Anda di halaman 1dari 5

PERANAN WANITA ISLAM DALAM AL QUR'AN DAN SUNNAH

Islam memerintahkan supaya kita memuliakan wanita, baik sebagai ibu, isteri, atau anak
perempuan.

Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mempunyai anak puteri, lalu ia mengajarinya
dengan baik dan mendidiknya dengan baik, maka anak itu kelak akan menjadi tabir yang
melindunginya dari neraka." (Bukhari)

Sebelum dewasa, wanita ditetapkan harus berada dalam pemeliharaan walinya, dan kekuasaan
wali terhadap puteri itu berupa kekuasaan memelihara dan mendidik, serta memperhatikan
segala keperluannya dan mengembangkan harta hak miliknya jadi bukanlah kekuasaan
memiliki dan bertindak sewenang-wenangnya. Kemudian setelah anak puteri itu dewasa maka
Islam menetapkan bahwa ia mempunyai hak yang penuh dan memiliki kecakapan yang
sempurna untuk mempergunakan hartanya sama seperti lelaki.

Seorang suami tidak boleh menyusahkan dan berbuat sesuatu yang tidak baik dalam
pergaulannya dengan isteri, dengan maksud supaya isterinya itu hendak menebus dirinya
dengan mengembalikan semua atau sebagian dari harta yang telah diberikan kepadanya, selama
isteri itu tidak berbuat jahat.

Allah SWT berfirman : "Jangan kamu berlaku kasar terhadap mereka itu lantaran kamu hendak
pergi dengan membawa sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
apabila mereka berbuat kejahatan yang terang-terangan." (QS. An-Nisa' : 19)

Wanita itu dimuliakan seperti dalam ayat ini : "Sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah
bahwa Dia menciptakan untuk kamu kaum pria, isteri-isteri kamu yang sejenis dengan kamu,
agar kamu merasa tenang di sampingnya dan Dia menciptakan kasih sayang di antara kamu."
(QS. Ar-Rum :21)

Dan Rasulullah SAW juga bersabda : "Kesenangan dunia yang paling baik ialah isteri yang
saleh, kalau engkau menoleh kepadanya, maka dia membuat engkau merasa gembira dan kalau
engkau bepergian, maka ia menjaga nama baikmu." (Muslim dan Ibn Majah)

Wanita sebagai ibu adalah juga mulia di dalam Islam sebagaimana firman Allah SWT :

"Dan Kami memerintahkan kepada manusia supaya ia berbuat baik ke- pada kedua ibu-
bapanya, ibunya mengandungkan dia dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah
payah." (QS. Al Ahqaf : 15)

Ada sebuah hadits yang mengisahkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang menghadap
Rasulullah SAW dan bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya
berbuat baik kepadanya ?" Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu' Orang itu bertanya lagi :
'Kemudian siapa lagi ?' Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu' Orang itu bertanya lagi :
'Kemudian siapa lagi ?' Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu' Lalu orang itu bertanya lagi :
'Kemudian siapa lagi ?' Rasulullah SAW menjawab : 'Kemudian ayahmu." (Bukhari dan
Muslim)
Dalam hadits lain diterangkan, "Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW lalu
berkata :'Ya Rasulullah, saya ingin turut jihad berjuang menegakkan agama Allah.' Rasulullah
SAW bertanya kepadanya,'Adakah ibumu masih hidup ?' Orang itu menjawab, 'Ya' Lalu
Rasulullah SAW bersabda : 'Tetaplah engkau berada di dekat kaki ibumu itu, maka di sanalah
syurga itu berada." (At-Thabarany)

Jelaslah bahwa wanita yang menjadi ibu dalam Islam, amat tinggi nilainya dan derajatnya.
Anak-anak dituntut untuk menghormatinya dan tidak boleh mengabaikannya walaupun dengan
sebab dan tujuan yang lebih besar seperti berjihad, yang diutarakan seperti dalam hadits di atas.
Untuk merealisasikan maksud hadits di atas bahwa syurga di dekat kaki ibu itu, tentu saja
memerlukan ibu yang beriman, bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan bijaksana lagi saleh.

Allah SWT menciptakan wanita itu berbeda dari kejadian lelaki seperti bentuk tubuh,
kemampuan dan kekurangan masing-masing. Wanita mempunyai batas sebagai seorang wanita
dan begitu juga lelaki. Tetapi mereka bertanggung jawab mengembangkan zuriat dan
pembesaran anak-anak, menurut perbedaan kejadian masing-masing. Wanita tidak boleh iri
hati dan mengatakan bahwa Allah telah melebihkan kaum lelaki.

Allah SWT telah berfirman : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikurniakan Allah
kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki
ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagaian dari kurnia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An Nisa' : 32)

Wanita juga tidak boleh meminta atau meniru apa yang telah Allah SWT berikan kepada lelaki.
Rasulullah SAW bersabda : "Bukanlah dari golongan kami orang-orang yang menyerupai laki-
laki dari golongan wanita, dan laki-laki yang menyerupai wanita." (Al Hadith)

Allah telah menciptakan lelaki untuk bekerja keras dan berjerih payah mencari nafkah hidup.
Ketetapan ini sejak Adam a.s. sampai ke anak cucunya. Allah SWT berfirman : "Maka kami
berkata : "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan isterimu, maka sekali-
kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu
menjadi celaka." (Thaha : 117)

Dalam ayat ini Allah telah berfirman kepada Adam saja. Apabila Adam diturunkan ke bumi,
dia terpaksa melakukan segala-galanya untuk mendapat makanan, minuman dan pakaian dan
lain-lain yang jauh bedanya dari penghidupannya di syurga.

Allah SWT juga telah menciptakan Hawa untuk memberikan ketentraman pada kaum Adam
dalam suasana rumah tangga. Wanita adalah sebagai rumah tempat lelaki mengistirahatkan
dirinya dengan menerbitkan kasih sayang dan belas kasih serta rahmah antara keduanya.
Wanita dicipta oleh Allah untuk melahirkan anak sejak Hawa lagi.

Allah SWT berfirman : "Dan di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isterimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir." (QS. Ar Rum :21) Firman-Nya yang lain : "Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri
dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari ister-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari ni'mat Allah ? " (QS. An Nahl : 72)

SEBAGAI IBU DAN PENDIDIK

Sifat wanita sesuai dengan tugas ibu seperti tahan sabar dengan kelakuan anak karena kasih
sayang yang telah tertanam dalam jiwanya sesuai dengan sifat keibuannya. Wanita telah
diciptakan Allah melahirkan anak.

Mereka jugalah yang paling sesuai untuk memelihara dan seterusnya mendidik. Proses
pertumbuhan manusia adalah lebih lambat jika dibandingkan dengan mahluk yang lain. Ibulah
yang paling rapat dengan anak dan mengetahui apa yang diperlukan anaknya. Ibu mengikuti
setiap perkembangan anak dan dia dapat mengetahui kemampuan anak-anaknya yang berbeda
menurut umur dan kebijaksanaan anak. Oleh karena itu mudahlan baginya untuk mendidik
anak-anaknya mengikuti tiap-tiap individu anak itu. Ibu dikatakan sekolah, karena jika anak
itu dididik dengan baik oleh sang ibu, maka terwujudlah masyarakat yang baik.

Rasulullah SAW bersabda :"Tiada anak yang dilahirkan kecuali suci (fitrah), maka kedua ibu
bapanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi."

Pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan manusia yang patuh kepada Allah dan Rasul-
Nya, yang mempunyai akhlaq yang mulia mengikuti Al Qur'an dan Sunnah, yang berjiwa
keIslaman dan yang berjuang berjihad menegakkan kalimah La ilaha illa Allah.

PENDIDIKAN WANITA

Keluarga Islam dan masyarakat Islam tidak akan sempurna jika wanitanya tidak mendapat
didikan yang wajar sesuai dengan tugas mereka sebagai istri dan ibu. Hak menuntut ilmu adalah
sama atas lelaki dan wanita : "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam." (Baihaqi)

Menurut pendapat fuqaha', pendidikan wanita terbagi dalam dua bagian yaitu fardhu 'ain dan
fardhu kifayah. Ilmu fardhu 'ain yang mesti dituntut oleh setiap orang Islam ialah berkenaan
dengan aqidah dan ibadah yaitu seperti

sholat, puasa, zakat, haji dan juga ilmu untuk menyeru yang ma'ruf dan mencegah yang
mungkar. Wanita perlu pula mendapat didikan yang berupa kemahiran bagi seorang ibu dan
istri seperti hal urusan rumah tangga dan hal urusan asuhan dan didikan kepada anak-anaknya.

