Anda di halaman 1dari 199

SEXUAL TRANSMITTED

INFECTION

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN


KULIT DAN KELAMIN
FK. UNSYIAH / RSUD Dr ZAINOEL
ABIDIN
BANDA ACEH
2016
1
SUGGESTED READING

1. Sexually Transmitted Diseases. In: Goldsmith LA,


Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K, editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th
ed. New York: Mc Graw-Hill;2012.

2. Holmes KK, et al.. Sexually Transmitted Diseases.


4th ed. New York:McGraw Hill,2008

3. Hansfield H Hunter. Color atlas and synopsis of


STD. 3th ed. New York : Mc Graw-Hill;2011

2
SEXUAL TRANSMITTED
INFECTION
1. DISCHARGE
2. ULCER OR EROSION
3. NODUL
4. VEGETATION
URETHRAL DISCHARGE AND
VAGINAL DISCHARGE (FLUOR ALBUS)
1. GONOCOCCAL URETHRITIS
2. NON GONOCOCCAL URETHRITIS
a. NSGI /NSU
b. Trichomonas vaginalis
c. Bacterial vaginosis
d. Vulvovaginal candidiasis
e. Genital herpes simplex (erosion and discharge)
ULCER ATAU EROSION
1. ULCUS MOLLE
2. ULCUS DURUM (LUES I/SYPHILLIS
PRIMER)
3. HERPES GENETALIS

5
NODUL

1. LIMFOGRANULOMA VENERIUM
2. INGUINALE SYNDROME
VEGETATION
1. CONDYLOMA ACCUMINATUM
2. CONDYLOMATA LATA (SYPHILLIS
SEKUNDER)
3. MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
8
FLUOR ALBUS
• Fluor albus adalah cairan kental
keputihan yang keluar dari vagina
dan rongga uterus.
• Sinonim : leukorrhea

9
PATOFISIOLOGI
• Tidak semua fluor albus bersifat patologis.
• Sekret vagina normal (fisiologis) bersifat :
– encer tidak kental,
– tidak berwarna
– tidak berbau
– biasanya terdapat pada forniks posterior
– dipengaruhi kadar hormon

10
PATOFISIOLOGI
Lingkungan vagina normal
• Hubungan dinamis antara Lactobacillus
acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, pH vagina, hasil
metabolit lain
• Lacobacillus menghasilkan hidrogen
peroksida
• Toksik terhadap bakteri patogen
• pH optimal : 3,8 – 4,2
11
PATOFISIOLOGI
Sekret vagina abnormal
• Terjadi perubahan warna dan jumlah,
misalnya :
– Keputihan disertai rasa gatal
– Sekret vagina yang bertambah banyak
– Rasa panas saat kencing
– Sekret vagina putih dan menggumpal
– Berwarna putih keabuan atau kuning dengan bau
menusuk

12
Fluor albus yang patologis
dapat disebabkan oleh :

1. INFEKSI
• Bakteri : Chlamydia,Bakterial Vaginosis dan Gonokokus
• Jamur : Candida
• Protozoa : Trichomonas vaginalis
• Virus : virus Herpes dan Human Papilloma virus
2. IRITASI
• Sperma, pelicin, kondom
• Sabun cuci, pelembut pakaian
• Deodoran, sabun
• Cairan antiseptik untuk mandi
• Pembersih vagina
• Celana ketat
• Tissue toilet berwawarna
3. TUMOR ATAU JARINGAN ABNORMAL LAIN
4. RADIASI
13
14
PENDAHULUAN
URETRITIS

URETRITIS GO URETRITIS NON GO

URETRITIS SPESIFIK URETRIRIS


NON SPESIFIK

15
Tanda uretritis

• Subjektif:
• Nyeri kencing ringan-berat
• Keluar cairan jernih – nanah
• Riwayat kontak seksual

• Objektif:
• MUE udem, erithema
• Ektropion
• Tampak sekret seromukous-purulent

• Laboratorium
• Basah lekosit > 10 400x
• Gram lekosit >4 1000x
16
17
DEFINISI
• Semua penyakit disebabkan Neisseria gonorrhoeae,
suatu diplokokus gram negatif

• Umumnya mengenai :
– Uretra
– Endoserviks
– Rektum
– Faring
– Konjungtiva

• Penyebaran hematogen :
DIG (Disseminated Gonococcal Infection)
18
FAKTOR RESIKO
• Hubungan seksual dengan penderita tanpa
proteksi

• Mempunyai banyak pasngan seksual

• Pada bayi-bayi yang melewati jalan kelahiran


dari ibu yang terinfeksi

• Anak sexual abuse oleh penderita terinfeksi


19
ETIOLOGI

• GRAM NEGATIF
• INTRA DAN
EKSTRASELULER
• DIPLOKOKUS

20
KLINIS
inkubasi
• Pria : 1-14 hari
• Wanita : sering asimtomatik

21
GEJALA KLINIK
INFEKSI PADA PRIA
• MASA INKUBASI 2-8 hari (bisa
sampai 14 hr)
• URETRA PARS ANTERIOR
• KELUHAN DISURI, URETRAL
DISCHARGE
• LENDIR KEKERUHAN SAMPAI
NANAH

