kecil yang mereka ada
padanya, dan rumah-rumah sekitar rumahnya, maka mereka senantiasa
dalam penjagaan dari Allah dan ditutupi aibnya”
Dan berkata Al-Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya ketika
menerangkan ayat diatas: “Didalamnya terdapat dalil bahwasanya laki-laki
yang shalih akan dijaga anak keturunannya, dan barokah ibadahnya meliputi
mereka semua didunia dan akhirat nanti, seperti orang tua tadi memberi
14 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
ﴐ َب ا ٰ ّ ُ َﻣ ًَﻼ ِ ّ ِ ْ َﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ا ْﻣ َﺮ َا َت ﻧ ُْﻮ ٍح وا ْﻣ َﺮ َا َت ﻟُ ْﻮ ٍۗط َﰷﻧ َ َﺘﺎ َ ْﲢ َﺖ َﻋ ْﺒﺪَ ْ ِﻦ ِﻣ ْﻦ ِﻋ َﺒﺎ ِد َ َﺻﺎ ِﻟ َ ْ ِﲔ ﻓَ َﺎ َﳤٰ ُ َﻤﺎ
ََ﴿
﴾ﻓَ َ ْﲅ ﯾُ ْﻐ ِﻨ َﯿﺎ َﻋﳯْ ُ َﻤﺎ ِﻣ َﻦ ا ٰ ّ ِ َﺷ ْ ﺎ و ِﻗ ْ َﻞ ا ْد َُﻼ اﻟﻨ َﺎر َﻣ َﻊ ا ٰ ّ ِ ِﻠ ْ َﲔ
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 15
﴿ ٰ ٓ َﳞَﺎ ا ِ ْ َﻦ ٰا َﻣ ُ ْﻮا ﻗُ ْﻮا َاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َواَ ْﻫ ِﻠ ْﯿ ُ ْﲂ َ ًرا وﻗُ ْﻮ ُدﻫَﺎ اﻟﻨ ُﺎس َواﻟْ ِﺤ َ َﺎر ُة َﻠَﳱْ َﺎ َﻣ ٰﻠۤﯩ َﻜ ٌﺔ ِ َﻼ ٌظ ِﺷﺪَ ا ٌد ﻻ ﯾ َ ْﻌ ُﺼ ْﻮ َن
﴾ا ٰ ّ َ َﻣﺎ ٓ َا َﻣ َﺮ ُ ْﱒ َوﯾ َ ْﻔ َﻌﻠُ ْﻮ َن َﻣﺎ ﯾُ ْﺆ َﻣ ُﺮ ْو َن
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim: 6)
(1)
Dan agama kita Islam sungguh telah menghasung kita untuk memilih
sosok istri yang shalehah, yang baik-baik, yang barakah, istri yang apabila
keluar dari rumah dia akan menjaga nama baik suaminya dan akan menjaga
anak-anaknya dan kehormatan suaminya.
Dan sungguh Nabi ﷺbersabda: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-
baik perhiasan dunia adalah seorang istri yang shalehah” (HR. Muslim dan
yang lainnya)
Dan didalam sebuah hadits dari Imam Bukhari dan Muslim: “Seorang
wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena nasabnya, karena
20 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
jauhkan syaitan dari kami, dan jauhkan syaitan dari apa yang Engkau
anugerahkan untuk kami”, beliau ﷺbersabda: “Kemudian bila ditaqdirkan
terjadi diantara mereka berdua pada hubungan tersebut seorang anak,
syaitan tidak akan bisa memudharatkan dia sedikitpun” (HR. Bukhari: 5165,
Muslim: 1434)
Ini perkara yang nyata, maka mengikuti sunnah dalam hal ini adalah
perkara yang besar, didalamnya terkandung perealisasian penghambaan
kepada Allah, dan memurnikan ittiba’ (meneladani) Nabi ﷺ. Dan tidak
diragukan lagi bahwasanya seorang hamba, dia akan bersungguh-sungguh
dengan segenap kesungguhan untuk menjauhkan dirinya dan menjauhkan
anak-anaknya dari hal-hal yang dirusak oleh syaitan. Pada dzikir diatas dia
memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan dan hal-hal yang dirusak,
dan dia memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk menjauhkan seseorang
yang ditetapkan untuknya (yakni terlahir dari sulbinya) hal-hal yag dirusak
oleh syaitan.
Perhatikan bimbingan Nabi ﷺyang lurus ini dalam perkara yang wajib
dilakukan oleh seorang insan, hingga dia dalam keadaan seperti ini diminta
untuk mengikuti sunnah, dan sunnah itu yang terbaik.
3. Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla Agar Allah Memberi Rizki Kepada
Pasangan Ini Berupa Anak Yang Shalih, Ini Adalah Metodologi Ahlul Haq
dan Ahlul Iman
Firman Allah Azza wa Jalla:
﴾﴿ َرﺑﻨَﺎ ﻫ َْﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ َا ْز َواﺟِ َﺎ َو ُذ ِّر ٰﯾ ّ ِ َﺎ ﻗُﺮ َة َا ْ ُ ٍﲔ وا ْﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ ِﻠْ ُﻤﺘ ِﻘ ْ َﲔ ِا َﻣﺎ ًﻣﺎ
Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk
mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai
pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)
َوا ِ ّ ِْﱐ ِﺧ ْﻔ ُﺖ اﻟْ َﻤ َﻮ ِ َاﱄ ِﻣ ْﻦ٤ ﴿ َر ِ ّب ِا ِ ّ ْﱐ َوﻫ ََﻦ اﻟْ َﻌ ْﻈ ُﻢ ِﻣ ِ ّ ْﲏ َو ْاﺷ ﺘَ َﻌ َﻞ اﻟﺮ ُس َﺷ ْ ًﺎ وﻟ َ ْﻢ اَ ُﻛ ْۢﻦ ﺑِﺪُ َ ۤﺎﯨ َﻚ َر ِ ّب َﺷ ِﻘ ﺎ
﴾ ِﺮﺛُ ِ ْﲏ َو َ ِﺮ ُث ِﻣ ْﻦ ٰالِ ﯾ َ ْﻌ ُﻘ ْﻮ َب َوا ْﺟ َﻌ ْ ُ َر ِ ّب َر ِﺿﯿﺎ٥ ۙ و َر ۤا ِء ْي َو َﰷﻧ َِﺖ ا ْﻣ َﺮ َا ِ ْﰐ َﺎ ِﻗ ًﺮا ﻓَﻬ َْﺐ ِ ْﱄ ِﻣ ْﻦ ُ ﻧ َْﻚ َو ِﻟﯿﺎ
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah,
kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa
kepada-Mu, wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap
keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul.
Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan
mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku,
seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 4-6)
Dan istrinya Imran, dia bernadzar janin yang ada dalam perutnya untuk
menjadi pelayan untuk Allah (di Baitul Maqdis), dia berkata:
﴾﴿ َر ِ ّب ِا ِ ّ ْﱐ ﻧ َ َﺬ ْر ُت َ َ َﻣﺎ ِ ْﰲ ﺑ َ ْﻄ ِ ْﲏ ُﻣ َﺤﺮ ًرا ﻓَ َﻘَ ْﻞ ِﻣ ِ ّ ْﲏ ۚ ِا َﻧﻚ َاﻧ َْﺖ اﻟﺴ ِﻤ ْﯿ ُﻊ اﻟْ َﻌ ِﻠ ْ ُﲓ
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu
apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di
Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 35)
Apabila telah hilang anak ini, entah dengan aborsi atau mati karena
tindakan orang tuanya diperut ibunya, bisa jadi dengan sebab matinya janin
ini akan terluput kebaikan yang sangat besar. Maka hendaklah bersungguh-
sungguh seorang insan dengan mengerahkan segenap kemampuannya dan
semangatnya untuk berjalan diatas jalan ini, yaitu menunaikan hak anak dan
melaksanakan hak anak, masing-masing dengan kadar kemampuannya, dan
Allah tidak membenani sebuah jiwa kecuali apa yang telah Allah anugerahkan
kepadanya.
26 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
(2)
Hak-hak anak setelah lahirnya mereka kedunia ini sangat banyak dan
beragam. Dan yang paling penting adalah:
kondisi yang nyata mempersaksikan lawan dari hal tersebut. Tetapi bagi
nama-nama ada pengaruh pada sesuatu yang diberi nama tadi, dan sesuatu
yang diberi nama juga terpengaruh dari nama-namanya, dari perkara
kebaikan atau keburukan, perkara ringan atau berat, perkara kelembutan dan
kekasaran. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:
“Dan jarang sekali kedua matamu memandang seseorang yang punya
gelar …. Kecuali maknanya kalau kamu mau berfikir, makna orang ini ada pada
gelarnya”
Rasulullah ﷺsangat menyukai nama-nama yang bagus, dan beliau
biasa mengambil makna-makna dari nama-nama tadi baik ketika mimpi
ataupun ketika sadar, dan beliau juga membenci tempat-tempat yang
mungkar yang jelek namanya, beliau tidak suka melewatinya. Dan tatkala
antara nama dengan yang diberi nama ada keterkaitan dan kesesuaiannya
serta hubungan antara yang tersembunyi dibalik sesuatu itu dan hakekatnya,
ada keterkaitan antara ruh dengan jasad, maka akal ini melintasi dari masing-
masingnya kepada yang lain, dan lawan dari perlintasan tadi dari nama
kepada yang diberi nama))
Maka wajib atas seorang ayah untuk menjauh dari nama-nama yang
diharamkan, atau nama-nama yang tidak layak untuk kaum muslimin. Nama
itu punya peran terhadap psikologis anak.