Wanita Islam juga mesti dididik tata susila Islam untuk menjaga kehormatan dirinya baik dalam
perkataan, pakaian, perbuatan dan sebagainya. Di antara ilmu pengetahuan agama yang
terpenting dan di antaranya yang

bersangkut-paut dengan masalah yang halal dan yang haram yaitu soal-soal fiqh yang
berdasarkan al Qur'an dan Hadits. Pemahaman yang benar dan menyeluruh dalam soal ini dapat
diamalkan terus oleh wanita dan anggota
keluarganya dalam urusan pribadi, kehidupan keluarga dan masyarakat. Ini dapat
menghindarkan amalan-amalan yang tidak berasal dari Islam dan adat-adat yang dilarang oleh
Islam.

Adapun ilmu pengetahuan fardhu kifayah ialah ilmu pengetahuan umum yang hanya
merupakan kebolehan saja. Apabila mereka tidak ingin mempelajarinya tidaklah mereka
berdosa dan apabila mereka ingin mempelajarinya harus pula dengan cara-cara dan syarat yang
sesuai dengan fitrah mereka dan ajaran Islam dan tidak menyinggung kehormatan wanita itu
sendiri.

Kaum wanita juga diperbolehkan mempelajari ilmu apa saja yang sesuai dengan tabiat
kewanitaannya dan untuk menambah keahliannya dalam mendidik anak-anaknya (seperti
misalnya ilmu tentang penyakit anak-anak), memelihara dan mengatur kehidupan rumah
tangganya, jika dia berkeinginan menambah ilmu pengetahuannya dalam bidang yang lain
seperti perbidanan dan perguruan untuk kaum wanita, tidaklah mengapa asalkan tidak
mengganggu tugas-tugasnya sebagai ibu dan istri dan dengan syarat mempelajarinya dengan
cara yang diperkenankan agama, ialah tidak bercampur dengan kaum lelaki dengan dalih
belajar, tidak

boleh membuka aurat di depan lelaki yang bukan mahramnya.

SEBAGAI INDIVIDU DALAM MASYARAKAT

Selain sebagai istri dan ibu, wanita juga tidak dikecualikan dari menyampaikan risalah pada
kalangan wanita, yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lelaki seperti memberi contoh sebagai
wanita berkepribadian mu'min, mengajar tentang sesuatu yang sulit seperti perincian dalam hal
bersuci

Kedudukan wanita dalam masyarakat mempengaruhi corak masyarakat. Penetapan yang telah
ditetapkan Allah SWT mengenai hak dan kewajiban masing-masing baik lelaki maupun
perempuan adalah untuk menjamin supaya tiada golongan dalam masyarakat itu dizalimi atau
ditindas.

Setelah kita jelas bahwa ciptaan wanita tidak sama dengan lelaki, kemampuannya juga berbeda
dengan lelaki, maka wajar sekali bila kewajiban yang diberikan Allah SWT berbeda sesuai
menurut kejadiannya itu. Walaupun begitu, mereka tidaklah dipisahkan sama sekali karena
peranan wanita dan lelaki dalam Islam adalah saling membantu antara satu sama lain.

Allah SWT berfirman : "Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah : 71)

Allah SWT menerangkan bahwa mukminin dan mukminat sama-sama tolong-menolong,


bantu-membantu dan mengerjakan amar ma'ruf nahi mungkar sebagaimana firman-Nya :
"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS. AlMaidah : 2)

Wanita juga dituntut berjuang di jalan Allah untuk menegakkan hakimiahlillah bersama dengan
lelaki dan bergerak dengan jemaah. Walaupun begitu, jemaah tidak menuntut lebih dari apa
yang telah digariskan Al Qur'an karena mereka punya tugas-tugas khusus yang sesuai dengan
kejadian dan kemampuan mereka. Tugas-tugas khusus ini adalah sebagian dari tugas
penegakkan hakimiah Allah

Anda mungkin juga menyukai