Anda di halaman 1dari 27

REFERAT DAN LAPORAN KASUS

PORTFOLIO DOKTER INTERNSHIP


MENGENAI
HEMATOCHEZIA

DISUSUN OLEH:
dr. Shella
0002

NARASUMBER:
dr. Jesri Yanto
dr. Lilyana Sutanto

RS. EKA HOSPITAL PEKANBARU, RIAU


TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatannya yang telah diberikan
kepada saya untuk membuat referat ini. Saya juga berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung.
Saya sadar bahwa referat ini masih banyak kekurangannya. Tetapi saya telah
berusaha untuk membuat referat yang berguna bagi para pembaca. Karena itu, saya
mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca demi
perkembangan saya ke depan.
Saya mengharapkan referat ini dapat digunakan untuk kepentingan para pembaca,
serta dapat menambah wawasan para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya dan selamat membaca.

` Pekanbaru, Februari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………. 2
Daftar isi………………………………………………………………………… 3
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………….. 4
BAB 2 Tinjauan Umum………………………………………………………… 5
Definisi…………………………………………………………………. 5
Epidemiologi……………………………………………………………. 5
Klasifikasi................................................................................................. 6
Etiologi………………………………………………………………….. 8
Manifestasi Klinis……………………………………………………….. 12
Diagnosa………………………………………………………………… 13
Pemeriksaan Penunjang………………………………………………… 14
BAB 3 Penatalaksanaan………………………………………………………. 17
BAB 4 Kesimpulan…………………………………………………………… 22
Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Perdarahan saluran cerna akut merupakan keadaan gawat darurat yang harus
ditangani secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan kematian. Sementara
perdarahan saluran cerna yang sifatnya kronik walaupun tidak terlihat nyata namun bila
tidak ditangani juga sangat berbahaya. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi dimana saja
pada traktus digestivus dari mulut sampai dengan anus. Darah dapat terlihat pada tinja
atau muntahan atau dapat saja berupa perdarahan tersembunyi yang hanya dapat dilihat
dengan pemeriksaan laboratorium. Perdarahan saluran cerna bagian bawah sebagian
besar terjadi pada usia tua. Dahulu, kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran
cerna bagian bawah yang akut sangat tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh kesulitan
untuk menemukan sumber pendarahan.5 Namun, seiring dengan kemajuan dan
pembangunan di bidang teknologi medis, khususnya kolonoskopi dan angiografi, telah
menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian
bawah sebesar 5-10% selama dekade terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh
peningkatan kemampuan dalam mencari sumber pendarahan, dalam resusitasi dan juga
perawatan medis yang lebih baik. Penyebab utama kehilangan darah dari saluran
pencernaan bagian bawah yang akut adalah divertikulosis dan angiodisplasia. 5 Sementara
itu, penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik adalah
keganasan dan penyakit di daerah perianal.5 Perdarahan saluran cerna bagian bawah
yang kronik terjadi secara bertahap dan sebentar-sebentar, sehingga seringkali pasien
tidak menyadarinya dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit.5

4
BAB 2
TINJAUAN UMUM

1. Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai
perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.3
Hematochezia diartikan sebagai darah segar atau berwarna merah maroon yang
keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran
cerna bagian bawah. Namun, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas yang
masif juga dapat menimbulkan hematochezia.1,3
Melena diartikan sebagai tinja berwarna hitam seperti ter, lengket, dengan bau
yang khas. Melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau
hemokrom lain oleh bakteri setelah 14 jam.1,2 Umumnya melena menunjukkan
perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun melena dapat pula
berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. 2 Tidak
semua kotoran hitam adalah melena karena bismuth, atau obat-obat yang mengandung
besi ( obat penambah darah ) dapat pula menyebabkan feces menjadi hitam.1,3
Darah Samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai
merubah warna feces. Darah samar dapat diketahui dengan tes Guaiac.1,3
Darah yang bisa dideteksi oleh tes Guaiac minimal 5-10ml/hr, sementara saluran
cerna secara normal sebenarnya kehilangan darah 0,5-1,5 ml/hari yang biasanya tidak
terdeteksi dengan tes Guaiac.1

2. Epidemiologi
Penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis,
malformasi arteri vena (AVM), dan kolitis iskemik. 1 Dari keseluruhan perdarahan
saluran cerna, 20%nya adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah , dan biasanya
tidak lebih berat dari perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan SCBB ini
biasanya terjadi pada orang tua berusia antara 63-77 tahun. 1 Sebanyak 80% biasanya
berhenti secara spontan.1 Dalam dekade terakhir , kasus perdarahan saluran cerna
meningkat secara signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian bawah

5
adalah 3,6 %, sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas
adalah 3,5–7%.3
Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang dirawat di rumah sakit
memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 23% dibandingkan pasien
yang rawat jalan, hanya sebesar 3.6%.1

3. Klasifikasi
A. Perdarahan akut
Pasien – pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontinyu harus dirawat di
rumah sakit. Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang pada awalnya
bermanifestasi sebagai perdarahan saluran cerna bagian bawah ternyata memiliki
sumber perdarahan di saluran cerna bagian atas.1 Petunjuk kemungkinan terjadinya
perdarahan saluran cerna bagian atas yang diawali dengan hematochezia adalah
ketidakstabilan hemodinamik (hipotensi, takikardi,perubahan posisi
mengakibatkan perubahan pada tekanan darah)2, melena, dan riwayat perdarahan
saluran cerna bagian atas.1 Pemasangan NGT membantu menegakkan diagnosa
perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien dengan perdarahan saluran cerna
bagian bawah yang berat.1

B. Outlet-type bleeding

6
Yang dimaksud outlet-type bleeding adalah terlihat darah selama atau sesudah
defekasi pada kertas toilet atau handuk, tapi tanpa gejala ataupun faktor resiko
khusus untuk ca colorectal.1 Pasien outlet-type bleeding yang berusia muda, lebih
dianjurkan menggunakan fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan kolonoskopi.

C. Perdarahan kronik-intermitten
Manifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia atau
keduanya. Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak menyadari
terjadinya perdarahan saluran cerna bagian bawah namun mengalami anemia
kronis. Walaupun begitu jika anemi yang timbul sudah berat dan terdapat gejala-
gejala kardiopulmoner maka pasien tersebut harus dirawat inap untuk
monitoring,evaluasi dan tata laksana lebih lanjut. Pada pasien-pasien ini harus
dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar 25-41% dari pasien ini
ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian atasnya. Jadi, bila
dengan kolonoskopi tidak ditemukan sumber perdarahan maka sebaik nya
dilakukan endoskopi. 1

4. Etiologi

7
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah :
a. Perdarahan divertikel kolon
Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus
melalui lapisan otot. Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan
kebiasaan makan pasien. Pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan
makanan yang tidak atau kurang berserat, akibatnya tinja yang terbentuk keras
dan volumenya kecil, sehingga kolon harus berkontraksi lebih keras untuk
menggiring tinja keluar, maka sering timbul tekanan tinggi dalam kolon biasanya
di bagian bawah. Tekanan yang besar ini dapat menekan celah lemah pada dinding
usus. Paling sering divertikel ditemukan di bagian sigmoid . Kelainan ini lebih
sering ditemukan usia lebih dari 50 tahun. Pasien dengan divertikel yang cukup
banyak disebut divertikulosis. Bila divertikel ini meradang disebut divertikulitis.
Penonjolan ini besarnya berkisar antara beberapa milimeter sampai dua cm. Leher
divertikel dan pintunya biasanya sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk
fecolith.

8
Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan seperti
mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena gangguan
pengerasan usus sampai keluhan berat seperti pecahnya usus, abses dan
perdarahan.
Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan terasa nyeri. Abses
ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang sangat nyeri disertai
keluhan sembelit, demam dan keadaan umum penderita buruk. Perdarahan baru
nyata setelah keluar perdarahan saat penderita BAB, dan mungkin terjadi anemia.
Pada penderita usia lanjut, dapat terjadi perdarahan yang hebat sehingga
menyebabkan syok dan tidak jarang memerlukan transfusi darah.

b. Angiodisplasia
Angiodisplasia (vascularectasis) diklasifikasikan sebagai penyebab perdarahan
saluran cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh empat persen
dari angiodisplasia kronis menyebabkan perdarahan di dalam usus.
Angiodisplasia adalah lesi degeneratif yang berkaitan dengan penuaan. Dua
pertiga pasien dengan angiodisplasia berusia di atas 70 tahun. Patogenesis
angiodisplasia tidak diketahui,mungkin disebabkan oleh parsial, obstruksi
intermiten,mulai dari vena-vena submukosa sampai terjadinya dilatasi, sehingga
hubungan arteriovenosa didirikan. Angiodisplasia didiagnosis dengan
menggunakan kolonoskopi dan angiography. 5

