Presentasi Referat ASS
Presentasi Referat ASS
O L E H : W E N N Y D A M AYA N T I
406181044
PENDAHULUAN
• Alergi susu sapi (ASS) mengenai 2-6% anak-anak diseluruh dunia, 50% terjadi
pada tahun pertama kehidupannya
• Alergi susu sapi memiliki onset pada bayi yang diberikan susu sapi (formula) dan
biasanya terjadi pada minggu pertama setelah susu sapi diberikan.
• Presentasinya bervariasi; tidak ada gejala yang patognomonik. Manifestasi
tersering terjadi pada saluran pencernaan (50-60%), kulit (50-60%), dan saluran
pernapasan (20-30%).2
• Angka kejadian alergi susu sapi di Indonesia sekitar 2-7,5% (IDAI)
DEFINISI
• Alergi Susu Sapi (ASS) merupakan salah satu jenis alergi makanan yang
merupakan reaksi yang tidak diinginkan (reaksi yang berlebihan) yang
diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Peran reaksi
imunologi pada ASS disebut sebagai reaksi hipersensitivitas. tipe 1 yang
diperantaraii oleh Immunoglobulin E (IgE), tetapi ASS dapat diakibatkan
oleh reaksi imunologis yang tidak non IgE mediated ataupun proses gabungan
antara keduanya.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
• Hipersensitivitas tipe 1 = IgE mediated –> reaksi cepat (dalam hitungan menit)
• 2 tahap: paparan pertama (sensitisasi) dan paparan kedua (subsequent exposure; gejala klinis
lebih berat)
• Pengetahuan tentang mekanisme imunologi yang tidak diperantarai IgE pada alergi susu sapi
masih kurang. Terdapat beberapa mekanisme yang diduga termasuk reaksi diperantarai Th1 yang
terbentuk dari kompleks imun yang mengaktivasi komplemen, atau sel T/ sel mast/ interaksi
neuron termasuk perubahan fungsi dalam otot polos dan motilitas usus.
KLASIFIKASI
• IgE mediated, Gejala klinis timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam (sangat jarang
> 2 jam) setelah mengkonsumsi protein susu sapi.
• Manifestasi klinis: urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri
perut, diare, rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis. Dapat dibuktikan dengan
kadar IgE susu sapi yang positif (uji tusuk kulit atau uji RAST)
• Non-IgE mediated, diperantarai oleh IgG dan IgM. Gejala klinis timbul lebih lambat
(1-3 jam) setelah mengkonsumsi protein susu sapi.
• Manifestasi klinis: allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, proktokolitis,
anemia, dan gagal tumbuh.
MANIFESTASI KLINIS
1. Makanan yang menjadi sumber alergen dan kuantitas yang dimakan atau diminum
2. Jangka waktu antara konsumsi dan timbulnya gejala
3. Tipe gejala yang timbul
4. Riwayat konsumsi alergen yang sama dan reaksinya
5. Apakah ada faktor lain yang dapat menimbulkan tanda dan gejala yang menyerupai
6. Lama gejala berlangsung setelah konsumsi susu sapi.
7. Selanjutnya yang penting adalah menanyakan riwayat atopik pada keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan IgE spesifik dapat dilakukan dengan cara IgE RAST (Radio Allergo Sorbent
Test)
• Uji IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test) yang dinyatakan positif bila nilainya ≥ 1.
• Uji IgE RAST positif mempunyai korelasi yang baik dengan uji kulit.
• Uji ini dilakukan apabila uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan antara lain karena adanya lesi kulit
yang luas di daerah pemeriksaan dan bila penderita tidak bisa lepas minum obat antihistamin.
• Bila hasil pemeriksaan kadar serum IgE spesifik untuk susu sapi > 5 kIU/L pada anak usia ≤ 2
tahun atau > 15 kIU/L pada anak usia > 2 tahun maka hasil ini mempunyai nilai duga positif 53%,
nilai duga negatif 95%, sensitivitas 57%, dan spesifisitas 94%.12
• Uji ini mudah dilakukan, tidak mahal, dan hasilnya dapat langsung dilihat.
• Sebelum dilakukan uji tusuk kulit, pasien tidak boleh mengkonsumsi
antihistamin minimal 3 hari untuk antihistamin generasi 1 dan minimal 1 minggu
untuk antihistamin generasi 2.
