Anda di halaman 1dari 73

LAKI-LAKI BERUSIA 68 TAHUN

DATANG DENGAN KELUHAN


SESAK NAFAS SEJAK 1 MINGGU
SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT

Vinthia Yuriza, S. Ked (71 2016 024)


 
 
Pembimbing :
dr. Ni Made Elva Maya Sari, Sp. JP
PENDAHULUAN
Efusi pleura 
penimbunan cairan insufisiensi pernafasan
didalam rongga pleura juga dapat
akibat transudasi atau mengakibatkan
eksudasi yang gangguan pada jantung
berlebihan dari dan sirkulasi darah
permukaan pleura

negara barat, efusi


pleura  gagal jantung
Diperlukan
kongestif, sirosis hati,
penatalaksanaan yang
keganasan, dan
baik dalam
pneumonia bakteri,
menanggulangi efusi
Indonesia, lazim
pleura ini
diakibatkan oleh infeksi
tuberkulosis
LAPORAN
KASUS
Identifikasi

No. RM : 33.56.69 Agama: Buddha

Tanggal Pemeriksaan :
Nama :Tn. H
01 November 2018
Jenis kelamin:Laki-laki
Ruangan :Ahmad Dahlan 14 Bed
1
Tanggal Lahir/Usia:68 tahun
Dokter Pemeriksa:
Alamat : Jl. Batu dua No. 800
RT 31/06 Kel 13 ULU, dr. Ni Made Elva Maya Sari, Sp. JP.
Palembang Co. Asisten :

Pekerjaan : Buruh Vinthia Yuriza, S.Ked

MRS : 30 November 2018


Status perkawinan :
Menikah
Anamnesis
(Keluhan Utama)

Sesak Nafas semakin memberat sejak 1


minggu SMRS
Anamnesis
(Keluhan Tambahan)

Os datang ke Rumah Sakit Muhammadiyah


Palembang dengan keluhan sesak nafas yang
semakin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Sesak nafas dirasakan baik saat aktifitas
maupun saat istirahat, sesak nafas tidak
terpengaruh akibat perubahan cuaca dan
posisi tubuh. Keluhan sesak nafas disertai
dengan nyeri dada, terutama saat bernafas.
Keluhan nyeri dada tidak menjalar dan nyeri
seperti tertarik tarik.
Anamnesis
(Keluhan Tambahan)

Batuk juga dirasakan os, batuk berdahak


secara terus menerus, dahak berwarna putih
jernih dan berbusa. Darah (-) Karat (-), pilek
(-). Nafsu makan menurun disertai dengan
penurunan berat badan. Mual ada sesekali
tanpa disertai muntah. Os juga merasa BAK
sedikit-sedikit namun BAB normal seperti
biasa.
Anamnesis
(Keluhan Tambahan)

Sejak 2 bulan yang lalu os sudah merasakan


sesak nafas, sesak nafas dirasakan sesekali
terutama saat os aktifitas berat dan sedikit
berkurang bila istirahat. Keluhan disertai
batuk berdahak dan nafsu makan menurun.
Nyeri dada tidak ada. Mual dan muntah tidak
ada. BAB dan BAK biasa.
Anamnesis
(Keluhan Tambahan)

Sejak 1 tahun yang lalu, os sering merasakan


lemas dan berobat ke RSMP. Os dinyatakan
menderita penyakit kencing manis dan darah
tinggi. Os berobat rutin ke poli penyakit dalam
setiap bulannya.

Riwayat merokok ada, 1-2 bungkus perhari,


sejak muda. Riwayat minum-minuman
beralkohol ada, sejak muda.
Riwayat Penyakit
Dahulu
• Riwayat hipertensi ada sejak 1 tahun SMRS,
terkontrol.
• Riwayat penyakit diabetes melitus ada
sejak 1 tahun SMRS, terkontrol.
• Riwayat penyakit jantung disangkal.