c. Arteriovenous Malformation1
AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah pada
3-40% pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di usus pada
1-2% dari spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada mukosa dan
submukosa pembuluh darah memiliki komunikasi langsung antara arteri dan vena
tanpa campur tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi di kolon kanan,
dan 47% persen pasien mengalami hematochezia yang tanpa nyeri serupa dengan
perdarahan yang disebabkan oleh penyakit divertikular, dapat pula muncul berupa
perdarahan yang kronik dan intermitten. Faktor resikonya adalah orang tua,
berusia lebih dari 60 tahun, lokasi di sisi kanan kolon , dan pada pasien yang

9
memiliki penyakit gagal ginjal kronis dan stenosis aorta. Pemeriksaan terbaik
untuk AVMs adalah angiography.

d. Kolitis
Kolitis merupakan istilah yang menunjukkan adanya proses peradangan atau
inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk
bakteri, yang terjadi pada individu yang rentan . Pelepasan bahan toksin
menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan perubahan mukosa dan
dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non spesifik dan kolitis Crohn.
Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi dan eksaserbasi yang
berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri abdomen, diare
dan perdarahan rektum.6 Diagnosis banding antara lain : kolitis infeksi, IBS,
divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon. Walaupun tidak ada tes darah
yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun biasanya terdapat kenaikan leukosit,
amilase, kreatin fosfokinase dan serum laktat. Foto rontgen polos biasanya tidak
ditemukan sesuatu yang khas, meskipun tanda edema submukosa dan
pneumatosis dapat dilihat biasanya pada pasien dengan penyakit lanjut.Diagnosa
dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan segmental kolon yang
terkena. Evaluasi endoskopi dengan sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang tidak jelas diagnosanya
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda peritonitis atau perforasi.5

e. Penyakit perianal
Contohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan perdarahan
dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Polip dan
karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan
oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu
dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma
kolon. Pemeriksaan dilakukan menggunakan anoskopi dan kolonoskopi. Kelainan
perianal diterapi dengan obat (suppositoria, pelumas, hydroxitison) tetapi sering
kambuh sehingga skleroterapi / koagulasi, ligasi, atau intervensi bedah dapat

10
dipertimbangkan.5

f. Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan
terjadi pada usia tua.Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif.
Perdarahan bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah
perdarahan tersembunyi ( occult blood). Dulu, diagnosis dibuat menggunakan
barium enema, namun kini dengan menggunakan kolonoskopi dan biopsi
diagnosa dapat langsung dilakukan. Pengelolaan tumor saluran cerna bagian
bawah adalah dengan eksisi, baik dibantu oleh endoskopi atau melalui operasi.5

g. Divertikulum Meckel7
Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan,
yang merupakan suatu kantung (divertikula) yang menonjol
dari dinding usus halus. Divertikula bisa mengandung
jaringan lambung maupun jaringan pankreas. Divertikulum
meckel adalah suatu sisa dari struktur perkembangan yang
tidak diserap seluruhnya pada masa perkembangan janin.
Penyebab yang pasti dari tidak diserapnya sisa struktur
tersebut tidak diketahui. Sekitar 2% dari jumlah penduduk
memiliki divertikulum meckel, tetapi hanya sebagian kecil yang menunjukkan
gejala.
Divertikulum meckel biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kantungnya
dapat melepaskan asam dan menyebabkan ulkus, sehingga terjadi perdarahan
melalui rektum yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya berwarna keunguan atau
kehitaman. Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum lebih cenderung
menyebabkan penyumbatan usus, sehingga timbul nyeri kram dan muntah. Bisa
terjadi peradangan mendadak pada divertikulum yang disebut divertikulitis akut.
peradangan ini menyebabkan nyeri perut yang hebat, seringkali disertai
muntah.Jika tidak menimbulkan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan
khusus. Jika terjadi perdarahan, maka dilakukan pengangkatan divertikulum

11
disertai pengangkatan jaringan usus di sekitarnya yang telah mengalami
kerusakan.Jika tidak ditemukan kerusakan pada jaringan usus di sekitarnya, maka
yang dibuang hanya divertikulumnya. Untuk memperbaiki anemia, mungkin perlu
diberikan zat besi tambahan. Jika terjadi perdarahan yang hebat, mungkin perlu
dilakukan transfusi darah.

5. Manifestasi Klinis
A. Perdarahan akut :
 Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayang
 Syok : - tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari
semula)
- takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak
teraba.
 Muka (kulit, mukosa) pucat
 Akral dingin
 Berkurangnya pembentukan air kemih.
 Berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk
dan syok)

B. Perdarahan Kronik:
Akibat kehilangan darah kronik:
 Anemia def.Fe
 Palpitasi
 Lemas
 Sesak napas
 Anoreksia
 Insomnia

6. Diagnosa

12
Tentukan penyebab atau lokasi perdarahan, dilakukan setelah status hemodinamik
stabil ( pada perdarahan akut )1
a. Anamnesis : tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami perdarahan ,
juga penting ditanyakan kepada pasien mengenai riwayat penyakit terdahulu,
apakah pasien menderita tukak peptik,penyakit hati kronik, kelainan saluran cerna
bawah (hemorroid,kolitis, ca). Penting pula mengetahui riwayat penyakit
sekarang , beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku:1
1) Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.
2) Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih
proksimal.
3) Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable
Bowel Disease (IBD).
4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen ,biasanya adalah pasien dengan
kolitis
5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.
6) Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai
penurunan berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.
7) Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien
penyakit divertikular , AVM, atau proctitis
Tanyakan pula apakah terdapat sesak, nyeri dada, lightheadedness, dan
kelemahan.1

b. Pemeriksaan fisik
Cek tanda vital :
1) Kesadaran
2) Tekanan darah : hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume
darah.1 Bila penderita syok tek. sistolik < 90 mmHg dan nadi >
100x/mnt,berkeringat dingin, muka pucat, akral dingin maka kehilangan
darah sekitar 40%.
3) Nadi
4) Pernafasan

13
5) Suhu
6) Mata : ada tidaknya anemis
7) Turgor kulit menurun
8) Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik
9) Auskultasi Jantung : irama cepat atau lambat
10) Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali. 1
auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak
11) Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan
tes Guaiac.1

c. Pemeriksaan laboratorium :1
1) Darah : cito dan pemeriksaan darah lengkap . Selanjutnya perlu dicek Hb dan
Ht tiap 6 jam
2) Elektrolit
3) BUN / serum creatinine
4) Liver Function Test
5) Faktor pembekuan : Prothrombin Time (PT)
: activated Partial Thrombin Time (aPTT)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160
cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan
polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
kolonoskopi lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar
67%. Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi,
mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. 1.
Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama
(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 1,3%
pada pasien.1 Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada

14
diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi diagnostic Merupakan pemeriksaan terbaik untuk perdarahan saluran
cerna bagian bawah, bisa untuk diagnostik maupun terapeutik. Akurasi untuk
diagnosa dengan kolonoskopi adalah 48% -90%.1 Terlihatnya darah segar pada
ileum terminalis mengindikasikan sumber perdarahan bukan berasal dari kolon.1

b. Urgent Colonoscopy
Adalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah episode
perdarahan. Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim dengan air atau
gliserin enema. Baru-baru ini digunakan polietilen glikol . Penyakit yang paling
sering ditemukan oleh kolonoskopi mendesak adalah kolitis iskemik transien .
Urgent colonoscopy dianggap aman dan berguna untuk pemeriksaan pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah akut dan hemostasis.9

c. Flexible Sigmoidoskopi
Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 65 cm kedalam lumen kolon dan
dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri.1 Dapat digunakan tanpa sedatif
dan dengan persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari kanker kolon
dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak
dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan
semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal anastomosis.
Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun merupakan
metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik
yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon.
Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi
merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10
mm), adenoma yang berada di distal kolon biasanya berhubungan dengan
neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10% pasien.

d. Anoskopi

15
Anoskopi berguna hanya untuk diagnosa perdarahan yang sumbernya adalah di
daerah anorectal dan anal canal, termasuk di dalamnya adalah hemoroid interna
dan fissura anal. Lebih diutamakan daripada fleksibel sigmoidoskopi untuk
mendeteksi hemoroid pada pasien rawat jalan .1

e. Barium Enema
Adalah suatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras barium
sulfat kemudian difoto dengan sinar –X sehingga akan tampak gambaran usus dan
bisa melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip atau massa. Pada
pasien muda dengan hematochezia minimal yang dengan fleksibel sigmoidoskopi
memberikan hasil negatif, barium enema merupakan alternatif dibandingkan
kolonoskopi.1

f. Angiography
Merupakan satu cara visualisasi untuk mendiagnosa kelainan pada pembuluh
darah seluruh tubuh dengan menggunakan sinar X. Perdarahan yang bisa dideteksi
oleh angiography adalah perdarahan yang masif yaitu sekitar 0,5-1,5 ml/min.1

8. Komplikasi
a. Shock Hipovolemi  Gagal Ginjal Akut
b. Efek samping transfusi darah : reaksi hemolitik, infeksi.

BAB 3

16
PENATALAKSANAAN HEMATOSCHEZIA

Tujuan :8 - stabilisasi hemodinamik


- stop perdarahan aktif
- cegah perdarahan ulang.

1. Resusitasi penderita : ( A – B – C )
a. Pasang infus : - Nadi > 100x/ mnt infus koloid atau NaCl 0.9%
Untuk mengetahui jml kehilangan darah, penderita tidur terlentang ukur nadi /
tek. darah lalu penderita didudukkan dan bila nadi naik > 10x/ mnt & tek. Darah
sistolis turun > 10 mmHg maka kehilangan darah adalah sekitar 20%.8
b. Pernafasan : O2 2-4 ltr/menit
2. Ambil contoh darah (cross matched blood untuk transfusi)
3. Periksa hemoglobin,hematokrit,trombosit,leukosit (Hb kurang sesuai dengan jumlah
perdarahan pada tahap akut oleh krn belum terjadi hemodilusi, perlu waktu minimal
8 jam)
Pemberian transfusi segera pada :8
 penderita syok
 perdarahan terus-menerus
 gejala-gejala angina pectoris
 hematokrit < 20%
 Pasien resiko tinggi : orang tua, CHD, Sirosis hepatis diberikan transfusi PRC
sampai Hematokrit > 30 %
 Koagulopati dan trombositopenia harus dikoreksi segera. Trombosit harus
dipertahankan diatas 50.000/ml dan kagulopati harus dikoreksi dengan vitamin
K atau dengan fresh frozen plasma. Vitamin K harus diberikan oral kecuali pada
pasien sirosis atau obstruksi bilier, yang mana pada pasien ini diberikan secara
subkutan. Status hemodinamik merupakan indikator yang lebih baik untuk
pemberian darah daripada Hb. Transfusi diberikan sampai hemodinamik stabil
atau Hematokrit 25 – 30%

17
4. Medikamentosa :
Perdarahan akut : Transamin 3x1 kaps
: Vit K 3x1 tab
Beberapa perdarahan dapat diobati secara medikamentosa: 3
Hemoroid, fissura ani, dan ulkus rekti diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths
dan menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-progesteron dapat mengurangi
perdarahan pada pasien angiodisplasia , dan IBD biasanya memberi respon terhadap
obat-obatan anti inflamasi.

5. Observasi dan monitoring terus tanda-tanda vital: observasi tanda-tanda


hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan
darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 – 39
derajat Celcius, kulit dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas,
sirkulasi darah ke ginjal berkurang, menyebabkan urine berkurang.

18
Pasien
Pasiendengan
dengan
perdarahan
perdarahanSCBB
SCBBakut
akut

Perdarahan ringan-sedang Evaluasi


Evaluasidan
dan perdarahan berat
resusitasi
resusitasi

Upper
Upperendoscopy
endoscopy
Pertimbangkan
Pertimbangkan Tangani
Tanganisebagai
sebagaiperdrahan
perdrahan
perdarahan
perdarahanSCBA
SCBA SCBA
SCBA
Pasang
PasangNGT
NGT
+/-
+/-upper
upperendoscopy
endoscopy

Kolonoskopi
Kolonoskopi

Sumber
Sumber Hasil
Hasilpemeriksaan
pemeriksaan(-)
(-)
teridentifi
teridentifi
kasi
kasi
Perdarahan Tidak
Perdarahanberhenti
berhenti Arteriography
Arteriography
Terapi
Terapi
sesuai Ya
sesuai
kebutuhan
kebutuhan Endoskopi
Endoskopikapsul
kapsul

Intensitas
Gambaran klinis Infus IV / transfusi Tujuan akhir
Perdarahan
Perdarahan Denyut nadi dan Hb - Mempertahankan akses
Ringan normal intravena sampai
diagnosis jelas
- memasatikan tersedia
darah
Perdarahan Denyut nadi - menggan tikan cairan Mempertahanka
Sedang istirahat > 100x/mnt - meminta 4 unit n Hb> 9 g/dl
dan`/ atau Hb < preparat PRC
10g/dl
Perdarahan Kolaps dan atau - gantikan cairan dengan - mempertahanka
Hebat syok cepat n vol urin > 0,5

19
- tek. Sistolik - pastikan tersedia darah ml/kgBB/jam
< 100 - lakukan transfusi - mempertahanka
mmHg menurut pengkajian n tek sistolik
- denyut nadi klinis dan kadar HB/Ht >100 mmHg
>100x/mnt - mempertahanka
n Hb > 9 g/dl

6. Terapi Bedah
Pada beberapa diagnostik , seperti divertikulum Meckel atau keganasan , bedah
merupakan pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil.

