Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

MARET 2019

Disusun Oleh:
Santri Safira

Pembimbing:
dr. Gita, Sp.A

RSUD MUNA
• Nama : An. A
• Umur : 11 Tahun
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Agama : Islam
• No RM : 023606
• Tgl masuk bangsal : 28 Januari 2019

• Nama bapak : Tn. D


• Umur : 38 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : swasta
• Alamat : Ds. Wakumoro

• Nama ibu : Ny. A


• Umur : 35 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Ds. Wakumoro
Anamnese dilakukan secara alloanamnesis pada Ibu Pasien tanggal 28
Januari 2019 jam 08.00 WITA. Di Bangsal Unit Gawat Darurat RSUD
MUNA.
Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk dengan keluhan sesak napas, sejak kurang lebih 1
minggu terakhir, yang dialami terus-menerus. Sesak tidak dipengaruhi
oleh posisi. Sesak napas disertai dengan pembengkakan pada wajah.
Demam (+) (menurun dengan menggunakan obat penurun panas, namun
kemudian suhu pasien naik lagi), demam dirasakan sejak kurang lebih
10 hari terakhir. Nyeri kepala (+), batuk(-), nyeri dada (-), mual (-),
muntah (-). BAB lancar, biasa. BAK warna merah, sejak kurang lebih 1
minggu terakhir, sampai sekarang (28 Januari 2019).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.
Menurut pengakuan orangtua pasien, sebelumnya pasien tidak
pernah terkena penyakit infeksi (kulit ataupun tenggorokkan).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat diare,
batuk lama, asma, dan alergi obat.
Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial
Data Khusus
Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
An.M.R adalah anak pertama dari Ny.A saat berusia 24 tahun.
Ibu rutin periksa kehamilan lebih dari 4 kali di puskesmas. Waktu hamil
tidak pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan Vitamin dan Zat Besi
dari dokter, tidak mengkonsumsi alkohol, maupun rokok. Suntik TT
sebanyak dua kali. kehamilan cukup bulan.
Riwayat persalinan/natal :
Lahir secara normal, langsung menangis kuat, dan segera
dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat badan saat lahir 2700gram,
panjang badan 48 cm
Riwayat pasca persalinan/ post natal :
Tidak ada perdarahan post partum
Riwayat Imunisasi
Macam imunisasi Frekuensi Umur Keterangan
Imunisasi dasar Dilakukan di Bidan
BCG 1 kali 0 bulan Lengkap
DPT 3 kali 2,3,4 bulan Lengkap
Hepatitis B 4 kali 0,2,3,4 bulan Lengkap
Polio 4 kali 1,2,3,4 bulan Lengkap
Campak 1 9 bulan Lengkap

Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur Riwayat makan dan minum
Umur Makanan dan Jumlah Frekuensi
Minuman
0 bulan – 2 Susu formula Semau anak Semau anak
bulan
5 – 7 bulan Susu formula + 2 sdm 2 kali/ hari
Bubur sun diencerkan 60
cc air matang
Selalu habis
sekarang Makanan dan Semau anak 2kali /hari
minuman orang
dewasa
Kesan : anak tidak pernah diberi ASI.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
UMUR Perkembangan

0-3 Motorik Kasar : mengakat kepala


bulan Motorik Halus : menggerakan kepala
Bahasa : mengoceh
Sosial : tersenyum pada ibu

3-6 Motorik Kasar : telungkup


Pertumbuhan :
bulan Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang
Pertambahan BB dan PB tiap bulan tidak ingat
Sosial : tersenyum saat bermain hanya sesuai garis hijau di KMS
6-9 Motorik Kasar : duduk
bulan Motorik Halus : memungut kelerang
Bahasa : bersuara tanpa arti
Sosial : ciluk ba

9-12 Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan


bulan Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi
Sosial : mengenal anggota keluarga

Kesan Perkembangan sesuai umur


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 Juni 2018
Keadaan Umum : Kurang aktif
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi
BB : 8 kg
PB : 94 cm
Tanda Vital
Nadi : 125 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 38° C
Status Internus
Kepala : Kesan mesocephal, UUB datar sudah menutup
Mata : Mata cowong (-), Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+)
Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), gangguan fungsi pendengaran(-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), Tonsil T1-T1, faring
hiperemis (-)
Leher : Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal), kaku kuduk (-)
Dextra Sinistra

Thorax •Thorax Depan


1. Inspeksi
Bentuk dada Ø Lateral >Antero Ø Lateral >Antero
posterior posterior
Tampak anterior paru Hemitorak
Dinamis
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
1. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Pelebaran ICS (-) (-)
Arcus Costa Normal Normal
1. Perkusi
Sonor diseluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru
1. Auskultasi

Tampak posterior paru Suara dasar


Suara tambahan Vesikuler Vesikuler
Wheezing(-), Wheezing(-),
ronki (-/-) ronki (-/-)

Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada Dalam batas normal Dalam batas normal
Hemitorak Simetris Simetris

1. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra

SD : vesikule SD : vesikuler Pelebaran ICS (-) (-)

ST : rh (-/-), wh (-) ST : rh(-/-), wh(-) 1. Perkusi


Suara lapang Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru paru

1. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Wheezing(-), ronki (-) Wheezing(-), ronki (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
• Batas atas : ICS II parasternal sinsitra
• pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
• batas kanan bawah : ICS IV lin.sternalis dextra
• kiri bawah : ICS IV linea midclavicula
sinistra 1 cm kearah medial
konfigurasi jantung : dalam batas normal
Auskultasi : reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di
sekitar
Auskultasi : Bising usus 10x / menit, bruit hepar (-), bruit
aorta abdominalis(-), bruit A.Renalis dextra (-),
bruit A.Renalis sinistra(-), bruit A.Iliaca dextra (-),
bruit A.iliaca sinistra (-).
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (sulit dinilai)
Palpasi : turgor cukup, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba.
Ekstremitas Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Oedem -/- -/-


Sianosis -/- -/-

Capilary refill <2”/ <2” <2”/ <2”


HASIL LABORATORIUM (URIN)
Tanggal 31/01/2019
- Warna : Kuning tua - Sedimen :
- Kejernihan : Jernih Leukosit : Positif (+++)
Eritrosit : Positif (+++)
Kristal : Positif (++)
Epitel Sel : Positif (++)
HASIL LABORATORIUM (URIN)
Tanggal 01/02/2019
- Warna : Kuning Tua - Sedimen :
- Kejernihan : Jernih Leukosit : Positif (+++)
Eritrosit : Positif (+++)
Kristal : Positif (++)
Epitel : Positif (++)

HASIL LABORATORIUM (URIN)


Tanggal 04/02/2019
- Warna : Kuning Tua - Sedimen :
- Kejernihan : Jernih Leukosit : Positif (++)
Eritrosit : Positif (++++)
Kristal : Positif (++)
Epitel : Positif (+)
HASIL LABORATORIUM
Tanggal 06/02/2019
Hasil Satuan Rujukan
HEMATOKRIT 8.6 g/dl L : 14 - 18
P : 12 - 16
LEUKOSIT 7.930 /µL 4.000-10.000

ALBUMIN 3.3 Mg/dl 3.5-5


UREUM 48 Mg/dl 15-50
KREATININ 1.2 Mg/dl
SGOT 34 U/L < 35
SGPT 16 U/L <140
Hasil pemeriksaan Foto Thorax AP
Tanggal 30/01/2019

Pelebaran pembuluh darah suprahilar, perkabutan parahilar


Cor : Kesan normal
Sinus, diafragma, kesan intak

Kesan : Tanda-tanda bendungan paru


-GNA
-S. Nefrotik

- GNAPS
Ip Tx :
• O2 via nasal kanul 1 Lpm
• IVFD Asering 8 tpm (makro)
• Inj. Ampisilin 750 mg/8 jm/iv
• Inj. Furosemide 12 mg/12 j/iv  dinaikkan mnjadi 20 mg/12 j/iv
• PO :
• Captopril 6,25 mg/12 j/oral

Ip Mx :
• Monitoring KU dan Vital Sign

Ip Ex :
• Jelaskan penyakit GNAPS
• Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit
• Motivasi untuk ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada anak.
• Motivasi anak untuk istrahat
• Motivasi orangtua untuk memenuhi kebutuhan diit anak (protein, lemak, cairam, mineral, dan vitamin)
Glomerulonefritis Akut adalah
kumpulan manifestasi klinis akibat
perubahan struktur dan faal dari
peradangan akut glomerulus pasca infeksi
Streptococcus. Sindrom ini ditandai dengan
timbulnya yang timbul mendadak,
KELOMPOK INFEKSI KELOMPOK NONINFEKSI
spesies Streptococcus (yaitu, • Sindrom Guillain-Barré
kelompok A, beta-hemolitik) :
- spesies Streptococcus (yaitu, • Iradiasi tumor Wilms
kelompok A, beta-hemolitik) • Vaksin Difteri Pertusis
- Serotipe 49, 55, 57, 60 Tetanus (DPT)
• Serum sickness
GNA pasca infeksi
streptokokus (GNAPS)