• Uji tusuk kulit dilakukan di volar lengan bawah atau bagian punggung (jika
didapatkan lesi kulit luas di lengan bawah atau lengan terlalu kecil).
• Batasan usia terendah untuk uji tusuk kulit adalah 4 bulan.12
• Bila hasil uji kulit positif kemungkinan diagnosa alergi susu sapi adalah 50%
karena prediksi positif akurasinya <50%, sedangkan bila hasil uji kulit negatif
berarti alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE dapat disingkirkan karena
prediksi negatif akurasinya 95%.
• Uji kulit pada usia < 1 tahun sering memberikan hasil negatif palsu, tetapi
bila hasilnya positif maka sangat mungkin menderita alergi susu sapi.
• Penilaian besar indurasi berbeda antara anak usia < 2 tahun dan anak > 2
tahun.
• Hasil positif apabila indurasi > 8 mm pada usia > 2 tahun dan indurasi > 6
m pada usia < 2 tahun. Batasan usia terendah untuk uji tusuk kulit adalah
4 bulan.12
• Bila salah satu uji kulit atau kadar IgE total atau IgE spesifik positif dan disertai
pada anamnesis dan pemeriksaan fisis mengarah pada dugaan alergi susu sapi
>>> dilanjutkan dengan uji eliminasi dan provokasi susu sapi.
• Jika hasil negatif, maka dapat diberikan kembali minuman dan makanan yang
mengandung protein susu sapi.
UJI ELIMINASI DAN PROVOKASI
Buttermilk Laktalbumin
Casein Laktoglobulin
Keju Laktose
Cream Laktulosa
Yogurt Whey
TATALAKSANA NUTRISI
• Untuk bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu dapat melanjutkan pemberian
ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk makanan yang mengandung
susu sapi pada diet ibu. ASI tetap merupakan pilihan terbaik pada bayi dengan alergi
susu sapi. Suplementasi kalsium perlu dipertimbangkan pada ibu menyusui yang
membatasi protein susu sapi dan produk makanan yang mengandung susu sapi.
• Untuk bayi yang mengkonsumsi susu formula pilihan utama susu formula pada bayi
dengan alergi susu sapi adalah susu hipoalergenik. Susu hipoalergenik adalah susu yang
tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi atau anak dengan diagnosis alergi susu
sapi.
• Pada alergi susu sapi berat yang tidak membaik dengan susu formula
terhidrolisat ekstensif maka perlu diberikan susu formula asam amino. Apabila
susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya,
maka pada bayi di atas 6 bulan dapat diberikan formula kedelai dengan
penjelasan kepada orangtua mengenai kemungkinan reaksi silang alergi terhadap
protein kedelai. Angka kejadian alergi kedelai pada pasien dengan alergi susu
sapi berkisar 10-35% (tipe IgE 12-18%, tipe non IgE 30-60%).
MEDIKAMENTOSA
• Anafilaksis merupakan kedaruratan medis yang memerlukan intervensi agresif
melibatkan pemberian epinefrin intramuskular atau intravena H1 dan H2
antihistamin antagonis, oksigen cairan intravena, β-agonist inhalasi dan
kortikosteroid.
• Prinsipnya pada anafilaksis adalah ABC (airway, breathing, circulation).
• Epinefrin diberikan secara intramuskular pada paha lateral dengan dosis
pengenceran 1:1000, 0,01 mg/kg; maks 0,5 mg).
• Pada anak ≥12 tahun, dosis yang direkomendasikan adalah 0,5 mg
intramuskular.
• Dosis dapat diulang 2 sampai 3 kali dengan interval 5-15 menit apa bila
epinefrin intravena belum di berikan dan gejala masih berlangsung.
KOMPLIKASI
• Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berat dengan onset sangat cepat dan
mengakibatkan kematian.
• Anafilaksis terjadi karena produksi mediator oleh sel mast dan basophil secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan gejala alergi pada kulit (urtikaria, angioedema,
flushing), pernapasan (bronkospasme, laryngeal edema), kardiovaskular
(hipotensi, disritmia, myocardial ischemia) dan gastrointestinal (mual, nyeri kolik
abdomen, muntah, diare).
PROGNOSIS
1. Restriksi diet pada ibu hamil dan menyusui untuk mencegah terjadinya penyakit alergi pada anak tidak diperlukan
1. Suplementasi minyak ikan pada ibu hamil dan menyusui tidak direkomendasikan
1. Formula susu kedelai tidak direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi pada anak
1. Penambahan prebiotik, probiotik, dan sinbiotik pada makanan bayi tidak direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi pada
anak
1. Makanan padat direkomendasikan diberikan mulai usia 4-6 bulan secara bertahap. Retriksi diet terhadap makanan tertentu tidak
diperlukan
1. Penghindaran pajanan asap rokok saat kehamilan maupun sesudah kelahiran
1. Penghindaran tungau debu rumah dan hewan peliharaan tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer alergi pada anak
PENCEGAHAN:SEKUNDER
• Penghindaran susu sapi dengan cara pemberian susu sapi non alergenik, yaitu
susu sapi yang dihidrolisis sempurna, atau pengganti susu sapi misalnya susu
kacang kedelai supaya tidak terjadi sensitisasi lebih lanjut hingga terjadi
manifestasi alergi.
• Susu formula ini dibuat dari isolat protein kedelai yang mengandung
fitoestrogen dari golongan isoflavon.
• Bayi mendapat asupan fitoestrogen dari susu formula sekitar 32-47 mg/dl,
sedangkan dari ASI sekitar 5,6 µg/l.
• Paparan terhadap fitoestrogen pada usia dini dapat mencegah terjadinya
gangguan hormon jangka panjang.
PENCEGAHAN TERSIER
• Tanda Vital
• Tekanan Darah : -
• SpO2: 99%
• Frekuensi Nadi : 112x/m reguler, kuat angkat, isi cukup
• Frekuensi Nafas : 24x/menit, ireguler
• Suhu : 37,1˚C
• Data Antropometri
• BB : 6150 gr
• PB : 70 cm
•
• Pemeriksaan Sistem
• Kepala : bentuk normal, UUB tidak menonjol, sudah menutup, caput succedaneum -, cephal hematom -, sutura
melebar –
• Mata : bola mata ODS +, tidak cekung, CA-/-,SI-/-, pupil bulat, isokor, RC langsung dan tidak langsung +,
katarak kongenital -/-, injeksi konjungtiva -/-
• Hidung : bentuk normal, deviasi septum -, pernafasan cuping hidung -, sekret -/-, hiperemis -/-, darah -/-
• Telinga : bentuk normal, liang telinga +/+, sekret -/-, daun telinga recoil cepat +
• Mulut : sianosis -, mukosa merah muda, lidah normal, tidak ada hipersalivasi
• Leher : pembesaran KGB -, letak trakea di tengah
• Pulmo : inspeksi : dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris statis dan dinamis, retraksi -
• palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat, pergerakan simetris
auskultasi : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/-
• Cor : inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, thrill –
• auskultasi : BJ I-II reguler, murmur -, gallop –
• Abdomen : inspeksi : tampak datar, tidak ada benjolan
auskulatasi : Bu +
palpasi : supel, tidak terdapat hepatosplenomegaly
• Ekstremitas dan tulang belakang : akral hangat +, edema -, CRT < 2 detik,
tidak ada skoliosis, lordosis, kifosis, spina bifida
• Kulit : turgor kulit baik, ikterik –
• Anus dan genitalia :
• Anus : tidak terdapat anus imperforate/ atresia ani/ fistula/ ekskoriasi
• Genital : bentuk penis normal, epispadia -, hipospadia -, testis di skrotum
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
• RESUME
• Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 8 bulan 24 hari dengan riwayat timbul ruam
makulopapular kemerahan diseluruh tubuh setelah mengonsumsi susu sapi formula saat berumur
satu minggu dan gejala yang sama timbul ditambah kulit yang mengelupas saat berumur 3 bulan
setelah mengonsumsi susu soya formula. Kemudian pasien mengonsumsi susu terhidrolisat ekstensif
dan tidak timbul gejala. Pada saat umur 8 bulan, pasien sudah dapat mentoleransi susu sapi.
• Keadaan umum baik dan aktif, GCS 15 (E4M6V5), compos mentisTanda-tanda vital yang didapat
adalah SpO2: 99% HR: 112x/menit, RR:24x/menit, Suhu: 37,10C. Berat badan 6150 gram, panjang
badan: 77 cm. Pada pemeriksaan fisik saat ini tidak didapatkan kelainan. Tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang terkait alergi susu sapi.
• DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA
• Diagnosa kerja : Alergi susu sapi toleran
• PENGKAJIAN
• Clinical reasoning:
• Anamnesis: 1 minggu setelah minum susu formula sapi timbul ruam makuopapular seluruh tubuh. 3
bulan mengonsumsi susu formula soya, timbul gejala serupa dan kulit terkelupas serta pasien gagal
tumbuh. Setelah diganti susu terhidrolisat ekstensif, gejala tidak muncul kembali dan berat badan
perlahan meningkat.
• PF: tidak ditemukan kelainan pada kulit sistem pernapasan dan pencernaan walaupun setelah
mengonsumsi susu sapi karena pasien sudah toleran.
• PP: tidak dilakukan
• Diagnosa Banding :
• Asma bronkial
• Gastroenteritis
• Dermatitis atopic
• Rencana Diagnostik :
• Skin prick test
• Uji IgE-RAST
• Uji eliminasi dan provokasi
• Rencana Terapi Farmakologis :
• Cetirizine hydrochloride sirup 2,5 mg/kg (1/2 sendok teh) 1 kali sehari selama gejala alergi
masih ada.
Faktor resiko penyebab alergi adalah jenis Pasien adalah laki-laki berumur 9 bulan. Orang tua tidak
kelamin, umur, lingkungan dan yang paling penting memiliki riwayat alergi maupun asma. Ibu pasien mengaku
adalah genetik. Anak yang lahir dari orang tua pasien tidak terkena paparan rokok.
dengan riwayat alergi, kemungkinan besar akan
memiliki alergi terhadap alergen tertentu dengan
manifestasi klinis yang bervariasi. Jenis kelamin
juga berpengaruh pada faktor resiko alergi.
Disebutkan bahwa perempuan 20% lebih banyak
mengalami asma dari pada laki-laki. Selain itu
alergi juga leih sering dialami anak (0-17 tahun)
dari pada orang dewasa. Faktor lingkungan yang
berpengaruh adalah paparan asap rokok dan polusi
yang dapat meningkatkan risiko alergi.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Kulit: Eritema, Flushing, Pruritus, Riwayat timbul ruam makulopapular di seluruh
Morbiliform eruption, Angiodema, Ruam tubuh disertai kulit terkelupas. Tidak ada keluhan
eczematous lain.
Pernapasan: Hidung tersumbat, Pruritus,
Rhinorrhea, Bersin, Edema laring, Serak,
Batuk kering, Sesak, Dyspnea, Wheezing,
Retraksi intercostal, Penggunaan otot
pernapasan
Pencernaan: Angiodema pada bibir, lidah
dan palatum, Oral pruritus, Bengkak
pada lidah, Mual, Nyeri kolik, Refluks,
Muntah, Diare
Tatalaksana
Bila diagnosis alergi susu sapi sudah ditegakkan maka susu sapi harus
dihindarkan dengan ketat supaya toleran dapat cepat tercapai. Eliminasi
Pada pasien, dilakukan tatalaksana yaitu eliminasi
susu sapi direncanakan selama 6-18 bulan. Bila gejala menghilang, dapat
susu sapi formula dan diganti dengan susu soya
dicoba provokasi setelah eliminasi 6 bulan. Jika gejala tidak timbul lagi
berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat diberikan kembali. formula. Namun terjadi reaksi silang dan diganti
Untuk bayi yang mengkonsumsi susu formula pilihan utama susu
formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah susu hipoalergenik. Susu dengan susu terhidrolisat ekstensif.
hipoalergenik adalah susu yang tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90%
bayi atau anak dengan diagnosis alergi susu sapi. Susu tersebut mempunyai
peptida dengan berat molekul < 1500 kDa. Susu yang memenuhi kriteria
tersebut ialah susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino.
Formula susu terhidrolisat ekstensif merupakan susu yang
dianjurkan pada alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang.
Pada alergi susu sapi berat yang tidak membaik dengan susu formula
terhidrolisat ekstensif maka perlu diberikan susu formula asam amino.
Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat
kendala biaya, maka pada bayi di atas 6 bulan dapat diberikan formula
kedelai dengan penjelasan kepada orangtua mengenai kemungkinan reaksi
silang alergi terhadap protein kedelai. Angka kejadian alergi kedelai pada
pasien dengan alergi susu sapi berkisar 10-35% (tipe IgE 12-18%, tipe non
IgE 30-60%).8
Pada bayi dengan alergi susu sapi, pemberian makanan padat perlu
menghindari adanya protein susu sapi dalam makanan pendamping ASI
(MP-ASI).
Komplikasi
Anafilaksis merupakan komplikasi dari alergi Berdasarkan alloanamnesis, pasien tidak mengalami
makanan. Anafilaksis adalah reaksi alergi yang gejala komplikasi
berat dengan onset sangat cepat dan
mengakibatkan kematian. Anafilaksis terjadi karena
produksi mediator oleh sel mast dan basophil
secara tiba-tiba sehingga menyebabkan gejala
alergi pada kulit (urtikaria, angioedema, flushing),
pernapasan (bronkospasme, laryngeal edema),
kardiovaskular (hipotensi, disritmia, myocardial
ischemia) dan gastrointestinal (mual, nyeri kolik
abdomen, muntah, diare). Dilaporkan bahwa
setengah dari penyebab anafilaksis adalah alergi
makanan, sisanya dikarenakan alergi lateks atau
alergi obat.
Prognosis
Prognosis bayi dengan alergi susu sapi Pasien ini toleran dengan susu sapi saat berusia 8
umumnya baik, dengan angka remisi 45- bulan.
55% pada tahun pertama, 60-75% pada Ad vitam : bonam
tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga. Ad sanationam : bonam
Namun, terjadinya alergi terhadap Ad functionam : bonam
makanan lain juga meningkat hingga
50% terutama pada jenis: telur, kedelai,
kacang, sitrus, ikan dan sereal serta
alergi inhalan meningkat 50-80%
sebelum pubertas.8
KESIMPULAN
• Alergi Susu Sapi (ASS) merupakan salah satu jenis alergi makanan
yang merupakan reaksi yang tidak diinginkan (reaksi yang
berlebihan) yang diperantarai secara imunologis terhadap protein
susu sapi.
• Peran reaksi imunologi pada ASS disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang diperani oleh Immunoglobulin E (IgE),
tetapi ASS dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak
diperantarai oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya.
• Manifestasi klinis pada ASS dibagi berdasarkan predominan target organ dan
mekanisme imun yang terlibat yaitu sistem pencernaan, kulit dan sistem
respirasi.
• Beberapa hal yang perlu diketahui dari pasien adalah: (1) makanan yang menjadi
sumber alergen dan kuantitas yang dimakan atau diminum, (2) jangka waktu
antara konsumsi dan timbulnya gejala, (3) tipe gejala yang timbul, (4) riwayat
konsumsi alergen yang sama dan reaksinya, (5) apakah ada faktor lain yang
dapat menimbulkan tanda dan gejala yang menyerupai (6) lama gejala
berlangsung setelah konsumsi susu sapi (alergen). (7) riwayat atopik pada
keluarga.
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pendekatan diagnosis
terdiri dari pemeriksaan IgE spesifik, uji kulit, uji eliminasi dan provokasi, serta
pemeriksaan darah pada tinja.
• Tatalaksana: Eliminasi susu sapi direncanakan selama 6-18 bulan. Bila
gejala menghilang, dapat dicoba provokasi setelah eliminasi 6 bulan.
Jika gejala tidak timbul lagi berarti anak sudah toleran dan susu sapi
dapat diberikan kembali.
• Namun, jika gejala kembali muncul maka eliminasi dilanjutkan sampai
1 tahun dan seterusnya. Umumnya bayi akan toleran sekitar umur 3
tahun. Lima puluh persen akan toleran pada usia 2 tahun, 60% pada
usia 4 tahun dan 80% pada usia 6 tahun.
• Prognosis bayi dengan alergi susu sapi umumnya baik, dengan angka
remisi 45-55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan
90% pada tahun ketiga.
SARAN
• Saran penulis untuk ASS adalah agar menerapkan pencegahan primer pada
bayi yang belum terdiagnosia alergi yaitu dengan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dan tidak membatasi makanan apapun pada ibu yang
sedang menyusui.