Diantara contohnya, apa yang dikeluarkan oleh Imam Muslim didalam
kitab shahihnya, dari kitabul adab bab bolehnya mentahnik anak yang baru
lahir: dari Sahl bi Sa’d dia berkata: didatangkan Al-Mundzir putranya Abi Usaid
kepada Rasulullah ﷺketika baru dilahirkan, maka Nabi ﷺmeletakkan di
pangkuannya dan sementara Abu Usaid duduk, lalu Rasulullah ﷺterlalaikan
dengan sesuatu didepan beliau, maka Abu Usaid memerintahkan putranya
untuk mengambil bayi tersebut dari atas paha Rasulullah ﷺdan
memindahkannya, Rasul pun sadar dan bersabda: “dimana bayinya?” Abu
Usaid berkata: “sudah kami pindahkan wahai Rasulullah ”ﷺ, Rasul ﷺbertanya:
“siapa namanya?” dijawab: “fulan, wahai Rasulullah ” ﷺ, Rasul ﷺbersabda:
“Tidak, akan tetapi namanya adalah Al-Mundzir” maka sejak hari itu dia diberi
nama Al-Mundzir. (HR. Muslim: 2149)
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, di
Kitab Keutamaan-Keutamaan, Bab Rahmatnya Rasulullah ﷺKepada Bayi dan
28 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
seorang wanita yang bernama ‘Aashiyah (wanita yang bermaksiat), beliau ﷺ
bersabda: “kamu jamiilah” (HR. Muslim: 2139).
Dan telah datang riwayat dari Imam Muslim didalam Ash-Shahih, juga
Abi Daud didalam As-Sunan, bahwasanya Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atho’
memberi nama putrinya Barrah, maka Zainab bintu Abi Salamah berkata:
‘Sesungguhnya Rasulullah ﷺmelarang dari nama tersebut, aku dulu diberi
nama Barrah’, maka Rasulullah ﷺbersabda: “Janganlah kalian mentazkiyah
diri-diri kalian, Allah lebih mengetahui siapa yang paling berbakti diantara
kalian” mereka bertanya: ‘dengan apa kami memberi nama dia (putri kecil
ini)?’, beliau ﷺmenjawab: “Kalian beri nama dia dengan Zainab” (HR. Muslim:
2142, dan Abu Daud: 4953)
Al Imam Abu Daud berkata: ‘Rasulullah ﷺmerubah nama Al-‘Aashi,
‘Aziz, ‘Atalah, Syaithon, Al-Hakam, Qurab, Hubab, dan Syihab diberi nama
Hisyam, memberi nama Harb dengan Silman, memberi nama Al-Mudhthoji’
(orang yang suka tidur) dengan Al-Munba’its (orang yang bangkit), juga
sebuah tanah yang bernama ‘afroh (tandus) diganti namanya dengan
Khudhroh atau Khodhiroh (hijau), juga ada sebuah gang Adh-Dholalah
(kesesatan) diberi nama gang Al-Huda (petunjuk), Bani Az-Zainah atau Bani
Az-Zinyah memberi mereka nama dengan Bani Ar-Risyad, dan juga memberi
nama Bani Mu’awiyah dengan Bani Risydah’. Abu Daud berkata: ‘saya sengaja
tidak menyebutkan semua sanadnya untuk meringkasnya’.
Maka dengan demikian… diantara hak-hak anak adalah memberi
nama yang baik, dan Allah yang memberi petunjuk.
pada hari ketujuh, jika tidak bisa melakukannya maka disembelih dihari
keempat belas, jika tidak bisa melakukannya maka disembelih dihari
keduapuluh satu’ (Masa’il Al-Imam Ahmad: 2/210). Kemudian jika tidak
dimungkinkan melakukannya dia aqiqahi bayinya kapanpun dia berhendak,
kapanpun yang mudah baginya. (Tuhfatul Maudud, hal. 86-89). Untuk bayi
laki-laki diaqiqahi dengan menyembelih 2 ekor kambing, dan untuk bayi
perempuan seekor kambing. Setiap bayi tergadaikan dengan aqiqahnya, maka
disembelihkan aqiqah dihari ketujuh diberi nama dan dicukur kepalanya,
sebagaimana telah datang khabar tersebut dari Abu Daud didalam kitab
Sunan-nya dan kitab yang selainnya. (HR. Abu Daud: 2838, At-Tirmidzi: 1522)
﴿۞ َواﻟْ ٰﻮ ِ ٰ ُت ُ ْﺮ ِﺿ ْﻌ َﻦ َا ْو َﻻ َدﻫُﻦ َﺣ ْﻮﻟ َ ْ ِﲔ َﰷ ِﻣﻠَ ْ ِﲔ ِﻟ َﻤ ْﻦ َا َرا َد َا ْن ﯾ ِﱲ اﻟﺮﺿَ ﺎ َ َﺔ ۗ َو َ َﲆ اﻟْ َﻤ ْﻮﻟُ ْﻮ ِد َ ٗ ِر ْزﻗُﻬُﻦ
﴾… َٖو ِﻛ ْﺴ َﻮﲥُ ُﻦ ِ ﻟْ َﻤ ْﻌ ُﺮ ْو ۗ ِف َﻻ ُ َﳫ ُﻒ ﻧ َ ْﻔ ٌﺲ ِاﻻ ُو ْﺳ َﻌﻬَﺎ ۚ َﻻ ﺗُﻀَ ۤﺎر َوا ِ َ ٌة ۢﺑ َِﻮ َ ِ ﻫَﺎ َو َﻻ َﻣ ْﻮﻟُ ْﻮ ٌد ٗ ﺑ َِﻮ َ ِ ﻩ
Artinya: “Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, Kewajiban ayah
menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang
tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu
dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita
karena anaknya…” (QS. Al-Baqarah: 233)
Yang ketiga: bahwasanya seorang ayah jika ingin mencarikan ibu susu
untuk anaknya selain ibunya, dia punya hak untuk itu walaupun ibunya tidak
suka (hal ini dengan pertimbangan syar’i atau medis). Kecuali tindakan
tersebut membahayakan ibu sang bayi atau bayinya, maka tidak boleh
baginya mencari ibu susu. Dan juga diperbolehkan bagi seorang ibu menyusui
bayinya lebih dari 2 tahun sampai pertengahan tahun ketiga atau lebih.
Penelitian dimasa kini (modern) menghasung untuk menyusui bayinya,
dan menjelaskan faedah-faedahnya, dan menghasung para ibu untuk
melakukan tugasnya yaitu menyusui bayinya karena kemanfaatan-
kemanfaatannya sangat beragam bagi bayi yang disusui. Sehingga dengan itu
sang ibu memberi asupan kepada bayinya dengan asupan yang sempurna dan
komplit, yang tidak perlu lagi dengan perkara selain ASI. Juga padanya ada
kemanfaatan untuk sang ibu dan kemanfaatan-kemanfaatan yang semisalnya,
maka tidak boleh dipalingkan sang bayi dari ASI kecuali dengan kondisi
darurat yang diukur sesuai dengan kadarnya.
Tidak boleh bagi ayah memberi makan anak-anak mereka dari perkara
yang haram, sebab tindakan ini padanya terdapat penipuan dan berkhianat
terhadap anak-anak, hal ini merupakan sesuatu yang tidak boleh didiamkan.
Jasad manapun yang tumbuh diatas perkara yang haram, maka neraka lebih
layak untuknya, ‘wal’iyadzubillah’.
Maka wajib atas ayah menafkahi anaknya dengan nafkah yang halal,
menafkahi dari hartanya yang baik, supaya dengan itu dia nanti mengambil
kemanfaatan dari keshalihan anaknya, ‘biidznillah’.
﴾﴿ َو ُﻣ ْﺮ َا ْﻫ َ َ ِ ﻟﺼ ٰﻠﻮ ِة َو ْاﺻ َﻄ ِ ْﱪ َﻠَﳱْ َﺎ ۗ َﻻ َ ْﺴ ُ َ ِر ْزﻗًﺎ ۗ َ ْﳓ ُﻦ َ ْﺮ ُزﻗُ َ ۗﻚ َواﻟْ َﻌﺎ ِﻗ َ ُﺔ ِﻠﺘ ْﻘ ٰﻮى
Artinya: “Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan
bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.
Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang
bertakwa” (QS. Thaha: 132)
Dan sungguh telah datang sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Abu Daud: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan
sholat ketika usia tujuh tahun, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya
saat usia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka satu dengan yang
lainnya” (HR. Abu Daud: 495, Ahmad: 6650)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Didalam hadits ini
terdapat 3 adab: memerintahkan mereka untuk sholat, memukul mereka jika
tidak mau sholat saat usia sepuluh tahun, dan memisahkan tempat tidur
mereka’. (Tuhfatul Maudud, hal. 328)
Dan beliau rahimahullah juga berkata pada tempat yang lain: ‘Anak
kecil yang belum mukallaf (terbebani syariat), maka walinya yang mukallaf
tidak boleh membiarkan anak kecil tersebut melakukan perkara yang haram,
karena anak tersebut akan terbiasa dengan perkara-perkara yang haram maka
akan susah untuk menjauhkannya nanti dari perkara-perkara tersebut. Dan ini
yang paling benar dari dua pendapat para ulama. Pihak yang berpendapat
tidak haram atas anak kecil tadi, berhujjah mereka belum mukallaf, sebagai
contoh: tidak diharamkan anak kecil tadi memakai pakaian sutra seperti
hewan tunggangan yang diberi pakaian sutra. Dan ini adalah qiyas yang rusak,
sesungguhnya seorang anak kecil walaupun belum mukallaf, tapi dia
mempersiapkan diri untuk taklif (terbebani syariat), oleh karena inilah anak
kecil tidak diberi peluang untuk sholat tanpa wudhu, juga tidak diperbolehkan
34 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
sholat dengan telanjang, tidak dibiarkan untuk minum khamr atau berjudi
atau liwath’. (Tuhfatul Maudud, hal. 353)
Dan beliau rahimahullah juga berkata: ‘Apabila anak kecil sudah
mencapai usia sepuluh tahun, akan bertambah kekuatan dan akalnya juga
bertambah kesanggupannya untuk beribadah, maka dia boleh dipukul apabila
meninggalkan sholat, sebagaimana yang diperintahkan Nabi Muhammad ﷺ,
dan pukulan ini sebagai pengajaran adab dan latihan. Dan ketika mencapai
usia sepuluh tahun maka muncul kondisi baru yang lain pada anak kecil
tersebut, akan menguat tamyiznya (lebih bisa membedakan) dan
pengetahuannya, oleh karena itulah kebanyakan ahli fiqih berpendapat
wajibnya untuk mengajarkan keimanan kepadanya pada usia ini, dan dia
dihukum jika tidak beriman, ini pendapat yang dipilih oleh Imam Abul
Khothob dan yang selainnya, ini adalah pendapat yang sangat kuat. Meskipun
diangkat darinya pena taklif yang terkait perkara-perkara ahkam (fiqih
‘amaliyah). Meskipun diangkat darinya pena taklif dalam masalah fiqih, maka
