Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA Commented [AD1]: Perhatikan redaksionalnya. Font,


spasi, huruf bold dan italic. Sesuaikan dengan UPPI.
Saya sudah sering mengingatkan.
2.1 Penelusuran Literatur Untuk revisi selanjutnya, redaksional bab 1, 2 dan 3 sudah
harus benar.
2.1.1 Tidur

2.1.1.1 Definisi

Tidur merupakan suatu proses aktif.1 Intensitas kerja dalam otak secara
keseluruhan tidak berkurang saat kita tidur.1 Hal tersebut yang menyebabkan pada
saat tidur, seseorang dapat bermimpi dan dapat bangun apabila ada rangsangan,
misalnya bunyi alarm.1

2.1.1.2 Fungsi Tidur

Ada banyak teori yang telah diakui untuk menjelaskan mengenai fungsi
tidur. Beberapa diantaranya ialah: 1

1. “catch-up time” bagi otak untuk mengisi ulang bahan-bahan biokimia yang
diperlukan untuk mekanisme terjaga misalnya asetilkolin.1
2. Teori lain ialah tidur sebagai “restoration and recovery”.1 Pada saat tidur,
otak memperbaiki jaringan rusak yang diakibatkan oleh kadar radikal bebas
yang meningkat saat keadaan sadar.1
3. Selain itu ada juga teori “shift gears” yang mengaitkan tidur dengan
perkembangan otak dalam hal struktural maupun kimia dan meningkatkan
daya pemahaman serta memori.1 Karena faktor inilah, maka anak-anak
memerlukan tidur lebih lama dibandingkan orang dewasa.1

2.1.2 Fisiologi Tidur

2.1.2.1 Irama Sirkadian

Irama sirkadian mengatur siklus bangun-tidur, pelepasan hormon, pola


makan, temperatur tubuh dan fungsi tubuh penting lainnya2. Bagian otak yang
mengontrol irama ini adalah suprachiasmatic nucleus (SCN) yang terletak di
hipotalamus.2 Irama sirkadian dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama

Universitas Tarumanagara 1
intensitas cahaya.2 Tidur saat malam hari dan bangun saat siang hari merupakan
salah satu contoh irama sirkadian yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya.2

Informasi cahaya pertama kali diterima oleh retina yaitu reseptor sel
batang, sel kerucut dan yang terutama adalah intrinsically photosensitive Retinal
Ganglion Cells (ipRGCs).2 Berbeda dengan sel kerucut dan sel batang, ipRGCs
menerima informasi cahaya menggunakan fotopigmen yang disebut melanopsin.2
Pada saat cahaya masuk ke retina, melanopsin mengalami depolarisasi kemudian
informasi cahaya diteruskan ke SCN melalui retinohypothalamic pathway.2

Orang buta total umumnya tidak mengalami siklus 24 jam dan menderita
insomnia walaupun menjalani jadwal keseharian yang normal.2 Pada orang-orang
ini, tidak terjadi penurunan melatonin ketika terpapar cahaya.2 Namun tidak
semua orang butal total mengalami hal seperti itu.2 Orang buta yang tidak
memiliki insomnia menunjukan adanya sekresi melatonin walaupun mereka tidak
sadar akan adanya cahaya.2 Hal ini terjadi karena kerja melanopsin yang langsung
berinteraksi dengan cahaya tanpa melalui suatu reseptor terlebih dahulu.2 Commented [AD2]: Coba baca teori lainnya. Baca dari
Purves juga. Update bagian ini setelahnya.
Kamu belum menjawab pertanyaan saya tt orang yg hidup
Aktivasi SCN memicu respon di paraventricular nucleus di hipotalamus di ruang tertutup atau di gua dimana mereka tidak
dan preganglionic sympathetic neuron yang kemudian memodulasi neuron di mendapat cue cahaya.

superior cervical ganglia dan kelenjar pineal yang terletak di dorsal thalamus.
Kelenjar pineal lalu mensintesis neurohormon yang berfungsi sebagai penginduksi
tidur yaitu melatonin. (N-acetyl-5-methoxytryptamine). Setelah disekresikan,
melatonin kemudian beredar di aliran darah, dan berinteraksi dengan resepetornya
di SCN dan menyebabkan proses tidur terjadi. Sekresi melatonin meningkat
khususnya pada saat informasi intensitas cahaya yang diterima retina menurun
dan kadar paling tinggi dicapai pada jam 2 sampai jam 4 pagi.

2.1.2.2 Sirkuit Neural dalam Siklus Bangun-Tidur Commented [AD3]: Seperti yang saya tulis di feedback
saya sebelumnya.
Tolong sertakan gambar untuk menunjang narasi tt sirkuit
Siklus bangun tidur dapat terjadi akibat adanya pengaturan sirkuit neural bangun/tidur. Hal ini akan mempermudah pembaca
di otak yang bekerja secara periodik.3 Sirkuit yang berperan utama dalam proses mengerti.

terjaga adalah reticular activating system (RAS).3 RAS adalah kumpulan neuron
kolinergik yang terletak di perbatasan antara pons dan otak tengah.3 Neuron ini
mengatur pelepasan neurotransmiter asetilkolin. Asetilkolin menyebabkan

Universitas Tarumanagara 2
desinkronisasi aktivitas gelombang EEG menjadi gelombang dengan amplitudo Commented [AD4]: Apa kepanjangan EEG?

rendah dan berfrekuensi tinggi.3 Proses ini mengimplikasikan bahwa kerja dari
neuron kolinergik merupakan penyebab utama proses bangun dan inaktivasi
sirkuit ini penting untuk memasukin proses NREM.3 Commented [AD5]: Memasukin?
Commented [AD6]: Apa kepanjangan dari NREM? Ini
Sirkuit lain yang juga ikut berperan dalam proses terjaga adalah neuron pertama kalinya kamu menyebut istilah NREM di bab 2.

noradrenergik yang melepaskan norepinefrin yang dan terletak di locus coeruleus


yang melepaskan norepinefrin;, neuron serotonergik yang melepaskan serotonin
yang dan terletak di raphe nuclei yang melepaskan serotonin;, dan serta neuron
yang mengandung histamin di tuberomammilary nucleus (TMN).3 Locus
coeruleus dan raphe nuclei dimodulasi oleh TMN yang terletak di tuberal region.3
TMN sendiri diaktivasi oleh suatu sekret yang dihasilkan lateral hypothalamus Commented [AD7]: Apakah sekret kata yang tepat untuk
3 orexin dan hypocretin?
yaitu orexin atau hypocretin. Aktivasi sirkuit kolinergik dan monoaminergik
bersama-sama menghasilkan keadaan terjaga.3 Sirkuit yang berperan dalam
proses terjaga, secara berkala dinhibisi oleh suatu sirkuit yang bertanggung jawab
dalam permulaan proses tidur.3 Sirkuit neural tersebut adalah ventrolateral
preoptic nucleus (VLPO) yang terletak di hipotalamus.3

Sirkuit lain yang berperan dalam siklus bangun tidur adalah pontine
reticular formation yang berperan dalam pergerakan mata pada saat tidur REM.3 Commented [AD8]: Apa kepanjangan REM.

