Anda di halaman 1dari 54

CARA BELAJAR AUD

Melalui Bermain
Qudsi Amin, S.Pd.I
Tlp/HP. : 0331-541284 /
081358190026
Email : chak_qud80@yahoo.co.id

Alamat Rumah :
Jl. Suprayitno 33 Kec. Arjasa
Kabupaten JEMBER

Unit kerja :
PAUD Terpadu AL-MAHRUS
Arjasa Jember
KISI – KISI MATERI
1. ASAS PEMBELAJARAN AUD.
2. SISTEM PEMBELAJARAN AUD.
3. HAKIKAT BERMAIN
4. JENIS MAIN
5. PIJAKAN MAIN DALAM MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN AUD.
ASAS PEMBELAJARAN
1. APERSEPSI
2. KEKONKRITAN
3. MOTIVASI
4. KEMANDIRIAN
5. KERJASAMA (KOOPERATIF)
6. PERBEDAAN INDIVIDU
7. KETERPADUAN
8. BELAJAR SEPANJANG HAJAT
APERSEPSI
AUD. dalam mengolah hasil belajar
dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Oleh sebab itu pembelajaran
yang dilakukan oleh guru hendaknya
memperhatikan pengetahuan dan
pengalaman anak agar bisa mencapai hasil
belajar secara optimal.
KEKONKRITAN

Melalui interaksi dengan objek


nyata dan pengalaman konkrit,
pembelajaran perlu menggunakan
berbagai media dan sumber
belajar agar apa yang dipelajari
anak menjadi bermakna.
ASAS MOTIVASI

Belajar akan optimal jika anak


memiliki dorongan untuk belajar,
oleh sebab itu pembelajaran
hendaknya dirancang sesuai
dengan kebutuhan, minat dan
kemauan anak.
ASAS KEMANDIRIAN

Kemandirian merupakan upaya


yang dimaksudkan untuk melatih
anak dalam memecahkan
masalahnya. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya
dirancang untuk mengembangkan
kemandirian anak.
ASAS KERJASAMA ( KOOPERATIF )
Kerjasama menjadi asas karena dengan
kerjasama keterampilan sosial anak akan
berkembang optimal. Oleh sebab itu,
pembelajaran hendaknya dirancang untuk
mengembangkan keterampilan sosial anak.
(bertanggung jawab dalam kelompok,
membantu teman, aktif, menghargai
teman dll)
ASAS PERBEDAAN INDIVIDU
Setiap anak itu bersifat unik, berbeda
dengan yang lain. Oleh sebab itu,
pembelajaran hendaknya memperhatikan
perbedaan individu. (latar belakang
keluarga, kemauan, minat, cara belajar )
agar anak mencapai hasil belajar yang
optimal.
ASAS KETERPADUAN (KORELASI)
Aspek pengembangan yang satu dengan aspek
pengembangan yang lain saling berkaitan. Oleh
sebab itu pembelajaran dirancang dan
dilaksanakan secara terpadu.
(Perkembangan bahasa akan terkait dengan
kognitif, perkembangan kognitif berkaitan
dengan perkembangan prilaku/pembiasaan
anak, dll)
ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Proses belajar anak tidak hanya
berlangsung di PAUD tetapi sepanjang
hayat anak. Oleh sebab itu, pembelajaran
di PAUD hendaknya diupayakan untuk
membekali dan mendorong anak agar
selalu ingin berusaha belajar kapanpun
dan dimanapun.
SISTEM PEMBELAJARAN PAUD
1. SISTEM AMONG DAN PENGASUHAN
BERSAMA
2. SISTEM TRI SENTRA
3. SISTEM KLASIKAL
4. SISTEM BERMAIN SAMBIL BELAJAR
SISTEM AMONG DAN PENGASUHAN BERSAMA
KI HAJAR DEWANTARA ( Bpk Pendd. Nas.)

“KONSEP AMONG METHODE” AMONG


mempunyai pengertian menjaga,
membina dan mendidik anak dengan
kasih sayang.
Pelaksana “among” (momong) disebut
PAMONG, yang mempunyai kepandaian
dan pengalaman lebih dari yang diamong.
SISTEM TRI SENTRA
KI HAJAR DEWANTARA ( Bpk Pendd. Nas.)