• Riwayat penyakit paru disangkal


Riwayat Penyakit
Keluarga
• Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
• Riwayat penyakit diabetes melitus :
disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Kebiasaan

• Riwayat merokok : + 20 tahun merokok,


+ 1-2 bungkus rokok/hari
• Riwayat suka makanan tinggi kolestrol :
Disangkal
• Riwayat minum alkohol : Ada sejak + 20
tahun SMRS
Riwayat Sosial Ekonomi

• Pasien adalah seorang buruh, bekerja di


celenteng.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum:
• Keadaan sakit : Tampak sakit sedang

• Kesadaran : Compos mentis

• Berat badan : 60 kg
• Tinggi badan : 160 cm

• Keadaan Gizi : Normal

• Bentuk tubuh : Astenicus

• Tekanan darah : 140/90 mmHg


Pemeriksaan fisik
Nadi
• Frekuensi : 96 kali per menit
• Irama: Reguler
• Isi : Cukup
• Tegangan : Kuat
• Kualitas : Baik
Pernafasan
• Frekuensi : 28 kali per menit
• Irama: Reguler
• Tipe : thoraco-abdominal
Temperatur : 37,6°C
Pemeriksaan fisik

kepala mata telinga hidung

Mulut,
tenggorok Leher Kulit Abdomen
an

ekstremita
Genitalia
s

TIDAK ADA KELAINAN


Pemeriksaan
Thorax:
• Bentuk dada : Simetris, sela iga tidak
tampak melebar.
• Pembuluh darah : Spider nevi tidak ada,
venektasi tidak ada
• Nyeri ketok : Tidak ada
• Krepitasi : Tidak ada
Pemeriksaan
Thorax:
• Paru Depan

Inspeksi : Statis, dinamis, simetris


• Statis Kanan sama dengan kiri
• Dinamis Kanan teringgal dengan kiri

Sela iga melebar (-), retraksi intercostae (-), benjolan (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan menurun dibanding dengan kiri,


benjolan (-)

Perkusi : Redup pada paru kanan, sonor pada paru kiri

Auskultasi : Vesikuler (+/+) menurun pada kanan, ronki (-/-),


wheezing (-/-)
Pemeriksaan
Thorax:
• Paru Belakang

• Inspeksi : Simetris

• Palpasi : Stem fremitus kanan menurun


dibanding dengan kiri
• Perkusi : Redup pada paru kanan, sonor pada
paru kiri
• Auskultasi :Vesikuler (+/+) menurun pada kanan,
ronki(-/-),
• wheezing(-/-)
Pemeriksaan
Thorax:
• Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi :
• Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
• Kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
• Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR: 96 x/menit; S1- S2 reguler, murmur (-),


gallop (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 30 November 2018

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 14.3 g/dL 14.0 – 18.0
Leukosit 12.7 /ul 4.2 – 11.0
Trombosit 578 150 – 440
Hematokrit 40.7 42 – 52
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 99 mg/dL 70 – 140
Ureum 41 mg/dL 10 – 50
Kreatinin 1.2 mg/dL 0.60 – 1.50
Natrium 139 mEq/L 135 – 148
Kalium 3.7 mEq/L 3.5 – 5.5
Urin
(01/12/18)

Makroskopis Sedimen

• Warna : Kuning muda • Epitel : 12

• Kejernihan : jernih • Leukosit : 0-1

• Berat Jenis : 1020 • Eritrosit : 1-2

• Glukosa urin : negatif • Silinder : negatif

• Protein urin : negatif • Bakteri : negatif

• Keton urin : negatif


BTA
(05/12/18)

Makroskopis Sedimen

• Warna : Kuning muda • Epitel : 12

• Kejernihan : jernih • Leukosit : 0-1

• Berat Jenis : 1020 • Eritrosit : 1-2

• Glukosa urin : negatif • Silinder : negatif

• Protein urin : negatif • Bakteri : negatif

• Keton urin : negatif


Pemeriksaan EKG

Kesan:
• Irama sinus

• Laju QRS : 106


x/menit, regular
• Interval PR normal

• Aksis: normal

• Gelombang P,
kompleks QRS normal

• ST elevasi di Lead V1,


V 2.
Pemeriksaan Ro Thorax AP

Kesan :

Efusi Pleura Masif


Dextra
Pemeriksaan USG Thorax

Kesan :

Cairan (+)

Benjolan (+)
Diagnosa Banding

• Efusi Pleura Dextra e.c. susp. Tumor paru +


Hipertensi Grade I + DM Tipe 2
• Efusi Pleura Dextra e.c. susp. TB Paru +
Hipertensi Grade I + DM Tipe 2
• Efusi Pleura Dextra e.c. susp. Pneumonia
Lobaris + Hipertensi Grade I + DM Tipe 2
Diagnosa Kerja

• Efusi Pleura Dextra e.c. susp. Tumor paru +


Hipertensi Grade I + DM Tipe 2
Penatalaksanaan

Non Farmakologis
• Istirahat tirah baring.

