Anda di halaman 1dari 43

STREPTOCOCAL PHARYNGITIS

dr. Mitry Muhafii


Anatomy

Pharinx Oral Cavity


Fisiologi

 Nasopharyng :
- Saluran nafas
- Ventilasi telinga tengah
- Saluran drainase
- Resonasi suara

 Orofaring dan Hipofaring :


- Saluran nafas dan makanan
- Resonasi suara
- Saluran drainase
Defenisi
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa dan submukosa faring, dan struktur
lain disekitarnya yaitu orofaring, nasofaring, hipofaring , tonsil dan adenoid.

Terdapat dua jenis faringitis yaitu :


 Faringitis akut
Radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.

 Faringitis kronis
Radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma
terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
Klasifikasi dan etiologi faringitis akut

• Virus :
• Bakteri :
1. Influenza virus
2. Parainfluenza virus 1. Group A Beta Hemolytic
3. Coronavirus Streptococcus (GABHS)
4. Coxsackie viruses A dan B 2. Group C Beta Hemolytic
5. Cytomegalovirus Streptococcus
6. Adenovirus 3. Neisseria gonorrhoeae
7. Epstein Barr Virus (EBV) 4. Corynebacterium diphtheria
8. Infeksi Human Immunodeficiency 5. Arcanobacterium haemolyticum.
virus (HIV).
 Streptococcus merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk coccus dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini
memfermentasi karbohidrat, nonmotil, tidak membentuk spora, dan bersifat katalase-negatif. Pada umumnya
Streptococcus merupakan bakteri anaerob yang membutuhkan medium agar darah untuk berkembang biak.

• SBHGA merupakan bakteri komensal pada tenggorokan manusia. Selain itu terdapat Streptococcus alpha-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, dan Neisseria sp. Sebanyak kurang dari 10 % manusia memiliki bakteri ini sebagai bakteri
komensal saluran nafas atas.

• Prevalensi SBHGA di saluran nafas atas pada anak-anak sekolah yang sehat adalah sebesar 10-35% dan paling tinggi
pada anak usia 3-15 tahun.
Faringitis fungal

• Neisseria gonorrhoeae  Candida

Penyebab faringitis bakterial gram negative


ditemukan pada pasien aktif secara seksual, Dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
terutama yang melakukan kontak orogenital. Dalam
sebuah penelitian pada orang dewasa yang
terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan
20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita dan
3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu
yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun
odinofagia, demam ringan dan eritema dapat
terjadi.
Faktor resiko faringitis akut
- Udara yang dingin
- Turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza
- Konsumsi makanan yang kurang gizi
- Tidak menjaga kebersihan mulut
- Konsumsi alkohol yang berlebihan
- Merokok
- Seseorang yang tinggal di lingkungan yang menderita sakit tenggorokan atau demam, dan lingkungan padat
Epidemiologi faringitis akut

 Dapat terjadi pada semua umur, sering pada anak usia 5-15 tahun dan jarang pada anak usia di bawah 3
tahun, insiden meningkat seiring bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun dan berlanjut
hingga dewasa.

 Diperkirakan sebanyak 15 juta kasus faringitis didiagnosis setiap tahunnya di Amerika Serikat, 15-30% pada
anak usia sekolah dan 10% diderita oleh dewasa serta 20-30% kasus disebabkan oleh SBHGA.

 Faringitis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Masa infeksi SBHGA terjadi di musim dingin dan awal musim
semi di daerah beriklim sedang, di daerah beriklim tropis seperti Indonesia insiden tertinggi terjadi pada
musim hujan.
Sign dan symptom

Gejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya.

 Faringitis akut yang disebabkan bakteri :


Nyeri kepala yang hebat,muntah, kadang-kadang disertai demam tinggi, jarang disertai batuk.

 Faringitis yang disebabkan virus


Nyeri tenggorokan yang parah dan disertai batuk, suara serak . Demam, menggigil, malaise, mialgia
dan sakit kepala juga dapat terjadi .

 Pada faringitis fungal


Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Ditandai dengan adanya plak putih di orofaring dan mukosa
faring lainnya hiperemis.
Patofisiologi

Faringitis yang disebabkan infeksi bakteri atau virus

Dapat secara langsung menginvasi mukosa faring

Akan menyebabkan respon inflamasi lokal.

Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel lalu mengikis epitel sehingga jaringan limfoid
superfisial bereaksi

akan terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.


 Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat.
 Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan
dapat melekat pada dinding faring.
 Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar.
 Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak.
 Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracelullar toxins dan
protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari
Streptococcus ß hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada miokard dan
dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan
glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

 Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring
akibat sekresi nasal.
Diagnosis klinis
1. Anamnesis
mengeluhkan lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.