PEMERIKSAAN.
• MUE : UDEMA, ERITEMA,
ECTROPION, DISCHARGE
PURULEN
• “BULL HEAD CLAP”

22
INFEKSI PADA WANITA.

60-80% ASIMPTOMATIS.
KELUHAN :

VAGINALDISCHARGE

DISURI

INTERMENSTRUAL
BLEEDING

MENORRHAGIA

NYERI PUNGGUNG

23
DIAGNOSIS
 Anamnesis, klinis, laboratoris
 LABORATORIUM
 Cat Gram duh tubuh (klinik/praktek pribadi)
 Kultur : Thayer martin/modifikasi TM
 Tes definitif ( tes Oksidase, Fermentase)
 Tes NGPP (Beta laktamase, Yodometri,
Penisilin discdifusion, Pyridine-2-
azodimethylalanine cephalosporin (PADAC)
 Tes Thomson
 Imunofluoresensi (langsung & tidak langsung)
 Fiksasi Komplemen
 ELISA

24
KOMPLIKASI
PRIA
• Tisonitis
• Parauretritis
• Cowperitis : sakit pada perineum, disuri
• Infeksi uretra pars post  vesica urinaria : polakisuri,
hematuri
• Prostatitis : nyeri hebat pd perineum, nyeri saat BAB, febris
• Vesikulitis
• Funikulitis
• Epididimitis : febris, edema, kulit skrotum tanda radang (+)
• Infertilitas

25
KOMPLIKASI
WANITA
• Bartholinitis : edema labium mayus (tu. 1/3
bagian bawah), tanda radang akut
• PRP  jaringan parut, tuba  infertilitas
• Salpingitis

• Diseminata : Arthritis, myocarditis,


endocarditis, pericarditis, Meningitis dan
dermatitis

26
TERAPI
Pertimbangkan:

1. Efektivitas,
2. Dosis tunggal,
3. Efek samping,
4. Tempat infeksi,
5. Resistensi,
6. Kemungkinan koinfeksi dg C. Trachomatis 10-30%

27
TERAPI
Infeksi Anogenital, komplikasi (-)
ANJURAN
Cefiksim 400mg /oral dosis tunggal
Ceftriakson 125-250 mg IM dosis tunggal
Cefotaxime 500 mg IM dosis tunggal
Ofloksasin* 400mg /oral dosis tunggal
Spektinomisin 2g IM dosis tunggal, bila alergi dg
cephalosporin

*) tak dianjurkan pada anak/remaja

28
TERAPI
Disseminated GO infection ( komplikasi (+))
PEMBERIAN DILANJUTKAN 2-4 HARI SETELAH PERBAIKAN
ANJURAN
Seftriakson 1g IM or IV /24 jam

PILIHAN
Cefotaxim 1g IV/8jam
Ceftizoxim 1g IV/8jam
Spektinomisin 2g intra muskuler /12 jam

DILANJUTKAN TERAPI ORAL SELAMA 7 HARI:


Cefixim 2x400 mg/hari
Cefpodoxime 2x400 mg/hari

29
TERAPI
GO pada Neonatus

ANJURAN
Ceftriakson 25-50mg/KgBB, IM/IV sehari sekali selama 7 hari
ATAU
Cefotaxime, 25 mg/kg IV/IM per 12 jam selama 7 hari
PENCEGAHAN :
• Sesudah lahir  mata dibersihkan  tetesi Nitras argensi 1%
atau salep tetrasiklin 1%
• Ibu Go (+)  bayi beri Ceftriakson 50mg/KgBB,
intramuskuler s/d max. 125mg

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
URETRITIS NON GONOKOKAL
NON GONOKOKAL GENITAL INFEKSI

TANDA KLINIS URETRITIS


• URETRAL DISCHARGE
• DISURI
• GATAL PADA UJUNG URETRA

TANDA PATOGNOMONIK DITEMUKANNYA


PMNL5 ATAU LEBIH PADA PRIA
PMNL 15 ATAU LEBIH PADA WANITA.

46
PENYEBAB:
• SPESIFIK
Chlamydia trachomatis.
Ureaplasma urealyticum
Trichomonas vaginalis
Jamur
Herpes Simplex
Adenovirus
Haemophilus sp
Bacteriodes urealyticum
• NON SPESIFIK

47
48
PENDAHULUAN
Chlamydia trachomatis terdiri dari 15 serovars :
• A, B, Ba, C : penyebab trachoma
• D, E, F, G, H, I, J, K : penyebab infeksi saluran
genital,conjungtivitis, pneumonia infantile
• L1, L2, L3, penyebab LGV (Limfogranuloma
venereum)

49
EPIDEMIOLOGI
• Th. 1997 : > 500.000 kasus (200/100.000
penduduk)
• Amerika Serikat : 3-4 juta kasus/tahun
• WHO: 90 juta kasus

50
PENYEBAB
Chlamydia trachomatis serovar D,E,F,G,H,I,J
• Mempunyai dinding sel dan membran sel
• Sitoplasma mengandung DNA & RNA
• Metabolisme khas
• Multiplikasi hanya pada sel (intraseluler obligat)
• Membentuk inklusi dalam sitoplasma
• Antigen : MOMP (mayor outer membrane protein),
lipopolisakarida, HSP (heat shock protein)
• Menyebabkan respon imun : pembentukan antibodi dan
imunitas seluler

51
CHLAMYDIA TRACHOMATIS

Proses masuk kedsalam sel :


1. Elementari Bodi melekat dalam sel
2. Masuk kedalam sel
3. Berubah menjadi retikulate bodi (bertumbuh
dan berkembang biak)
4. Berubah menjadi Elementari bodi
5. Dilepaskan untuk menginfeksi.

52
INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
• Simptomatik : 75% kasus
• Gejala :
– discharge uretra
– Dysuria
– Epididymitis
– prostatitis.
• Bisa menyebabkan infertilitas
• Menyerupai uretritis GO tetapi gejala lebih ringan dan
timbulnya lebih lama
• Inkubasi :7-21 hari

53
INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
• Pria dg NSU (non spesific uretriris) : 30-50% karena
Chlamydia
• Sering ko-infeksi dengan Gonorrhoe (15-35%)
• 80% menjadi Reiter’s syndrome
– Uretritis
– Arthritis / atralgia
– Lesi mukokutaneus
– Conjungtivitis
– +/- gx sistemik : panas, myalgia, anoreksia, BB turun

54
55
56
BENTUK KLINIK LAIN

• EPIDIDYMITIS
• PROSTATITIS
• PROCTITIS
• REITER SYNDROM

57
INFEKSI CHLAMYDIA PADA
SAL GENITAL WANITA

• Sering asimptomatik : 70%


• Gejala :
– vaginal discharge purulent
– servicitis mukopurulen
– nyeri perut bawah
– post coital/intermenstrual bleeding
– Dysuria
– pelvic inflammatory disease (PID)
• Bisa menyebabkan kehamilan ekstra uterine (KET),
infertilitas, cervical celluler atypia
58
CERVICITIS
• Menyerang epitel silindris serviks
• Sulit dibedakan dengan proses inflammasi lain pada serviks
• Asimptomatis
• Gejala :
– discharge mukopurulent
– hypertrophic ectopia
– postcoital bleeding
– spotting
• Kriteria dugaan cervicitis :
– hapusan serviks PMN > 30 plp
– swab test +
– eritema, edema, mudah bleeding
• C. trachomatis serotype G bisa berkembang menjadi squamous cell
carcinoma (SCC)

59
INFEKSI
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
GENITALIA WANITA

60
BENTUK KLINIK LAIN

• BARTHOLINITIS
• ENDOMETRITIS
• SALPINGITIS
• PERIHEPATITIS

61
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM INFEKSI
CHLAMYDIA
DETEKSI CHLAMYDIA :
• Kultur sel
• DFA (Direct Fluorescent Antibody Assays)
• EIA (Enzyme Immunoassays)
• RNA-DNA hybridzation (PCR dan LCR)

SEROLOGI :
• Menggunakan microimmunofluorescence (MIF)
• ELISA (Enzyme-lnked Immunosorbent assay)
• IgM, IgA, IgG

62
63
PENATALAKSANAAN

• Azitromisin 1 gr dosis tunggal atau


• Eritromisin 4 x 500 mg, 7 hari atau
• Doksisiklin 2 x 100 mg, 7 hari

64
65
Bakterial Vaginosis (BV)
DEFINISI :
BAKTERIAL VAGINOSIS MERUPAKAN
KEADAAN KLINIK DENGAN KELUHAN
PENINGKATAN SEKRESI VAGINA DAN
BAU YANG TIDAK ENAK.

66
PENYEBAB

4 bakteri vagina :
– Gardnerella vaginalis
– Bacteroides sp.
– Mobiluncus sp.
– Mycoplasma hominis

67
Masa inkubasi : beberapa hari s/d 4 minggu

KELUHAN DAN GEJALA


• tanda-tanda peradangan sedikit sekali
• 50% wanita asimtomatik
• didapatkan duh tubuh vagina yang homogen,
tipis warna putih keabu2an, cair dan berbau
amis seperti bau ikan
• bau bertambah setelah melakukan hubungan
seksual
• duh tubuh vagina melekat pada dinding vagina

68
69
Laboratorium :
• Sekret vagina berbau amis jika diteteskan KOH 10%
(whiff test / tes amin positif)
• pH duh tubuh vagina > 4,5 (4,7-5,7)
• Mikroskopis :
– sediaan apus dengan pewarnaan gram atau
sediaan basah dengan NaCl 0,9% : “clue cells”
– jumlah clue cells meningkat  20% dari jumlah
sel epitel
– leukosit normal < 30/lp.

