2.1.1.1 Definisi
Tidur merupakan suatu proses aktif.1 Intensitas kerja dalam otak secara
keseluruhan tidak berkurang saat kita tidur.1 Hal tersebut yang menyebabkan pada
saat tidur, seseorang dapat bermimpi dan dapat bangun apabila ada rangsangan,
misalnya bunyi alarm.1
Ada banyak teori yang telah diakui untuk menjelaskan mengenai fungsi
tidur. Beberapa diantaranya ialah: 1
1. “catch-up time” bagi otak untuk mengisi ulang bahan-bahan biokimia yang
diperlukan untuk mekanisme terjaga misalnya asetilkolin.1
2. Teori lain ialah tidur sebagai “restoration and recovery”.1 Pada saat tidur,
otak memperbaiki jaringan rusak yang diakibatkan oleh kadar radikal bebas
yang meningkat saat keadaan sadar.1
3. Selain itu ada juga teori “shift gears” yang mengaitkan tidur dengan
perkembangan otak dalam hal struktural maupun kimia dan meningkatkan
daya pemahaman serta memori.1 Karena faktor inilah, maka anak-anak
memerlukan tidur lebih lama dibandingkan orang dewasa.1
Universitas Tarumanagara 1
intensitas cahaya.2 Tidur saat malam hari dan bangun saat siang hari merupakan
salah satu contoh irama sirkadian yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya.2
Informasi cahaya pertama kali diterima oleh retina yaitu reseptor sel
batang, sel kerucut dan yang terutama adalah intrinsically photosensitive Retinal
Ganglion Cells (ipRGCs).2 Berbeda dengan sel kerucut dan sel batang, ipRGCs
menerima informasi cahaya menggunakan fotopigmen yang disebut melanopsin.2
Pada saat cahaya masuk ke retina, melanopsin mengalami depolarisasi kemudian
informasi cahaya diteruskan ke SCN melalui retinohypothalamic pathway.2
Orang buta total umumnya tidak mengalami siklus 24 jam dan menderita
insomnia walaupun menjalani jadwal keseharian yang normal.2 Pada orang-orang
ini, tidak terjadi penurunan melatonin ketika terpapar cahaya.2 Namun tidak
semua orang butal total mengalami hal seperti itu.2 Orang buta yang tidak
memiliki insomnia menunjukan adanya sekresi melatonin walaupun mereka tidak
sadar akan adanya cahaya.2 Hal ini terjadi karena kerja melanopsin yang langsung
berinteraksi dengan cahaya tanpa melalui suatu reseptor terlebih dahulu.2 Commented [AD2]: Coba baca teori lainnya. Baca dari
Purves juga. Update bagian ini setelahnya.
Kamu belum menjawab pertanyaan saya tt orang yg hidup
Aktivasi SCN memicu respon di paraventricular nucleus di hipotalamus di ruang tertutup atau di gua dimana mereka tidak
dan preganglionic sympathetic neuron yang kemudian memodulasi neuron di mendapat cue cahaya.
superior cervical ganglia dan kelenjar pineal yang terletak di dorsal thalamus.
Kelenjar pineal lalu mensintesis neurohormon yang berfungsi sebagai penginduksi
tidur yaitu melatonin. (N-acetyl-5-methoxytryptamine). Setelah disekresikan,
melatonin kemudian beredar di aliran darah, dan berinteraksi dengan resepetornya
di SCN dan menyebabkan proses tidur terjadi. Sekresi melatonin meningkat
khususnya pada saat informasi intensitas cahaya yang diterima retina menurun
dan kadar paling tinggi dicapai pada jam 2 sampai jam 4 pagi.
2.1.2.2 Sirkuit Neural dalam Siklus Bangun-Tidur Commented [AD3]: Seperti yang saya tulis di feedback
saya sebelumnya.
Tolong sertakan gambar untuk menunjang narasi tt sirkuit
Siklus bangun tidur dapat terjadi akibat adanya pengaturan sirkuit neural bangun/tidur. Hal ini akan mempermudah pembaca
di otak yang bekerja secara periodik.3 Sirkuit yang berperan utama dalam proses mengerti.
terjaga adalah reticular activating system (RAS).3 RAS adalah kumpulan neuron
kolinergik yang terletak di perbatasan antara pons dan otak tengah.3 Neuron ini
mengatur pelepasan neurotransmiter asetilkolin. Asetilkolin menyebabkan
Universitas Tarumanagara 2
desinkronisasi aktivitas gelombang EEG menjadi gelombang dengan amplitudo Commented [AD4]: Apa kepanjangan EEG?
rendah dan berfrekuensi tinggi.3 Proses ini mengimplikasikan bahwa kerja dari
neuron kolinergik merupakan penyebab utama proses bangun dan inaktivasi
sirkuit ini penting untuk memasukin proses NREM.3 Commented [AD5]: Memasukin?
Commented [AD6]: Apa kepanjangan dari NREM? Ini
Sirkuit lain yang juga ikut berperan dalam proses terjaga adalah neuron pertama kalinya kamu menyebut istilah NREM di bab 2.
Sirkuit lain yang berperan dalam siklus bangun tidur adalah pontine
reticular formation yang berperan dalam pergerakan mata pada saat tidur REM.3 Commented [AD8]: Apa kepanjangan REM.
Pada saat tidak ada rangsangan visual dari luar, sinyal dikirimkan dari sirkuit
tersebut ke motor region di superior colliculus.3 Kemudian rangsangan dari
collicular neuron dikirimkan ke paramedical pontine reticular formation (PPRF)
dan rostral interstitial nucleus.3
2.1.2.3 Gelombang Gamma, Beta, Alfa, Theta dan Delta Commented [AD9]: Baca dari buku lainnya spt Purves
dan Garret. Update info ini sesuai buku2 tersebut.
Aktivitas otak dapat diobservasi menggunakan electroencephalogram
(EEG). EEG merekam tegangan listrik di otak melalui dua elektroda yang
dipasangkan di kepala.4 Tegangan listrik tersebut kemudian divisualisasikan
kedalam bentuk gelombang.4 Gelombang otak diklasifikasikan menjadi 5 kategori
yaitu gamma, beta, alfa, theta dan delta.4 Masing-masing gelombang berkaitan
dengan kondisi mental yang berbeda.4 Commented [AD10]: Apakah mental kata yang tepat?
Universitas Tarumanagara 3
1. Gelombang gamma (30-120 Hz) dan gelombang beta (15–30 Hz, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
~30μV) merupakan gelombang yang prominen pada keadaan terjaga.4
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.5", Hanging:
Gelombang gamma juga sering muncul bersamaan dengan gelombang 0.19", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3,
… + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" +
theta saat proses bangun dan tidur REM.4 Selain itu gelombang gamma Indent at: 1.22"
juga muncul dalam waktu yang sangat singkat saat tidur NREM.4
2. Gelombang alfa (8-14 Hz, 50-100 μV) adalah gelombang yang muncul
dalam keadaan terjaga rileks. Gelombang alfa diduga berperan dalam
proses berpikir yang memerlukan kemampuan aritmetik dan
4
kemampuan visual.
3. Gelombang Theta (4-8) terlihat prominen pada saat tidur REM serta Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
ketika aktivitas otak meningkat, misalnya pada waktu seseorang
melakukan aktivitas yang memerlukan perhatian atau kemampuan
memori yang tinggi.4
4. Gelomban delta (1-4 Hz, 100-150 μV) adalah gelombang yang Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
menandakan tahap tidur yang dalam yaitu pada saat tidur NREM.
Commented [AD11]: Yang disebut tidur dalam itu REM
Gelombang delta muncul karena meningkatnya produksi atau NREM?
neuromodulator khususnya kolinergik dan aminergik sehingga Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Font color: Black
menyebabkan hiperpolarisasi membran potensial yang lebih tinggi.4
2.1.2.4 Tahapan Tidur Commented [AD12]: Akan lebih baik jika kamu
menyertakan gambar untuk masing2 gelombang otak di tiap
tahapan tidur ini. Seperti K-complex dll.
1. Tahap W (wakefulness).
Pada tahap pertama atau tahap W, seseorang dalam keadaan rileks, mata
tertutup dan EEG menunjukan gelombang alfa.5
2. Tahap N1 (nonore-REM sleep atau NREM 1, yang dulu disebut tidur tahap
1. Pada tahap ini, EEG menunjukan gelombang theta,2 serta diikuti oleh
hilangnya gelombang alfa.5 Kemudian kelopak mata mulai terasa berat,
perlahan-lahan bola mata mulai bergerak ke kanan dan ke kiri, pupil
menjadi lebih kecil dan tonus otot mulai rileks.5 Selain itu tanda-tanda
vital seperti denyut jantung, pernapasan, tekanan darah, metabolisme, dan
suhu mengalami penurunan.5
3. Tahap N2 (NREM 2, dulu disebut tahap 2)
Selanjutnya, tahap N2 ditandai dengan timbulnya K complexes dan sleep
spindles3 pada gelombang EEG.5 K complexes adalah gelombang yang
Universitas Tarumanagara 4
panjang dan lebar yang muncul setiap menit.2 Sedangkan sleep spindle
adalah ledakan gelombang yang terjadi dalam waktu 0, 5 sampai 2 detik
dengan frekuensi 12 sampai 14 Hz. Sleep spindle berperan sebagai
gerbang untuk masuk ke tahap tidur selanjutnya dan berfungsi dalam
mencegah terganggunya proses tidur.2,5
4. Tahap N3 (NREM 3, dulu disebut tahap 3 dan tahap 4 atau slow wave
sleep)
Kemudian memasuki tahap N3, EEG menunjukan gelombang delta.2 Pada
tahap ini, tanda-tanda vital dalam keaadaan terendah, otot-otot dalam
keadaan aktif, sehingga seseorang dapat bergerak atau mengubah posisi
tidurnya.2 Selain itu, apabila kelopak mata dibuka, terlihat bola mata
dalam keadaan eksotropik dan ukuran pupil semakin kecil dari
sebelumnya.5
5. Tahap R (rapid eye movement [REM] sleep).
Setelah keempat tahap, siklus tidur kembali ketahap-tahap sebaliknya
dengan waktu yang relatif singkat kemudian memasuki tahap R (rapid eye
movement [REM]).2 Pada saat tahap tidur REM, EEG menunjukan
frekuensi gelombang yang sama seperti saat terjaga rileks tetapi tidak
terbangun.2 Bola mata terus bergerak bolak-balik secara horizontal,2
frekuensi napas dan jantung meningkat serta terjadi ereksi pada laki-laki
dan sekresi mukosa vagina meningkat pada perempuan.2 Walaupun
terlihat adanya rangsangan, pada tahap REM, tubuh cenderung tidak
bergerak, bahkan otot berada dalam keadaan lumpuh atau atonia.2
Universitas Tarumanagara 5
Gambar 2.1 Siklus Tidur Commented [AD13]: Narasi mana yang memakai gamber
ini sebagai penunjang?
Pada orang dewasa, normalnya setiap siklus tidur terjadi 4 sampai 6 kali, Tambahkan kata “Lihat gambar 2.1” di akhir paragraph tsb.
5
tergantung dari lamanya tidur. Sepanjang tidur, durasi non-REM semakin lama
semakin memendek sebaliknya durasi REM yang memanjang.2,5 Pada bayi baru
lahir atau pada balita, setiap siklus tidur berlangsung selama 60 menit dengan
rasio 50% REM dan 50% NREM, yang berlangsung selama 3-4 jam.5 Dengan
bertambahnya usia, durasi setiap siklus tidur meningkat menjadi 90 sampai 100
menit.5 Kira-kira 25% dari jumlah waktu tidur dihabiskan dalam tahap REM, 3-
5% pada tahap N1, 50-60% dalam tahap N2 dan 10-20% pada tahap N3.5 Total
waktu pada tahap N3 terus menurun seiring bertambahnya usia.5 Commented [AD14]: Kalau kamu baca Purves, fakta ini
berbeda 180 derajat dengan yang ada di buku tsb.
Coba baca dari buku2 lain, Jangan hanya mengandalkan 1
buku saja.
Kamu tidak menjawab pertanyaan saya lagi. Apa peran tidur NREM dan
REM? Tentu ada alasannya kenapa tidur terbagi dalam 2 tipe itu kan?
2.1.2.6 Sleep Control Commented [AD15]: Judulnya tidak tepat, karena kamu
hanya membahas tt adenosin di bagian ini. Sementara ada
neurotransmitter2 lainnya yg berperan aktif dalam
Adenosin adalah salah satu hormon yang berperan dalam proses mencetus kondisi bangun/tidur.
homeostatis tidur.3 Saat terjaga, adenosin berakumulasi di basal forebrain area.3 Lagipula bukan Adenosin yang berperan dalam kontrol tidur,
tapi …….. (cari sendiri).
Pada lokasi ini adenosin menghambat kerja neuron yang berperan merangsang
Kenapa kamu hanya berfokus pada adenosin?
keadaan terjaga, menginduksi rasa kantuk dan mengurangi aktivitas listrik di
otak.3 Saat tidur, kadar adenosin ini akan berangsur-angsur menurun.3 Adenosin
juga bekerja pada lokasi lain di otak yaitu di area preoptik di hipotalamus dan di
area pons.3 Area ini berperan dalam mengirimkan sinyal ke magnocellular
nucleus yang menyebabkan kelumpuhan yang terjadi pada saat tidur REM.3
2.1.3.1 Insomnia
Universitas Tarumanagara 6
tidur di pagi hari.6 Insomnia tidak ditentukan dari total durasi tidur tidur karena
setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk merasa puas saat
bangun tidur.6 Akibat dari insomnia adalah rasa kelelahan, tidak berenergi, sulit Commented [AD16]: Akan terjawab jika kamu tau apa
peran dari masing2 tahapan tidur.
konsentrasi dan timbulnya emosi yang tidak stabil pada siang hari.6
ESS adalah kuisioner yang digunakan untuk menilai tingkat rasa kantuk
seseorang atau kecenderungan tidur rata-rata sehari-hari (ASP).7 ESS merupakan Commented [AD19]: Singkatan tidak boleh didepan
kalimat.
kuisioner sederhana berbasis laporan retropesktif mengenai rasa kantuk dan Sudah saya ingatkan di feedback sebelumnya.
tertidur pada berbagai situasi sehari hari. ESS terdiri dari 8 pertanyaan, masing-
masing memiliki nilai 0-3.7 Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan
Universitas Tarumanagara 7
seberapa sering seseorang merasa mengantuk atau tertidur.7 Total nilai ESS
berkisar 0-24. Nilai >10 mengindikasikan rasa kantuk yang signifikan.7 ESS
sering digunakan untuk mendeteksi perbaikan klinis suatu terapi misalnya pada
penderita sleep apnea yang sedang menjalani terapi CPAP.7 ESS telah
diterjemahkan kedalam 52 bahasa dan telah dipakai untuk berbagai macam
penelitian klinis berbasis populasi.7 Konsistensi internal pada kedelapan
pertanyaan dalam ISS telah diuji dengan Cronbach’s alpha dan hasilnya berkisar
0,73 dan 0,90 serta reliabilitas bervariasi antara 0,81 dan 0,93.7
ISI adalah kuisioner yang terdiri dari 7 pertanyaan mengenai sifat, tingkat
keparahan dan akibat dari insomnia.8 ISI mengevaluasi hal-hal tersebut dengan
cara recall, dengan jangka waktu satu bulan terakhir.8 Pertanyaan-pertanyaan
tersebut berkaitan dengan tingkat keparahan permulaan tidur, sleep maintenance,
masalah bangun dini hari, rasa ketidakpuasan setelah tidur, gangguan fungsi pada
siang hari, gangguan tidur yang dilihat pasangan tidur, dan penderitaan
akibatnya.8 Skala Likert 5 digunakan pada masing-masing pertanyaan dan
menghasilkan skor total berkisar 0-28.8 Total skor kemudian diklasifikasikan
sebagai berikut; tidak insomnia (0-7), dibawah ambang batas (8-14), insomnia
sedang (15-21) dan insomnia berat (22-28).8 Dengan nilai ambang 10, ISI
memiliki nilai sensivitas 86,1% dan spesifisitas 87,7% untuk mendeteksi insomnia
pada sampel berbasis komunitas.8
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuisioner untuk menilai
kualitas tidur dan gangguannya dalam satu bulan terakhir.9 Analisis menunjukan
PSQI terdiri dari 19 pertanyaan yang diisi sendiri.9 Pertanyaan dalam kuisioner ini
terdiri dari beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas tidur seperti
perkiraan durasi tidur, latensi tidur dan gangguan tidur yang dialami serta derajat
keparahannya.9 Pertanyaan-pertanyaan ini dikelompokan kedalam 7 komponen
yaitu subjective sleep quality, sleep latency, sleep duration, habitual sleep
efficiency, sleep disturbances, use of sleeping medication, dan daytime
dysfunction.9 Masing-masing komponen dapat dinilai dengan skor 0-3.9 Skor dari
Universitas Tarumanagara 8
ketujuh komponen tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh global
PSQI score dimana angka terendah 0 dan angka tertinggi 21.9 Global PSQI score
<5 menandakan bahwa subjek memiliki kualitas tidur yang baik sedangkan
apabila >5 menandakan subjek memiliki gangguan tidur yang berat dalam
sedikitnya 2 komponen atau gangguan tidur yang sedang sedikitnya pada 3
komponen.9 Semakin tinggi nilainya mengindikasikan kualitas tidur yang semakin
buruk.9 Global PSQI score >5 memiliki sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5%
(kappa = 075, p < 0,001) dalam membedakan antara kualitas tidur yang baik dan
buruk.10 Data tersebut menunjukan PSQI merupakan kuisioner yang dapat dipakai
untuk kepentingan klinis dan penelitian dan dimaksudkan hanya untuk sampel
berbasis komunitas.9,10
yang valid untuk digunakan dalam penelitian. Kedua, PSQI merupakan kuisioner
yang tepat berkaitan dengan variabel bebas penelitian ini yaitu mengenai kualitas
tidur. Ketiga, pengisian kuisioner PSQI terbilang singkat yaitu hanya memakan
waktu 5-10 menit, sehingga dapat mempersingkat pengambilan sampel. Terakhir,
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam PSQI mudah dipahami oleh subjek
yang akan diteliti yaitu mahasiswa/i kedokteran.
Universitas Tarumanagara 9
Energi yang dapat dipakai oleh tubuh (EI) diperoleh dari jumlah energi
yang dicerna dikurang dengan energi yang hilang bersama feses dan urin (~2-
10%).11 EI diperoleh dari 3 komponen makronutrien utama yaitu karbohidrat,
protein, lemak dan sedikit komponen dari alkohol.11 Saat dikonsumsi ketiga
komponen tersebut tidak diabsorbsi seluruhnya dan jumlah yang diasorbsi
bervariasi pada setiap individu bergantung dengan jenis makanan yang
dikonsumsi, bagaimana makan tersebut diproses dan faktor pencernaan.11 Setiap
komponen mempunyai densitas kalori yang berbeda beda.11 Lemak memiliki
densitas kalori paling tinggi yaitu 9 kkal/g diikuti dengan karbohidrat dan protein
yaitu 4 kkal/g.11
Karbohidrat, protein dan lemak diubah in vivo menjadi substrat yang siap
dioksidasi untuk menghasilkan energi yang dapat langsung dipakai dalam proses
metabolisme atau untuk disimpan.11 Tingkat pengeluaran energi (EO) berubah-
ubah dalam waktu 24 jam maupun sepanjang hidup.11 Selain untuk metabolisme,
pengeluaran energi juga terjadi pada pertumbuhan, body maintenance, aktifitas
fisik, kehamilan, laktasi dan proses lainnya.11
Universitas Tarumanagara 10
Thermic effect of feeding adalah pengeluaran energi yang berkaitan dengan
pencernaan dan prosesnya. Komposisi diet sangat berpengaruh pada TEF.11 Setiap
makronutrien membutuhkan TEF yang berbeda-beda.11 Proses pencernaan protein
membutuhkan TEF yang paling tinggi diikuti dengan karbohidrat, dan yang paling
rendah adalah lemak.11 Sedangkan AEE adalah pengeluaran energi meliputi energi
yang diperlukan untuk aktifitas fisik serta termogenesis.11
Rasa lapar disebabkan oleh tiga sinyal utama yaitu munurunnya suplai
oksigen ke otak (glucoprivic hunger), defisit asam lemak (lipoprivic hunger) dan
deplesi nutrisi di lambung.2 Hati memperoleh informasi mengenai kadar glukosa
dan asam lemak dalam darah lewat vena porta yang berjalan dari usus halus
menuju hati. Informasi kadar glukosa dan asam lemak ini kemudian dikirimkan
lewat saraf vagus ke NST di medulla.2 Di sisi lain, otak memiliki reseptor Commented [AD21]: Apa itu NST?
glukosa tersendiri sehingga, otak dapat langsung mendeteksi apabila ada Commented [AD22]: Medula oblongata atau medula
spinalis? Atau medula adrenal? Yang mana?
penurunan kadar glukosa dan kadar asam lemak dalam darah tanpa melewati saraf
vagus.2 Informasi dari NST kemudian diteruskan ke arcuate nucleus yang ada di
hipotalamus, yaitu area yang paling penting dalam memonitor keadaan nutrisi
juga regulasi energi tubuh.2 Setelah itu, informasi dikirimkan ke PVN yang ada di Commented [AD23]: Apa itu PVN?
2
lateral hipotalamus untuk regulasi asupan makanan serta metabolisme. Pada saat
perut dalam keadaan kosong, hormon ghrelin disekresikan di lambung kemudian
mencapai arcuate nucleus melalui peredaran darah.2 Pada manusia, kadar ghrelin
meningkat sampai 80% sebelum makan dan menurun tajam setelah makan.2
Universitas Tarumanagara 11
NST. Di sisi lain, nilai gizi suatu makanan juga berpengaruh.2 Saat ada makanan
masuk, mulut, lambung dan usus mengeluarkan peptida. Berbagai macam peptida
yang dikeluarkan akan merangsang pankreas, hati dan kandung empedu, untuk
mensekresikan enzim ke dalam duodenum agar nutrisi dapat dicerna.2 Sebagian
peptida berfungsi untuk mengirimkan informasi ke otak, nutrisi apa saja yang
telah memenuhi kebutuhan.2 Informasi ini dikirimkan lewat saraf vagus maupun Commented [AD24]: Kalimat ini bisa disusun ulang
sehingga artinya lbh jelas.