Gejala khas berdasarkan jenis mikroorganisme, yaitu:


 a. Faringitis viral, umumnya oleh Rhinovirus diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul
faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

 b. Faringitis bakterial, biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi dan jarang disertai batuk.

 c. Faringitis fungal, terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.


2. Pemeriksaan Fisik
a. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Pada
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash. Adenovirus menimbulkn gejala konjungtivitis terutama pada anak.
b. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan.
c. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
3. Pemeriksaa penunjang
1. Biakan apus tenggorok merupakan pemeriksaan baku emas untuk mengetahui etiologi faringitis, tetapi fasilitas
tersebut tidak tersedia di semua tempat. Diperlukan waktu 2–3 hari untuk memperoleh hasil kultur sehingga kurang
bermanfaat untuk kasus rawat jalan. Dibutuhkan teknik khusus untuk mendapatkan spesimen yang tepat. Hasil kultur
juga sangat dipengaruhi oleh metode pengambilan kultur maupun media transpor yang digunakan.

Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan apus tenggorok dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring
posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik.

Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari sepuluh hari.
2. Uji cepat untuk mendeteksi antigen streptokokus grup A atau rapid antigen detection test (RADT)
yang telah tersedia saat ini mempunyai spesifisitas tinggi (>95%) dengan sensitivitas dilaporkan
bervariasi (70-90%).
Pemeriksaan RADT mempunyai keuntungan yaitu hasilnya dapat diketahui dalam waktu cepat, praktis
dan murah. Beberapa rekomendasi menyatakan RADT dapat dipakai untuk menggantikan biakan usap
tenggorok.
3. Sistem skoring yang dapat memprediksi kemungkinan infeksi streptokokus pada anak dan dewasa dengan
keluhan nyeri tenggorok. Sistem skoring dengan menggunakan gejala atau tanda yang akan meningkatkan
atau menurunkan kemungkinan pasien memiliki infeksi SBHGA.

 Skoring Centor modifikasi ini telah direkomendasikan oleh beberapa guideline internasional dari Amerika
Serikat (ACP-ASIM), Inggris dan Skotlandia.

 Pada penderita faringitis bertujuan agar terlaksana management cost effective, menghindari paparan
terhadap antibiotika yang berlebihan serta mencegah komplikasi baik akibat penyakit maupun akibat
pengobatan yang tidak perlu.

 Skoring streptokokus berguna untuk menentukan pasien mana yang perlu diberikan antibiotika maupun
memerlukan pemeriksaan penunjang.
Satu poin diberikan untuk setiap kriteria ini:
- Tidak ada batuk
- Kelenjar getah bening membengkak atau kelenjar getah bening yang
nyeri bila disentuh
- Suhu tubuh lebih dari 38 °C (100,4 °F)
- Pus (nanah) atau pembengkakan tonsil (amandel)
- Usia kurang dari 15 tahun (dikurangi satu poin apabila orang tersebut
berusia lebih dari 44 tahun)
4. Dari pemeriksaan darah
Dijumpai jumlah sel darah putih meningkat dengan dominan neutrofil.

5. Pemeriksaan Protein C-Reaktif


Nilai Protein C-Reaktif meningkat
Therapy
Pemberian farmakoterapi:
a. Topikal
- Obat kumur antiseptik
- Menjaga kebersihan mulut
- Pada faringitis fungal diberikan nystatin 100.000−400.000 IU 2 kali/hari.

b. Oral sistemik
 Anti virus metisoprinol (isoprenosine) dengan dosis 60−100 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari pada
orang dewasa dan pada anak kurang dari lima tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari.

 Faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya SBHGA diberikan antibiotik yaitu penicillin G benzatin
50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan pada
dewasa 3x500 mg selama 6−10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
 Juga diberikan kortikosteroid deksametason 3x0,5 mg pada dewasa selama tiga hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi tiga kali pemberian selama tiga hari.
 Untuk pasien yang merasakan nyeri dapat diberikan asetaminofen, dosisnya kurang dari 1 tahun 60mg, 1-3tahun
60-120mg, 6-12 tahun 150-300mg, lebih dari 12 tahun 325mg- 650mg.
Konseling dan Edukasi :

1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hanga
4. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
5. Berhenti merokok.
6. Menghindari makan-makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
7. Selalu menjaga kebersihan mulut.
8. Memberitahu keluarga untuk mencuci tangan secara teratur
Komplikasi

 Komplikasi umum pada faringitis adalah


- Sinusitis, otitis media
- Epiglotitis, mastoiditis
- Pneumonia
Faringitis yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus jika tidak segera diobati dapat
menyebabkan :
- Peritonsillar abses
- Demam reumatik akut
- Toxic shock syndrome
- Peritonsillar sellulitis
- Abses retrofaringeal
- Obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring.
LAPORAN KASUS
STREPTOCOCAL PHARYNGITIS

dr. Mitry Muhafii


DPJP : dr. Afriyan Wahyudi, Sp.A, M.Kes.
Identitas pasien
Nama : Ch. FP
Usia : 13 tahun
Alamat : Pekanbaru
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar (SD)
Tanggal Masuk RS : 24 Desember 2018
Tanggal Keluar RS : 29 Desember 2018
Anamnesis :
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien sendiri dan aloanamnesis dengan ibu pasien

Keluhan utama :
Nyeri menelan

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang bersama kedua orangtuanya mengeluhkan nyeri menelan dirasakan 3 hari yang lalu
 Awalnya pasien merasakan banyak sariawan didalam mulut sudah 3 hari yang lalu
 Ada perdarahan sedikit saat buang ludah 1 hari SMRS
 Ada lendir putih dibagian dalam mulut sejak 3 hari yang lalu
 Mengeluhkan mata terasa gatal, banyak mengeluarkan air mata, dan tampak merah pada kedua mata
 Demam tinggi yg naik turun dan batuk kering sesekali 1 hari yang lalu, sudah berobat keklinik, diberikan obat antibiotik ampicilin,
paracetamol, cendo xytrol, dan ctm). Tidak ada perbaikan.
 Riwayat kontak dengan orang yang batuk lama disangkal. Kebiasaan jarang menggosok gigi ada
 Sesak nafas disangkal, pilek disangkal, nyeri perut disangkal
 Makan dan minum berkurang sejak sakit, saat ini lemas .
 Mual dan muntah disangkal
 BAB dan BAK normal
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


- Keluarga pasien belum pernah ada menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Kehamilan
- selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit, tidak mengkonsumsi obat-obatan / jamu, kontrol kehamilan teratur
kebidan. Hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran
- Anak pertama dari 2 bersaudara. Lahir spontan, ditolong bidan, saat lahir menangis kuat dengan berat badan 3200gr dan
panjang badan lahir 50cm.
Riwayat Makanan dan Minuman
- ASI : 0-1 tahun 8 bulan
- Buah : 1 tahun 8 bulan – sekarang
- Bubur susu : 1 tahun 8 bulan – sekarang
- Nasi Tim : 1 tahun 8 bulan – sekarang
- Nasi biasa : 1 tahun 8 bulan – sekarang, 3x sehari, sediki-sedikit.
- Anak diakui ibu memang malas makan nasi. Anak sering jajan minuman es/sirup yang dijual disekolah.

Riwayat Imunisasi
- BCG : 1 kali, 1 bulan
- DPT : 3 kali, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
- Polio : 3 kali, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
- Hepatitis B : 3 kali, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
- Campak : 9 bulan
- Kesan : Imunisasi dasar lengkap dan sesuai waktu
Riwayat tumbuh kembang
Perkembangan fisik
- Ketawa : 4bulan
- Miring : 4 bulan
- Berdiri : 9 bulan
- Berjalan : 1 tahun

Perkembangan Mental
- Isap jempol (-), gigit kuku (-), membangkang (-), aktif sekali (-)
Kesan : perkembangan fisik dan mental baik.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Sadar
TD : 100/70
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 38,2 0c
BB : 34KG
TB : 144 cm
Status gizi : BB/TB2 = 34/1,442 = 16,5
Kesan : Gizi kurang
Pemeriksaan Sistemik

- Mata : kojungtiva tidak anemis, sclera tampak merah di kedua mata, pupil isokor, reflek cahaya +/+
- Mulut : Bibir dan mukosa kering, faring hiperemis, tonsil T2-T2 hiperemis tampak lesi putih, tampak perdarahan di
bawah lidah +/-, tampak stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue +/+. Gigi terdapat banyak caries.
- Telinga : Membran timpani intake, hiperemis tidak ada, deformitas tidak ada.
- Hidung : Rhinore tidak ada, deformitas tidak ada.
 Leher : Nyeri tekan disekitar KGB dextra
 Paru : Simetris, retraksi tidak ada, sonor, vesikular pada kedua lapangan paru, ronkhi dan wheezing tidak ada.
 Jantung : Batas jantung dalam batas normal, murmur tidak terdengar, gallop tidak terdengar.
 Ektremitas : Akral hangat, CRT baik, edema tidak ada, ROM normal, tidak ada hiperemis.
 Abdomen : Datar, BU normal, hepar/ lien tidak teraba. Nyeri epigastrium tidak ada.
 Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

