Anda di halaman 1dari 11

4-FEBRUARI-2019

SAFETY CULTURE
SAFETY CULTURE
Guldenmund (2010) mengatakan bahwa budaya keselamatan sebagai aspek–
aspek dari budaya organisasi yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku
terkait dengan peningkatan atau penurunan risiko.

Aspek perilaku budaya keselamatan memberikan perhatian pada apa


yang dilakukan orang-orang. Ini termasuk kegiatan yang terkait dengan
keselamatan, perilaku, juga komitmen manajemen terhadap keselamatan.
Aspek situasional mengacu pada apa yang organisasi punya.
Misalnya kebijakan, prosedur, peraturan, struktur organisasi, sistem
manajemen, sistem kontrol dan sistem komunikasi.
MANFAAT SAFETY CULTURE

• Penurunan angka laporan kejadian kecelakaan kerja.


• Menciptakan lingkungan kerja yang aman
• Mengurangi angka accident rate dan kerugian akibat kecelakaan
kerja.
• Investasi jangka panjang (bertahan dalam jangka waktu yang lama)
• Upaya proaktif meminimalkan potensi kecelakaan yang
disebabkan human factor.
• Menciptakan lingkungan kerja dengan kondisi perilaku pekerja zero harm yang
akan mendukung zero accident di lingkungan kerja.
• Mengurangi terjadinya at Risk-Behavior.
• Merubah kebiasaan dan mindset pekerja untuk senantiasa bekerja dengan
aman dan selamat.
ASPEK SITUASIONAL
Aspek situasional mengacu pada apa yang organisasi punya. Misalnya
kebijakan, prosedur, peraturan, struktur organisasi, sistem
manajemen, sistem kontrol dan sistem komunikasi. Seperti;

A. Komitmen Manajemen Terhadap Keselamatan Kerja


Komitmen manajemen dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan
yang tertulis, jelas, mudah dimengerti dan diketahui oleh seluruh
pekerja. Upaya nyata tersebut dapat ditunjukkan dengan sikap dan
segala tindakan yang berhubungan dengan keselamatan kerja.
Contohnya, penerapan peraturan dan prosedur, tersedianya fasilitas
keselamatan kerja yang memadai dan sumber daya yang mumpuni.
A. Perilaku Keselamatan Kerja

Dalam K3, perilaku lebih difokuskan pada perilaku tidak aman


(unsafe act). Hal ini dikarenakan penyebab dasar terjadinya
kecelakaan kerja salah satunya dikarenakan perilaku tidak aman yang
berupa kesalahan atau kelalaian yang dibuat oleh manusia.
Perilaku keselamatan kerja merupakan hasil dari persepsi
pekerja terhadap K3. Persepsi pekerja yang menekankan pentingnya
K3, mereka tentu akan menggunakan APD dan mematuhi semua
prosedur keselamatan bahkan tanpa harus selalu ada yang
mengawasi.
B. Lingkungan Sosial Pekerja

• Budaya keselamatan merupakan kombinasi antara sikap, norma dan


persepsi pekerja terhadap keselamatan kerja. Salah satu cara untuk
melihat lingkungan sosial pekerja sebagai faktor pembentuk budaya
keselamatan.
• Ahli K3 mengemukakan, sebisa mungkin perusahaan membentuk
suatu lingkungan kerja yang kondusif, salah satunya budaya tidak
saling menyalahkan bila terjadi kecelakaan pada pekerja.
• Budaya keselamatan di perusahaan dapat dikatakan baik jika tidak
ada budaya saling menyalahkan di antara pekerja dengan pekerja
maupun pekerja dengan manajer.
Lingkungan Sosial Pekerja juga berpengaruh dengan perilaku
karyawan yang tidak mengikuti aturan perusahaan dan aturan
K3 perusahaan, human error, pelaporan apabila terjadinya
kecelakaan (pelaporan near miss).

Dengan adanya lingkungan sosial pekerja yang baik, dampak


positif yang dapat timbul, yaitu terbentuknya kesadaran akan
keselamatan di antara pekerja.
C. Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Tujuan dibentuknya atau diterapkannya peraturan dan prosedur ini, yaitu
untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, melindungi
pekerja dari kemungkinan terjadi kecelakaan dan untuk mengatur
perilaku pekerja sehingga nantinya tercipta budaya keselamatan yang
baik.

D. Komunikasi
Menjalin komunikasi dua arah antara manajer dengan pekerja, pekerja
dengan pekerja, manajer dengan manajer atau departemen dengan
departemen menjadi poin penting dalam menciptakan budaya
keselamatan yang baik. Komunikasi ini dapat mendukung seluruh pekerja
untuk memberikan masukan tentang peningkatan keselamatan di
perusahaan.
E. Keterlibatan Pekerja dalam Keselamatan Kerja
• Keterlibatan pekerja dalam keselamatan kerja dapat dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya:
• Keaktifan pekerja dalam kegiatan K3
• Memberi masukan mengenai adanya kondisi berbahaya di
lingkungan kerja
• Menjalankan dan melaksanakan kegiatan dengan cara yang aman
• Memberi masukan dalam penyusunan prosedur dan cara kerja
aman
• Mengingatkan pekerja lain mengenai bahaya K3.
F. Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)

Pemimpin keselamatan harus menjadi role model bagi para pekerja.


Pemimpin memiliki pengaruh dalam mengubah persepsi pekerja,
bagaimana cara mereka berpikir, bersikap dan berperilaku untuk
membangun budaya keselamatan.

Faktor keteladanan dalam safety leadership sangat diutamakan dalam


membangun budaya keselamatan dalam suatu organisasi. Pimpinan
dan manajer dapat memberi contoh nilai-nilai keselamatan yang
ditunjukkan dalam perilaku dan tindakan serta etika kerja untuk
meningkatkan keselamatan. Pemimpin keselamatan harus
menunjukkan kepedulian dan keteladanan yang tinggi melalui
keterlibatan langsung dalam program keselamatan yang ditetapkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai