Anda di halaman 1dari 24

DEFINISI

• suatu keadaan meniadakan nyeri


secara sentral yang dihasilkan
ANESTESI
ketika pasien diberikan obat-
UMUM
obatan untuk amnesia, analgesia,
kelumpuhan otot, dan sedasi
ANALGESI
TRIAS ANESTESI

HIPNOTIK RELAKSAN
Pentothal
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau
5% dengan dosis permulaan 4-6 mg/kg
Parenteral BB danselanjutnya dapat ditambah
sampai 1 gram.
Ketalar
Metode Perektal (Ketamine) Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10
pemberian mg/cc dan 50 mg/cc.Dosis: IV 1-3
anestesi Induksi mg/kgBB,IM 8-13 mg/kgBB1-3 menit
umum halotan setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.

Perinhalasi Induksi sevofluran

Induksi dengan enfluran (ethran),


isofluran ( foran, aeran
Faktor yang
mempengaruhi
anestesi

Faktor respirasi
Faktor obat
(untuk obat Faktor sirkulasi Faktor jaringan.
anestesI
inhalasi)

Makin tinggi pengangkutan gas


perbedaan tekanan anestesi dari paru
parsiel makin cepat ke jaringan dan
terjadinya difusi sebaliknya
• stadium analgesi Stadium II • Disebut juga Stadium IV
atau stadium stadium operasi.
disorientasi. • stadium delirium Dimulai dari nafas • Dari paralisis
Dimulai sejak atau stadium teratur sampai diafragma
diberikan anestesi exitasi. Dimulai paralise otot nafas. sampai
sampai hilangnya dari hilangnya apneu dan
kesadaran kesadaran sampai kematian
nafas teratur Stadium III
Stadium I
Tahapan Tindakan Anestesi Umum
I. Penilaian pra bedah
Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah penting
untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,misalnya alergi, mual-
muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah, sehingga dapat dirancang anestesia
berikutnya dengan lebih baik. Beberapa penelitit menganjurkan obat yang kiranya menimbulkan
masalah dimasa lampau sebaiknya jangan digunakan ulang, misalnya halotan jangan digunakan ulang
dalam waktu tiga bulan, suksinilkolin yang menimbulkan apnoe berkepanjangan juga jangan diulang.
Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah
akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan
laringoskopi intubasi.Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh pasien.

Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan
foto thoraks.
Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang adalah yang berasal dari
The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan resiko
anestesia, karena dampaksamping anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.
Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari
24 jam.
Masukan oral

Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia harus
dipantangkan dari masukan oral (puasa) selamaperiode tertentu sebelum induksi anestesia.

Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak
berlemak diperbolehkan 5 jam sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3
jam dan untuk keperluan minumobat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi
anestesia.
PREMEDIKASI
Analgesik narkotik Analgesik non narkotik Hipnotik Sedatif

Diazepam/valium/stesolid
( amp 2cc = 10mg), dosis
0,1 mg/kgBB

Midazolam/dormicum
(amp 5cc/3cc = 15
Petidin ( amp 2cc = 100 Ketamin ( fl 10cc = mg),dosis 0,1mg/kgBB
mg), dosis 1-2 mg/kgBB 100 mg), dosis 1-2
Ponstan
Morfin ( amp 2cc = 10 mg/kgBB
Tramol Propofol/recofol/diprivan
mg), dosis 0,1 mg/kgBB Pentotal (amp 1cc = (amp 20cc = 200 mg),
Toradon 1000 mg), dosis 4-6 dosis 2,5 mg/kgBB
Fentanyl ( fl 10cc = 500
mg), dosis 1-3µgr/kgBB mg/kgBB

Dehydrobenzperidon/DBP
(amp 2cc = 5 mg), dosis
0,1 mg/kgBB
S : Scope  Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun
(blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.

T : Tube  Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon
(cuffed).
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
II. persiapan menyumbat jalan napas.
induksi anestesi
T : Tape  Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I : Introducer  Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

C : Connector  Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S : Suction  penyedot lender, ludah danlain-lainnya.


III. Rumatan Anestesi (Maintainance)

Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 10-50 µg/kgBB.
Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 dengan perbandingan 3:1
ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4%
IV. Tatalaksana Jalan Napas
A. Manuver tripel jalan napas

Terdiri dari:

1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.

2. Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula

3. Mulut dibuka
B. Jalan napas faring

Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring lewat

mulut (oro-pharyngeal airway) atau jalan napas lewat hidung (naso-pharyngeal airway).
C. Sungkup muka

Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan napas

pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas

spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut

atau hidung.
D. Sungkup laring (Laryngeal mask)

Merupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung

menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa

trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa kerasdari polivinil atau lembek dengan spiral untuk

menjaga supaya tetap paten.


E. Pipa trakea (endotracheal tube)

Mengantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar

polivinil-klorida. Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui

hidung (nasotracheal tube).


Indikasi intubasi trakea

Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung

distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi

dan umumnya digolongkan sebagai berikut:

1. Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.

2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi


Komplikasi intubasi Kesulitan intubasi Ekstubasi

• Selama intubasi • Leher pendek berotot • Ekstubasi ditunda sampai


• Trauma gigi geligi • Mandibula menonjol pasien benar-benar sadar,
• Laserasi bibir, gusi, • Maksila/gigi depan jika:
laring menonjol • Intubasi kembali akan
• Merangsang saraf • Uvula tak terlihat menimbulkan kesulitan
simpatis • Gerak sendi temporo- • Pasca ekstubasi ada
• Intubasi bronkus mandibular terbatas risiko aspirasi
• Intubasi esophagus • Gerak vertebra servikal • Ekstubasi dikerjakan pada
umumnya pada anestesi
• Aspirasi terbatas
sudah ringan dengan
• Spasme bronkus catatan tak akan terjadi
• Setelah ekstubasi spasme laring.
• Spasme laring • Sebelum ekstubasi
• Aspirasi bersihkan rongga mulut
• Gangguan fonasi laring faring dari sekret
• Edema glottis-subglotis dan cairan lainnya.
• Infeksi laring, faring,
trakea
Respirasi spontan yaitu penderita
bernafas sendiri secara spontan.

Respirasi kendali/respirasi terkontrol


berdasar respirasinya,
/balance anestesi:
anestesi umum dibedakan
pernafasanpenderita sepenuhnya
dalam 3 macam
tergantung bantuan kita.

Assisted Respirasi: penderita


bernafas spontan tetapi masih kita
berikan sedikit bantuan.
Berdasarkan sistem aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi
dibedakan menjadi 4 sistem, yaitu :
System Rebreathing Reservoir bag Sodalime Tingkat polusi Tingkat
kamar operasi keborosan obat

Open - - - ++++ +++

Semi open - + + +++ ++

Semi closed + + + ++ +

Closed + + + + -
Pemulihan anestesi Hal yang dinilai Nilai
Kesadaran:
Sadar penuh 2
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
Bangun bila dipanggil 1
terus diobservasi dengan cara menilai Tidak ada respon 0

Respirasi:
Aldrette’s score nya, nilai 8-10 bisa
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk 2
dipindahkan ke ruang perawatan, 5-8 Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan 1
Apnoe 0
observasi secara ketat, kurang dari 5 Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi

pindahkan ke ICU Perbedaan +- 20 2


Perbedaan +- 50 1
Perbedaan lebih dari 50 0

Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:


4 ekstremitas 2
2 ekstremitas 1
Tidak dapat 0

Warna kulit
Normal 2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik 1
Cyanotic 0
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai