Anda di halaman 1dari 45

A.

Treponema
B. Cytomegalovirus
C. Rubella virus, Herpes virus
Karakteristik

 berbentuk spiral
 ukuran panjang 8 – 10 um
 terdiri dari 8 - 14 lekukan
 Bergerak dengan axial filament (endoflagella)
 Tidak dapat dibiak pada medium buatan ataupun
biakan sel.
 Dapat dibiak pada hewan percobaan (kelinci)
 Tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa mis. Gram
Diagnosa Laboratorium

Deteksi langsung

 Mikroskop lapang gelap (dark field examination)

Spesimen diambil secara aspirasi dari lesi infeksius,


kemudian teteskan pada gelas alas, tutup dgn gelas penutup
segera dilihat dengan mikroskop lapang gelap dengan
perbesaran 400 x, amati gerakan.
Pemeriksaan dengan mikroskop lapang gelap

Gerakan rotasi menggunakan axial filament


 Dengan silver staining (pewarnaan perak)
 Pemeriksaan dengan cara immunofluoresens

Spesimen dapat diambil dari lesi kulit, rekatkan pada


gelas alas. Tambahkan antibodi Treponema yang dilabel
dengan fluorescein (FITC = Fluorescein Isothiocyanate)

Antibodi Treponema/FITC
(Mouse IgG/FITC)
Antigen Treponema

Lihat dengan mikroskop Fluoresens

Hasil positif: Berfluoresensi hijau


Pewarnaan Immunofluoresens Treponema
Deteksi antibodi pada sifilis
Reaksi serologi terhadap penyakit sifilis

 Non spesifik  deteksi antibodi Reagin

 VDRL (Venereal Desease Research Laboratory)


 RPR (Rapid Plasma Reagin)
 Complement Fixation test (Wassermann, Kholmer)

 Spesifik  deteksi antibodi Treponema

 TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Test)


 FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody
Absorption)
1. Tes VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)

Antigen berupa kardiolipin lesitin bila dicampur


dengan serum pasien yang mengandung antibodi
Reagin  terjadi reaksi flokulasi (gumpalan ringan)
Antigen

Kontrol + Pasien Kontrol -

Kontrol Serum Kontrol


positif pasien negatif
2. Tes RPR (Rapid Plasma Reagin).

Antigen berupa kardiolipin lesitin diikatkan dengan charcoal.


Bila antigen direaksikan dengan serum pasien yang
mengandung antibodi reagin akan membentuk gumpalan
berwarna hitam.

Antigen + Charcoal

Kontrol Serum Kontrol


negatif pasien positif
K- K+
Ag

Kontrol - Serum P Kontrol +


RPR secara kwantitatif

Pengenceran serum :
1:2 1:4 1:8 1 : 16

K+ K-

Titer antibodi : ………


REAKSI PENGIKATAN KOMPLEMEN
Dasar reaksi:
Bila ada ikatan antigen-antibodi maka komplemen akan terikat,
dimana dengan penambahan indicator SDM dan Antibodi SDM,
dengan adanya komplemen semua akan terikat secara kompleks,
sehingga akan menghasilkan reaksi tidak lisis.
Bila tidak ada ikatan atigen antibody maka komplemen
mengaktifkannya melalui metabolisme komplemen  terjadi lisis.
(Untuk melihat ada/tidaknya ikatan antigen-antibodi, ditambahkan
sistim hemolisa sebagai indikator yaitu sel darah merah
dengan antibodi terhadap sel darah merah)

Anti
Ag Antibodi C SDM
SDM

INDIKATOR
SISTIM HEMOLISA
REAKSI PENGIKATAN KOMPLEMEN

SISTIM HEMOLISA
SDM + ANTI SDM

KOMPLEMEN
SERUM
ANTIGEN

Catatan:
Pada reaksi pengikatan komplemen, jumlah komplemen harus tepat.
Bila komplemen berlebih  dapat terjadi hasil NEGATIF PALSU,
Bila komplemen kurang  dapat terjadi hasil POSITIF PALSU.
Sebelum melakukan reaksi, komplemen harus dititrasi lebih dulu.
1.1.
HASIL REAKSI PENGIKATAN KOMPLEMEN

tidak
lisis
lisis

POSITIF NEGATIF

1/10 1/20 1/40 1/80


Titer serum I = ….?
Serum masa akut = 10

Serum masa Titer serum II= …. ?


konvalesen = 40
Reaksi pengikatan komplemen pada microplate “U”

Serum II
Serum I

Penipisan serum 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128,1/256, 1/512 ……………………….

Titer serum I = ………8……………..


