Anda di halaman 1dari 8

Hak dan Kedudukan Wanita dalam

Keluarga Berdasarkan Al-Quran

Nama Kelompok:
Marvin Zoma Daveri
M. Wahid
Nurhasyanah Fatmasari
Rizki Karunia Nya

Sma Negeri 01 Kepahiang


Jalan Hutan Wisata Konak, Pasar Ujung, Kepahiang
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami buat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi.

Kepahiang, 31 Juli 2017

Penyusun
Kedudukan Wanita dalam Islam

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan meski kita mengetahui bahwa wanita
diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, namun Islam tidak pernah menyatakan bahwa derajat
wanita dibawah laki-laki. Allah berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 35 yang artinya :

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Pandangan Islam Terhadap Wanita


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abd bin Humaid, Ath-Thabari, dan At-
Tirmidzi bahwa Ummu Imarah Al-Anshariyah, pernah menemui Rasulullah dan berkata,

“ Kulihat semua diperuntukkan bagi laki-laki, kulihat tak sekalipun perempuan disebut”.
Lalu turunlah ayat ini. Ibnu Abbas berkata, “Beberapa perempuan menemui Rasulullah
seraya berkata; ‘Wahai rasulullah kenapa laki-laki yang beriman selalu disebut, sedangkan
perempuan yang beriman tidak disebut?’, dan kemudian ayat ini diturunkan untuk menjawab
pertanyaan tersebut.

Bersamaan dengan turunnya ayat tersebut Allah menyatakan bahwa dalam pandangan
Islam, kedudukan wanita sama saja dengan kedudukan laki-laki dalam hal ibadah dan iman
yang dimilikinya. Baik laki-laki maupun perempuan memeiliki kesempatan yang sama untuk
mencapai derajat keimanan dan keislaman yang tertinggi. Mereka berhak mendapatkan
pahala dan ganjaran serta ampunan Allah jika mereka berbuat dosa. Dan yang paling penting,
kedudukan wanita juga sama dalam hal kesempatan mendapatkan pahala, surga, dan
kenikmatan di akhirat apabila mereka beriman, taat dan rajin melakukan amal saleh.

Sejak islam datang ke dunia, citra dan kedudukan wanita dalam masyarakat mulai
mengalami kemajuan. Allah memerintahkan kepada seluruh umat manusia agar senantiasa
bersikap baik pada wanita, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini
“Dan perlakukanlah mereka secara patut, kemudia bila kamu tidak menyukai mereka (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan”. (An-Nisa’ : 19).

Sebelum Islam datang, baik masyarakat di dalam maupun di luar jazirah arab tidak
menghargai kedudukan dan harga diri wanita. Negara Yunani yang dikenal dengan peradaban
yang tinggi tidak menghargai dalam masyarakatnya. Mereka menganggap perempuan sebagai
penyebab segala macam penyakit dan musibah bagi kehidupan umat manusia. Mereka juga
dianggap sebagai makhluk rendah yang diperlakukan seperti budak. Sama halnya dengan
bangsa Yunani, bangsa Romawi dan Persia juga berlaku tidak adil para wanita, mereka
berlaku kasar dan menghukum berat wanita apabila mereka melakukan kesalahan kecil.
Mereka hanya menganggap wanita sebagai pelampiasan seksual semata.

Bahkan bangsa romawi memiliki slogan, “Belenggu wanita itu jangan dilepas, dan api
jangan dipadamkan”. Sementara itu Perempuan Persia tidak boleh kawin dengan laki-laki
selain dengan Zarathustra, sementara laki-laki bebas kawin dengan siapa saja yang mereka
kehendaki.

Kedudukan Wanita Dalam Islam


Kedudukan wanita dalam islam dapat dilihat dari masyarakat dan lingkungan sosial
sebagaimana yang dijabarkan dalam penjelasan berikut ini :

1. Kedudukan Wanita Sebagai Seorang anak.


Anak adalah karunia Allah SWT pada setiap orang tua oleh karena itu mereka tidak
diperbolehkan untuk menyia-nyiakan anak baik laki-laki maupun perempuan. Orangtua harus
menerima anak dengan ikhlas dan tidak boleh menyia-nyiakannya sebagaimana yang
tercantum dalam firman Allah SWT

“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan
anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis
laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul
kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa”. (QS. Asy-Syura : 49-50).

Dalam ayat diatas, Allah menyebut anak perempuan terlebih dahulu sebelum laki-laki
untuk menghibur anak perempuan karena umumnya para orang tua merasa berat hati dengan
kelahirannya. Kehadiran anak perempuan dalam keluarga harus diterima sebagaimana
kehadiran anak laki-laki, tidak seperti perilaku masyarakat jahiliyah yang gemar mengubur
anak perempuannya yang baru dilahirkan. Sebagai mana digambarkan oleh Allah dalam
firmanNya :
“Jika salah seorang diantara mereka diberi kabar tentang kelahiran anak perempuannya
maka mukanya menjadi hitam dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak
disebabkan berita buruk yang sampai kepadanya. Apakah ia akan memelihara anak
perempuannya dengan menanggung kehinaan ataukah ia akan menguburnya hidup-hidup di
dalam tanah? Alangkah jelek apa yang mereka tetapkan.” (QS. An-Nahl : 58-59).

2. Kedudukan Wanita Dewasa Dalam Menentukan Pilihan

Tidak hanya laki-laki, perempuanpun mempunyai hak untuk memilih pasangan hidup
yang bisa membawa kebahagiaan padanya melalui pernikahaan. Seorang perempuan
membutuhkan laki-laki begitu juga sebaliknya sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah :
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah dia menciptakan untuk kalian pasangan-
pasangan hidup dari jenis kalian sendiri, agar kalian meresa tenteram kepadanya; dan Dia
menjadikan diantara kalian rasa kasih dan saying. Sesungguhnya dalam yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Jika seorang perempuan sudah cukup usia untuk menikah maka sudah menjadi
kewajiban bagi orang tua untuk memikirkan dan memilihkan jodoh anaknya, seorang laki-
laki yang shalih dan bertaqwa melalui proses taaruf dan khitbah. Karena hanya laki-laki yang
shalih dan bertaqwa kepada Allah SWT tersebut jika mencintai seorang perempuan maka dia
akan memuliakannya, sedangkan jika tidak menyukainya ia tidak akan mnghina perempuan
tersebut.

Dari Aisyah, ia berkata ; “Saya bertanya kepada Nabi tentang seorang gadis yang
dinikahkan oleh walinya, apakah harus dimintai izinnya atau tidak? Beliau menjawab, ‘Ya
harus dimintai izinnya’. Aisyah berkata, saya lantas berkata kepada beliau, ‘sesungguhnya
seorang gadis itu pemalu’. Beliau menjawab, karena itulah izinnya adalah ketika ia diam”.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa Nabi bersabda : “Seorang janda lebih berhak atas dirinya
dari pada walinya. Seorang gadis itu dimintai izinnya, Tanda persetujuannya adalah dengan
diam”.

3. Kedudukan Wanita Sebagai seorang Istri


Allah memerintahkan kepada para suami untuk memperlakukan istrinya dengan baik
seperti dijelaskan dalam surah An-Nisa’ ayat 19 :

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik”.

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan bahwa pergaulan yang


disebutkan dalam ayat diatas mencakup ucapan dan perbuatan. Oleh sebab itu sebaiknya para
suami hendaknya senantiasa menjaga ucapan dan perbuatannya kepada istri agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Suami juga harus bisa melindungi istri dan keluarganya dan
mencukupi nafkah baik secara materi maupun nonmateri. Demikian pula jika mereka
berpisah dan seirang suami menjatuhkan talak pada istrinya, ia harus melakukannya secara
baik-baik.

Rasulullah bersabda :

“Janganlah kalian memukul hamba-hamba perempuan Allah”. Dalam riwayat yang lain
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara
mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya”. (HR.
Ahmad).

4. Kedudukan Wanita Sebagai Seorang Ibu


Islam memuliakan perempuan baik di saat ia anak-anak, remaja, dan saat ia menjadi
seorang ibu. Islam mewajibkan umatnya terutama seorang anak untuk senantiasa berbakti
kepada kedua orang tuanya, ayah dan ibu sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran
surah Al-Isra’ ayat 23-24

“Rabmu telah menetapkan agar janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya dan
hendaklah kalian berbuat baik terhadap kedua orang tua. Apabila salah seorang di antara
keduanya atau kedu-duanya menginjak usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan membentak keduanya
namun ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying, ucapkanlah doa; ‘Wahai Rabku,
kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah memelihara dan mendidikku sewaktu
kecil’”.

Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan bahwa kedudukan ibu lebih mulia dariapada
ayahnya. Dalam sebuah hadits, seorang sahabat bertanya tentang orang yang paling berhak
untuk mendapatkan perlakuan baik, “Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yang
paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab ; ‘Ibumu’, kemudian
siapa? ‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’,
kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian ayahmu’, jawab beliau.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Seorang ibu memiliki kedudukan mulia karena ia adalah orang yang mengandung,
membesarkan dan mendidik anaknya sejak dalam kandungan.

4. Kedudukan Wanita Sebagai seorang Individu


Sebagai seorang individu seorang perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-
laki meskipun bagian dan kadarnya tidak sama seperti halnya dalam memperoleh hak waris.
Sebelum islam datang, seorang wanita tidak pernah mendapatkan warisan. Allah berfirman :

“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu, bapak, dan kerabatnya; dan bagi
wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu, bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”. (QS. An-Nisa’ : 7).

Seorang perempuan atau wanita juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
menuntut ilmu. Mereka dapat menimba ilmu sedalam-dalamnya sebagaimana kaum lelaki.
Hal ini dikarenakan seorang wanita akan menjadi ibu bagi anak-anaknya dan mereka
memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya kelak. Ilmu sangatlah penting sebagaimana
firman Allah SWT
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-
Zumar : 9).

Rasulullah juga bersabda bahwa kewajiban dan hukum menuntut ilmu bukanlah milik
kaum pria saja melainkan para wanita juga berkewajiban untuk menuntut ilmu, sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits berikut ini :

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”. (HR.


Bukhari).

Demikian juga dalam perkara mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar, seorang
wanita juga memiliki kewajiban dan hak yang sama dengan kaum pria atau laki-laki.

Dijelaskan dalam firman Allah:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang diutus kepada manusia, memerintahkan yang ma’ruf
dan mencegah hal yang mungkar” (QS. Ali Imron : 10).

Ayat tersebut bersifat umum sehingga baik wanita maupun laki-laki berkewajiban
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar sehingga jelaslah bahwa dalam islam kedudukan
wanita setara dengan kaum pria.

Anda mungkin juga menyukai