GN pascainfeksi
Nonstreptococcal
KELOMPOK NON INFEKSI KELOMPOK NONINFEKSI
Penyakit sistemik multisistem Penyakit ginjal primer yang
yang dapat menyebabkan GNA dapat menyebabkan GNA
meliputi: meliputi:

• Vaskulitis (misalnya, Wegener • Membranoproliferatif


granulomatosis) glomerulonefritis (MPGN)
• Penyakit kolagen-vaskular • Penyakit Berger (IgG-
(misalnya, lupus eritematosus immunoglobulin A [IgA]
sistemik [SLE]) nefropati
• Vaskulitis hipersensitivitas • GN proliferatif mesangial
• Cryoglobulinemia “murni”
• Polyarteritis nodosa • Idiopatik glomerulonefritis
• Henoch-Schönlein purpura progresif cepat
• Sindrom Goodpasture
• Di Port Harcourt, Nigeria, kejadian GNA pada anak
usia 3-16 tahun adalah 15,5 kasus per tahun.
• Variasi geografis dan musiman dalam prevalensi
GNAPS lebih tampak pada GNA akibat faringitis
dibandingkan dengan penyakit kulit. Mortalitas pada
penderita GNA pada anak sangat jarang (<1%).
• GNAPS sering terjadi pada anak usia 5-15 tahun.
GNA dominan menyerang anak laki-laki dibanding
anak perempuan (ratio 2 : 1).
• Gromerulo Nefritis Akut Pasca
Streptoco adalah suatu
glomerulonefritis yang
bermediakan
imunologis.Pembentukan kompleks
imun in situ diduga sebagai
mekanisme pathogenesis
glomerulonefritis
pascastreptococcus.
• neuraminidase yang dihasilkan oleh
streptococcus, merubah Ig G
menjadi autoantigenic.Akibatnya,
terbentuk autoantibodi terhadap Ig
G yang telah berubah
tersebut.Selanjutnya, terbentuk
kompleks imun dalam sirkulasi darah
yang kemudian mengendap di
ginjal.
respon yang
berlebihan
dari sistim
imun pejamu Enzim
pada stimulus Terbentuknya Aktivasi lisosom
antigen kompleks Ag- sistim merusak
Ab komplemen glomerulus

Produksi melintas menarik


antibodi yang pada neutrofil
berlebihan membran
basal
glomerulus
Kompleks Aktivasi Aktivasi Agregasi
imun pada sistem kaskade Pengikatan Kerusakan trombosit Fibrin Kinin
Sindrom
glomerulus komplemen koagulasi monosit glomerulus klinis
polimorf
Kelainan
urinalisis:
proteinuria
dan hematuria.

Edem

Hipertensi

- Vaskulitis umum
- Penyakit jantung hipertensif
- Miokarditis
-Retensi cairan dan hipervolemi
tanpa gagal jantung
•periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama kali muncul gejala
•periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi tenggorok dan 3-6 minggu setelah infeksi kulit
Periode •Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis biasanya merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada
GNA PS
Laten

•Merupakan gejala klinis pertama yang timbul


Urin berwarna
gelap

•Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba. Biasanya tampak jelas saat bangun tidur, terkait dengan posisi
•Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti dispneu dapat timbul.
•Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
Edema •Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
periorbital

•Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia, muncul pada 50% pasien
•15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
Gejala •Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
nonspesifik
PEMERIKSAAN FISIS

TTV
HEAD to
Oligouri TOE
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pasien yang mengalami bentuk kresentik GN mengalami perubahan
Pemeriksaan cepat, dan penyembuhan tidak sempurna
• hiperkalemia dan asidosis metabolik menunjukkan adanya gangguan
Darah fungsi ginjal
• hiperfosfatemi dan Ca serum yang menurun

Pemeriksaan • penurunan komponen serum CH50 dan konsentrasi serum C3


• C3 akan kembali normal dalam 3 hari atau paling lama 30 hari
Serologi setelah onset

• antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi


Biakan streptokokus, antara lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase dan
anti Dnase B
Tenggorokkan • Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu puncaknya pada satu bulan
dan akan menurun setelah beberapa bulan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• hematuria dan proteinuria
• Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular

Urinalisis • Terdapat gangguan fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan asam. Ditemukan
juga glukosuria
• Eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi hari, terdapat 60-85% pada anak yang dirawat di
RS. Hematuria biasanya menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin dapat bertahan 18 bulan
• Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang dalam 6 bulan.

Pemeriksaan • anemia didapatkan,anemia normositik normokrom

Darah Tepi

Pemeriksaan • Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.