• Edukasi (disarankan untuk membatasi


aktivitas dan menjelaskan faktor risiko)
• Terapi gizi (hindari obesitas, diet tinggi
protein).
• Hentikan rokok.
Penatalaksanaan
Farmakologis
• IVFD RL gtt xx/menit (mikro)
• Injeksi ceftriaxone vial 2 x 1 g IV
• Injeksi Furosemid ampul 1 x 40 mg IV
• Injeksi Ranitidin ampul 1 x 50 mg IV
• Injeksi N Acetylsistein ampul 2 x 1 IV
• Candesartan tab 1 x 8 mg p.o
• Metformin tab 3 x 500 mg p.o
• Glimepirid tab 1 x 2 mg p.o
Pemeriksaan Anjuran

• Sitologi

• Pemeriksa enzim jantung

• Pemeriksa BSN, BSPP, HBA1C


Prognosis

• Quo Ad Vitam : Dubia ad Bonam


• Quo Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Follow Up
01/11/2018 sesak nafas TTV: Efusi Pleura 1. IVFD RL gtt
berkurang, nyeri TD: 140/90 Dextra e.c. xx/menit (mikro)
dada berkurang, mmHg susp. Tumor 2. Injeksi ceftriaxone
batuk (+) N: 96x/menit paru + vial 2 x 1 g IV
RR: 28x/menit Hipertensi 3. Injeksi Furosemid
Temp: 37.60C Grade I + DM ampul 1 x 40 mg IV
Tipe 2 4. Injeksi Ranitidin
ampul 1 x 50 mg IV
5. Injeksi N
Acetylsistein ampul 2
x 1 IV
6. Candesartan tab 1 x
8 mg p.o
7. Metformin tab 3 x
500 mg p.o
8. Glimepirid tab 1 x
2 mg p.o
Follow Up
03/11/2018 sesak nafas TTV: Efusi Pleura 1. IVFD RL gtt
berkurang, nyeri TD: 130/80 Dextra e.c. xx/menit (mikro)
dada berkurang, mmHg susp. Tumor 2. Injeksi ceftriaxone
batuk (+) N: 88x/menit paru + vial 2 x 1 g IV
RR: 24x/menit Hipertensi 3. Injeksi Furosemid
Temp: 36.80C Grade I + DM ampul 1 x 40 mg IV
Tipe 2 4. Injeksi Ranitidin
ampul 1 x 50 mg IV
5. Injeksi N
Acetylsistein ampul 2
x 1 IV
6. Candesartan tab 1 x
8 mg p.o
7. Metformin tab 3 x
500 mg p.o
Glimepirid tab 1 x 2
mg p.o
Follow Up
04/11/2018 sesak nafas TTV: Efusi Pleura 1. IVFD RL gtt
berkurang, nyeri TD: 130/80 Dextra e.c. xx/menit (mikro)
dada berkurang, mmHg susp. Tumor 2. Injeksi ceftriaxone
batuk (+) N: 92x/menit paru + vial 2 x 1 g IV
RR: 22x/menit Hipertensi 3. Injeksi Furosemid
Temp: 36.80C Grade I + DM ampul 1 x 40 mg IV
Tipe 2 4. Injeksi Ranitidin
ampul 1 x 50 mg IV
5. Injeksi N
Acetylsistein ampul 2
x 1 IV
6. Candesartan tab 1 x
8 mg p.o
7. Metformin tab 3 x
500 mg p.o
Glimepirid tab 1 x 2
mg p.o
Follow Up
05/11/2018 sesak nafas TTV: Efusi Pleura 1. IVFD RL gtt
berkurang, nyeri TD: 130/80 Dextra e.c. xx/menit (mikro)
dada berkurang, mmHg susp. Tumor 2. Injeksi ceftriaxone
batuk (+) N: 94x/menit paru + vial 2 x 1 g IV
RR: 22x/menit Hipertensi 3. Injeksi Furosemid
Temp: 36.50C Grade I + DM ampul 1 x 40 mg IV
Tipe 2 4. Injeksi Ranitidin
ampul 1 x 50 mg IV
5. Injeksi N
Acetylsistein ampul 2
x 1 IV
6. Candesartan tab 1 x
8 mg p.o
7. Metformin tab 3 x
500 mg p.o
Glimepirid tab 1 x 2
mg p.o
BAB IV
ANALISIS
KASUS
ANALISIS KASUS