“TRI SENTRA / TRI PUSAT


Pendidikan itu berlansung secara simultan
di tiga sentra: sentra rumah (keluarga),
sentra perguruan (sekolah), dan sentra
masyarakat (lingkungan).
SISTEM KLASIKAL

Sistem klasikal artinya kegiatan pembelajaran


dilakukan oleh seluruh anak dalam satuan
waktu.
Tergolong sistem paling efisien, dengan sistem
klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan
sekaligus, yaitu pengelolaan kelas (ruang,meja
kursi) dan pengelolaan pembelajaran (tujuan
pembelajaran)
SISTEM BELAJAR MELALUI BERMAIN

Bermain merupakan cara yang paling baik


untuk mengembangkan kemampuan sesuai
kompetensi.
Bermain disesuaikan dengan perkembangan
anak dimulai dari belajar melalui bermain
(unsur bermain lebih besar) ke belajar seraya
bermain (unsur belajar lebih besar)
HAKIKAT BERMAIN
kebutuhan dasar anak yang dipenuhi agar
anak bisa fokus bermain
Abraham Maslow

• Bebas dari rasa lapar dan haus.


• Bebas dari rasa takut dan bahaya.
• Merasa diterima, dihargai dan dicintai oleh
lingkungannya.
APA ITU BERMAIN?
Suatu aktivitas yang langsung
spontan di mana seorang anak
berinteraksi dengan orang lain,
benda-benda di sekitarnya,
dilakukan dengan senang
(gembira), atas inisiatif sendiri,
menggunakan daya khayal
(imaginatif), menggunakan
panca indera, dan seluruh
anggota tubuhnya.
FUNGSI BERMAIN
• Bermain merupakan kegiatan yang memberikan
keseimbangan berbagai aspek fungsi kepribadian
(Rubin, Fein, dan Vandenberg)
• Permainan yang memberikan kontribusi pada
anak dalam belajar konsep dan aktivitas yang
nyata (Smith)
• Bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi seorang anak ( Vigotsky)
APA CIRI-CIRI BERMAIN ?
• Atas dasar sukarela, bukan paksaan.
• Selalu menyenangkan, mengasyikkan dan
menggairahkan.
• Lebih mementingkan proses daripada tujuan.
• Partisipasi aktif, baik secara fisik maupun
secara psikis.
• Bebas dilakukan oleh anak. Bebas membuat
aturan sendiri dan mewujudkan fantasinya.
• Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya
ditentukan anak sebagai pelaku.
ALASAN ANAK BERMAIN

Berdasarkan Teori Klasik, anak bermain karena :


1. Bermain sebagai sarana untuk
mengeluarkan energi (Teori Energi Surplus)
2. Bermain untuk memulihkan energy setelah
kegiatan fisik atau mental (Teori Rekreasi)
3. Menyalurkan naluri secara otomatis,
meningkatkan intelegensi (Teori Instink Praktis)
4. Akumulasi masa lalu secara bertahap (Teori
Rekapitulasi)
5. Melepaskan emosi terpendam (Teori Katarsis)
 Saat bermain semua indera anak bekerja aktif. Semua
informasi --- yang ditangkap indera anak,
disampaikan ke otak sebagai rangsangan -- sel-sel
otak aktif berkembang --membentuk perkawatan.

 Otak yang rimbun karena banyak perkawatan


memiliki kemampuan yang baik
Jenis –Jenis Bermain
BERMAIN AKTIF BERMAIN PASIF
• Tactile Play / • Hanya melibatkan
bermain dg tangan sebagian indera saja
• Functional Play / terutama pendengaran
dan penglihatan. Contoh
bermain dg gerakan motorik receptive play : menonton
kasar televisi.
• Constructive Play /
bermain dg membangun
• Creative Play /
bermain kreatif
• Symbolic /Dramatic Play
• Play Games
CARA ANAK BELAJAR

• Anak belajar dengan


baik bila dalam
suasana yang
menyenangkan.
Saat menyenangkan
syaraf otak terbuka
dan siap untuk
menerima hal-hal
yang baru.
• Anak “belajar” dengan
cara melakukan
“sesuatu”.

• Anak belajar dengan


lebih optimal bila
menggunakan seluruh
panca inderanya.
• Hasil belajar anak
lebih optimal bila
anak diberi
kesempatan untuk
melakukan secara
berulang-ulang dan
teratur.
• Anak belajar apabila
sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Perilaku Sosial
Anak Dalam
Bermain
TIDAK PEDULI
Perilaku Tidak Peduli
PERILAKU
Anak tidak bermain,
tetapi terlibat dalam
“perilaku tidak
peduli.”
PENONTON
Perilaku Penonton

Anak memperhatikan

PERILAKU
anak lain saat
bermain. Mereka
mungkin
berhubungan secara
lisan, tetapi tidak ikut
main.
Perilaku Main sendiri

SENDIRI
Anak terlibat dalam
main dengan diri
SOSIAL sendiri. Main yang
dimaksud
sepenuhnya
mengatur sendiri.
Perilaku
Main Berdampingan

BERDAMPINGAN
Anak main dekat
dengan anak
lainnya. Anak
SOSIAL terlibat dalam
permainan nya
sendiri, tetapi
senang dengan
kehadiran anak
lainnya.
Perilaku Main Bersama