anak yang berusia sepuluh tahun sudah diberi ilmu untuk mengenali siapa
penciptanya dan mengikrarkan tauhid, juga membenarkan rasul-Nya. Sudah
memungkinkan bagi anak kecil tadi untuk mencerna yang semisal dengan hal
itu dan berdalil dalam permasalahan tersebut, sebagaimana dia juga memiliki
kemampuan memahami ragam ilmu dan memiliki ketrampilan serta berbuat
untuk kemaslahatan dunianya. Maka anak yang berusia sepuluh tahun tidak
ada udzur baginya ketika kufur kepada Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya,
padahal dalil-dalil keimanan kepada Allah Azza wa Jalla dan rasul-Nya lebih
jelas dari seluruh ilmu dan keterampilan yang dia mempelajarinya’. (Tuhfatul
Maudud, hal. 415-416)
Atas dasar itu maka seharusnya ditanamkan dihati sang anak yang
masih kecil untuk iman kepada Allah Azza wa Jalla. Keimanan seperti inilah
yang lebih bagus, lebih sempurna, dan lebih agung yang bisa mendapatkan
pahala disisi Allah Azza wa Jalla dari apa yang ditanamkan sang ayah dan sang
ibu pada hati anaknya. Iman kepada Allah adalah kunci pembuka semua
kebaikan, asas semua ketaatan dan kebajikan, merupakan prinsip yang paling
mendasar untuk keistiqomahan seseorang juga keistiqomahan anak laki-laki
dan anak perempuannya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 35
Ini Rasulullah ﷺ, beliau menjelaskan kepada Ibnu ‘Abbas ketika dia
masih kecil dan dibonceng dikendaraan, beliau ﷺbersabda: “Wahai ananda,
saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya
dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada
dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu
memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah
sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat
kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat
sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka
berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan
mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena
telah diangkat dan lembaran telah kering” (HR. At-Tirmidzi: 2516, Ahmad:
2664)
Berkata Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitab (Jami’ul ‘Ulul
wal Hikam) terkait hadits ini: ‘Siapa yang menjaga Allah dimasa kecilnya dan
masa kuatnya, maka Allah akan menjaganya dimasa tuanya dan ketika
melemah kekuatannya, dan Allah akan memberikan kenikmatan pada
pendengarannya, penglihatannya, keadaannya, kekuatannya, dan juga pada
akalnya’
Memenuhi hati dengan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla dan
memurnikan keikhlasan untuk-Nya Azza wa Jalla, menanamkan hal tersebut
kepada anak-anak merupakan mengagungkan Allah dijiwa sang anak, dan
membimbing mereka pada perkara kebaikan, didalamnya terdapat
kemanfaatan untuk semua hamba, baik sebagai orang tua atau sebagai anak,
di dunia dan akhirat.
7. Mendidik Anak Laki-Laki dan Perempuan Diatas Akhlaq Yang Mulia dan
Memperingatkan Mereka Dari Akhlaq Yang Tercela, Ini Termasuk Ilmu
Yang Bermanfaat
﴿ﯾٰ ُ َﲏ َا ِﻗ ِﻢ اﻟﺼ ٰﻠﻮ َة َو ُﻣ ْﺮ ِ ﻟْ َﻤ ْﻌ ُﺮ ْو ِف َواﻧْ َﻪ َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َو ْاﺻ ِ ْﱪ َ ٰﲆ َﻣﺎ ٓ َا َﺻﺎﺑ َ َ ۗﻚ ِان ٰذ ِ َ ِﻣ ْﻦ َﻋ ْﺰ ِم ْ ُاﻻ ُﻣ ْﻮ ِر
ْ َوا ْﻗ ِﺼﺪ١٨ َو َﻻ ﺗ َُﺼ ِ ّﻌ ْﺮ َﺪكَ ِﻠﻨ ِﺎس َو َﻻ ﺗَ ْﻤ ِﺶ ِﰱ ْ َاﻻ ْر ِض َﻣ َﺮ ً ﺎ ۗ ِان ا ٰ ّ َ َﻻ ُ ِﳛﺐ ُﰻ ُﻣ ْﺨﺘَﺎلٍ ﻓَﺨ ُْﻮ ٍۚر١٧
﴾١٩ ࣖ ِ ْﰲ َﻣ ْﺸ ﯿ َِﻚ َوا ْﻏﻀُ ْﺾ ِﻣ ْﻦ َﺻ ْﻮ ِﺗ َ ۗﻚ ِان َا ْ َﻜ َﺮ ْ َاﻻ ْﺻ َﻮ ِات ﻟ َ َﺼ ْﻮ ُت اﻟْ َﺤ ِﻤ ْ ِﲑ
Artinya: “Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan. Janganlah memalingkan
wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam
berjalan600) dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 17-19)
600)
Ketika berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
﴾﴿ ٰ ٓ َﳞَﺎ ا ِ ْ َﻦ ٰا َﻣ ُ ْﻮا ﻗُ ْﻮا َاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َو َا ْﻫ ِﻠ ْﯿ ُ ْﲂ َ ًرا وﻗُ ْﻮ ُدﻫَﺎ اﻟﻨ ُﺎس َواﻟْ ِﺤ َ َﺎر ُة
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6)
﴿ ِان ا ٰ ّ َ ﯾ َ ُﻣ ُﺮ ِ ﻟْ َﻌﺪْ لِ َو ْ ِاﻻ ْﺣ َﺴ ِﺎن َو ِاﯾْ َﺘ ۤﺎئِ ِذى اﻟْ ُﻘ ْﺮ ٰﰉ َو َﳯْ ٰ ﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤﺸَ ۤﺎ ِء َواﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْ َﺒ ْﻐ ِﻲ ﯾ َ ِﻌ ُﻈ ُ ْﲂ ﻟ َ َﻌﻠ ُ ْﲂ
﴾ﺗ ََﺬﻛ ُﺮ ْو َن
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat
kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nahl: 90)
yang sudah mulai berakal, ketika hal-hal tadi mulai nempel akan sulit baginya
untuk menghilangkannya saat dewasa, dan sulit bagi walinya menyelamatkan
anak kecil tersebut dari perkara-perkara buruk tadi. Merubah kebiasaan
merupakan perkara yang susah, diperlukan memperbaharui tabiatnya yang
kedua. Keluar dari kebiasaan tabiat sangat sulit sekali, dia harus menjauhkan
sang anak dari sikap berdusta dan khianat, ini harus lebih besar dari upaya
menjauhkan sang anak dari racun yang berbisa dan mematikan.
Sesungguhnya sang anak, kapan saja orang tuanya memudahkan jalan dusta
dan khianat, maka berarti orang tua tadi merusak kebahagiaan anak di dunia
dan akhirat, dan berarti orang tua tadi mengharamkan sang anak dari semua
perkara kebaikan.
Dan menjauhkan sang anak dari sikap malas, menjauhkan dari
tindakan-tindakan yang keliru, menjauhkan dari kondisi-kondisi yang nyaman,
bahkan membiasakan sang anak kebalikan dari point-point tersebut. Juga
dibiasakan untuk bangun diakhir malam, akhir malam merupakan waktu-
waktu pembagian ghanimah dan bonus-bonus, ketika itu ada yang dapat
sedikit ada yang dapat banyak dan ada yang diharamkan. Kapan saja sang
anak terbiasa mengerjakan hal tersebut semenjak kecilnya, akan mudah
baginya mengerjakannya saat dewasa.” (Tuhfatul Maudud, hal. 349-351)
Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata:
“Orang yang paling layak engkau berbakti kepadanya dan berhak
mendapatkan kema’rufanmu adalah anak-anakmu, karena mereka adalah
amanah yang Allah jadikan disisimu. Allah berwasiat kepadamu supaya
engkau mentarbiah mereka, untuk bagusnya badan mereka dan jiwa mereka.
Apa saja yang kamu kerjakan bersama dengan anak-anakmu dari perkara-
perkara tadi, yang detailnya dan yang besarnya, itu semua merupakan
kewajibanmu, dan termasuk amal yang paling afdhal yang mendekatkanmu
kepada Allah Azza wa Jalla, bersungguh-sungguhlah dalam hal tersebut dan
mohonlah pahala kepada Allah. Maka sebagaimana engkau memberi makan
dan pakaian anak-anakmu, dan melaksanakan tarbiyah fisik mereka, maka
engkau telah melaksanakan kebaikan dan akan diberi pahala atas hal tersebut.
Maka begitu pula, bahkan yang lebih besar dari itu jika engkau melakukan
tarbiyah hati-hati dan jiwa-jiwa mereka dengan ilmu yang bermanfaat dan
pengetahuan yang jujur, mengarahkan mereka kepada perkara yang terpuji,
40 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
Dan ini berkaitan dengan melaksanakan perkara fardhu dari Allah Azza
wa Jalla, dikarenakan mereka sudah mukallaf (terbebani syariat), ditunjukkan
seperti permasalahan mandi besar, mengajarkan menggunakan hijab untuk
anak putri.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Kebanyakan rusaknya anak-anak
seringkali dari orang tuanya, bapaknya menyia-nyiakan anaknya dengan tidak
mengajarkan yang fardhu-fardhu dan yang sunnah-sunnah pada agama ini,
orang tua tadi menyia-nyiakan anaknya ketika masih kecil sehingga tidak bisa
mengambil kemanfaatan untuk diri mereka sendiri dan juga tidak bisa
memberikan kemanfaatan untuk orang tua mereka ketika sudah tua,
sebagaimana sebagian orang tua, dia menegur anaknya dikarenakan
kedurhakaan, maka anaknya menjawab: “wahai ayahku, sesungguhnya
engkau durhaka kepadaku semenjak kecil, sekarang aku durhaka kepadamu
ketika sudah besar, engkau menyia-nyiakan aku ketika aku masih kecil, maka
sekarang aku sia-siakan engkau ketika engkau sudah tua” (Tuhfatul Maudud,
hal. 337)
Dengan ringkas aku katakan, sesungguhnya wajib atas orang tua
mengajari anak-anak mereka pada semisal tingkatan ini, segala sesuatu yang
wajib atas mukallaf untuk mengetahuinya dalam perkara syariat, yang tidak
boleh bagi seorang muslim untuk jahil tentangnya, dan hal ini adalah hak-hak
mereka yang wajib ditunaikan atas kedua orang tua.