Pencitraan
• USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
Biopsi Ginjal

Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal


yang menetap, abnormal urin dalam 18 bulan,
hipokomplemenemia yang menetap, dan terjadi sindrom nefrotik.
Indikasi Relatif :
• Tidak ada periode laten di antara infeksi
Indikasi Absolut :
streptokokus dan GNA
• Anuria
• GFR yang tidak kembali
• Perubahan fungsi ginjal yang cepat normal dalam 4 minggu
• Kadar komplemen serum yang normal
• Tidak ada peningkatan antibodi
• Hipokomplemenemia
antistreptokokus menetap dalam 6 minggu
• Terdapat manifestasi penyakit sistemik di
ekstrarenal • Hematuria mikroskopik
• GFR yang tidak mengalami perbaikan atau
menetap dalam 2 minggu
menetap dalam 18 bulan
• Hipertensi yang menetap selama 2 minggu • Proteinuria menetap dalam
6 bulan
Diagnosis Clinical Manifestations
Poststreptococcal glomerulonephritis Microscopic or gross hematuria, proteinuria, hypertension,
and edema
Hemolytic-uremic syndrome Microscopic hematuria, hypertension, gastroenteritis (bloody
diarrhea), oliguria, and petechiae

Henoch-Schönlein purpura nephritis Microscopic hematuria, palpable purpura, abdominal pain,


tender subcutaneous edema, arthralgias sometimes present

Immunoglobulin A nephropathy Microscopic hematuria ± proteinuria; intermittent gross


hematuria with viral infections
Systemic lupus erythematosus Gross hematuria ± microscopic, rash (malar, discoid,
vasculitic) and arthralgias or arthritis
Alport syndrome Microscopic or gross hematuria, sensorineural hearing loss,
family history of renal failure, cataracts
hipertensi hipertensi GN Gagal ginjal Sindrom
retinopati ensefalopati GN kronik Progresif akut/kronis nefrotik
Cepat
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu
2. Pasien hipertensi dapat diberi diuretik atau antihipertensi
- Bila hipertensi ringan (sistolik 130 mmHg dan diastole 90 mmHg),
umumnya diobservasi tanpa diberi terapi
- Hipertensi sedang (sistolik > 140-150 mmhg dan diastole > 100
mmHg) diobati dengan pemberian hidralazin oral atau IM, nifedipin oral atau
sublingual
- Pada hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,3 mg/kgbb IV,
dapat diulang setiap 2-4 jam atau reserpin 0,03-0,1 mg/kgbb (1-3 mg/m2) IV,
natrium nitroprusid 1- 8 mg/kgbb/mnt
- Pada krisis hipertensi (sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 120
mmHg) diberi diazoxid 2-5 mg/kgbb IV secara cepat bersama furosemid 2
mgg/kgbb IV
- Pilihan lain klonidin drip 0,002 mg/kgbb/kali, diulang setiap 4-6 jam
atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgbb dan dapat diulang setiap 6
jam bila diperlukan
3. Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan
natrium. Asupan cairan sebanding dengan invensible water loss
(400-500 ml/m2 luas permukaan tubuh/hari) ditambah setengah
atau kurang dari urin yang keluar. Bila berat badan tidak
berkurang diberi diuretik seperti furosemid 2 mg/kgbb, 1-2
kali/hari.
4. Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan
natrium. Asupan cairan sebanding dengan invensible water loss
(400-500 ml/m2 luas permukaan tubuh/hari) ditambah setengah
atau kurang dari urin yang keluar. Bila berat badan tidak
berkurang diberi diuretik seperti furosemid 2 mg/kgbb, 1-2
kali/hari.
5. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini
tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan
mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin
masih ada. Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan
amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika
alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30
mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
6. Pembatasan bahan makanan tergantung beratnya edema,
gagal ginjal dan hipertensi. Protein tidak perlu dibatasi bila
kadar urea < 75 mg/dL atau 100 mg/dL. Bila terjadi azotemia
asupan protein dibatasi 0,8-1gr/kgbb/hari. Pada edema berat
dan bendungan sirkulasi dapat diberikan NaCl 300 mg/hari,
sedangkan bila edema minimal dan hipertensi ringan diberikan
1-2 g/m2/hari. Bila disertai oliguria, maka pemberian kalium
harus dibatasi. Anuria dan oliguria yang menetap, terjadi pada
5-10% anak. Penanganannya sama dengan GGA dengan
berbagai penyebab dan jarang menimbulkan kematian.
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% di antaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat
pembentukan kresen pada epitel glomerulus. Diuresis akan
menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal
penyakit, dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap
tekanan darah menjadi normal kembali.

Anda mungkin juga menyukai