Pada saat tidak ada rangsangan visual dari luar, sinyal dikirimkan dari sirkuit
tersebut ke motor region di superior colliculus.3 Kemudian rangsangan dari
collicular neuron dikirimkan ke paramedical pontine reticular formation (PPRF)
dan rostral interstitial nucleus.3

2.1.2.3 Gelombang Gamma, Beta, Alfa, Theta dan Delta Commented [AD9]: Baca dari buku lainnya spt Purves
dan Garret. Update info ini sesuai buku2 tersebut.
Aktivitas otak dapat diobservasi menggunakan electroencephalogram
(EEG). EEG merekam tegangan listrik di otak melalui dua elektroda yang
dipasangkan di kepala.4 Tegangan listrik tersebut kemudian divisualisasikan
kedalam bentuk gelombang.4 Gelombang otak diklasifikasikan menjadi 5 kategori
yaitu gamma, beta, alfa, theta dan delta.4 Masing-masing gelombang berkaitan
dengan kondisi mental yang berbeda.4 Commented [AD10]: Apakah mental kata yang tepat?

Universitas Tarumanagara 3
1. Gelombang gamma (30-120 Hz) dan gelombang beta (15–30 Hz, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
~30μV) merupakan gelombang yang prominen pada keadaan terjaga.4
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.5", Hanging:
Gelombang gamma juga sering muncul bersamaan dengan gelombang 0.19", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3,
… + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" +
theta saat proses bangun dan tidur REM.4 Selain itu gelombang gamma Indent at: 1.22"
juga muncul dalam waktu yang sangat singkat saat tidur NREM.4
2. Gelombang alfa (8-14 Hz, 50-100 μV) adalah gelombang yang muncul
dalam keadaan terjaga rileks. Gelombang alfa diduga berperan dalam
proses berpikir yang memerlukan kemampuan aritmetik dan
4
kemampuan visual.
3. Gelombang Theta (4-8) terlihat prominen pada saat tidur REM serta Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
ketika aktivitas otak meningkat, misalnya pada waktu seseorang
melakukan aktivitas yang memerlukan perhatian atau kemampuan
memori yang tinggi.4
4. Gelomban delta (1-4 Hz, 100-150 μV) adalah gelombang yang Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
menandakan tahap tidur yang dalam yaitu pada saat tidur NREM.
Commented [AD11]: Yang disebut tidur dalam itu REM
Gelombang delta muncul karena meningkatnya produksi atau NREM?

neuromodulator khususnya kolinergik dan aminergik sehingga Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
menyebabkan hiperpolarisasi membran potensial yang lebih tinggi.4

2.1.2.4 Tahapan Tidur Commented [AD12]: Akan lebih baik jika kamu
menyertakan gambar untuk masing2 gelombang otak di tiap
tahapan tidur ini. Seperti K-complex dll.
1. Tahap W (wakefulness).
Pada tahap pertama atau tahap W, seseorang dalam keadaan rileks, mata
tertutup dan EEG menunjukan gelombang alfa.5
2. Tahap N1 (nonore-REM sleep atau NREM 1, yang dulu disebut tidur tahap
1. Pada tahap ini, EEG menunjukan gelombang theta,2 serta diikuti oleh
hilangnya gelombang alfa.5 Kemudian kelopak mata mulai terasa berat,
perlahan-lahan bola mata mulai bergerak ke kanan dan ke kiri, pupil
menjadi lebih kecil dan tonus otot mulai rileks.5 Selain itu tanda-tanda
vital seperti denyut jantung, pernapasan, tekanan darah, metabolisme, dan
suhu mengalami penurunan.5
3. Tahap N2 (NREM 2, dulu disebut tahap 2)
Selanjutnya, tahap N2 ditandai dengan timbulnya K complexes dan sleep
spindles3 pada gelombang EEG.5 K complexes adalah gelombang yang

Universitas Tarumanagara 4
panjang dan lebar yang muncul setiap menit.2 Sedangkan sleep spindle
adalah ledakan gelombang yang terjadi dalam waktu 0, 5 sampai 2 detik
dengan frekuensi 12 sampai 14 Hz. Sleep spindle berperan sebagai
gerbang untuk masuk ke tahap tidur selanjutnya dan berfungsi dalam
mencegah terganggunya proses tidur.2,5
4. Tahap N3 (NREM 3, dulu disebut tahap 3 dan tahap 4 atau slow wave
sleep)
Kemudian memasuki tahap N3, EEG menunjukan gelombang delta.2 Pada
tahap ini, tanda-tanda vital dalam keaadaan terendah, otot-otot dalam
keadaan aktif, sehingga seseorang dapat bergerak atau mengubah posisi
tidurnya.2 Selain itu, apabila kelopak mata dibuka, terlihat bola mata
dalam keadaan eksotropik dan ukuran pupil semakin kecil dari
sebelumnya.5
5. Tahap R (rapid eye movement [REM] sleep).
Setelah keempat tahap, siklus tidur kembali ketahap-tahap sebaliknya
dengan waktu yang relatif singkat kemudian memasuki tahap R (rapid eye
movement [REM]).2 Pada saat tahap tidur REM, EEG menunjukan
frekuensi gelombang yang sama seperti saat terjaga rileks tetapi tidak
terbangun.2 Bola mata terus bergerak bolak-balik secara horizontal,2
frekuensi napas dan jantung meningkat serta terjadi ereksi pada laki-laki
dan sekresi mukosa vagina meningkat pada perempuan.2 Walaupun
terlihat adanya rangsangan, pada tahap REM, tubuh cenderung tidak
bergerak, bahkan otot berada dalam keadaan lumpuh atau atonia.2

Universitas Tarumanagara 5
Gambar 2.1 Siklus Tidur Commented [AD13]: Narasi mana yang memakai gamber
ini sebagai penunjang?

Pada orang dewasa, normalnya setiap siklus tidur terjadi 4 sampai 6 kali, Tambahkan kata “Lihat gambar 2.1” di akhir paragraph tsb.
5
tergantung dari lamanya tidur. Sepanjang tidur, durasi non-REM semakin lama
semakin memendek sebaliknya durasi REM yang memanjang.2,5 Pada bayi baru
lahir atau pada balita, setiap siklus tidur berlangsung selama 60 menit dengan
rasio 50% REM dan 50% NREM, yang berlangsung selama 3-4 jam.5 Dengan
bertambahnya usia, durasi setiap siklus tidur meningkat menjadi 90 sampai 100
menit.5 Kira-kira 25% dari jumlah waktu tidur dihabiskan dalam tahap REM, 3-
5% pada tahap N1, 50-60% dalam tahap N2 dan 10-20% pada tahap N3.5 Total
waktu pada tahap N3 terus menurun seiring bertambahnya usia.5 Commented [AD14]: Kalau kamu baca Purves, fakta ini
berbeda 180 derajat dengan yang ada di buku tsb.
Coba baca dari buku2 lain, Jangan hanya mengandalkan 1
buku saja.