42 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
11. Berdoa Untuk Mereka Setelah Lahir Atau Setelah Terlahir Ke Dunia
Dan siapa saja yang diberi rizky oleh Allah seorang anak perempuan,
maka wajib baginya ridho dengan apa-apa yang telah ditetapkan Allah
untuknya.
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 43
Ini merupakan hikmah Allah dan kehendak-Nya dan taqdir Allah untuk
hamba-hamba-Nya, tidak ada yang bisa menolak ketetapan dan taqdir-Nya,
semua itu berasal dari sisi Allah Azza wa Jalla.
Maka wajib bagi seorang hamba ketika diberikan rizky dengan anak-
anak putri, atau semua anaknya putri atau kebanyakan anaknya adalah putri
untuk memperhatikan tarbiyah mereka karena pada tindakan tersebut ada
pahala yang besar.
Dari Urwah bin Zubair rahimahullah: bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi ﷺ
berkata kepadanya: “Datang kepadaku seorang wanita dan bersamanya ada
dua anak putri lalu meminta kepadaku, namun aku tidak mendapati sesuatu
kecuali 1 butir kurma, maka aku berikan kurma itu kepadanya, kemudian
perempuan itu membagi kurma tadi untuk kedua putrinya lalu perempuan itu
berdiri dan keluar, masuklah Nabi ﷺlalu aku ceritakan kepada beliau, maka
Rasulullah ﷺbersabda: “Siapa yang mengurusi anak-anak putri kemudian dia
berbuat baik dengan mereka, maka mereka akan menjadi penutupnya dari api
neraka”” (HR. Al-Bukhari: 5995, Muslim: 2629)
44 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
dia dihadapan Allah Azza wa Jalla, maka sungguh telah selesai tanggung jawab
dia dan terlepas dari tanggung jawab, dan Allah Azza wa Jalla tidak
membebani seseorang kecuali dengan apa-apa yang dimampuinya.
Tidak samar atas tiap-tiap orang cerdas akan pentingnya waktu bagi
kehidupan seseorang, “menyia-nyiakan waktu itu lebih dahsyat daripada
kematian, sebab menyia-nyiakan waktu akan memutus kamu dari Allah dan
negri akhirat sedangkan kematian memutus kamu dari dunia dan
penghuninya” Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakannya didalam “Al-Fawaid
hal. 33”.
Oleh karena ini, sesungguhnya waktu apabila tidak disibukkan dengan
perkara-perkara bermanfaat dan berfaedah akan tersibukkan dengan perkara
yang memudharatkan dan tidak bermanfaat. Seseorang yang mencermati
perjalanan hidup salaf “semoga Allah meridhoi mereka semua” dia akan
mendapati para salaf tidak menyia-nyiakan waktu-waktu mereka atau hari-
hari mereka dalam perkara mudharat atau yang tidak bagus, sementara Nabi
kita Muhammad ﷺbersabda: “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan
manusia merugi pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR. Al-
Bukhari: 6412)
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Aku mendapati
kaum-kaum (para sahabat) masing-masing dari mereka lebih bakhil atas
umurnya dibandingkan bakhil pada dirhamnya (uangnya)” (Syahrus Sunnah Lil
Baghowi 14/225)
Al-‘Allamah Muhammad bin Abdul Baqi As-Sulami rahimahullah
berkata: “Aku tidak pernah tahu aku menyia-nyiakan sedikit saja dari umurku
untuk perkara sia-sia dan main-main” (Siyar ‘Alamu Nubala Adz-Dzahabi
20/26)
Dan terdapat didalam biografi Abdul Wahab bin Abdul Wahab bin Al-
Amin di kitab “Ma’rifatul Qurra’il Kibar” karya Adz-Dzahabi rahimahullah:
“Bahwasanya waktu-waktu beliau semuanya terjaga, tidak berlalu sesaatpun
Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu | 47
dari beliau kecuali untuk membaca atau tahajud atau tasmi’ (mendengarkan
bacaan qur’an)” (Ma’rifatul Qurra’il Kibar 2/243)
Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi seorang ‘alim yang terkenal dan juga
pakar bahasa berkata: “Waktu yang terberat bagiku adalah saat ketika aku
makan padanya” (Al-Hatstsu ‘Ala Tholabil ‘Ilmi hal. 87)
Maksudnya adalah menyibukkan waktunya anak-anak kita dengan hal-
hal yang bermanfaat dan berfaedah, yang kembali atas mereka dan untuk
mereka dengan kebaikan di dunia dan akhirat, mengajarkan kepada mereka
ilmu yang bermanfaat, mengajarkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat
untuk mereka pada agama dan dunia mereka, tidak masalah seorang insan
mengosongkan sedikit waktunya dan mengatur waktunya untuk anak-
anaknya, dia membuat waktu terjadwal yang didalamnya ada program-
program ilmu, juga ada jadwal refreshing yang mubah, ada pula jadwal
wawasan yang mubah, jadwal makan, dan yang selain dengan itu.
