Fotografi 2.3
Fotografi 2.3
3. Format film
• Miniature – 16 mm, untuk kamera Minox.
• Film 110 & Film 126 /cakram, untuk kamera instant.(X)
• Film APS (Advance Photo System).
• Format standar 35 mm (135):
• ½ frame (bingkai) – 18 x 24 mm. (72 bingkai)
• Full frame (bingkai penuh) - 24 X 36 mm (36 bingkai)
• Bujur sangkar (Kamera Robot) - 24 X 24 mm (50 bingkai)
• Panorama (Hasselblad Expand) - 24 x 70 mm (12 bingkai)
• Format medium 60 mm (120/220)
• Bujur sangkar - 60 X 60 mm (12/24 bingkai)
• Persegi panjang - 45 x 60 mm (16/32 bingkai)
- 60 X 70 mm (10/20 bingkai)
- 60 X 80 mm (9/18bingkai)
- 60 x 90 mm (8/16 bingkai)
• Panorama - 60 x 170 mm (4/8 bingkai)
• Format besar >4 inch x 5 inch
• Film lembaran (sheet film).
Apakah yang dimaksudkan dengan
foto yang baik?
• Secara teknis ada dua faktor yang perlu diperhatikan:
– Jumlah cahaya yang masuk harus berpadanan dengan
kepekaan media perekamnya, sehingga jelas gelap terang dan
warnanya yang terekam/tertangkap (well exposed).
– Ketajaman citranya, sehingga jelas batas-batas antara benda-
benda yang terekam/tertangkap (sharpness).
• Secara estetis, kita harus memperhatikan peletakan dan
keserasian benda-benda yang terekam, serta penyajian
akhirnya (composition & presentation).
• Hendaknya sebuah foto yang baik mempunyai pesan
atau tema yang akan disampaikan kepada para pemirsa
(picture content.theme).
• Agar supaya foto enak dilihat, penyajian akhirnya
haruslah rapi.
Beberapa contoh
Beberapa contoh
Beberapa contoh
Beberapa contoh
Faktor-faktor teknis sebuah foto
(Dasar Pencahayaan)
• Setelah kita mengisi film/media perekam dan mengatur kepekaan
media perekamnya (menyetel ISO/ASA/DIN), kita
mengatur/mengendalikan jumlah cahaya yang masuk dan jatuh ke
atas film/sensor, agar berpadanan dengan kepekaannya, melalui
kombinasi:
– Kecepatan rana (shutter speed), dan
– Bukaan diafragma (aperature).
• Ada 4 variasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan jumlah
cahaya yang masuk, yaitu:
– Pilihan Program (dengan sandi P), yaitu, otomatik penuh.
– Pilihan Prioritas kecepatan rana (dengan sandi S), yaitu otomatik
dengan mematok kecepatan rana yang diinginkan.
– Pilihan Prioritas bukaan diafragma (dengan sandi A), yaitu otomatik
dengan mematok bukaan diafragma yang diinginkan.
– Pilihan Manual (dengan sandi M), yaitu kitalah yang menentukan
kecepatan rana dan bukaan diafragmanya.
Beda sandinya, sama fungsinya
• Pada sistim Nikon • Pada sistim Canon
– P = Program – P = Program
– A = Aperture priority – Av = Aperture priority
– S = Shutter Priority – Tv = Shutter Priority
– M = Manual – M = Manual
Fungsi program
• Telah kita ketahui bahwa:
– media perekam kita (film) akan menampakkan hasil yang baik, kalau jumlah
cahaya yang jatuh di atasnya, sesuai dengan kepekaan media perekam (film)
nya.
– Untuk mengatur jumlah cahaya yang jatuh pada media perekam (film), kita
mengendalikannya melalui pilihan kombinasi kecepatan rana (S/Tv) dan bukaan
diafragma (A/Av).
• Sesungguhnya, kamera2 generasi terakhir, dapat digolongkan sebagai;
kamera pintar, karena dapat mengatur secara otomatis kombinasi
kecepatan rana dan bukaan diafragma yang dibutuhkan melalui fungsi
program. Salah satu patokan yang “dibaca” oleh kamera secara otomatis
adalah jenis lensa yang terpasang, karena lensa2 panjang dan berat perlu
ditopang oleh kecepatan rana yang tinggi, agar foto yang direkam tidak
goyang.
• Ada juga kamera yang menyediakan pilihan “short cuts”, misalnya untuk
membuat portrait, close up dari sekuntum bunga, pemandangan alam pada
waktu sunset. Kita tinggal menekan tombol yang diberi sandi sesuai dengan
keinginan kita dan kamera secara otomatis akan mengatur kombinasi
kecepatan rana dan bukaan diafragmanya.
Fungsi speed priority
• Telah kita bahas, bahwa kecepatan rana yang
tinggi mengurangi resiko goyang, sehingga
gambar menjadi kabur.
• Sebaliknya, kecepatan rendah dapat
memberikan efek-efek gerak yang menarik,
seperti panning dan aliran air. Demikian juga
dengan rear curtain flash synchro.
• Umumnya, kita masih dapat menggengam
kamera dengan baik, tanpa goyangan yang
berarti, bila kecepatan paling rendah adalah
1/panjang titik api lensa (1/focal length).
Fungsi aperature priority
• Ada anggapan dan uji coba yang membuktikan bahwa, performa
maksimum sebuah lensa didapatkan pada bukaan ke 3 atau ke 4
dari bukaan maksimum (ditunjukkan dengan angka paling kecil).
• Akibat dari anggapan tersebut, sering seorang fotografer mematok
bukaan diafragmanya pada posisi tersebut dengan harapan
memperoleh hasil terbaik dari lensanya.
• Anggapan lain menyatakan bahwa bukaan paling kecil (ditunjukkan
dengan angka paling besar), adalah posisi diafragma yang
memberikan hasil maksimal. Ada kelompok fotografer di Amerika
yang menamakan kelompoknya f=64.
• Sebetulnya, sifat optik yang paling dalam konteks bukaan diafragma
adalah: “rentang tajam” (depth of field/DOF). Dengan memahami
sifat optik ini, kita dapat memainkan dimensi foto kita dengan
membuat latar belakang dari obyek kita buram (out of focus), atau
sebaliknya.
Fungsi pilihan manual
• Pada pilihan ini, fotografer berada dalam posisi
pengendalian penuh atas jumlah cahaya yang
masuk di media perekamnya (film).
• Biasanya pilihan manual ini dilakukan pada
kondisi cahaya yang sulit, misalnya perbedaan
antara bagian gelap dan terang terlalu jauh.
• Juga banyak digunakan dalam pemotretan
dengan banyak sumber cahaya, sehingga harus
diadakan kompromi pencahayaan (exposure).
Pemotretan sejenis ini dilakuakn para fotografer
professional pada pemotretan di studio.
Mengukur cahaya,
supaya jumlah yang masuk ke media perekam pas
• Melalui fungsi P, S dan A, kita memanfaatkan sistim
pengukuran cahaya otomatik yang terserta (built in) di
dalam kamera.
• Pada pilihan M (manual), kita dapat menggunakan; alat
pengukur cahaya yang terserta di dalam kamera. Atau
alat pengukur cahaya genggam (hand held light meter).
• Mengukur cahaya secara manual dengan pengukur
cahaya genggam, dilakukan dengan 2 cara:
– Mengukur cahaya yang dipantulkan oleh obyek (reflected light
metering), atau
– Mengukur cahaya yang jatuh pada obyek (incident light
metering).