Kamu tidak menjawab pertanyaan saya lagi. Apa peran tidur NREM dan
REM? Tentu ada alasannya kenapa tidur terbagi dalam 2 tipe itu kan?

2.1.2.6 Sleep Control Commented [AD15]: Judulnya tidak tepat, karena kamu
hanya membahas tt adenosin di bagian ini. Sementara ada
neurotransmitter2 lainnya yg berperan aktif dalam
Adenosin adalah salah satu hormon yang berperan dalam proses mencetus kondisi bangun/tidur.
homeostatis tidur.3 Saat terjaga, adenosin berakumulasi di basal forebrain area.3 Lagipula bukan Adenosin yang berperan dalam kontrol tidur,
tapi …….. (cari sendiri).
Pada lokasi ini adenosin menghambat kerja neuron yang berperan merangsang
Kenapa kamu hanya berfokus pada adenosin?
keadaan terjaga, menginduksi rasa kantuk dan mengurangi aktivitas listrik di
otak.3 Saat tidur, kadar adenosin ini akan berangsur-angsur menurun.3 Adenosin
juga bekerja pada lokasi lain di otak yaitu di area preoptik di hipotalamus dan di
area pons.3 Area ini berperan dalam mengirimkan sinyal ke magnocellular
nucleus yang menyebabkan kelumpuhan yang terjadi pada saat tidur REM.3

2.1.3 Gangguan Tidur

2.1.3.1 Insomnia

Istilah insomnia digunakan untuk menunjukan persepsi seseorang


mengenai kualitas tidur yang buruk yang ditandai gejala-gejala seperti susah
memulai tidur, sering terbangun pada malam hari, bangun terlalu dini dan tidak
dapat kembali tidur apabila sudah bangun, serta perasaan tidak puas saat bangun

Universitas Tarumanagara 6
tidur di pagi hari.6 Insomnia tidak ditentukan dari total durasi tidur tidur karena
setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk merasa puas saat
bangun tidur.6 Akibat dari insomnia adalah rasa kelelahan, tidak berenergi, sulit Commented [AD16]: Akan terjawab jika kamu tau apa
peran dari masing2 tahapan tidur.
konsentrasi dan timbulnya emosi yang tidak stabil pada siang hari.6

Insomnia diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu, insomnia transien,


intermittent dan kronik.6 Insomnia yang berlangsung antara sehari sampai Commented [AD17]: Ada kronik tentunya ada akut kan?
6 Dimana letak akut disini?
semingu dikategorikan kedalam insomnia transien. Apabila insomnia timbul pada
saat-saat tertentu saja, dikategorikan dalam insomnia intermittent.6 Sedangkan
insomnia dianggap sudah kronik jika timbul hampir setiap malam dan
berlangsung selama sebulan atau lebih.6 Commented [AD18]: Kriteria menurut apa untuk definisi
ini?
Faktor tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami
insomnia.6 Contohnya adalah faktor usia, jenis kelamin dan riwayat depresi.
Perempuan khususnya yang telah menopause dan lansia lebih dari 60 tahun
dikatakn lebih rentan mengalami insomnia.6 Selain itu, faktor lain seperti stress,
bising, suhu ekstrim, perubahan suasana tidur, jet lag dan efek samping obat
sering menyebabkan insomnia transien atau insomnia intermittent.6 Di sisi lain
insomnia kronik disebabkan oleh interaksi dari beberapa faktor yang lebih
kompleks terutama apabila ada kondisi fisik tertentu atau adanya riwayat
gangguan mental. Salah satu penyebab utama insomnia kronis yang paling sering
adalah depresi.6 Penyebab lainnya yaitu arthritis, penyakit ginjal, gagal jantung,
asma, sleep apnea, narcolepsy, restless legs syndrome, Parkinson, dan hipertiroid.6
Namun insomnia kronik juga dapat disebabkan karena faktor perilaku serperti
konsumsi kafein atau alkohol yang berlebihan.6

2.1.4 Instrumen Pengukur Kualitas Tidur

2.1.4.1 Epworth Sleepiness Scale (ESS)

ESS adalah kuisioner yang digunakan untuk menilai tingkat rasa kantuk
seseorang atau kecenderungan tidur rata-rata sehari-hari (ASP).7 ESS merupakan Commented [AD19]: Singkatan tidak boleh didepan
kalimat.
kuisioner sederhana berbasis laporan retropesktif mengenai rasa kantuk dan Sudah saya ingatkan di feedback sebelumnya.

tertidur pada berbagai situasi sehari hari. ESS terdiri dari 8 pertanyaan, masing-
masing memiliki nilai 0-3.7 Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan

Universitas Tarumanagara 7
seberapa sering seseorang merasa mengantuk atau tertidur.7 Total nilai ESS
berkisar 0-24. Nilai >10 mengindikasikan rasa kantuk yang signifikan.7 ESS
sering digunakan untuk mendeteksi perbaikan klinis suatu terapi misalnya pada
penderita sleep apnea yang sedang menjalani terapi CPAP.7 ESS telah
diterjemahkan kedalam 52 bahasa dan telah dipakai untuk berbagai macam
penelitian klinis berbasis populasi.7 Konsistensi internal pada kedelapan
pertanyaan dalam ISS telah diuji dengan Cronbach’s alpha dan hasilnya berkisar
0,73 dan 0,90 serta reliabilitas bervariasi antara 0,81 dan 0,93.7

2.1.4.2 Insomnia Severity Index (ISI)

ISI adalah kuisioner yang terdiri dari 7 pertanyaan mengenai sifat, tingkat
keparahan dan akibat dari insomnia.8 ISI mengevaluasi hal-hal tersebut dengan
cara recall, dengan jangka waktu satu bulan terakhir.8 Pertanyaan-pertanyaan
tersebut berkaitan dengan tingkat keparahan permulaan tidur, sleep maintenance,
masalah bangun dini hari, rasa ketidakpuasan setelah tidur, gangguan fungsi pada
siang hari, gangguan tidur yang dilihat pasangan tidur, dan penderitaan
akibatnya.8 Skala Likert 5 digunakan pada masing-masing pertanyaan dan
menghasilkan skor total berkisar 0-28.8 Total skor kemudian diklasifikasikan
sebagai berikut; tidak insomnia (0-7), dibawah ambang batas (8-14), insomnia
sedang (15-21) dan insomnia berat (22-28).8 Dengan nilai ambang 10, ISI
memiliki nilai sensivitas 86,1% dan spesifisitas 87,7% untuk mendeteksi insomnia
pada sampel berbasis komunitas.8

2.1.4.3 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuisioner untuk menilai
kualitas tidur dan gangguannya dalam satu bulan terakhir.9 Analisis menunjukan
PSQI terdiri dari 19 pertanyaan yang diisi sendiri.9 Pertanyaan dalam kuisioner ini
terdiri dari beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas tidur seperti
perkiraan durasi tidur, latensi tidur dan gangguan tidur yang dialami serta derajat
keparahannya.9 Pertanyaan-pertanyaan ini dikelompokan kedalam 7 komponen
yaitu subjective sleep quality, sleep latency, sleep duration, habitual sleep
efficiency, sleep disturbances, use of sleeping medication, dan daytime
dysfunction.9 Masing-masing komponen dapat dinilai dengan skor 0-3.9 Skor dari

Universitas Tarumanagara 8
ketujuh komponen tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh global
PSQI score dimana angka terendah 0 dan angka tertinggi 21.9 Global PSQI score
<5 menandakan bahwa subjek memiliki kualitas tidur yang baik sedangkan
apabila >5 menandakan subjek memiliki gangguan tidur yang berat dalam
sedikitnya 2 komponen atau gangguan tidur yang sedang sedikitnya pada 3
komponen.9 Semakin tinggi nilainya mengindikasikan kualitas tidur yang semakin
buruk.9 Global PSQI score >5 memiliki sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5%
(kappa = 075, p < 0,001) dalam membedakan antara kualitas tidur yang baik dan
buruk.10 Data tersebut menunjukan PSQI merupakan kuisioner yang dapat dipakai
untuk kepentingan klinis dan penelitian dan dimaksudkan hanya untuk sampel
berbasis komunitas.9,10

Penulis memilih PSQI sebagai instrument dalam penelitian ini dikarenakan


empat alasan. Pertama, seperti yang telah dipaparkan, PSQI memiliki tingkat
reliability, spesifisitas dan sensivias yang tinggi sehingga merupakan instrument Formatted: Font: Italic

yang valid untuk digunakan dalam penelitian. Kedua, PSQI merupakan kuisioner
yang tepat berkaitan dengan variabel bebas penelitian ini yaitu mengenai kualitas
tidur. Ketiga, pengisian kuisioner PSQI terbilang singkat yaitu hanya memakan
waktu 5-10 menit, sehingga dapat mempersingkat pengambilan sampel. Terakhir,
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam PSQI mudah dipahami oleh subjek
yang akan diteliti yaitu mahasiswa/i kedokteran.

2.1.5 Regulasi Keseimbangan Energi Commented [AD20]: Penomorannya benar begini?


Mengingat sudah ganti topik?
Fungsi normal manusia mengikuti hukum pertama termodinamik yang
menyatakan bahwa energi hanya dapat diubah tetapi tidak biasa dihilangkan.11
Hukum tersebut diformulasikan sebagai berikut: perubahan energi (ES) sama
dengan selisih dari EI dan EO.11 EI atau pemasukan energi, sebagian besar
diperoleh dari energi kimia yaitu dari makanan dan cairan yang dikonsumsi.11 EO
atau pengeluaran energi terdiri dari pengeluaran panas oleh tubuh dengan cara
radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi serta segala aktivitas yang dilakukan
tubuh.11

2.1.5.1 Pemasukan Energi (EI)

Universitas Tarumanagara 9
Energi yang dapat dipakai oleh tubuh (EI) diperoleh dari jumlah energi
yang dicerna dikurang dengan energi yang hilang bersama feses dan urin (~2-
10%).11 EI diperoleh dari 3 komponen makronutrien utama yaitu karbohidrat,
protein, lemak dan sedikit komponen dari alkohol.11 Saat dikonsumsi ketiga
komponen tersebut tidak diabsorbsi seluruhnya dan jumlah yang diasorbsi
bervariasi pada setiap individu bergantung dengan jenis makanan yang
dikonsumsi, bagaimana makan tersebut diproses dan faktor pencernaan.11 Setiap
komponen mempunyai densitas kalori yang berbeda beda.11 Lemak memiliki
densitas kalori paling tinggi yaitu 9 kkal/g diikuti dengan karbohidrat dan protein
yaitu 4 kkal/g.11

Proses pencernaan sendiri bergantung dari komposisi makanan itu sendiri


dan jumlah serat serta komponen-komponen lain yang tidak dapat dicerna.11
Komponen seperti serat otomatis menghambat pencernaan dan mempengaruhi
jumlah nutrisi yang dapat diserap.11 Selain itu, efisiensi penyerapan juga dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sepert flora normal dalam usus, cara
memproses makanan dan komposisi diet.11

2.1.5.2 Pengeluaran Energi (EO)

Karbohidrat, protein dan lemak diubah in vivo menjadi substrat yang siap
dioksidasi untuk menghasilkan energi yang dapat langsung dipakai dalam proses
metabolisme atau untuk disimpan.11 Tingkat pengeluaran energi (EO) berubah-
ubah dalam waktu 24 jam maupun sepanjang hidup.11 Selain untuk metabolisme,
pengeluaran energi juga terjadi pada pertumbuhan, body maintenance, aktifitas
fisik, kehamilan, laktasi dan proses lainnya.11

Komponen pengeluaran energi yang utama adalah resting energy


expenditure (REE), thermic effect of feeding (TEF), dan activity energy
expenditure (AEE).11 REE adalah pengeluaran energi saat istirahat yang terdiri
dari kira-kira dua per tiga dari EO.11 REE bervariasi antara setiap individu
tergantung ukuran tubuh, komposisi tubuh dan ketidakseimbangan energi yang
dialami.11 Semakin besar total massa jaringan, semakin besar pula REE, dimana
kontribusi massa bebas lemak membutuhkan REE yang lebih besar daripada
massa lemak.11

Universitas Tarumanagara 10
Thermic effect of feeding adalah pengeluaran energi yang berkaitan dengan
pencernaan dan prosesnya. Komposisi diet sangat berpengaruh pada TEF.11 Setiap
makronutrien membutuhkan TEF yang berbeda-beda.11 Proses pencernaan protein
membutuhkan TEF yang paling tinggi diikuti dengan karbohidrat, dan yang paling
rendah adalah lemak.11 Sedangkan AEE adalah pengeluaran energi meliputi energi
yang diperlukan untuk aktifitas fisik serta termogenesis.11

2.1.5.3 Regulasi Rasa Lapar

Rasa lapar disebabkan oleh tiga sinyal utama yaitu munurunnya suplai
oksigen ke otak (glucoprivic hunger), defisit asam lemak (lipoprivic hunger) dan
deplesi nutrisi di lambung.2 Hati memperoleh informasi mengenai kadar glukosa
dan asam lemak dalam darah lewat vena porta yang berjalan dari usus halus
menuju hati. Informasi kadar glukosa dan asam lemak ini kemudian dikirimkan
lewat saraf vagus ke NST di medulla.2 Di sisi lain, otak memiliki reseptor Commented [AD21]: Apa itu NST?

glukosa tersendiri sehingga, otak dapat langsung mendeteksi apabila ada Commented [AD22]: Medula oblongata atau medula
spinalis? Atau medula adrenal? Yang mana?
penurunan kadar glukosa dan kadar asam lemak dalam darah tanpa melewati saraf
vagus.2 Informasi dari NST kemudian diteruskan ke arcuate nucleus yang ada di
hipotalamus, yaitu area yang paling penting dalam memonitor keadaan nutrisi
juga regulasi energi tubuh.2 Setelah itu, informasi dikirimkan ke PVN yang ada di Commented [AD23]: Apa itu PVN?
2
lateral hipotalamus untuk regulasi asupan makanan serta metabolisme. Pada saat
perut dalam keadaan kosong, hormon ghrelin disekresikan di lambung kemudian
mencapai arcuate nucleus melalui peredaran darah.2 Pada manusia, kadar ghrelin
meningkat sampai 80% sebelum makan dan menurun tajam setelah makan.2

Ketiga sinyal lapar tersebut kemudian merangsang arcuate nucleus untuk


mensekresi neuropeptide Y (NPY) dan agouti-related protein (AgRP) dimana
keduanya akan mengeksitasi PVN dan lateral hipotalamus untuk meningkatkan
rasa lapar dan menurunkan laju metabolisme.2

2.1.5.4 Regulasi Rasa Kenyang

Rasa kenyang yang pertama dirasakan saat setelah makan, disebabkan


adanya peningkatan volume dalam lambung.2 Distensi lambung mengaktivasi
reseptor regangan yang kemudian mengirimkan sinyal melalui saraf vagus menuju

Universitas Tarumanagara 11
NST. Di sisi lain, nilai gizi suatu makanan juga berpengaruh.2 Saat ada makanan
masuk, mulut, lambung dan usus mengeluarkan peptida. Berbagai macam peptida
yang dikeluarkan akan merangsang pankreas, hati dan kandung empedu, untuk
mensekresikan enzim ke dalam duodenum agar nutrisi dapat dicerna.2 Sebagian
peptida berfungsi untuk mengirimkan informasi ke otak, nutrisi apa saja yang
telah memenuhi kebutuhan.2 Informasi ini dikirimkan lewat saraf vagus maupun Commented [AD24]: Kalimat ini bisa disusun ulang
sehingga artinya lbh jelas.
peredaran darah.2 Salah satu peptida yang terkenal sebagai sinyal rasa kenyang
adalah cholecystokinin (CCK).2 CCK dalah hormone peptida yang dikeluarkan
saat makanan melewati duodenum.2 CCK mendeteksi lemak dan merangsang
sekresi empedu yang berguna untuk memecah lemak.2

2.1.5.5 Kontrol Jangka Panjang

Peptida lain yang berperan menekan nafsu makan adalah peptide YY3-36
(PYY). PYY diangkut lewat peredaran darah ke arcuate nucleus, dan menghambat Formatted: Highlight
2
NPY releasing neurons. Tidak seperti CCK yang bekerja langsung sesaat setelah
makan, PYY bekerja lambat dengan mengurangi asupan kalori sampai
sepertiganya dalam waktu 12 jam setelah makan.2

Tubuh mengatur kebiasaan makan dengan memonitor berat badan,


khususnya lemak tubuh.2 Sel lemak, mensekresikan suatu hormon bernama leptin
yang berfungsi dalam menghambat nafsu makan.2 Kadar leptin dalam darah
berbanding lurus dengan proporsi lemak tubuh.2 Pada orang dengan obesitas,
kadar leptin meningkat empat kali lipat dari pada orang dengan berat badan
normal.2

Kadar insulin juga meningkat apabila proporsi lemak tubuh meningkat.


Insulin dan leptin bersama-sama mengurangi nafsu makan di arcuate nucleus
dengan menghambat NPY/AgRP neuron.2 Pada saat yang bersamaan, kedua
hormon ini mengaktivasi sel-sel POMC (proopiomelanocortin) agar menghambat
PVN dan lateral hipotalamus.2

Kontributor lainnya yang berkaitan dengan kontrol nafsu makan dan berat
badan adalah orexin.2 Orexin adalah suatu peptida yang berfungsi dalam
meningkatkan nafsu makan.2 Orexin aktif, saat kadar leptin atau glukosa dalam

Universitas Tarumanagara 12
darah menurun atau saat kadar ghrelin tinggi.2 Orexin diproduksi oleh
sekelompok neuron yang terletak di lateral hipotalamus kemudian diteruskan ke
arcuate nucleus untuk mengaktivasi NPY dan menghambat POMC.2

2.1.5.6 Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Rasa Lapar Commented [AD25]: Saya agak bingung kenapa tiba1
loncat ke faktor psikologi untuk rasa lapar. Karena:
1.di feedback sebelumnya, saya minta kamu menulis tt
2.1.5.6.1 Stress faktor2 yang mempengaruhi rasa lapar/kenyang. Tidak
spesifik ke masalah psikologi.
Stress merupakan masalah yang dapat mengganggu proses homeostasis 2.Karena kamu mendedikasikan 1 sub-bab utk stres,
apakah kamu meneliti tt hub stres dengan berat badan?
dari suatu organisme.12 Ada dua komponen utama respon stress, yaitu sistem saraf Karena terkesan spt itu. Kalau kamu membaca definisi tt
stres, tentunya kamu paham bhw STRESS tidak merujuk
otonom dan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis.12 Stress dapat kepada masalah psikis saja.

disebabkan stressor eksternal seperti masalah pekerjaan, masalah sosial maupun


factor instrinsik seperti kekurangan tidur.12 Walaupun respon stress dalam jangka
waktu singkat bermanfaat, stress jangaka panjang atau yang berkelanjutan dapat
membahayakan dan menyebabkan banyak gangguan.12 Suatu penelitian
melaporkan bahwa riwayat depresi menyebabkan hiperaktivitas dari HPA axis.12
Selain itu dalam 30 tahun kebelakang banyak penelitian yang menunjukan bahwa
depresi yang berhubungan dengan status sosial ekonomi, pekerjaan, dan
kekurangan tidur merupakan factor resiko kelainan obesitas dan kelainan
metabolic lainnya.12

Sebuah literatur menggagaskan pendapat bahwa sirkuit penghargaan di


otak (brain reward circuitry) memainkan peranan penting dalam asupan makanan
yang dipengaruhi stress.13 Stress dan makanan enak menstimulasi pengeluaran
opioid. Pelepasan opioid merupakan pertahanan suatu organisme dalam
melindungi tubuh dari efek buruk stress dengan cara menurunkan aktivitas HPA
axis.13 Apabila mekanisme ini terus berulang maka dapat menyebabkan adaptasi
neurobiologis yang kemudian mempromosikan sifat kompulsif untuk makan
berlebihan.13 Selain itu, kortisol juga menyebabkan disregulasi neuroendokrin
seperti leptin, insulin dan NPY dan meningkatkan nafsu makan dan akumulasi
lemak viseral.13

2.1.5.7 Gangguan Keseimbangan Regulasi Energi Commented [AD26]: Judulnya gangguan keseimbangan
RE, tp yg kamu bahas hanya tt overweight dan obesitas.
2.1.5.7.1 Overweight dan Obesitas
Coba baca dulu feedback saya sebelumnya.
Disitu sudah saya rinci poin2 per paragraph yang bisa kamu
tulis.

Universitas Tarumanagara 13
Overweight dan obesitas adalah keadaan dimana adanya penumpukan
lemak tubuh dalam jumlah yang abnormal dan mengakibatkan peningkatan
berat badan.14 Keadaan ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
pemasukan energi dan kebutuhan energi oleh jaringan.14 Dengan kata lain,
obesitas merupakan kelainan dalam sistem keseimbangan, dimana tubuh tidak
dapat menyesuaikan pemasukan energi dan pengeluarannya.14

Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi obesitas adalah dengan


pengukuran IMT yang telah dijelaskan sebelumnya.14 Selain itu, pemeriksaan
tebal lemak subkutan (skin-fold thickness), densitometry (pemeriksaan berat badan
menggunakan volume air), CT scan, dan MRI juga dapat digunakan. IMT >30
dianggap sebagai batas untuk menentukan obesitas pada laki-laki maupun
perempuan.14 Namun, secara epidemiologi, morbiditas akibat kelainan metabolik,
dan kardiovaskuler meningkat pada saat IMT >25. Hal ini menunjukan bahwa
batas penentuan obesitas >30 tidak lagi relevan.14 Istilah overweight digunakan
apabila IMT >25 atau >27 dan <30.14 Overweight dianggap medically significant,
dan diperlukan terapi inisial berhubungan dengan faktor resiko yang disebabkan
oleh penumpukan lemak misalnya hipertensi dan intoleransi glukosa.14

Pada prinsipnya obesitas terjadi karena tingginya masukan energi atau


rendahnya pengeluaran energi atau keduanya.15 Namun etiologi obesitas bersifat
multifaktorial karena banyak mekanisme yang dapat berkontribusi.15 Obesitas
dapat terjadi apabila ada interaksi faktor lingkungan dan faktor genetik.15 Peran
genetik dapat dilihat dari bukti bahwa, IMT anak adopsi tetap mencerminkan IMT
orang tua kandung, daripada IMT orang tua angkat, dimana faktor lingkungan
dapat berpengaruh. Selain itu, IMT pada anak kembar cenderung sama, bahkan
bila keduanya tinggal di tempat yang terpisah.14

Di sisi lain, faktor lingkungan juga berpengaruh. Sebagai bukti, prevalensi


obesitas di Amerika mengalami peningkatan yang terlalu cepat, yang tidak
memungkinkan apabila obesitas hanya disebabkan oleh faktor genetik.14 Di
negara maju, obesitas lebih umum diidap oleh masyarakat dengan ekonomi
menengah kebawah, kebalikannya di negara berkembang, obesitas biasanya
diidap oleh masyarakat menengah keatas.14 Commented [AD27]: Kenapa bisa begitu? Apa
alasannya?

Universitas Tarumanagara 14
Sindrom genetik spesifik yang berperan dalam obesitas adalah mutasi gen
ob. Pada tikus percobaan yang dengan gen ob/ob terjadi resistensi insulin,
hiperfagia, penurunan metabolisme.14 Mutasi pada gen ob menghambat
pembentukan leptin, sehingga tubuh tidak dapat mendeteksi kadar lemak,
akibatnya nafsu makan tidak terkontrol.14 Pada tikus percobaan lain dengan
mutasi db/db, terjadi resistensi terhadap leptin sehingga menghasilkan sindrom
serupa.14 Onset terjadinya obesitas terkait mutasi gen spesifik ini terjadi saat
setelah lahir dengan gejala berat dan disertai dengan abnormalitas neuroendokrin
misalnya gonadotropic hypogonadism.14

Selain mutasi gen ob dan db, mutasi pada gen lain juga dapat
menyebabkan obesitas pada manusia.14 Mutasi pada gen yang berperan dalam
produksi POMC menyebabkan gagalnya sintesis α-MSH. Selain itu, mutasi
Proenzym convertase 1 (PC-1) juga dapat menimbulkan resiko obesitas dengan
menghambat interaksi antara α-MSH dan POMC.15 α-MSH berikatan dengan type
4 melanocortin receptor (MC4R) di hipotalamus dan menghambat nafsu makan.14
Di sisi lain kerusakan pada reseptor ini otomatis dapat menyebabkan obesitas.14
Ketiga mekanisme tersebut walaupun jarang dapat mengganggu kerja leptin yaitu
mestimulasi POMC dan meningkatkan kadar α-MSH dalam menurunkan nafsu
makan.14

Diet merupakan faktor kunci dalam timbulnya obesitas. Diet yang buruk
mencakup konsumsi fast food yang tinggi akan lemak dan gula, konsumsi alkohol
secara berlebihan, makan dengan porsi besar, sering mengonsumsi minuman
berkalori dan menjadikan makan sebagai sarana penghilang stress.16

Faktor yang tidak kalah penting adalah kurangnya aktivitas fisik.


Kekurangan aktivitas fisik menyebabkan berkurangnya pengeluaran energi.16
Terlebih lagi pada zaman modern, aktivitas fisik menjadi sangat kurang
disebabkan berkembangnya teknologi yang mempermudah aktivitas sehari-hari.
Hal ini tentu berpengaruh pada kurangnya aktivitas fisik sehingga meningkatkan
resiko obesitas.17 Commented [AD28]: Ini bagian dari sub-bab Obesitas
dan Overweight?
2.1.6 Alat Ukur Berat Badan

Universitas Tarumanagara 15
2.1.6.1 Pengukuran Tebal Lemak Subkutan

Pengukuran tebal lemak subkutan merupakan cara pengukuran


antropometri yang dilakukan dengan cara mengukur tebal lemak di berbagai area
tubuh menggunakan kaliper.18 Formulasi perhitungannya akan menghasilkan
prediksi massa lemak tubuh yang kemudian dipakai untuk menggambarkan
kondisi metabolik yang berhubungan dengan penyakit degeneratif seperti
hipertensi dan stroke.18 Keuntungan dari pengukuran tebal lemak subkutan adalah
caranya yang sederhana, tidak perlu memakai alat yang rumit dan kesalahan
teknik minimal serta dapat memprediksi lemak secara keseluruhan.18 Namun
kelemahannya adalah diperlukan keterampilan yang terstandar untuk
18
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.

2.1.6.2 Pengukuran Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang merupakan cara mudah untuk memeriksa


kelebihan lemak khususnya di perut.19 Pada pemeriksaan ini, tinggi badan dan
bentuk tubuh tidak diperhitungkan.19 Nilai maksimal lingkar pinggang laki-laki
adalah 94 cm dan pada wanita adalah 80 cm.19 Apabila melebihi dari angka yang Commented [AD29]: Apakah ini angka fix? Atau ada
range tertentu?
ditetapkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa selain diperut, lemak juga
melapisi organ-organ lainnya misalnya jantung, ginjal, hati, pankcreas dan organ
pencernaan yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit jantung dan strok.19
Pengukuran lingkar pinggang biasanya dilakukan bersamaan dengan perhitungan
indeks massa tubuh untuk memperoleh hasil kadar lemak yang lebih akurat.19
Cara pengukurannya adalah dengan melingkari pita meteran tepat ditengah
diantara batas atas tulang pinggul dan batas bawah tulang iga.19 Namun cara
pengukuran ini tidak akurat pada situasi tertentu misalnya ibu hamil, adanya
gangguan distensi abdomen, serta pada ras-ras tertentu misalnya pada ras
Aborigin, Torres Strait Islander, Asia selatan, Cina, dan Jepang.19

2.1.6.3 Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rumus antropometri yang digunakan


untuk menilai status gizi.20 Untuk menghitung IMT, digunakan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

Universitas Tarumanagara 16
IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Untuk Indonesia, berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian, Departemen


Kesehatan Indonesia tahun … telah menyediakan klasifikasi yang akurat bagi
orang Indonesia, sebagai berikut:21

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
(Overweight)
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
(Obesitas)

IMT berguna sebagai alat screening yang mudah, murah dan cepat untuk
menentukan status berat badan suatu populasi.20 Namun penggunaan IMT hanya
untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. IMT tidak dapat diaplikasikan pada
anak-anak dikarenakan status IMT pada anak-anak berhubungan erat dengan usia
dan jenis kelamin. Sedangkan interpretasi IMT pada dewasa tidak mencakup hal
tersebut.20

Faktor-faktor lain yang perlu diingat dalam penentuan status berat badan
adalah, jenis kelamin, ras, usia dan pekerjaan.20 Hal tersebut dikarenakan
komposisi tubuh setiap orang berbeda-beda walaupun dengan nilai IMT yang
sama. Perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dari pada
laki-laki.20 Lansia, cenderung memiliki massa lemak lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa muda.20 Ras kulit hitam memiliki komposisi lemak lebih rendah
dari ras kulit putih, sedangkan ras asia memiliki komposisi lemak tubuh paling Commented [AD30]: Apakah ini merupakan kelemahan
dari IMT?
20
tinggi. Komposisi lemak pada atlit jauh lebih rendah dibandingkan yang bukan Ingat, IMT hny mengandalkan TB dan BB shg tidak bisa
20 menjadi angka pasti utk menentukan seseorang obesitas,
atlit. overweight, dll.. tp menurut jurnal/penelitian international,
tentu masih memakai IMT karena…….. (cari sendiri)

Universitas Tarumanagara 17
Penulis menggunakan IMT sebagai instrument penelitian ini dikarenakan
paling sedikit tiga alasan. Alasan pertama adalah, IMT merupakan rumus
antropometri yang sederhana, murah dan cepat, sehingga membuat pengambilan
sampel menjadi lebih efisien. Kedua, IMT digunakan karena sesuai untuk menilai
variabel terikat yang akan diteliti yaitu mengenai status berat badan. Ketiga, IMT
merupakan pengukuran yang lazim digunakan dalam penelitian di Indonesia,
termasuk oleh Departemen Kesehatan Indonesia sehingga cut off, dan
perbandingan hasil penelitian dapat lebih akurat.

2.1.7 Hubungan Kualitas Tidur dengan Berat Badan

Kualitas tidur berkaitan erat dengan berat badan. Kualitas tidur yang buruk
meningkatkan faktor resiko terjadinya overweight.22 Hal ini disebabkan karena
buruknya kualitas tidur menyebabkan ketidakseimbangan dua faktor utama yang
berperan dalam regulasi energi yaitu pemasukan energi dan pengeluaran energi.22

Dalam faktor pemasukan energi, kualitas tidur yang buruk menyebabkan


perubahan berbagai aspek. St-Onge et al (2011) mengemukakan dalam
penelitiannya bahwa saat kekurangan tidur, pemasukan energi meningkat menjadi
300 kkal/hari.22 Peningkatan ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan
sebanyak 20 pound per tahun atau setara dengan 9 kg.23 Selain itu Markwald RR
et al (2013) mendukung hal ini pada penelitiannya bahwa peningkatan asupan
makanan saat kekurangan tidur, sebenarnya merupakan adaptasi fisiologis untuk
menyediakan energi tambahan untuk mempertahankan waktu terjaga yang
memanjang.24 Mekanisme fisiologis ini disebabkan adanya peningkatan kadar
orexin/hypocretin saat kekurangan tidur.24 Namun, peningkatan berat badan
terjadi apabila berada dalam lingkungan yang mendukung terjadinya obesitas
(obesogenic environment), dimana makanan sangat mudah diakses.24 Peningkatan
berat badan juga dapat dieksaserbasi dengan kelelahan yang timbul, sehingga
menurunkan aktivitas fisik.23 Hal lain yang dikemukakan adalah, kurang tidur
berpengaruh terhadap faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan
keseimbangan asupan makanan, misalnya suasana hati, rasa puas, dan kurangnya
kendali rasa lapar.24

Universitas Tarumanagara 18
Peningkatan asupan energi yang disebabkan kualitas tidur yang buruk juga
dipengaruhi oleh peningkatan nafsu makan. Schmid et al (2008) membandingkan
tingkat rasa lapar pada subjek penelitiannya seteah tidur 4,5 jam dan 7 jam.25
Dibandingkan dengan 7 jam tidur, subjek yang tidur 4,5 jam melaporkan rasa
lapar yang lebih tinggi dua kali lipat.25 Selain itu Kilkus et al (2012) Selain itu
Kilkus et al (2012) mengobservasi bahwa kualitas tidur yang buruk menyebabkan
ketidakstablilan emosi sehingga menimbulkan rasa lapar yang tidak terkontrol.25

Fakta tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Gonnissen et


27
al (2011). Pada penelitian tersebut subjek dibagi ke dalam dua kelompok dan
diminta untuk tidur selama 8 jam.27 Sewaktu tidur, salah satu kelompok
dibangunkan setiap 90 menit, dan kelompok lainnya tidak diganggu sama sekali.27
Kelompok yang tidurnya terus diganggu, mengalami penurunan durasi tidur REM
dan peningkatan N2.26 Pada kelompok ini, subjek mengeluhkan rasa lapar siang
hari dan peningkatan keinginan untuk makan pada malam hari.27 Penyebab
kenaikan nafsu makan dibuktikan dalam penelitian oleh Bosy-Westphal A et al
(2008) yang menyatakan kualitas tidur memicu kenaikan ghrelin dan penurunan
kadar leptin.28 Ghrelin adalah sinyal orexigenic dari lambung yang berperan
dalam peningkatan nafsu makan, sedangkan adipocytokine leptin berperan sebagai
anorexigenic, yaitu mengirimkan sinyal ke hipotalamus untukn menekan nafsu
makan.28

Data epidemiologis menunjukan bahwa kekurangan tidur berkaitan dengan


berkurangnya asupan buah-buahan dan sayur-sayuran dan bertambahnya
konsumsi makanan berlemak, fast food dan camilan tinggi karbohidrat, di luar jam
makan29, 30
Arlet V Nedeltcheva (2009) mengemukakan, bahwa peningkatan
asupan camilan terutama disebabkan peran dari faktor psikologis berkaitan
dengan motivasi dan reward seeking.31 Selain itu, masa terjaga yang memanjang
dan gaya hidup yang buruk (sedentary lifestyle) meningkatkan kesempatan
seseorang untuk mengonsumsi makanan enak.31 Commented [AD31]: Kalimatnya tidak akademik. Apa
istilah lain untuk merujuk ke ‘makanan enak’?
Karena definisi ‘enak’ berbeda2, bisa saja makanan
vegetarian yang sehat dianggap enak bagi para vege tapi
tidak bagi pecinta daging.