peredaran darah.2 Salah satu peptida yang terkenal sebagai sinyal rasa kenyang
adalah cholecystokinin (CCK).2 CCK dalah hormone peptida yang dikeluarkan
saat makanan melewati duodenum.2 CCK mendeteksi lemak dan merangsang
sekresi empedu yang berguna untuk memecah lemak.2
Peptida lain yang berperan menekan nafsu makan adalah peptide YY3-36
(PYY). PYY diangkut lewat peredaran darah ke arcuate nucleus, dan menghambat Formatted: Highlight
2
NPY releasing neurons. Tidak seperti CCK yang bekerja langsung sesaat setelah
makan, PYY bekerja lambat dengan mengurangi asupan kalori sampai
sepertiganya dalam waktu 12 jam setelah makan.2
Kontributor lainnya yang berkaitan dengan kontrol nafsu makan dan berat
badan adalah orexin.2 Orexin adalah suatu peptida yang berfungsi dalam
meningkatkan nafsu makan.2 Orexin aktif, saat kadar leptin atau glukosa dalam
Universitas Tarumanagara 12
darah menurun atau saat kadar ghrelin tinggi.2 Orexin diproduksi oleh
sekelompok neuron yang terletak di lateral hipotalamus kemudian diteruskan ke
arcuate nucleus untuk mengaktivasi NPY dan menghambat POMC.2
2.1.5.6 Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Rasa Lapar Commented [AD25]: Saya agak bingung kenapa tiba1
loncat ke faktor psikologi untuk rasa lapar. Karena:
1.di feedback sebelumnya, saya minta kamu menulis tt
2.1.5.6.1 Stress faktor2 yang mempengaruhi rasa lapar/kenyang. Tidak
spesifik ke masalah psikologi.
Stress merupakan masalah yang dapat mengganggu proses homeostasis 2.Karena kamu mendedikasikan 1 sub-bab utk stres,
apakah kamu meneliti tt hub stres dengan berat badan?
dari suatu organisme.12 Ada dua komponen utama respon stress, yaitu sistem saraf Karena terkesan spt itu. Kalau kamu membaca definisi tt
stres, tentunya kamu paham bhw STRESS tidak merujuk
otonom dan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis.12 Stress dapat kepada masalah psikis saja.
2.1.5.7 Gangguan Keseimbangan Regulasi Energi Commented [AD26]: Judulnya gangguan keseimbangan
RE, tp yg kamu bahas hanya tt overweight dan obesitas.
2.1.5.7.1 Overweight dan Obesitas
Coba baca dulu feedback saya sebelumnya.
Disitu sudah saya rinci poin2 per paragraph yang bisa kamu
tulis.
Universitas Tarumanagara 13
Overweight dan obesitas adalah keadaan dimana adanya penumpukan
lemak tubuh dalam jumlah yang abnormal dan mengakibatkan peningkatan
berat badan.14 Keadaan ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
pemasukan energi dan kebutuhan energi oleh jaringan.14 Dengan kata lain,
obesitas merupakan kelainan dalam sistem keseimbangan, dimana tubuh tidak
dapat menyesuaikan pemasukan energi dan pengeluarannya.14
Universitas Tarumanagara 14
Sindrom genetik spesifik yang berperan dalam obesitas adalah mutasi gen
ob. Pada tikus percobaan yang dengan gen ob/ob terjadi resistensi insulin,
hiperfagia, penurunan metabolisme.14 Mutasi pada gen ob menghambat
pembentukan leptin, sehingga tubuh tidak dapat mendeteksi kadar lemak,
akibatnya nafsu makan tidak terkontrol.14 Pada tikus percobaan lain dengan
mutasi db/db, terjadi resistensi terhadap leptin sehingga menghasilkan sindrom
serupa.14 Onset terjadinya obesitas terkait mutasi gen spesifik ini terjadi saat
setelah lahir dengan gejala berat dan disertai dengan abnormalitas neuroendokrin
misalnya gonadotropic hypogonadism.14
Selain mutasi gen ob dan db, mutasi pada gen lain juga dapat
menyebabkan obesitas pada manusia.14 Mutasi pada gen yang berperan dalam
produksi POMC menyebabkan gagalnya sintesis α-MSH. Selain itu, mutasi
Proenzym convertase 1 (PC-1) juga dapat menimbulkan resiko obesitas dengan
menghambat interaksi antara α-MSH dan POMC.15 α-MSH berikatan dengan type
4 melanocortin receptor (MC4R) di hipotalamus dan menghambat nafsu makan.14
Di sisi lain kerusakan pada reseptor ini otomatis dapat menyebabkan obesitas.14
Ketiga mekanisme tersebut walaupun jarang dapat mengganggu kerja leptin yaitu
mestimulasi POMC dan meningkatkan kadar α-MSH dalam menurunkan nafsu
makan.14
Diet merupakan faktor kunci dalam timbulnya obesitas. Diet yang buruk
mencakup konsumsi fast food yang tinggi akan lemak dan gula, konsumsi alkohol
secara berlebihan, makan dengan porsi besar, sering mengonsumsi minuman
berkalori dan menjadikan makan sebagai sarana penghilang stress.16
Universitas Tarumanagara 15
2.1.6.1 Pengukuran Tebal Lemak Subkutan
Universitas Tarumanagara 16
IMT = -------------------------------------------------------
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
(Overweight)
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
(Obesitas)
IMT berguna sebagai alat screening yang mudah, murah dan cepat untuk
menentukan status berat badan suatu populasi.20 Namun penggunaan IMT hanya
untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. IMT tidak dapat diaplikasikan pada
anak-anak dikarenakan status IMT pada anak-anak berhubungan erat dengan usia
dan jenis kelamin. Sedangkan interpretasi IMT pada dewasa tidak mencakup hal
tersebut.20
Faktor-faktor lain yang perlu diingat dalam penentuan status berat badan
adalah, jenis kelamin, ras, usia dan pekerjaan.20 Hal tersebut dikarenakan
komposisi tubuh setiap orang berbeda-beda walaupun dengan nilai IMT yang
sama. Perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dari pada
laki-laki.20 Lansia, cenderung memiliki massa lemak lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa muda.20 Ras kulit hitam memiliki komposisi lemak lebih rendah
dari ras kulit putih, sedangkan ras asia memiliki komposisi lemak tubuh paling Commented [AD30]: Apakah ini merupakan kelemahan
dari IMT?