BERSAMA
Anak main dengan
anak lainnya dalam
satu kelompok. Ia
SOSIAL dapat bertukar
bahan main, tetapi
tidak ada tujuan
yang direncanakan.
Perilaku Bekerja sama

Anak main
dengan anak lain
dan mainnya
memiliki
tujuan yang
direncanakan.
Anak merencana-
kan dan berperan.
JENIS MAIN

1. MAIN SENSORIMOTOR
2. MAIN PEMBANGUNAN
3. MAIN PERAN
Gerakan bebas otot besar dan kecil
serta menggunakan seluruh inderanya
untuk melatih tubuh dan fungsi-fungsi
sensorimotornya
Menangkap rangsangan
melalui penginderaan dan
menghasilkan gerakan
sebagai reaksinya

Anak main dengan benda


untuk membangun persepsi.
KEBUTUHAN MAIN
SENSORIMOTOR TERPENUHI:
• Anak disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan
bermacam-macam bahan dan alat permainan yang dapat
merangsang semua indera dan disediakan baik di dalam
maupun di luar ruangan.

• Anak diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, untuk


bereksplorasi dengan alat dan bahan main dengan semua
inderanya.

• Lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan


menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak
tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang
mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak
Anak bermain dengan benda untuk
mewujudkan ide/gagasan yang dibangun
dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk
nyata.
Saat anak menghadirkan dunia mereka
melalui main pembangunan, mereka berada di
posisi tengah antara main dan kecerdasan
menampilkan kembali (merefleksikan)
Anak mengeluarkan ide dengan aneka bahan untuk
menghasilkan karya, misalnya :
•Membuat kerajinan
•Membangun balok
•Menggambar, melukis, dll
Anak bermain dengan benda untuk
menghadirkan konsep yang dimiliki

Main peran juga disebut


i.
main simbolik, pura-
pura, make-believe,
fantasi, imajinasi, atau
main drama
Jenis Main Peran
Ada dua jenis main peran: mikro dan
makro.
Main peran mikro anak memainkan
peran melalui tokoh yang diwakili oleh
benda- benda berukuran kecil, contoh
kandang dengan binatang-binatangan
dan orang-orangan kecil.
Main peran makro anak bermain menjadi
tokoh menggunakan alat berukuran
besar yang digunakan anak untuk
menciptakan dan memainkan peran-
peran.
PIJAKAN MAIN

1. Penataan Lingkungan Main


2. Pijakan Sebelum Main
3. Pijakan Saat Main
4. Pijakan Setelah Main
PENATAAN LINGKUNGAN
• Penempatan alat main yang tepat memungkinkan anak:
– Mandiri, disiplin, bertanggung jawab, memulai
dan mengakhiri main, klasifikasi
• Penataan alat dan bahan selama main seharusnya
mendukung anak:
- Membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide,
menuangkan ide menjadi karya nyata,
mengembangkan kemampuan sosial
Penataan alat main

Foto2 Doc. PAUD Taman Belia Candi


7/14/2019 BERMAIN
7/14/2019 BERMAIN
Main Peran

7/14/2019 BERMAIN Foto2 Doc.PAUD Taman Belia Candi


Pijakan lingkungan main
peran
- Menghitung tempat main
- Merencanakan pengalaman
densitas dan intensitas main
peran.
- Memiliki berbagai alat –alat
untuk mendukung tahap
perkembangan anak.
- Memiliki bahan keaksaraan
- Menata lingkungan main peran
untuk mendukung keberhasilan
hubungan sosial.
PIJAKAN AWAL MAIN

• Bacakan buku cerita dan nyanyikan lagu


• Mencari kosa kata baru
• Mengenalkan tempat-tempat main dan batas
tempat main
• Menginformasikan pada anak siapa yang akan
terlibat dalam permainan
• Mendiskusikan aturan main
• Menginformasikan pada anak kegiatan apa yang
akan dilakukan selesai main di sentra
PIJAKAN SAAT MAIN

Ada 5 skala pendampingan Guru / orang dewasa


diwaktu anak main ;
• Pengamatan (Visually looking on)
• Pernyataan tidak langsung (Non directive
statement).
• Pertanyaan (Question)
• Pernyataan langsung (Directive statement)
• Intervensi fisik
PIJAKAN SETELAH MAIN

• Setelah kegiatan beres-beres selesai,


guru mengajak anak untuk berkumpul
duduk membuat lingkaran, mengingat
kembali kegiatan-kegiatan apa saja
yang telah dilakukan. Masing-masing
anak saling menceritakan pengalaman
mainnya.

Anda mungkin juga menyukai