Program-program yang bisa menyibukkan mereka dan yang bisa
mereka mengambil manfaat seluruhnya, masing-masing anak nantinya bisa
memberikan manfaat untuk masyarakatnya serta menjadi bata (pondasi) yang
bagus bagi masyarakatnya.
Demikianlah berbagai cara yang beragam yang cukup padat untuk
menyibukkan anak-anak dalam perkara yang bermanfaat.
Apabila kita mencermati penyimpangan sebagian anak-anak kita
menuju pemahaman-pemahaman yang tidak benar, bisa jadi pemikiran
syahwat yang rendah atau pemikiran syubhat dan menyimpangan, maka kita
akan mendapati bahwasanya sebab yang paling besar yaitu tidak ada
perhatian keluarga dari kedua orang tua, tidak ada upaya dari keduanya untuk
menunaikan hak-hak anak. Ini penafsirannya sangat jelas, karena sebabnya
adalah tidak ada kesibukan bagi anak-anak pada waktu-waktu mereka,
kesibukan yang bisa memberikan manfaat, atau orang tuanya memang berada
diatas penyimpangan, maka anak-anakpun tumbuh kembang meniru
bapaknya (orang tuanya).
##Dan akan tumbuh kembang pemuda-pemuda yang baru tumbuh
dari kalangan kita ** diatas apa-apa yang dibiasakan oleh bapaknya##
Sebab kenapa anak muda bisa menyimpang dan tersesat, terjerembab
dalam kubangan syahwat kemaksiatan adalah karena teladan yang baik
48 | Hak-Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Ayah dan Ibu
orang tua mengabaikan tidak mengurusi dan tidak mengajarkan kepada anak
yang fardhu dan yang sunnah tentang agama ini, maka orang tua tadi menyia-
nyiakan anak-anaknya dimasa kecil tanpa pelajaran agama dan adab, sehingga
anak-anak tersebut tidak bisa mengambil kemanfaatan terhadap mereka
sendiri dan tidak bisa memberikan kemanfaatan kepada orang tua mereka
ketika orang tua mereka sudah tua, sebagaimana sebagian orang tua menegur
dengan keras anaknya dikarenakan anaknya durhaka kepadanya, maka sang
anak bilang: “Wahai ayahku! sesungguhnya engkau durhaka kepadaku dimasa
kecil, maka sekarang aku durhaka kepadamu dimasa tua, wahai ayah! engkau
menyia-nyiakanku diwaktu kecil, maka aku sia-siakan engkau ketika engkau
sudah renta” (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hal. 337)
Oleh karena itu teladan yang baik adalah perkara yang sangat penting
dalam tarbiyah anak, ini perkara yang harus diperhatikan oleh orang tua,
sehingga orang tua memberikan contoh akhlaq yang baik dan perangai yang
lurus, dan tidak boleh bagi seorang insan -ini berdasarkan penelitian dan akal-
memerintahkan anak laki-lakinya atau anak putrinya dengan sebuah perintah
yang dia tidak perhatian dengan perintah tersebut.
##Orang yang tidak bertakwa memerintahkan orang lain untuk
bertakwa** thobib yang mengobati tapi thobibnya lagi sakit##
Tidak mungkin, karena anak itu diberi tabiat mencontoh orang tua
mereka, anak tersebut berkehendak atau tidak berkehendak. Oleh karena
itulah kita mendapati bahwasanya penyimpangan-penyimpangan pada anak
seringkalinya dari rumah, sang pemuda atau pemudi melihat dari bapaknya
atau ibunya sebuah perkara yang menyimpang, maka diterima oleh putri atau
putranya, dia mengerti atau tidak mengerti, dia perhatian atau tidak
perhatian, kemudian dia mengikuti kedua orang tua atas perkara
penyimpangan tadi. Oleh karena inilah memperhatikan bab ini adalah perkara
besar, teladan yang baik sebuah tuntutan yang dihasung oleh agama kita, dan
menjadikan itu sebagai sebab meraih kebahagiaan bagi yang menginginkan
keselamatan.
﴾ۚ ﴿ ِﺗ ْ َ ُ ﺪُ ْو ُد ا ٰ ّ ِ ﻓَ َﻼ ﺗَ ْﻌﺘَﺪُ ْوﻫَﺎ
Artinya: “Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu
melanggarnya.” (QS. Al-Baqarah: 229)
﴾ۗ ﴿ ِﺗ ْ َ ُ ﺪُ ْو ُد ا ٰ ّ ِ ﻓَ َﻼ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑُ ْﻮﻫَﺎ
Artinya: “Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu
mendekatinya” (QS. Al-Baqarah: 187)
kebaikan dia dan seluruh anggota keluarga pada keadaan sekarang dan masa
yang akan datang.
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk kami dan kalian rizki
berupa keturunan yang shalih, yang bermanfaat, dan yang memperbaiki umat
sesungguhnya Dia Maha Dermawan dan Maha Mulia.
Ini yang saya inginkan untuk di isyaratkan dan untuk diperingatkan
atasnya.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada semua pihak untuk meraih
ridho-Nya, semoga shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad dan atas
keluarganya dan juga para sahabatnya.
*****