DIAGNOSA BANDING
- Streptococal pharyngitis
- Low intake
Rawatan hari – 1 (24 Desember 2018)
Renacana terapi :
 Ivfd kaen 3a 60cc/H
 Iv taxegram 500mg tid
 Iv dexamethason 10mg bid
 Iv ranitidine 40mg bid
 Iv paracetamol 350mg tid
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (garg)
 Cendo xytrol eye drop 2ttes ODS 4x/day
 Diet : ML /MB sesuai keinginan
 Oral hygiene

Rencana pemeriksaan :
 Cek hematologi lengkap
Hasil :
HB : 13,10 g/dl LED : 40.00 mm/jam
HT : 39,30 % Leukosit : 14.00 10Ʌ3 µl
Trombosit : 363.00 10Ʌ3 µl Neutrofil : 72.00 %
eritrosit : 5.00 10Ʌ6 µl
Rawatan hari -2 (25 Desember 2018)
S : nyeri menelan, demam naik turun
O:
Mata : sclera tampak merah di kedua mata
Mulut : faring hiperemis, tonsil T2-T2 hiperemis tampak lesi putih, tampak perdarahan di bawah lidah +/-, tampak
stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue +/+. Gigi terdapat banyak caries.
TD : 100/60
HR : 82x/menit
RR : 18x/menit
T : 37,6 0c
A: Sterptococal pharyngitis + low intake
P:
 Ivfd kaen 3a 60cc/H
 Iv taxegram 500mg tid
 Iv dexamethason 10mg bid
 Iv ranitidine 40mg bid
 Iv paracetamol 350mg tid
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (garg)
 Cendo xytrol eye drop 2ttes ODS 4x/day
 Diet : ML /MB sesuai keinginan
 Oral hygiene
 Apply ketricin oral base 4x/day
Rawatan hari-3 (26 Desember 2018)
S : nyeri tenggorokan, demam naik turun
O:
Mata : sclera tampak sedikit merah di kedua mata
Mulut : faring hiperemis, tonsil T2-T2 hiperemis tampak sedikit lesi putih, tampak perdarahan di bawah lidah +/-,
tampak stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue +/+. Gigi terdapat banyak caries.
TD : 100/70
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
T : 37,0 0c
A: Sterptococal pharyngitis + low intake
P:
 Ivfd kaen 3a 60cc/H
 Iv taxegram 500mg tid
 Iv dexamethason 10mg bid
 Iv ranitidine 40mg bid
 Iv paracetamol 350mg tid (PRN)
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (garg)
 Cendo xytrol eye drop 2ttes ODS 4x/day
 Diet : ML /MB sesuai keinginan
 Oral hygiene
 Apply ketricin oral base 4x/day
Rawatan hari -4 (27 Desember 2018)
S : nyeri tenggorokan berkurang
Mata : sclera tampak sedikit merah di kedua mata
Mulut : faring hiperemis, tonsil T2-T2 hiperemis, tampak sedikit stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue
+/+. Gigi terdapat banyak caries.
TD : 100/60
HR : 80x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,0 0c
A: Sterptococal pharyngitis + low intake
P:
 Ivfd kaen 3a 60cc/H
 Iv taxegram 500mg tid
 Iv dexamethason 10mg bid (STOP)
 Iv ranitidine 40mg bid
 Iv paracetamol 350mg tid (PRN)
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (garg)
 Cendo xytrol eye drop 2ttes ODS 4x/day
 Diet : ML /MB sesuai keinginan
 Oral hygiene
 Apply ketricin oral base 4x/day
 Rawatan hari -5 (28 Desember 2018)

S : nyeri tenggorokan berkurang


Mata : sclera tampak sedikit merah di kedua mata
Mulut : tonsil T2-T2 tidak hiperemis, tampak bekas stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue. Gigi terdapat
banyak caries.
TD : 100/60
HR : 78 x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,4 0c
A: Sterptococal pharyngitis
P:
 Ivfd kaen 3a 60cc/H >>> IV PLUG
 Iv taxegram 500mg tid
 Iv ranitidine 40mg bid
 Iv paracetamol 350mg tid (PRN)
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (garg)
 Cendo xytrol eye drop 2ttes ODS 4x/day
 Diet : ML /MB sesuai keinginan
 Oral hygiene
 Apply ketricin oral base 4x/day
 Rawatan hari-6 (29 Desember 2018)

S : nyeri tenggorokan sekali-sekali


Mulut : tonsil T2-T2 tidak hiperemis, tampak bekas stomatitis di apex lingue dan dorsum lingue +/+. Gigi
terdapat banyak caries.
TD : 100/60
HR : 78 x/menit
RR : 18x/menit
T : 37,0 0c
A: Sterptococal pharyngitis
P:
 Ceptik syr 5ml bid PO
 Apply ketricin oral base 4x/day
 Oral fg troches 1 tab hisap qid
 Gargle tantum verde 4x/day (gargle)
 Oral zamel syr 5ml bid PO
 PASIEN PULANG
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai