INFECTION
2
SEXUAL TRANSMITTED
INFECTION
1. DISCHARGE
2. ULCER OR EROSION
3. NODUL
4. VEGETATION
URETHRAL DISCHARGE AND
VAGINAL DISCHARGE (FLUOR ALBUS)
1. GONOCOCCAL URETHRITIS
2. NON GONOCOCCAL URETHRITIS
a. NSGI /NSU
b. Trichomonas vaginalis
c. Bacterial vaginosis
d. Vulvovaginal candidiasis
e. Genital herpes simplex (erosion and discharge)
ULCER ATAU EROSION
1. ULCUS MOLLE
2. ULCUS DURUM (LUES I/SYPHILLIS
PRIMER)
3. HERPES GENETALIS
5
NODUL
1. LIMFOGRANULOMA VENERIUM
2. INGUINALE SYNDROME
VEGETATION
1. CONDYLOMA ACCUMINATUM
2. CONDYLOMATA LATA (SYPHILLIS
SEKUNDER)
3. MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
8
FLUOR ALBUS
• Fluor albus adalah cairan kental
keputihan yang keluar dari vagina
dan rongga uterus.
• Sinonim : leukorrhea
9
PATOFISIOLOGI
• Tidak semua fluor albus bersifat patologis.
• Sekret vagina normal (fisiologis) bersifat :
– encer tidak kental,
– tidak berwarna
– tidak berbau
– biasanya terdapat pada forniks posterior
– dipengaruhi kadar hormon
10
PATOFISIOLOGI
Lingkungan vagina normal
• Hubungan dinamis antara Lactobacillus
acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, pH vagina, hasil
metabolit lain
• Lacobacillus menghasilkan hidrogen
peroksida
• Toksik terhadap bakteri patogen
• pH optimal : 3,8 – 4,2
11
PATOFISIOLOGI
Sekret vagina abnormal
• Terjadi perubahan warna dan jumlah,
misalnya :
– Keputihan disertai rasa gatal
– Sekret vagina yang bertambah banyak
– Rasa panas saat kencing
– Sekret vagina putih dan menggumpal
– Berwarna putih keabuan atau kuning dengan bau
menusuk
12
Fluor albus yang patologis
dapat disebabkan oleh :
1. INFEKSI
• Bakteri : Chlamydia,Bakterial Vaginosis dan Gonokokus
• Jamur : Candida
• Protozoa : Trichomonas vaginalis
• Virus : virus Herpes dan Human Papilloma virus
2. IRITASI
• Sperma, pelicin, kondom
• Sabun cuci, pelembut pakaian
• Deodoran, sabun
• Cairan antiseptik untuk mandi
• Pembersih vagina
• Celana ketat
• Tissue toilet berwawarna
3. TUMOR ATAU JARINGAN ABNORMAL LAIN
4. RADIASI
13
14
PENDAHULUAN
URETRITIS
15
Tanda uretritis
• Subjektif:
• Nyeri kencing ringan-berat
• Keluar cairan jernih – nanah
• Riwayat kontak seksual
• Objektif:
• MUE udem, erithema
• Ektropion
• Tampak sekret seromukous-purulent
• Laboratorium
• Basah lekosit > 10 400x
• Gram lekosit >4 1000x
16
17
DEFINISI
• Semua penyakit disebabkan Neisseria gonorrhoeae,
suatu diplokokus gram negatif
• Umumnya mengenai :
– Uretra
– Endoserviks
– Rektum
– Faring
– Konjungtiva
• Penyebaran hematogen :
DIG (Disseminated Gonococcal Infection)
18
FAKTOR RESIKO
• Hubungan seksual dengan penderita tanpa
proteksi
• GRAM NEGATIF
• INTRA DAN
EKSTRASELULER
• DIPLOKOKUS
20
KLINIS
inkubasi
• Pria : 1-14 hari
• Wanita : sering asimtomatik
21
GEJALA KLINIK
INFEKSI PADA PRIA
• MASA INKUBASI 2-8 hari (bisa
sampai 14 hr)
• URETRA PARS ANTERIOR
• KELUHAN DISURI, URETRAL
DISCHARGE
• LENDIR KEKERUHAN SAMPAI
NANAH
PEMERIKSAAN.
• MUE : UDEMA, ERITEMA,
ECTROPION, DISCHARGE
PURULEN
• “BULL HEAD CLAP”
22
INFEKSI PADA WANITA.
60-80% ASIMPTOMATIS.
KELUHAN :
VAGINALDISCHARGE
DISURI
INTERMENSTRUAL
BLEEDING
MENORRHAGIA
NYERI PUNGGUNG
23
DIAGNOSIS
Anamnesis, klinis, laboratoris
LABORATORIUM
Cat Gram duh tubuh (klinik/praktek pribadi)
Kultur : Thayer martin/modifikasi TM
Tes definitif ( tes Oksidase, Fermentase)
Tes NGPP (Beta laktamase, Yodometri,
Penisilin discdifusion, Pyridine-2-
azodimethylalanine cephalosporin (PADAC)
Tes Thomson
Imunofluoresensi (langsung & tidak langsung)
Fiksasi Komplemen
ELISA
24
KOMPLIKASI
PRIA
• Tisonitis
• Parauretritis
• Cowperitis : sakit pada perineum, disuri
• Infeksi uretra pars post vesica urinaria : polakisuri,
hematuri
• Prostatitis : nyeri hebat pd perineum, nyeri saat BAB, febris
• Vesikulitis
• Funikulitis
• Epididimitis : febris, edema, kulit skrotum tanda radang (+)
• Infertilitas
25
KOMPLIKASI
WANITA
• Bartholinitis : edema labium mayus (tu. 1/3
bagian bawah), tanda radang akut
• PRP jaringan parut, tuba infertilitas
• Salpingitis
26
TERAPI
Pertimbangkan:
1. Efektivitas,
2. Dosis tunggal,
3. Efek samping,
4. Tempat infeksi,
5. Resistensi,
6. Kemungkinan koinfeksi dg C. Trachomatis 10-30%
27
TERAPI
Infeksi Anogenital, komplikasi (-)
ANJURAN
Cefiksim 400mg /oral dosis tunggal
Ceftriakson 125-250 mg IM dosis tunggal
Cefotaxime 500 mg IM dosis tunggal
Ofloksasin* 400mg /oral dosis tunggal
Spektinomisin 2g IM dosis tunggal, bila alergi dg
cephalosporin
28
TERAPI
Disseminated GO infection ( komplikasi (+))
PEMBERIAN DILANJUTKAN 2-4 HARI SETELAH PERBAIKAN
ANJURAN
Seftriakson 1g IM or IV /24 jam
PILIHAN
Cefotaxim 1g IV/8jam
Ceftizoxim 1g IV/8jam
Spektinomisin 2g intra muskuler /12 jam
29
TERAPI
GO pada Neonatus
ANJURAN
Ceftriakson 25-50mg/KgBB, IM/IV sehari sekali selama 7 hari
ATAU
Cefotaxime, 25 mg/kg IV/IM per 12 jam selama 7 hari
PENCEGAHAN :
• Sesudah lahir mata dibersihkan tetesi Nitras argensi 1%
atau salep tetrasiklin 1%
• Ibu Go (+) bayi beri Ceftriakson 50mg/KgBB,
intramuskuler s/d max. 125mg
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
URETRITIS NON GONOKOKAL
NON GONOKOKAL GENITAL INFEKSI
46
PENYEBAB:
• SPESIFIK
Chlamydia trachomatis.
Ureaplasma urealyticum
Trichomonas vaginalis
Jamur
Herpes Simplex
Adenovirus
Haemophilus sp
Bacteriodes urealyticum
• NON SPESIFIK
47
48
PENDAHULUAN
Chlamydia trachomatis terdiri dari 15 serovars :
• A, B, Ba, C : penyebab trachoma
• D, E, F, G, H, I, J, K : penyebab infeksi saluran
genital,conjungtivitis, pneumonia infantile
• L1, L2, L3, penyebab LGV (Limfogranuloma
venereum)
49
EPIDEMIOLOGI
• Th. 1997 : > 500.000 kasus (200/100.000
penduduk)
• Amerika Serikat : 3-4 juta kasus/tahun
• WHO: 90 juta kasus
50
PENYEBAB
Chlamydia trachomatis serovar D,E,F,G,H,I,J
• Mempunyai dinding sel dan membran sel
• Sitoplasma mengandung DNA & RNA
• Metabolisme khas
• Multiplikasi hanya pada sel (intraseluler obligat)
• Membentuk inklusi dalam sitoplasma
• Antigen : MOMP (mayor outer membrane protein),
lipopolisakarida, HSP (heat shock protein)
• Menyebabkan respon imun : pembentukan antibodi dan
imunitas seluler
51
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
52
INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
• Simptomatik : 75% kasus
• Gejala :
– discharge uretra
– Dysuria
– Epididymitis
– prostatitis.
• Bisa menyebabkan infertilitas
• Menyerupai uretritis GO tetapi gejala lebih ringan dan
timbulnya lebih lama
• Inkubasi :7-21 hari
53
INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
• Pria dg NSU (non spesific uretriris) : 30-50% karena
Chlamydia
• Sering ko-infeksi dengan Gonorrhoe (15-35%)
• 80% menjadi Reiter’s syndrome
– Uretritis
– Arthritis / atralgia
– Lesi mukokutaneus
– Conjungtivitis
– +/- gx sistemik : panas, myalgia, anoreksia, BB turun
54
55
56
BENTUK KLINIK LAIN
• EPIDIDYMITIS
• PROSTATITIS
• PROCTITIS
• REITER SYNDROM
57
INFEKSI CHLAMYDIA PADA
SAL GENITAL WANITA
59
INFEKSI
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
GENITALIA WANITA
60
BENTUK KLINIK LAIN
• BARTHOLINITIS
• ENDOMETRITIS
• SALPINGITIS
• PERIHEPATITIS
61
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM INFEKSI
CHLAMYDIA
DETEKSI CHLAMYDIA :
• Kultur sel
• DFA (Direct Fluorescent Antibody Assays)
• EIA (Enzyme Immunoassays)
• RNA-DNA hybridzation (PCR dan LCR)
SEROLOGI :
• Menggunakan microimmunofluorescence (MIF)
• ELISA (Enzyme-lnked Immunosorbent assay)
• IgM, IgA, IgG
62
63
PENATALAKSANAAN
64
65
Bakterial Vaginosis (BV)
DEFINISI :
BAKTERIAL VAGINOSIS MERUPAKAN
KEADAAN KLINIK DENGAN KELUHAN
PENINGKATAN SEKRESI VAGINA DAN
BAU YANG TIDAK ENAK.
66
PENYEBAB
4 bakteri vagina :
– Gardnerella vaginalis
– Bacteroides sp.
– Mobiluncus sp.
– Mycoplasma hominis
67
Masa inkubasi : beberapa hari s/d 4 minggu
68
69
Laboratorium :
• Sekret vagina berbau amis jika diteteskan KOH 10%
(whiff test / tes amin positif)
• pH duh tubuh vagina > 4,5 (4,7-5,7)
• Mikroskopis :
– sediaan apus dengan pewarnaan gram atau
sediaan basah dengan NaCl 0,9% : “clue cells”
– jumlah clue cells meningkat 20% dari jumlah
sel epitel
– leukosit normal < 30/lp.
70
71
Diagnosis
72
Komplikasi
WANITA HAMIL :
• Ketuban pecah dini
• Lahir prematur
• Bayi berat lahir rendah
73
Penatalaksanaan
• Metronidazol 500 mg 2 x 1 (7hari)
• Metronidazol 2 gram po dosis tunggal
• Klindamisin 300 mg po 2 x 1 (7hari)
• Metronidazol gel 0,75% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(2 kali sehari selama 5 hari)
• Klindamisin krim 2% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(sebelum tidur selama 7 hari)
74
75
TRICHOMONIASIS
DEFINISI
INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH TRICHOMONAS
VAGINALIS.
Trichomonas vaginalis
Berbentuk ovoid
Ukuran 10-20 mmikron
, Mempunyai 4 flagella dengan pergerakannya
Melakukan perlekatan pada selaput lendir
Bersifat anaerobik.
76
• Wanita > Pria (asimptomatis)
• Penularan Sexual.