20
tinggi. Komposisi lemak pada atlit jauh lebih rendah dibandingkan yang bukan Ingat, IMT hny mengandalkan TB dan BB shg tidak bisa
20 menjadi angka pasti utk menentukan seseorang obesitas,
atlit. overweight, dll.. tp menurut jurnal/penelitian international,
tentu masih memakai IMT karena…….. (cari sendiri)
Universitas Tarumanagara 17
Penulis menggunakan IMT sebagai instrument penelitian ini dikarenakan
paling sedikit tiga alasan. Alasan pertama adalah, IMT merupakan rumus
antropometri yang sederhana, murah dan cepat, sehingga membuat pengambilan
sampel menjadi lebih efisien. Kedua, IMT digunakan karena sesuai untuk menilai
variabel terikat yang akan diteliti yaitu mengenai status berat badan. Ketiga, IMT
merupakan pengukuran yang lazim digunakan dalam penelitian di Indonesia,
termasuk oleh Departemen Kesehatan Indonesia sehingga cut off, dan
perbandingan hasil penelitian dapat lebih akurat.
Kualitas tidur berkaitan erat dengan berat badan. Kualitas tidur yang buruk
meningkatkan faktor resiko terjadinya overweight.22 Hal ini disebabkan karena
buruknya kualitas tidur menyebabkan ketidakseimbangan dua faktor utama yang
berperan dalam regulasi energi yaitu pemasukan energi dan pengeluaran energi.22
Universitas Tarumanagara 18
Peningkatan asupan energi yang disebabkan kualitas tidur yang buruk juga
dipengaruhi oleh peningkatan nafsu makan. Schmid et al (2008) membandingkan
tingkat rasa lapar pada subjek penelitiannya seteah tidur 4,5 jam dan 7 jam.25
Dibandingkan dengan 7 jam tidur, subjek yang tidur 4,5 jam melaporkan rasa
lapar yang lebih tinggi dua kali lipat.25 Selain itu Kilkus et al (2012) Selain itu
Kilkus et al (2012) mengobservasi bahwa kualitas tidur yang buruk menyebabkan
ketidakstablilan emosi sehingga menimbulkan rasa lapar yang tidak terkontrol.25
Universitas Tarumanagara 19
2.2 Kerangka Teori Commented [AD32]: Apa penyebab kualitas tidur buruk?
Universitas Tarumanagara 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed.United States:
Brooks/Cole Cengage Learning; 2013.
2. Garret B, Hough G, Agnew J. Brain and behavior. 4th ed. Canada: SAGE;
2015.
3. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, Hall WC, LaMantia AS, White
LE. Neuroscience. 5th ed. Mooney DR, Plait ML, editors. Sunderland
(USA): Sinauer Associates; 2012.
4. Brown RE, Radhika Basheer, McKenna JT, Strecker RE. Control of sleep
and wakefulness. Physiological reviews: 2012; 92(3): 1087–187.
5. Ropper AH, Samuel MA. Adams and Victor’s: Principles of neurology.
9th ed. United States: McGraw Hill Companies; 2009.
Universitas Tarumanagara 21
6. Insomnia - APS Foundation of America, Inc [Internet]. [cited 2017Dec17].
Available from: www.apsfa.org/docs/insomnia.pdf
7. About the ESS [Internet]. Epworth Sleepiness Scale. [cited 2017Dec17].
Available from: http://epworthsleepinessscale.com/about-the-ess/
8. Morin CM, Belleville G, Bélanger L, Ivers H. The Insomnia Severity
Index: Psychometric Indicators to Detect Insomnia Cases and Evaluate
Treatment Response. Sleep. 2011;34(5):601–8.
9. Buysse,D.J., Reynolds,C.F., Monk,T.H., Berman,S.R., & Kupfer,D.J.
(1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new instrument for
psychiatric research and practice. Psychiatry Research, 28(2), 193-213
10. Backhaus J, Junghanns K, Broocks A, Riemann D, Hohagen F. Test–retest
reliability and validity of the Pittsburgh Sleep Quality Index in primary
insomnia. Journal of Psychosomatic Research. 2002;53(3):737–40.
11. Hall KD, Heymsfield SB, Kemnitz JW, Samuel Klein, Schoeller DA,
Speakman JR. Energy balance and its components: implications for body
weight regulation. 2012Apr;95(4):989–94.
12. Patz MD, Day HE, Burow A, Campeau S. Modulation of the
hypothalamo–pituitary–adrenocortical axis by caffeine.
Psychoneuroendocrinology. 2006;31(4):493–500.
13. Adam TC, Epel ES. Stress, eating and the reward system. Physiology &
Behavior. 2007;91(4):449–58.
14. Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Jameson JL,
editors. Harrisons principles of internal medicine. 15th ed. Vol. 1. New
York: McGraw-Hill; 2001.
15. Gardner DG, Shoback DM, Greenspan FS. Greenspans basic & clinical
endocrinology. 8th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2007.
16. Obesity Causes [Internet]. NHS Choices. NHS; 2016 [cited 2017Dec4].
Available from: https://www.nhs.uk/conditions/obesity/causes/
17. Physical inactivity a leading cause of disease and disability, warns WHO
[Internet]. WHO. World Health Organization; [cited 2017Dec4]. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/news/releases/release23/en/
18. Fatimah SN, Akbar LB, Ambrosius Purba, Tarawan VM, Nugraha GI.
Hubungan pengukuran lemak subkutan dengan indeks massa tubuh pada
laki-laki usia lanjut. Jurnal penelitian gizi dan makanan. 2017;40(1):29–
34.
19. Foundation TH. Waist measurement [Internet]. The Heart Foundation.
[cited 2017Dec17]. Available from:
https://www.heartfoundation.org.au/your-heart/know-your-risks/healthy-
weight/waist-measurement
20. Body Mass Index (BMI) [Internet]. Centers for Disease Control and
Prevention. Centers for Disease Control and Prevention; 2015 [cited
2017Dec3]. Available from:
https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/index.html
21. PEDOMAN PRAKTIS - gizi.depkes.go.id [Internet]. [cited 2017Dec17].
Available from: gizi.depkes.go.id/wp-content/.../ped-praktis-stat-gizi-
dewasa.doc
22. St-Onge M-P, Roberts A, L, Jinya Chen, Kelleman M, O’Keeffe M,
RoyChoudhury A, et al. Short sleep duration increases energy intakes but
Universitas Tarumanagara 22
does not change energy expenditure in normal-weight individuals.
2011Jun;94(2):410–6
23. Markwald RR, Melanson EL, Smith MR, Higgins J, Perreault L, Eckel
RH, et al. Impact of insufficient sleep on total daily energy expenditure,
food intake, and weight gain. Proceedings of the National Academy of
Sciences. 2013Nov;110(14):5695–700.
24. Schmid SM, Hallschmid M, Jauch-Chara K, Born J, Schultes B. A single
night of sleep deprivation increases ghrelin levels and feelings of hunger
in normal-weight healthy men. Journal of Sleep Research.
2008;17(3):331–4.
25. Kilkus JM, Booth JN, Bromley LE, Darukhanavala AP, Imperial JG,
Penev PD. Sleep and Eating Behavior in Adults at Risk for Type 2
Diabetes. Obesity. 2011;20(1):112–7.
26. Gonnissen HK, Rutters F, Hursel R, Martens EA, Westerterp-Plantenga
MS. Effects of sleep fragmentation in healthy men on energy expenditure,
substrate oxidation, physical activity, and exhaustion measured over 48 h
in a respiratory chamber. American Journal of Clinical Nutrition.
2011;94(3):804–8.
27. Bosy-Westphal A, Hinrichs S, Jauch-Chara K, Hitze B, Later W, Wilms
B, et al. Influence of Partial Sleep Deprivation on Energy Balance and
Insulin Sensitivity in Healthy Women. Obesity Facts. 2008;1(5):266–73.
28. Kant AK, Graubard BI. Association of self-reported sleep duration with
eating behaviors of American adults: NHANES 2005-2010. American
Journal of Clinical Nutrition. 2014;100(3):938–47
29. Stamatakis KA, Brownson RC. Sleep duration and obesity-related risk
factors in the rural Midwest. Preventive Medicine. 2008;46(5):439–44
30. Nedeltcheva AV, Kilkus JM, Imperial J, Kasza K, Schoeller DA, Penev
PD. Sleep curtailment is accompanied by increased intake of calories from
snacks. American Journal of Clinical Nutrition. 2008Mar;89(1):126–33.
Universitas Tarumanagara 23