HIPNOTIK RELAKSAN
Pentothal
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau
5% dengan dosis permulaan 4-6 mg/kg
Parenteral BB danselanjutnya dapat ditambah
sampai 1 gram.
Ketalar
Metode Perektal (Ketamine) Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10
pemberian mg/cc dan 50 mg/cc.Dosis: IV 1-3
anestesi Induksi mg/kgBB,IM 8-13 mg/kgBB1-3 menit
umum halotan setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.
Faktor respirasi
Faktor obat
(untuk obat Faktor sirkulasi Faktor jaringan.
anestesI
inhalasi)
Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah
akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan
laringoskopi intubasi.Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh pasien.
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan
foto thoraks.
Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang adalah yang berasal dari
The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan resiko
anestesia, karena dampaksamping anestesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.
Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Kelas III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari
24 jam.
Masukan oral
Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia harus
dipantangkan dari masukan oral (puasa) selamaperiode tertentu sebelum induksi anestesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak
berlemak diperbolehkan 5 jam sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3
jam dan untuk keperluan minumobat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi
anestesia.
PREMEDIKASI
Analgesik narkotik Analgesik non narkotik Hipnotik Sedatif
Diazepam/valium/stesolid
( amp 2cc = 10mg), dosis
0,1 mg/kgBB
Midazolam/dormicum
(amp 5cc/3cc = 15
Petidin ( amp 2cc = 100 Ketamin ( fl 10cc = mg),dosis 0,1mg/kgBB
mg), dosis 1-2 mg/kgBB 100 mg), dosis 1-2
Ponstan
Morfin ( amp 2cc = 10 mg/kgBB
Tramol Propofol/recofol/diprivan
mg), dosis 0,1 mg/kgBB Pentotal (amp 1cc = (amp 20cc = 200 mg),
Toradon 1000 mg), dosis 4-6 dosis 2,5 mg/kgBB
Fentanyl ( fl 10cc = 500
mg), dosis 1-3µgr/kgBB mg/kgBB
Dehydrobenzperidon/DBP
(amp 2cc = 5 mg), dosis
0,1 mg/kgBB
S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun
(blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon
(cuffed).
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
II. persiapan menyumbat jalan napas.
induksi anestesi
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 10-50 µg/kgBB.
Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 dengan perbandingan 3:1
ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4%
IV. Tatalaksana Jalan Napas
A. Manuver tripel jalan napas
Terdiri dari:
3. Mulut dibuka
B. Jalan napas faring
Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring lewat
mulut (oro-pharyngeal airway) atau jalan napas lewat hidung (naso-pharyngeal airway).
C. Sungkup muka
Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan napas
pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas
spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut
atau hidung.
D. Sungkup laring (Laryngeal mask)
Merupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung
menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa
trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa kerasdari polivinil atau lembek dengan spiral untuk
Mengantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar
polivinil-klorida. Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui
Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung
distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi
Semi closed + + + ++ +
Closed + + + + -
Pemulihan anestesi Hal yang dinilai Nilai
Kesadaran:
Sadar penuh 2
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
Bangun bila dipanggil 1
terus diobservasi dengan cara menilai Tidak ada respon 0
Respirasi:
Aldrette’s score nya, nilai 8-10 bisa
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk 2
dipindahkan ke ruang perawatan, 5-8 Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan 1
Apnoe 0
observasi secara ketat, kurang dari 5 Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi
Warna kulit
Normal 2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik 1
Cyanotic 0
TERIMAKASIH