Universitas Tarumanagara 19
2.2 Kerangka Teori Commented [AD32]: Apa penyebab kualitas tidur buruk?

2.3 Kerangka Konsep

Universitas Tarumanagara 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed.United States:
Brooks/Cole Cengage Learning; 2013.
2. Garret B, Hough G, Agnew J. Brain and behavior. 4th ed. Canada: SAGE;
2015.
3. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, Hall WC, LaMantia AS, White
LE. Neuroscience. 5th ed. Mooney DR, Plait ML, editors. Sunderland
(USA): Sinauer Associates; 2012.
4. Brown RE, Radhika Basheer, McKenna JT, Strecker RE. Control of sleep
and wakefulness. Physiological reviews: 2012; 92(3): 1087–187.
5. Ropper AH, Samuel MA. Adams and Victor’s: Principles of neurology.
9th ed. United States: McGraw Hill Companies; 2009.

Universitas Tarumanagara 21
6. Insomnia - APS Foundation of America, Inc [Internet]. [cited 2017Dec17].
Available from: www.apsfa.org/docs/insomnia.pdf
7. About the ESS [Internet]. Epworth Sleepiness Scale. [cited 2017Dec17].
Available from: http://epworthsleepinessscale.com/about-the-ess/
8. Morin CM, Belleville G, Bélanger L, Ivers H. The Insomnia Severity
Index: Psychometric Indicators to Detect Insomnia Cases and Evaluate
Treatment Response. Sleep. 2011;34(5):601–8.
9. Buysse,D.J., Reynolds,C.F., Monk,T.H., Berman,S.R., & Kupfer,D.J.
(1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new instrument for
psychiatric research and practice. Psychiatry Research, 28(2), 193-213
10. Backhaus J, Junghanns K, Broocks A, Riemann D, Hohagen F. Test–retest
reliability and validity of the Pittsburgh Sleep Quality Index in primary
insomnia. Journal of Psychosomatic Research. 2002;53(3):737–40.
11. Hall KD, Heymsfield SB, Kemnitz JW, Samuel Klein, Schoeller DA,
Speakman JR. Energy balance and its components: implications for body
weight regulation. 2012Apr;95(4):989–94.
12. Patz MD, Day HE, Burow A, Campeau S. Modulation of the
hypothalamo–pituitary–adrenocortical axis by caffeine.
Psychoneuroendocrinology. 2006;31(4):493–500.
13. Adam TC, Epel ES. Stress, eating and the reward system. Physiology &
Behavior. 2007;91(4):449–58.
14. Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Jameson JL,
editors. Harrisons principles of internal medicine. 15th ed. Vol. 1. New
York: McGraw-Hill; 2001.
15. Gardner DG, Shoback DM, Greenspan FS. Greenspans basic & clinical
endocrinology. 8th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2007.
16. Obesity Causes [Internet]. NHS Choices. NHS; 2016 [cited 2017Dec4].
Available from: https://www.nhs.uk/conditions/obesity/causes/
17. Physical inactivity a leading cause of disease and disability, warns WHO
[Internet]. WHO. World Health Organization; [cited 2017Dec4]. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/news/releases/release23/en/
18. Fatimah SN, Akbar LB, Ambrosius Purba, Tarawan VM, Nugraha GI.
Hubungan pengukuran lemak subkutan dengan indeks massa tubuh pada
laki-laki usia lanjut. Jurnal penelitian gizi dan makanan. 2017;40(1):29–
34.
19. Foundation TH. Waist measurement [Internet]. The Heart Foundation.
[cited 2017Dec17]. Available from:
https://www.heartfoundation.org.au/your-heart/know-your-risks/healthy-
weight/waist-measurement
20. Body Mass Index (BMI) [Internet]. Centers for Disease Control and
Prevention. Centers for Disease Control and Prevention; 2015 [cited
2017Dec3]. Available from:
https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/index.html
21. PEDOMAN PRAKTIS - gizi.depkes.go.id [Internet]. [cited 2017Dec17].
Available from: gizi.depkes.go.id/wp-content/.../ped-praktis-stat-gizi-
dewasa.doc
22. St-Onge M-P, Roberts A, L, Jinya Chen, Kelleman M, O’Keeffe M,
RoyChoudhury A, et al. Short sleep duration increases energy intakes but

Universitas Tarumanagara 22
does not change energy expenditure in normal-weight individuals.
2011Jun;94(2):410–6
23. Markwald RR, Melanson EL, Smith MR, Higgins J, Perreault L, Eckel
RH, et al. Impact of insufficient sleep on total daily energy expenditure,
food intake, and weight gain. Proceedings of the National Academy of
Sciences. 2013Nov;110(14):5695–700.
24. Schmid SM, Hallschmid M, Jauch-Chara K, Born J, Schultes B. A single
night of sleep deprivation increases ghrelin levels and feelings of hunger
in normal-weight healthy men. Journal of Sleep Research.
2008;17(3):331–4.
25. Kilkus JM, Booth JN, Bromley LE, Darukhanavala AP, Imperial JG,
Penev PD. Sleep and Eating Behavior in Adults at Risk for Type 2
Diabetes. Obesity. 2011;20(1):112–7.
26. Gonnissen HK, Rutters F, Hursel R, Martens EA, Westerterp-Plantenga
MS. Effects of sleep fragmentation in healthy men on energy expenditure,
substrate oxidation, physical activity, and exhaustion measured over 48 h
in a respiratory chamber. American Journal of Clinical Nutrition.
2011;94(3):804–8.
27. Bosy-Westphal A, Hinrichs S, Jauch-Chara K, Hitze B, Later W, Wilms
B, et al. Influence of Partial Sleep Deprivation on Energy Balance and
Insulin Sensitivity in Healthy Women. Obesity Facts. 2008;1(5):266–73.
28. Kant AK, Graubard BI. Association of self-reported sleep duration with
eating behaviors of American adults: NHANES 2005-2010. American
Journal of Clinical Nutrition. 2014;100(3):938–47
29. Stamatakis KA, Brownson RC. Sleep duration and obesity-related risk
factors in the rural Midwest. Preventive Medicine. 2008;46(5):439–44
30. Nedeltcheva AV, Kilkus JM, Imperial J, Kasza K, Schoeller DA, Penev
PD. Sleep curtailment is accompanied by increased intake of calories from
snacks. American Journal of Clinical Nutrition. 2008Mar;89(1):126–33.

Universitas Tarumanagara 23

Anda mungkin juga menyukai