70
71
Diagnosis

Didapatkan 3 dari 4 tanda-tanda berikut (Amsel, 1983) :


• Cairan vagina homogen,putih / keabu-abuan
• pH duh tubuh vagina > 4,5
• Duh tubuh vagina berbau seperti ikan sebelum atau
sesudah penembahan KOH 10% (Whiff test +)
• Clue cells

72
Komplikasi

WANITA HAMIL :
• Ketuban pecah dini
• Lahir prematur
• Bayi berat lahir rendah

73
Penatalaksanaan
• Metronidazol 500 mg 2 x 1 (7hari)
• Metronidazol 2 gram po dosis tunggal
• Klindamisin 300 mg po 2 x 1 (7hari)
• Metronidazol gel 0,75% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(2 kali sehari selama 5 hari)
• Klindamisin krim 2% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(sebelum tidur selama 7 hari)

74
75
TRICHOMONIASIS

DEFINISI
INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH TRICHOMONAS
VAGINALIS.

Trichomonas vaginalis
Berbentuk ovoid
Ukuran 10-20 mmikron
, Mempunyai 4 flagella dengan pergerakannya
Melakukan perlekatan pada selaput lendir
Bersifat anaerobik.

76
• Wanita > Pria (asimptomatis)
• Penularan Sexual.
• Transmisi non venereal pada bayi

77
Pada WANITA
Masa inkubasi : 3 – 28 hari
Keluhan dan Gejala
• sering asimtomatik (10% – 50%).
• keluhan dan gejala :
– sekret vagina : sedikit sampai banyak
– encer, kuning / kehijauan berbusa (10% - 30%)  klasik
– berbau.
– Vulvitis dan vaginitis.
– bila jumlah kuman banyak sekali strawberry cervix atau
colpitis macularis (2%)
– rasa tidak enak di perut bagian bawah.

78
Pada PRIA

Masa inkubasi : 10 hari


Keluhan dan Gejala :
• sering asimtomatik (15% – 50%).
• sebagai pasangan seksual wanita yang terinfeksi
• keluhan dan gejala :
– duh tubuh uretra (50% - 60%) :
- jarang purulen
- jumlah sedikit atau sedang
– Uretritis (disuria, iritasi uretra, sering miksi)

79
80
81
“Strawberry Cervix”

82
Laboratorium
Pada wanita :
• pH sekret vagina >4,5
• Tes amin / whiff test dapat positif
• Mikroskopis (sediaan basah) :
– tampak Trichomonas vaginalis dengan
pergerakan “flagela” yang khas
– peningkatan jumlah leukosit
• Dapat ditemukan clue cells karena biasa
didapatkan bersamaan dengan BV
Pada pria :
• Sedimen urin sewaktu : Trichomonas vaginalis
• Scraping dinding uretra
83
84
85
Penatalaksanaan :
• Metronidazol 2 x 500 mg po 7 hari atau 2 gram
po dosis tunggal
• Tinidazole 2g PO dosis tunggal
• Pasangan seksual harus diobati
• Pada kehamilan :
– Seluruh masa kehamilan :
Metronidazol 2g po dosis tunggal

86
Komplikasi

Wanita hamil :
• Partus prematur
• Bayi Berat Lahir Rendah

87
88
Kandidiasis vulvovaginalis
(Kandidosis vulvovaginitis) - KVV
PENYEBAB :
• Candida albicans (terutama)
• C. glabrata (kadang-kadang)
• Lain - lain :
 C. tropicalis
 C. stellatoidea
 C. pseudotropicalis
 C. krusei

89
KVV :
• Infeksi oportunistik
• >>> penderita immunocompromise
• >>> mulut, kolon, kuku, vagina, anorektal
Faktor predisposisi / faktor risiko :
• Hormonal
•  kadar karbohidrat (DM)
• Pemakaian antibiotika jangka panjang
•  suhu dan kelembaban
• Imunosupresi
• Iritasi / trauma

90
Keluhan dan Gejala :
• Gatal / panas / iritasi pada vulva (vulva lecet)
• Eritema
• Edema
• Maserasi
• Pseudomembran
• Dapat timbul fisura
• Terdapat lesi satelit papulopustuler
• Tidak berbau
• Sekret vagina :
– seperti kepala susu / krim (banyak)
– seperti susu pecah (bila sedikit dan cair)
– pada dinding vagina biasa dijumpai gumpalan
seperti keju (cottage cheese).
– tidak berbau / berbau asam
91
92
Balanitis

93
94
95
96
Laboratorium

• PH duh tubuh vagina ≤ 4,5


• Tes amin / Whiff test : negatif
• Mikroskopis (pengecatan gram dan KOH 10%) :
– bentuk ragi : blastospora bentuk lonjong
– pseudohifa seperti sosis panjang bersambung
– hifa asli bersepta (kadang-kadang)

97
98
99
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
• Mikonazol atau Klotrimazol 200 mg intravaginal, setiap
hari selama 3 hari
Atau
• Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
Atau
• Flukonazol 150 mg po dosis tunggal
Atau
• Itrakonazol 100 mg po 2 kali sehari selama 3hari
Atau
• Nistatin 100.000 IU intravaginal setiap hari selama 14 hari

100
Penatalaksanaan

Non medikamentosa :
• Hindari bahan iritan lokal
(misal : produk berparfum)
• Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintetis
• Hilangkan faktor predisposisi

101
102
DEFINISI
Ulkus mole : penyakit infeksi genital akut,
setempat , auto-inoculable , disebabkan
Haemophilus ducreyi, dengan gejala
klinis khas  ulkus pada tempat masuk,
seringkali disertai supurasi KGB regional.

103
ETIOLOGI
• H. ducreyi
• merupakan bakteri gram negatif,
• anaerobik fakultatif,
• bentuk batang pendek , ujung bulat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora
• memerlukan hemin untuk pertumbuhannya.

104
GAMBARAN KLINIS

• Masa inkubasi 1- 5 hari.


• Awal : makula atau papul  pustula 
pecah  ulkus yang khas.
• Sifat ulkus : multipel, lunak, nyeri tekan,
dasarnya kotor dan mudah berdarah, tepi
ulkus menggaung, kulit sekitar ulkus
berwarna merah

105
PREDILEKSI
• Pria : di daerah preputium, glans penis,
batang penis, frenulum dan anus
• Wanita : vulva, klitoris, serviks dan anus.
• Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak
multipel, terjadi pada 30% kasus yang
disertai radang akut. Kelenjar melunak 
pecah  sinus (sangat nyeri disertai febris).

106
LABORATORIUM

• Pemeriksaan langsung
bahan ulkus 
pewarnaan gram.
Positif jika ditemukan
kelompok basil yang
tersusun seperti
barisan ikan (school of
fish)

107
• Tes serologi Ito-Reenstierna ( 0,1 ml antigen
disuntikan intradermal pd kulit lengan bawah ) Positif
bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi yang
berdiameter 5 mm.

• Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H.


ducreyi.

• Tes lain yang dapat digunkan adalah tes fiksasi


komplemen, presipitin dan aglutinin.

108
DIAGNOSIS

• Anamnesis
• Gejala klinik yang khas
• Pemeriksaan langsung bahan ulkus
dengan pewarnaan Gram.

109
DIAGNOSIS BANDING

• Sifilis I • Pedikulosis pubis


• Ulkus mikstum • Tuberkulosis kutis
• Herpes genitalis • Amobeasis kutis
• Aphthae • Dermatitis
• Skabies • EEM
• Piodermi • Epidermoid Ca

110
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sistemik:
– Azithromycin 1 gr, oral, single dose
– Seftriakson 250 mg, IM, dosis tunggal
– Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 3 hari
– Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari

Pengobatan Topikal:
Kompres dengan larutan normal salin , 2 x
sehari selama 15 menit

111
SIFILIS
DIFINISI

SIFILIS adalah :
• Penyakit menular seksual
• Penyebab Treponema pallidum
• Menjangkit seluruh organ tubuh
• Menembus plasenta
• Perjalanan klinisnya melewati beberapa
stadium
KLASIFIKASI
I. Sifilis didapat ( acquired syphilis)
1. Sifilis dini
- Sifilis primer
- Sifilis sekunder
- Sifilis laten dini
2. Sifilis kasep
- Sifilis laten kasep
- Sifilis tersier
3. Sifilis kardiovaskuler
4. Sifilis saraf (neuro sifilis)
SIFILIS PRIMER

• Waktu inkubasi = 10-90 hari, rata-rata 3 minggu


• Klinis :
- Ulkus durum , tepi indurasi, dasar bersih, tidak nyeri
– Laki-laki: gland, sulcus coronaria
– Wanita: cervix, labium mayor dan minor, fourchette dan
urethra
– Ekstragenital: perianal, nipple, anal, oral
– Ulcus bisa sembuh sendiri 3-6 minggu tanpa
pengobatan
– Limphadenopaty
118
SIFILIS SEKUNDER
• 3-12 minggu setelah siphyllis primer
• Bersifat sistemik  gejala umum
• Sangat infeksious
• Efloresensi : Kulit, mukosa, kel. Limfa,
organ tubuh lain
• Kulit : bentuk makuler, papuler, pustuler
• Mukosa : bercak mukous, rhagaden,
papul, nodul
• Limfoma generalisata
SIFILIS LATEN DINI

• Beberapa minggu – beberapa bulan setelah


sifilis sekunder
• Tidak ada gejala klinis
• TSS (STS) positif
• Dapat terjadi relaps  stadium rekuren
DIAGNOSE

1. Pemeriksaan klinis
Anamnesa :
koitus suspektus, partner seksual
pengobatan sebelumnya dll
gejala klinis
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan histologi
4. Pemeriksaan radiologi
5. Pemeriksaan cairan otak
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

• Pem. Mikroskop lapangan gelap


• Pem. TSS (Tes Serologis Sifilis) darah
dan cairan otak
 Tes antigen non treponema :
VDRL, Khan, Waserman, RPR
 Tes Treponema :
TPHA, TPI, FTA, FTA Abs.
PENGOBATAN

• Obat pilihan : Benzatin Penicillin G 2,4 juta


unit, IM Single dose
• Alergi penisilin : Doksisiklin, 2x100 mg selama
14 hari
PEMERIKSAAN ULANG (Follow up)

P 1BL1bl.1 bl. 3bl. 6bl. 12bl.


Pengobatan
• SIFILIS DINI (Primer, sekunder, Laten < 1 tahun)
– Benzidin penisilin G 2,4 juta/im – dosis tunggal
– Pendapat lain
– Benzidin penisilin G 2,4 juta/im – 1x/mgg – 3mgg

• Alternatif
– Prokain penisilin G 600.000 ui/hari/im – 10 hari
– Tetrasiklin 500 mg/oral 4x/hari – 15hari
– Doksisiklin 100 mg/oral 2x/hari – 15hari
Kondiloma Akuminata

141
Definisi

• Kelainan kulit berupa vegetasi bertangkai


dengan permukaan berjonjot yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma
Virus)

• Bersifat jinak ,superfisial terutama didaerah


genital.

142
Etiologi

• HPV gol Papova Virus virus DNA


• Telah dikenal >100 tipe. Tipe yang menyebabkan
kondiloma: 6,11,16,18,
• Tipe 16 dan 18 erat hubungannya dengan Ca servik
• Penularan: secara langsunghub. Seks

143
Epidemiologi

• Penyebaran bersifat kosmopolit higiene


memegang peranan
• Lingkungan lembab dan basah mempermudah
timbulnya penyakit ini.
• Biasanya diikuti infeksi penyakit lain: trikomoniasis,
kandidiasis, dan infeksi genetal non spesifik.
• Laki-laki= Wanita (insiden tinggi pada seksual aktif,
usia 17-33 th)

144
Patogenesis

• HPV replikasinya tergantung pada adanya


diferensiasi epitel skuamosa virus pada lapisan
terbawah, protein kapsid dan virus infeksius pada
lapisan superfisial sel yang berdiferensiasi.
• Lap. Basalis  tempat yang diinvasi mikroabrasi
mukosa
• Fase laten: tanpa gejala sebulan – setahun
• Inkubasi: 3 minggu- 8 bulan

145
Predileksi
• Terutama  didaerah lipatan
• Laki-laki: perineum dan sekitar anus, sulcul
coronarius, glan penis, muara urethra
eksterna,korpus dan pangkal penis.
• Wanita : vulva dan sekitarnya, introitus
vagina, kadang porsio uteri.

146
Gambaran Klinis
• Awal : papul jarum pentul papilomatosa 
seperti bunga kol
• Jika mendapat tekanal bilateral pipih seperti
jengger ayam.
• Disertai Fluor albus
• Hamil estrogen tinggi kelembaban tinggi dan
vaskularisasi meningkat pertumbuhan cepat
• Kadang disertai: panas, gatal, nyeri dan mudah
berdarah

147
Pemeriksaan Penunjang
• Tes Asam Asetat
(acetowhite)sensitifitasnya tinggi

• Cara: As. Asetat 3-5% dioleskan pada lesi


dengan lidi kapas tunggu 5-10 menit
perubahan warna putih.

• Pemeriksaan Histopatologi

148
Diagnosis Banding
• Veruka vulgaris: vegetasi tidak bertangkai,
kering berwarna abu-abu atau sama dengan
kulit.
• Kondiloma lata: sifilis std II
• Karsinoma sel skuamosa: vegetasi seperti
kembang kol, mudah berdarah dan berbau.

149
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Umum:
• Jaga kebersihan , berhubungan seks dengan
memakai kondom

Penatalaksanaan khusus
• Kemoterapi: podofilin 25%, TCA 50%, %-
Fluorourasil 1-5%
• Imunoterapi: Interferon, Imiquimod krim 5%.
• Pembedahan: bedah scalpel, bedah beku, Bedah
laser.

150
Komplikasi

• Perubahan displasia terhadap daerah


sekitarnya
• Transformasi kearah malignansi
genitourinaria
• Penularan ke janin atau pasangan seksual

151
Prognosis

• Sering residif tapi prognosisnya baik


• Pada wanita dengan sistem imun yang
kurang persisten kondiloma, dapat juga
menjadi displasia vulva, vagina, atau serviks.

152
155
LGV

160
Sinonim
• LGV dikenal juga sebagai:
1. Limfogranuloma inguinale
2. Limfogranuloma tropikum
3. Limfopatia venereum
4. Tropical bubo
5. Climatic bubo
6. Strumous bubo
7. Paradenitis inguinalis
8. Durand Nicolas Favre disease

161
EPIDEMIOLOGI
• Bersifat sporadis  tropik dan sub-tropik
• Sering dijumpai didaerah rural sosial
ekonomi rendah
• Dijumpai di usia 20-40 th
• Laki-laki : Wanita = 5:1
• Lesi primer laki-laki penis  kel. Limfe
inguinal
• Wanita : intravaginal/servikal  intrapelvik,
anus atau rektal.
162
GEJALA KLINIS

• GEJALA KLINIS
Ada 2 stadium yaitu :
1. Stadium dini
– lesi primer di genital
– sindrom inguinal
2. Stadium lanjut
– Sindroma anorektal
– Esthiomen (elefantiasis genetal)

163
Lesi primer
• Setelah masa inkubasi 3-12 hari, tidak khas (erosi,
papul, ulkus dangkal  tdk sakit  sembuh sendiri,
tanpa jaringan parut)
• Lokasi (pria): sulcus coronarius
frenulumpreputiumbatang penis 
uretrascrotum, dapat disertai limfangitis dan abses-
abses kecil bag dorsal penis bubonuli
• Lokasi (wanita): dindind post vaginaporsio post
servik vulva
• Lesi ekstragenital terjadi pada mulut, jari, anus dan
rektum.

164
Sindrom inguinale
• Timbul beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lesi
primer menghilang.
• Kelenjar limfe inguinal membesar, padat dan nyeri 
berlekatan dengan sekitarnya(bentukan paket
memanjang).
• Pembesaran kelenjar diatas dan dibawah lig inguinal
pauparti  celahsign of groove.
• Pembesaran kelenjar femoral, inguinal superfisial dan
profundus menyebabkan bentuk seperti tangga  ettage
bubo.
• Laki-laki > sering, pada wanita lesi primer umumnya terletak
lebih dalam drainase kearah kelenjar limfe di daerah
pelvis.
• Menyebabkan terjadinya fistel di inguinal sembuh  parut
165
Pemeriksaan penunjang
• Pengecatan Giemsa badan inklusi
Chlamydia
• Tes Serologi :
– CFT (Complement Fixation Test)
– RIP (Radio Isotop Presipitation)
• Kultur jaringan yolk sac embrio ayam

166
167
168
169
HERPES GENITALIS

170
Definisi
• Infeksi pada genital dan sekitarnya
• Herpes simplex virus (HSV)
• Vesikel / erosi / ulkus dangkal berkelompok
diatas dasar eritematosa
• Sering kambuh

171
Herpes simplex virus
• HSV 1:
– Kontak non seksual
– 50-100% populasi dewasa
– 80% infeksi orolabial, 20% genital
– Awal kehidupan
• HSV 2:
– Kontak seksual
– 5-95% populasi dewasa
– 80% genital, 20% orolabial
– Periode seksual aktif

172
Patogenesis

• Terpajan HSV dapat terjadi infeksi:


– Episode I infeksi primer (inisial)
– Episode I non infeksi primer
– Infeksi rekuren
– Asimtomatik

173
Episode I infeksi primer
• Virus ->tubuh hospes
• Terjadi penggabungan dengan DNA hospes
• Mengadakan multiplikasi/replikasi -> kelainan di
kulit
• Antibodi spesifik belum ada
• Lesi luas, gejala konstitusi berat
• Virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion sakralis, berdiam serta bersifat laten

174
Infeksi rekuren
• Faktor pencetus +
• Virus mengalami reaktivasi dan multiplikasi
kembali -> infeksi rekuren
• Antibodi spesifik +
• Kelainan tidak berat

175
Faktor pencetus
• Trauma
• Koitus berlebihan
• Demam
• Gangguan pencernaan
• Stres emosi
• Kelelahan
• Makanan yang merangsang
• Alkohol
• Obat-obatan ( imunosupresif, kortikosteroid)

176
Gejala klinis
• Masa inkubasi berkisar 3-7 hari , lebih lama.
• Rasa terbakar, gatal daerah lesi (beberapa jam
sebelum lesi +)
• Setelah lesi timbul, gejala konstitusi (malaise,
demam, nyeri otot)
• Vesikel berkelompok, mudah pecah -> erosi
multipel, dasar eritem
• Infeksi sekunder - -> sembuh 5-7 hari, jaringan
parut -

177
Gejala klinis
• Infeksi inisial
– Lebih berat, lebih lama
– Kelenjar limfe regional membesar,nyeri
– Penyembuhan lama -> 2-4 minggu, serangan
berikut lebih cepat
– Dapat terjadi disuria ( lesi di daerah uretra,
periuretra), dapat retensi urin
– Infeksi di servix -> perubahan difus, ulkus
multipel, ulkus besar dan nekrotik. Dapat tanpa
gejala.
178
Gejala klinis
• Infeksi rekuren
– Dapat terjadi cepat atau lambat
– Gejala lebih ringan
– Nyeri, gatal +, gejala prodromal +
– Lesi bersifat lokal
– Penyembuhan lebih cepat
– Antibodi spesifik +

179
Gejala klinis

• Tempat predileksi:
– Pria : Preputium, glans penis,batang penis,
uretra, daerah anal, daerah skrotum jarang
– Wanita: Labia mayor/minor, klitoris, introitus
vagina, servix, perianal, bokong, mons pubis
jarang

180
Herpes genitalis pada
kehamilan
• Hamil , timbul herpes genitalis -> perlu perhatian
• Virus -> plasenta sampai sirkulasi fetal ->
kerusakan, kematian janin
• Infeksi neonatal , angka mortalitas 60%.
• Separo yang hidup cacat neurologis, atau kelainan
mata
• Ensefalitis, mikrosefali, hidrosefali, koroidoretinitis,
keratokonjunctivitis, hepatitis, lesi kulit
• Transmisi trimester I -> abortus, trimester 2 ->
prematur, transmisi intrapartum

181
Komplikasi
• Paling ditakuti -> pada bayi baru lahir
– Awal kehamilan -> abortus / malformasi kongenital
(mikrosefali)
– Bayi lahir, ibu herpes genitalis -> hepatitis, infeksi berat,
ensefalitis, keratokonjuntivitis, erupsi kulit, lahir mati
• Meningitis herpetika -> HSV 2
• Ensefalitis -> HSV1
• Perluasan lokal, penyebaran virus ektragenital

182
Diagnosis
• Klinis :
– Kelompok vesikel multipel, riwayat lesi yang
sama sebelumnya
– Nyeri

• Diagnosis banding:
– Ulkus karena Treponema pallidum,
– Ulkus karena Haemophylus ducrey
– Penyebab non infeksi

183
Diagnosis
• Paling sederhana, tes tzank, cat giemsa -> sel
raksasa inti banyak
• Mikroskop elektron -> kelompok virus herpes tak
dapat dibedakan
• Kultur jaringan -> cara paling baik. Titer virus tinggi,
hasil positif dalam 24-48 jam. Lama dan mahal
• Tes mendeteksi antigen HSV -> lebih cepat
– Secara imunologik: imunofluoresen, imunoperoksidase,
ELISA

184
Diagnosis
• Pemeriksaan ELISA, menentukan adanya antigen
HSV. Sensitivitas 95%, sangat spesifik. Waktu 4,5
jam. Dapat untuk deteksi antibodi terhadap HSV
dalam serum
• Imunoperoksidase tak langsung, imunofluoresensi
langsung memakai antibodi poliklonal ->hasil positif
dan negatif palsu. Antibodi monoklonal pada
imunofluoresensi -> menentukan tipe virus
• Imunoflouresensi tak langsung kerokan lesi,
sensitivitas 78-88%

185
Lab. diagnostiK HSV
Kultur: •Gold standard Tidak dapat
membedakan
HSV1- HSV2
Deteksi antigen: •Tes imunofluoresensi
langsung

Deteksi partikel •Tes imunoperoksidase Dapat


virus: •ELISA membedakan
•PCR HSV1- HSV2
•Mikroskop elektron
Deteksi antibodi: •Tes serologi Tidak dapat
membedakan
Cito dan patologi: •HP/cytology Tidak dapat
membedakan
186
Penatalaksanaan
• Tujuan:

– Mencegah infeksi ( terapi profilaksis)


– Memperpendek masa sakit dan kekerapan komplikasi
infeksi primer
– Mencegah terjadi latensi dan rekurensi klinis setelah
episode pertama
– Mencegah rekurensi pada yang asimtomatik
– Mengurangi transmisi penyakit
– Eradikasi infeksi late

187
Pengobatan non spesifik

• Nyeri dan gejala lain dengan analgetika,


antipiretik dan antipruritus
• Zat pengering antiseptik, yodium povidon
mengeringkan lesi, mencegah infeksi,
mempercepat penyembuhan
• Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder

188
Pengobatan Spesifik
• Infeksi initial/episode pertama:
• Asiklovir 5x200 mg/hr atau 3x400 mg/hr scr oral,
selama 7-10 hari
• Atau Valasiklovir, 2x1000mg/hr selama 7-10 hari
• Atau Famciclovir 3x250mg/hr selama 7-10 hr
• Mengurangi pembentukan lesi baru, mengurangi
lama nyeri, mengurangi waktu penututupan luka,
perkembang biakan virus
• Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit

• Infeksi rekuren: dapat diberikan dengan dosis yang


sama, selama 5-10 hari atausesuai perbaikan lesi
189
Pengobatan Spesifik
• Supresif:
– Asiklovir, 2x400 mg/hr atau 800mg/hr, secara
terus menerus selama 1 thn
– Atau valasiklovir, 500-1000 mg/hr, secara terus-
menerus
– Pengobatan akan menurunkan frekuensi
kambuhan.
– Pengobatan ini mengurangi tetapi tidak
menghentikan perkembang biakan virus yang
asimtomatik

190
Pengobatan
• Ko- infeksi HIV:
– Dapat terjadi ulserasi kulit dan mukosa persisten
dan atau berat -> area luas
– Lesi sangat nyeri, atipis
– Respon dengan asiklovir +, dosis dinaikkan
periode lebih lama
– Asiklovir 400 mg per oral 3-5 kali perhari sampai
resolusi +

191
192
193
194
195
196
197
198
SILAHKAN BERTANYA ,,,

199

Anda mungkin juga menyukai