• Transmisi non venereal pada bayi
77
Pada WANITA
Masa inkubasi : 3 – 28 hari
Keluhan dan Gejala
• sering asimtomatik (10% – 50%).
• keluhan dan gejala :
– sekret vagina : sedikit sampai banyak
– encer, kuning / kehijauan berbusa (10% - 30%) klasik
– berbau.
– Vulvitis dan vaginitis.
– bila jumlah kuman banyak sekali strawberry cervix atau
colpitis macularis (2%)
– rasa tidak enak di perut bagian bawah.
78
Pada PRIA
79
80
81
“Strawberry Cervix”
82
Laboratorium
Pada wanita :
• pH sekret vagina >4,5
• Tes amin / whiff test dapat positif
• Mikroskopis (sediaan basah) :
– tampak Trichomonas vaginalis dengan
pergerakan “flagela” yang khas
– peningkatan jumlah leukosit
• Dapat ditemukan clue cells karena biasa
didapatkan bersamaan dengan BV
Pada pria :
• Sedimen urin sewaktu : Trichomonas vaginalis
• Scraping dinding uretra
83
84
85
Penatalaksanaan :
• Metronidazol 2 x 500 mg po 7 hari atau 2 gram
po dosis tunggal
• Tinidazole 2g PO dosis tunggal
• Pasangan seksual harus diobati
• Pada kehamilan :
– Seluruh masa kehamilan :
Metronidazol 2g po dosis tunggal
86
Komplikasi
Wanita hamil :
• Partus prematur
• Bayi Berat Lahir Rendah
87
88
Kandidiasis vulvovaginalis
(Kandidosis vulvovaginitis) - KVV
PENYEBAB :
• Candida albicans (terutama)
• C. glabrata (kadang-kadang)
• Lain - lain :
C. tropicalis
C. stellatoidea
C. pseudotropicalis
C. krusei
89
KVV :
• Infeksi oportunistik
• >>> penderita immunocompromise
• >>> mulut, kolon, kuku, vagina, anorektal
Faktor predisposisi / faktor risiko :
• Hormonal
• kadar karbohidrat (DM)
• Pemakaian antibiotika jangka panjang
• suhu dan kelembaban
• Imunosupresi
• Iritasi / trauma
90
Keluhan dan Gejala :
• Gatal / panas / iritasi pada vulva (vulva lecet)
• Eritema
• Edema
• Maserasi
• Pseudomembran
• Dapat timbul fisura
• Terdapat lesi satelit papulopustuler
• Tidak berbau
• Sekret vagina :
– seperti kepala susu / krim (banyak)
– seperti susu pecah (bila sedikit dan cair)
– pada dinding vagina biasa dijumpai gumpalan
seperti keju (cottage cheese).
– tidak berbau / berbau asam
91
92
Balanitis
93
94
95
96
Laboratorium
97
98
99
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
• Mikonazol atau Klotrimazol 200 mg intravaginal, setiap
hari selama 3 hari
Atau
• Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
Atau
• Flukonazol 150 mg po dosis tunggal
Atau
• Itrakonazol 100 mg po 2 kali sehari selama 3hari
Atau
• Nistatin 100.000 IU intravaginal setiap hari selama 14 hari
100
Penatalaksanaan
Non medikamentosa :
• Hindari bahan iritan lokal
(misal : produk berparfum)
• Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintetis
• Hilangkan faktor predisposisi
101
102
DEFINISI
Ulkus mole : penyakit infeksi genital akut,
setempat , auto-inoculable , disebabkan
Haemophilus ducreyi, dengan gejala
klinis khas ulkus pada tempat masuk,
seringkali disertai supurasi KGB regional.
103
ETIOLOGI
• H. ducreyi
• merupakan bakteri gram negatif,
• anaerobik fakultatif,
• bentuk batang pendek , ujung bulat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora
• memerlukan hemin untuk pertumbuhannya.
104
GAMBARAN KLINIS
105
PREDILEKSI
• Pria : di daerah preputium, glans penis,
batang penis, frenulum dan anus
• Wanita : vulva, klitoris, serviks dan anus.
• Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak
multipel, terjadi pada 30% kasus yang
disertai radang akut. Kelenjar melunak
pecah sinus (sangat nyeri disertai febris).
106
LABORATORIUM
• Pemeriksaan langsung
bahan ulkus
pewarnaan gram.
Positif jika ditemukan
kelompok basil yang
tersusun seperti
barisan ikan (school of
fish)
107
• Tes serologi Ito-Reenstierna ( 0,1 ml antigen
disuntikan intradermal pd kulit lengan bawah ) Positif
bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi yang
berdiameter 5 mm.
108
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Gejala klinik yang khas
• Pemeriksaan langsung bahan ulkus
dengan pewarnaan Gram.
109
DIAGNOSIS BANDING
110
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sistemik:
– Azithromycin 1 gr, oral, single dose
– Seftriakson 250 mg, IM, dosis tunggal
– Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 3 hari
– Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari
Pengobatan Topikal:
Kompres dengan larutan normal salin , 2 x
sehari selama 15 menit
111
SIFILIS
DIFINISI
SIFILIS adalah :
• Penyakit menular seksual
• Penyebab Treponema pallidum
• Menjangkit seluruh organ tubuh
• Menembus plasenta
• Perjalanan klinisnya melewati beberapa
stadium
KLASIFIKASI
I. Sifilis didapat ( acquired syphilis)
1. Sifilis dini
- Sifilis primer
- Sifilis sekunder
- Sifilis laten dini
2. Sifilis kasep
- Sifilis laten kasep
- Sifilis tersier
3. Sifilis kardiovaskuler
4. Sifilis saraf (neuro sifilis)
SIFILIS PRIMER
1. Pemeriksaan klinis
Anamnesa :
koitus suspektus, partner seksual
pengobatan sebelumnya dll
gejala klinis
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan histologi
4. Pemeriksaan radiologi
5. Pemeriksaan cairan otak
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
• Alternatif
– Prokain penisilin G 600.000 ui/hari/im – 10 hari
– Tetrasiklin 500 mg/oral 4x/hari – 15hari
– Doksisiklin 100 mg/oral 2x/hari – 15hari
Kondiloma Akuminata
141
Definisi
142
Etiologi
143
Epidemiologi
144
Patogenesis
145
Predileksi
• Terutama didaerah lipatan
• Laki-laki: perineum dan sekitar anus, sulcul
coronarius, glan penis, muara urethra
eksterna,korpus dan pangkal penis.
• Wanita : vulva dan sekitarnya, introitus
vagina, kadang porsio uteri.
146
Gambaran Klinis
• Awal : papul jarum pentul papilomatosa
seperti bunga kol
• Jika mendapat tekanal bilateral pipih seperti
jengger ayam.
• Disertai Fluor albus
• Hamil estrogen tinggi kelembaban tinggi dan
vaskularisasi meningkat pertumbuhan cepat
• Kadang disertai: panas, gatal, nyeri dan mudah
berdarah
147
Pemeriksaan Penunjang
• Tes Asam Asetat
(acetowhite)sensitifitasnya tinggi
• Pemeriksaan Histopatologi
148
Diagnosis Banding
• Veruka vulgaris: vegetasi tidak bertangkai,
kering berwarna abu-abu atau sama dengan
kulit.
• Kondiloma lata: sifilis std II
• Karsinoma sel skuamosa: vegetasi seperti
kembang kol, mudah berdarah dan berbau.
149
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Umum:
• Jaga kebersihan , berhubungan seks dengan
memakai kondom
Penatalaksanaan khusus
• Kemoterapi: podofilin 25%, TCA 50%, %-
Fluorourasil 1-5%
• Imunoterapi: Interferon, Imiquimod krim 5%.
• Pembedahan: bedah scalpel, bedah beku, Bedah
laser.
150
Komplikasi
151
Prognosis
152
155
LGV
160
Sinonim
• LGV dikenal juga sebagai:
1. Limfogranuloma inguinale
2. Limfogranuloma tropikum
3. Limfopatia venereum
4. Tropical bubo
5. Climatic bubo
6. Strumous bubo
7. Paradenitis inguinalis
8. Durand Nicolas Favre disease
161
EPIDEMIOLOGI
• Bersifat sporadis tropik dan sub-tropik
• Sering dijumpai didaerah rural sosial
ekonomi rendah
• Dijumpai di usia 20-40 th
• Laki-laki : Wanita = 5:1
• Lesi primer laki-laki penis kel. Limfe
inguinal
• Wanita : intravaginal/servikal intrapelvik,
anus atau rektal.
162
GEJALA KLINIS
• GEJALA KLINIS
Ada 2 stadium yaitu :
1. Stadium dini
– lesi primer di genital
– sindrom inguinal
2. Stadium lanjut
– Sindroma anorektal
– Esthiomen (elefantiasis genetal)
163
Lesi primer
• Setelah masa inkubasi 3-12 hari, tidak khas (erosi,
papul, ulkus dangkal tdk sakit sembuh sendiri,
tanpa jaringan parut)
• Lokasi (pria): sulcus coronarius
frenulumpreputiumbatang penis
uretrascrotum, dapat disertai limfangitis dan abses-
abses kecil bag dorsal penis bubonuli
• Lokasi (wanita): dindind post vaginaporsio post
servik vulva
• Lesi ekstragenital terjadi pada mulut, jari, anus dan
rektum.
164
Sindrom inguinale
• Timbul beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lesi
primer menghilang.
• Kelenjar limfe inguinal membesar, padat dan nyeri
berlekatan dengan sekitarnya(bentukan paket
memanjang).
• Pembesaran kelenjar diatas dan dibawah lig inguinal
pauparti celahsign of groove.
• Pembesaran kelenjar femoral, inguinal superfisial dan
profundus menyebabkan bentuk seperti tangga ettage
bubo.
• Laki-laki > sering, pada wanita lesi primer umumnya terletak
lebih dalam drainase kearah kelenjar limfe di daerah
pelvis.
• Menyebabkan terjadinya fistel di inguinal sembuh parut
165
Pemeriksaan penunjang
• Pengecatan Giemsa badan inklusi
Chlamydia
• Tes Serologi :
– CFT (Complement Fixation Test)
– RIP (Radio Isotop Presipitation)
• Kultur jaringan yolk sac embrio ayam
166
167
168
169
HERPES GENITALIS
170
Definisi
• Infeksi pada genital dan sekitarnya
• Herpes simplex virus (HSV)
• Vesikel / erosi / ulkus dangkal berkelompok
diatas dasar eritematosa
• Sering kambuh
171
Herpes simplex virus
• HSV 1:
– Kontak non seksual
– 50-100% populasi dewasa
– 80% infeksi orolabial, 20% genital
– Awal kehidupan
• HSV 2:
– Kontak seksual
– 5-95% populasi dewasa
– 80% genital, 20% orolabial
– Periode seksual aktif
172
Patogenesis
173
Episode I infeksi primer
• Virus ->tubuh hospes
• Terjadi penggabungan dengan DNA hospes
• Mengadakan multiplikasi/replikasi -> kelainan di
kulit
• Antibodi spesifik belum ada
• Lesi luas, gejala konstitusi berat
• Virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion sakralis, berdiam serta bersifat laten
174
Infeksi rekuren
• Faktor pencetus +
• Virus mengalami reaktivasi dan multiplikasi
kembali -> infeksi rekuren
• Antibodi spesifik +
• Kelainan tidak berat
175
Faktor pencetus
• Trauma
• Koitus berlebihan
• Demam
• Gangguan pencernaan
• Stres emosi
• Kelelahan
• Makanan yang merangsang
• Alkohol
• Obat-obatan ( imunosupresif, kortikosteroid)
176
Gejala klinis
• Masa inkubasi berkisar 3-7 hari , lebih lama.
• Rasa terbakar, gatal daerah lesi (beberapa jam
sebelum lesi +)
• Setelah lesi timbul, gejala konstitusi (malaise,
demam, nyeri otot)
• Vesikel berkelompok, mudah pecah -> erosi
multipel, dasar eritem
• Infeksi sekunder - -> sembuh 5-7 hari, jaringan
parut -
177
Gejala klinis
• Infeksi inisial
– Lebih berat, lebih lama
– Kelenjar limfe regional membesar,nyeri
– Penyembuhan lama -> 2-4 minggu, serangan
berikut lebih cepat
– Dapat terjadi disuria ( lesi di daerah uretra,
periuretra), dapat retensi urin
– Infeksi di servix -> perubahan difus, ulkus
multipel, ulkus besar dan nekrotik. Dapat tanpa
gejala.
178
Gejala klinis
• Infeksi rekuren
– Dapat terjadi cepat atau lambat
– Gejala lebih ringan
– Nyeri, gatal +, gejala prodromal +
– Lesi bersifat lokal
– Penyembuhan lebih cepat
– Antibodi spesifik +
179
Gejala klinis
• Tempat predileksi:
– Pria : Preputium, glans penis,batang penis,
uretra, daerah anal, daerah skrotum jarang
– Wanita: Labia mayor/minor, klitoris, introitus
vagina, servix, perianal, bokong, mons pubis
jarang
180
Herpes genitalis pada
kehamilan
• Hamil , timbul herpes genitalis -> perlu perhatian
• Virus -> plasenta sampai sirkulasi fetal ->
kerusakan, kematian janin
• Infeksi neonatal , angka mortalitas 60%.
• Separo yang hidup cacat neurologis, atau kelainan
mata
• Ensefalitis, mikrosefali, hidrosefali, koroidoretinitis,
keratokonjunctivitis, hepatitis, lesi kulit
• Transmisi trimester I -> abortus, trimester 2 ->
prematur, transmisi intrapartum
181
Komplikasi
• Paling ditakuti -> pada bayi baru lahir
– Awal kehamilan -> abortus / malformasi kongenital
(mikrosefali)
– Bayi lahir, ibu herpes genitalis -> hepatitis, infeksi berat,
ensefalitis, keratokonjuntivitis, erupsi kulit, lahir mati
• Meningitis herpetika -> HSV 2
• Ensefalitis -> HSV1
• Perluasan lokal, penyebaran virus ektragenital
182
Diagnosis
• Klinis :
– Kelompok vesikel multipel, riwayat lesi yang
sama sebelumnya
– Nyeri
• Diagnosis banding:
– Ulkus karena Treponema pallidum,
– Ulkus karena Haemophylus ducrey
– Penyebab non infeksi
183
Diagnosis
• Paling sederhana, tes tzank, cat giemsa -> sel
raksasa inti banyak
• Mikroskop elektron -> kelompok virus herpes tak
dapat dibedakan
• Kultur jaringan -> cara paling baik. Titer virus tinggi,
hasil positif dalam 24-48 jam. Lama dan mahal
• Tes mendeteksi antigen HSV -> lebih cepat
– Secara imunologik: imunofluoresen, imunoperoksidase,
ELISA
184
Diagnosis
• Pemeriksaan ELISA, menentukan adanya antigen
HSV. Sensitivitas 95%, sangat spesifik. Waktu 4,5
jam. Dapat untuk deteksi antibodi terhadap HSV
dalam serum
• Imunoperoksidase tak langsung, imunofluoresensi
langsung memakai antibodi poliklonal ->hasil positif
dan negatif palsu. Antibodi monoklonal pada
imunofluoresensi -> menentukan tipe virus
• Imunoflouresensi tak langsung kerokan lesi,
sensitivitas 78-88%
185
Lab. diagnostiK HSV
Kultur: •Gold standard Tidak dapat
membedakan
HSV1- HSV2
Deteksi antigen: •Tes imunofluoresensi
langsung
187
Pengobatan non spesifik
188
Pengobatan Spesifik
• Infeksi initial/episode pertama:
• Asiklovir 5x200 mg/hr atau 3x400 mg/hr scr oral,
selama 7-10 hari
• Atau Valasiklovir, 2x1000mg/hr selama 7-10 hari
• Atau Famciclovir 3x250mg/hr selama 7-10 hr
• Mengurangi pembentukan lesi baru, mengurangi
lama nyeri, mengurangi waktu penututupan luka,
perkembang biakan virus
• Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit
190
Pengobatan
• Ko- infeksi HIV:
– Dapat terjadi ulserasi kulit dan mukosa persisten
dan atau berat -> area luas
– Lesi sangat nyeri, atipis
– Respon dengan asiklovir +, dosis dinaikkan
periode lebih lama
– Asiklovir 400 mg per oral 3-5 kali perhari sampai
resolusi +
191
192
193
194
195
196
197
198
SILAHKAN BERTANYA ,,,
199