Ada /tidak infeksi ?
Titer serum II =…………32………….
Reaksi spesifik terhadap penyakit sifilis

 TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination test)

Mendeteksi  antibodi Treponema


Dasar reaksi  Reaksi hemaglutinasi pasif

Sel darah merah yang dilapisi antigen Treponema,


bila direaksikan dengan serum pasien yang mengandung
antibodi Treponema akan menyebabkan hemaglutinasi
Antigen Treponema
sdm sdm

sdm sdm +

Sel darah merah dilapisi Antibodi Treponema


antigen Treponema

Hemaglutinasi
KIT TERDIRI DARI :

Sel kontrol (sel darah merah Sel test (sel darah merah
1 2
tanpa antigen Treponema) dengan antigen Treponema)

3 Serum kontrol negatif 4 Serum kontrol positif


(tanpa antibodi Treponema) (ada antibodi Treponema)

-
Control Test cell
Cell 75 ul 75 ul

25 ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul

Serum 25 ul
Diluent Buang
Buffer 100 ul 25 ul 25ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul 25 ul

1 2 3 4 5 6 7 8
1/40 1/80 /160 1/320 1/640 1/1280 1/2560

Control Test Control Test


Cell 75 ul cell 75 ul Cell 75 ul cell 75 ul

25 ul 25 ul 25 ul 25 ul

Serum kontrol negatif Serum kontrol positif


1/2560
1/1280
1/160
1/320
1/640
1/80
1/40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Penipisan serum

Kontrol serum ( - )

Kontrol serum ( + )

Titer antibodi : ………..


1/2560
1/1280
1/160

1/320

1/640
1/80
1/40
Penipisan serum

Kontrol serum ( + )

Kontrol serum ( -)
Teknik FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody absorption)

Treponema
denticola
direkatkan
pada slide Tambahkan anti
Tambahkan human antibody
Serum pasien (anti human IgG)
(VDRL & RPR yang dilabel FITC/
Positif) fluoresein

Permukaan Treponema Slides dibaca


dibawah
mikroskop
fluoresen

Bentuk spiral
berfluoresensi
RAPID TEST SIFILIS
Pemeriksaan infeksi CMV (Cytomegalovirus)

Metoda:

1. Immunofluorescene, untuk mendeteksi antigenemia.


Antigen pp 65 (pp65 is a pyrophosphate matrix protein
at 65,000 molecular weight) dalam lekosit darah.

2. Imunoperoksidase, untuk mendeteksi virus dari biakan


darah (viremia).
1. Deteksi antigenemia dengan Immunofluoresens

Prosedur :

- Ambil darah dengan EDTA (antikoagulan)


- Pisahkan sel leukosit
- Buat preparat dengan jumlah sel 200.000
- Keringkan dan rekatkan
- Lakukan pewarnaan immunofluoresens:
- Tambahkan antibodi monoklonal (anti CMV)
- Inkubasi 30’, kemudian cuci
- Tambahkan antibodi sekunder (anti-antibodi pertama)
yang dilabel dengan fluoresein.
- Inkubasi 30’ (tempat gelap). Cuci.
- Keringkan, dan tutup dengan cover glass
- Periksa dengan mikroskop fluorescen.

Hasil: Positif bila terlihat fluoresen hijau kekuningan.


Negatif, sel berwarna kemerahan
IMMUNOFLUORESCENS

FITC (Fluorescein Isothiocyanate)


Anti mouse IgG/FITC

Monoklonal antibodi CMV

Antigen CMV

Lihat dengan mikroskop Fluoresens


Hasil positif: Fuoresens hijau kekuningan.
Imunofluoresen CMV dari darah penderita

Inti sel PMN berfluoresensi hijau kekuningan


Immunofluorescen dari biakan CMV pada sel-sel fibroblast

Inti sel berfluoresensi hijau kekuningan


2. Deteksi virus dengan Immunoperoxidase
Prosedur:
 Sediakan biakan sel HEL (Human Embryonic Lung)
 Darah yang hendak diperiksa, diolah seperti pada cara
antigenemia (lakukan secara aseptis).
 Lakukan inkulasi pada biakan sel HEL
 Inkubasi 37°C, 5% CO2, selama 2-4 hari

 Lakukan pewarnaan peroksidase:


- Buang medium kultur
- Tambahkan anti-CMV
- Inkubasi 37°C, 30’
- Tambahkan rabbit anti-mouse IgG peroxidase
- Inkubasi 37°C, 30’, kemudian cuci
- Tambahkan chromogenic substrat (DAB + H2O2)
DAB = Diaminobenzidine
- Inkubasi 10’, amati dibawah mikroskop inverted.

Hasil : Positif, ditemukan sel fibroblast dengan inti warna coklat.


IMMUNOPEROXIDASE

+ Substrat
(DAB + H2O2)

POD

Anti mouse IgG/POD

Monoklonal antibodi CMV

Antigen CMV

Hasil Positif : inti sel berwarna coklat


Pewarnaan Imunoperoksidase

Inti sel fibroblast berwarna coklat


BADAN INKLUSI PADA SEL YANG TERINFEKSI CYTOMEGALOVIRUS
Dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin

Badan inklusi didalam initi sel dikelilingi oleh zona jernih


(OWL’S EYE CMV)
Pemeriksaan antibodi IgM & IgG Rubella
(ELISA=Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Prinsip pemeriksaan IgM Rubella dengan ELISA

Chromogenic substrat
(TMB + H2O2)

Anti human IgM


dilabel POD

IgG Antibodi IgM


(serum pasien)
Antigen Rubella
Solid phase

*TMB = Tetramethylbenzidine
Prinsip pemeriksaan IgG Rubella dengan ELISA

Chromogenic substrat
IgM
Anti human IgG dilabel
POD (peroxidase)

Antibodi IgG
(serum pasien)
Antigen Rubella
Solid phase
HASIL UJI ELISA
BACA DENGAN ELISA READER
(SPECTROMETER)

Anda mungkin juga menyukai