Pada pasien terdapat gejala sesak nafas yang


semakin memberat, tidak di pengaruhi
aktifitas, cuaca dan posisi. Keluhan disertai
nyeri dada saat bernafas, batuk, penurunan
nafsu makan dan berat badan, mual dan BAK
yang sedikit. Dari karakteristik gejala, efusi
pleura yang massive dapat dipikirkan menjadi
penyebab timbulnya keluhan sesak nafas
pada pasien.
ANALISIS KASUS

Sesak nafas yang dirasakan pasien


merupakan keluhan utama yang sering di
rasakan pada penderita efusi pleura. Keluhan
biasanya dirasakan 2-4 minggu sebelum
penyakit diketahui. Efusi plura merupakan
penyakit dengan patogenesis yang cukup
lama seperti pleuritis, hemotoraks, piotoraks,
hidrotoraks dan lain-lain.
ANALISIS KASUS

Keluhan sesak nafas ini dikarenakan terjadi


penumpukan cairan yang terjadi pada pleura
di akibat kan 2 faktor, yang pertama
perbedaan tekanan osmotik cairan dan
protein, atau karena agregasi akibat proses
radang. Pada pasien penumpukan cairan
kemungkinan di akibatkan oleh proses radang
yang semakin lama terus berlangsung.
ANALISIS KASUS

Faktor-faktor risiko perlu dicari apabila


menghadapi kasus keluhan sesak nafas. Karena
dengan ditemukannya faktor-faktor risiko
tersebut, maka diagnosis efusi pleura menjadi
lebih kuat. Adapun faktor-faktor risiko pada
pasien tersebut adalah sebagai berikut. :
• Jenis kelamin laki-laki

• Usia lanjut

• Riwayat merokok
ANALISIS KASUS

Keluhan lain yang dirasakan pasien seperti


nyeri dada saat bernafas itu diakibatkan otot
bantu nafas yang mengalami spasme di
akibatkan sesak nafas yang dirasakan pasien
sehingga menggunakan otot bantu nafas
terus menerus dalam jangka waktu yang
lama. Keluhan ini akan berkurang, jika sesak
nafas pada pasien mengalami perbaikan.
ANALISIS KASUS

• Batuk yang dirasakan pasien merupakan


proses fisiologis yang terjadi pada sistem
respirasi apabila terdapat benda asing, baik
itu berupa cairan ataupun alergen. Respon
batuk pada pasien, dikarenakan proses
radang dari penumpukan cairan yang
berlangsung pada sistem pernafasan
pasien.
ANALISIS KASUS

Begitu pula dengan nafsu makan menurun


yang diiringi penurunan berat badan, di
akibatkan respon inflamasi yang
mengeluarkan histamin yang mengaktifkan
sensasi nausea pada otak. Keluhan BAK yang
sedikit-sedikit pada pasien diakibatkan
akumulasi cairan yang banyak pada paru,
sehingga ekskresi pada ginjal berkurang.
ANALISIS KASUS
Riwayat merokok lebih dari 40 tahun yang lalu.
Merokok merupakan kebiasaan yang berdampak
buruk bagi kesehatan. Merokok menyebabkan
penyempitan dan pengerasan saluran nafas
sehingga merokok mendorong terjadinya
penyempitan dan radang pada saluran nafas. Asap
rokok mengandung zat berbahaya yang sering
disebut oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan
kerusakan pada dinding arteri dan saluran nafas.
Diabetes mellitus dan Hipertensi bukan merupakan
faktor risiko terjadinya Efusi Pleura. Namun
merupakan penyakit yang memperberat radang
pada saluran nafas.
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
peningkatan kadar leukosit Peningkatan kadar
leukosit pada pasien ini disebabkan oleh suatu
proses infeksi. Pada pasien dengan infeksi
biasanya didapatkan peningkatan leukosit,
berbeda dengan penyakit akibat virus yang
biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal. Pada pemeriksaan BTA 3x
ditemukan hasil negatif pada ketiga
pemeriksaan BTA tersebut.
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan penunjang berupa Ro.
Thoraks di dapatkan gambaran Efusi Pleura
yang Massive pada paru kanan. Dan pada
pemeriksaan ECG 12 sadapan didapatkan hasil
berupa sinus takikardia. Hal ini menunjukkan
diagnosis mengarah ke Efusi Pleura Dekstra
Massive dimana dapat ditegakkan jika pasien
dengan manifestasi klinis menunjukkan bukti
adanya gambaran radiologis dan dapat disertai
dengan hasil pemeriksaan sitologi.
ANALISIS KASUS
Tatalaksana farmakologis yang diberikan yaitu
IVFD Ringer Laktat yang berfungsi sebagai
pengganti cairan tubuh yang hilang dan
memenuhi nutrisi tubuh yang kurang.

Injeksi ceftrioxone pada kasus ini berguna


sebagai antibiotik spektrum luas yang
membantu tubuh melawan respon radang yang
timbul pada saluran nafas.
ANALISIS KASUS
Berbeda dengan injeksi ranitidine sebagai
antagonis histamine 2 yang di tambahkan
sebagai rasa nyaman pada pasien dalam proses
rawat inap. Injeksi furosemide sebagai diuretik
disini memeiliki dua fungsi, pertama
menurunkan tekanan darah, walaupun tidak
terlalu signifikan dan yang kedua merupakan
yang terpenting ialah untuk mengurangi
penumpukan cairan pada pleura.
ANALISIS KASUS
Injeksi N. Ace di gunakan sebagai mukolitik
terbaik untuk mengencerkan dahak pada
saluran nafas pasien, yang diharapkan dapat
mengurangi respon batuk pada pasien.
Metformin merupakan hipoglikemik golongan
biguanid yang dapat di kombinasikan dengan
hipoglikemik golongan sulfonilurea seperti
glimepiride yang di harapkan dengan kedua
kombinasi tersebut dapat menghasilkan kadar
gula darah yang normal.
ANALISIS KASUS
Obat candesartan merupakan antihipertensi
golongan Angiotensin Reseptor Bloker yang
bekerja pada reseptor ginjal untuk mengatur
tekanan darah. ARB merupakan pilihan pada
pasien hipertensi dengan diabetes melitus dan
juga ARB tidak memiliki efek samping pada
saluran nafas yang memperburuk keadaan efusi
pleura yang diderita pasien. Selain itu ARB juga
menyebabkan ekskresi pada ginjal sehingga
mempengaruhi tekanan osmotik yang sedikit
bermanfaat pada pasien dengan efusi pleura.
ANALISIS KASUS
Prognosis ad vitam pada kasus ini bonam, hal ini
dipengaruhi oleh keadaan pasien pada saat
datang yang masih dalam keadaan umum yang
baik. Untuk prognosis fungsionam dubia ad
bonam. Di karenakan masih menunggu hasil
dari pemeriksaan sitologi
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
EFUSI PLEURA
(Definisi)

Efusi pleura adalah adanya penumpukan


cairan dalam rongga (kavum) pleura yang
melebihi batas normal.Dalam keadaan normal
terdapat 10-20 cc cairan.
EFUSI PLEURA
(Definisi)

Ada beberapa jenis cairan yang bisa


berkumpul di dalam rongga pleura :
- Hidrotoraks

- Hemotoraks

- Empiema 

- Chylotoraks 
EFUSI PLEURA
(Anatomi dan Fisiologi Pleura )
EFUSI PLEURA
(Anatomi dan Fisiologi Pleura )

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan


kedua permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis bergerak selama pernapasan dan
untuk mencegah pemisahan toraks dan paru

Jumlah total cairan dalam setiap rongga


pleura sangat sedikit, hanya beberapa mililiter
yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain
menyebutkan bahwa jumlah cairan pleura
sebanyak 12-15 ml
EFUSI PLEURA
(Epidemiologi)

Secara umum, kejadian efusi pleura adalah


sama antara kedua jenis kelamin. Sekitar dua
pertiga dari efusi pleura ganas terjadi pada
wanita. Efusi pleura ganas secara signifikan
berhubungan dengan keganasan payudara
dan ginekologi. Efusi pleura yang terkait
dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria
EFUSI PLEURA
(Etiologi)

• Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya,


radang, keganasan, emboli paru)
• Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya,
hipoalbuminemia, sirosis)
• Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan
pembuluh darah (misalnya, trauma, keganasan, peradangan,
infeksi, infark paru, obat hipersensitivitas, uremia, pankreatitis)
• Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi
sistemik dan / atau paru-paru (misalnya, gagal jantung
kongestif, sindrom vena kava superior)
• Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi
paru penuh (misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)
EFUSI PLEURA
(Etiologi)

• Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan lengkap,


termasuk obstruksi duktus toraks atau pecah (misalnya,
keganasan, trauma)
• Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi di diafragma
melalui limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis
peritoneal)
• Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura viseral

• Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisiten


menyebabkan adanaya akumulasi cairan di pleura
• Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang
(tuberkulosis, pneumonia, virus, bronkiektasis, abses amuba
subfrenik yang menembus ke rongga pleura), karena tumor dan
trauma
EFUSI PLEURA
(Klasifikasi)

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan


berdasarkan mekanisme pembentukan cairan
dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas
transudat atau eksudat.
• Transudat hasil dari ketidakseimbangan
antara tekanan onkotik dengan tekanan
hidrostatik
• Eksudat adalah hasil dari peradangan
pleura atau drainase limfatik yang menurun
EFUSI PLEURA
(Klasifikasi)

Transudat

Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara


tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga
terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi
reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi
pada:
• Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

• Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner

• Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura

• Menurunnya tekanan intra pleura


EFUSI PLEURA
(Klasifikasi)

Ekusudat
• Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
• Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
• Tumor pada pleura
• Iinfark paru,
• Karsinoma bronkogenik
• Radiasi,
• Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE
(Sistemic Lupus Eritematosis).
EFUSI PLEURA
(Patofisiologi)
Penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:
• Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan
pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum
Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung
kiri dan sindroma vena kava superior.
• Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada
atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis.
• Meningkatnya kadar proteindalam cairan pleura dapat menarik lebih
banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
• Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan
transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura
• Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe
bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena
sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe, gangguan kontraksi
saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening.
EFUSI PLEURA
(Manifestasi Klinis)

Dari anamnesa didapatkan :


• Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi
pada saat permulaan pleuritis disebabkan karena
nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya
meningkat, terutama kalau cairannya penuh
• Rasa berat pada dada
• Batuk pada umumnya non produktif dan ringan,
terutama apabila disertai dengan proses tuberkulosis
di parunya, Batuk berdarah pada karsinoma
bronchus atau metastasis
• Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada
empiema
EFUSI PLEURA
(Manifestasi Klinis)

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :


• Dinding dada lebih cembung dan gerakan
tertinggal
• Vokal fremitus menurun
• Perkusi dull sampal flat
• Bunyi pernafasan menruun sampai
menghilang
• Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat
dapat dilihat atau diraba pada treakhea
EFUSI PLEURA
(Pemeriksaan Penunjang)

- Rontgen dada

- USG Dada

- CT Scan Dada

- Torakosentesis

- Biopsi Pleura

- Analisa cairan pleura


EFUSI PLEURA
(Penatalaksanaan)

- Obati penyakit yang mendasarinya

- Torakosentesis

- Pleurodesis

- Pengobatan pembedaha
BAB V

PENUTUP
PENUTUP
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 68 tahun
dengan keluhan dengan keluhan sesak nafas
sejak ± 1 minggu. Sesak nafas tidak dipengetuhi
aktifitas, perubahan posisi dan cuaca. Nyeri
dada juga dirasakan terutama saat bernafas
seperti ditarik-tarik. Batuk berdahak kental
berwarna putih dan berbusa juga dirasakan
terus menerus. Disertai dengan nafus makan
menurun dan BAK yang sedikit.
PENUTUP
Hal seperti ini sudah dirasakan sejak 2 bulan lalu
namun kali ini semakin memberat. Pasien juga
mengakui sudah minum obat namun sakit tidak
berkurang. Pada pemeriksaan fisik keadaan
umum baik compos mentis, pernapasan
28x/menit, tekanan darah palpasi 140/90, Nadi
100x/menit.
PENUTUP
• Telah ditegakkan diagnosa atas pasien ini yaitu
Efusi Pleura, pasien diberikan terapi oksigen,
antibiotik sebagai respon radang, diuretik untuk
mengurangi cairan, mukolitik sabagai respon
terhadap batuk, serta obat antihipertensi dan
hipoglikemia untuk riwayat penyakit lama
pasien. Setelah dilakukan perawatan dan
pengobatan pada pasien, serta menunggu hasil
sitologi pasien, keadaan pasien sedikit
membaik dan diizinkan pulang.
• Penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai
dengan teori penatalaksanaan Efusi Pleura.
TERIMA

KASIH

Anda mungkin juga menyukai