20
Tanda-tanda vital tanda kehilangan cairan/
hemodinamik tidak stabil perdarahan berkurang
Resusitasi
Tes darah
Golongan darah dan
crossmatch

Infus NaCl
PRC dan Perdarahan aktif berkurang Endoskopi
factor lain jika elektif
Perdarahan aktif,dicurigai di
dibutuhkan SCBB

Kemungkinan perda- Kolonoskopi lokasi perdarahan


Rahan di SCBA segera atau tak teridentifikasi
scintigrafi
eritrosit +
angiografi -Endoskopi
Endoskopi
SCBA
SCBA Normal -OMD
segera
follow
through
Lokasi perdarahan
Ditemukan
-Enteroskopi

Kauterisasi Perdarahan berulang


elektrik , injeksi
Suplemen
zat sklerotik, zat besi perdarahan cukup
angiografi banyak ,perlu
embolisasi transfusi darah

Pertimbangan:
Angiografi
BEDAH Enteroskopi
operasi
Kolektomi
pasial

21
KESIMPULAN

Hematoschezia adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berwarna merah
segar atau merah marun, dan pendarahan ini terletak di bawah ligamentum Treitz ke
anus. Kemungkinan penyebab hematoschezia adalah divertikulosis,
angiodisplasia, neoplasma, kelainan perianal,divertikulum Meckeli, infeksi dan non-
infeksi kolitis, intususepsi. Dalam kebanyakan kasus pendarahan adalah sepele dan
sebentar-sebentar, kecuali untuk divertikulosis, yang menyebabkan
pendarahan yang cukup hebat. Diagnosis dan terapi hematoschezia bisa
sebagian besar dilakukan melalui endoskopi, hanya sebagian kecil
bagian memerlukan intervensi bedah untuk diagnosis. Untuk kasus hematochezia yang
akut, diperlukan penatalaksanaan yang tepat karena perdarahan yang masif beresiko
kematian, diperlukan pantauan terus terhadap tanda-tanda vital pasien.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberger, Norton.B , Richard B, Robert: Current Diagnosis and Treatment


Gastroenterology, Hepatology & Endoscopy. McGraw-Hill,Lange.2009 : 343-
351.

2. Kasper, Dennis B, Eugene.HS, et al.Harrison’s Principles of Internal Medicine,


16th edition.McGraw –Hill: 235-238.

3. Sudoyo, Aru.S, Bambang, Idrus, Alwi.et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
4. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta 2006 : 289-297.

4. Syamsi, Rusi M. WHO: Penggunaan Klinis Darah. EGC,Jakarta 2004:161.

5. Wandono, Hadi. Acta Med Indonesia Vol 39 .October - December 2007

6. Malueka, Rusdi G: Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta:


2006.

23
LAPORAN KASUS

Status Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 67 tahun
No.RM : xxxx
Tgl masuk : 3 Januari 2019
Pekerjaan :-

Anamnesa

Keluhan Utama : BAB berdarah


Telaah : Pasien masuk ke IGD Eka Hospital pada sore hari
pukul 15.30 WIB dengan keluhan BAB berdarah
sudah dua hari dengan frekuensi kurang lebih 4 kali
dalam sehari. Darah berwarna merah segar
bercampur feses. BAB terakhir pada jam 14.30 sore
sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki
riwayat penyakit CKD on HD rutin. Pasien
mengaku melakukan HD pada hari selasa dan
sebelum dilakukan HD, pasien ada mengkonsumsi
obat pengencer darah. Pasien mengaku tidak ada
terasa keluar benjolan ketika mengedan dan sakit
ketika BAB. Keluhan ini adalah yang pertama kali
terjadi.
Riwayat Penyakit Dahulu : CKD on HD
Riwayat Pemakaian Obat : Clopidogrel
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Riwayat Kebiasaan : tidak ada

24
Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 ; V5 ; M6
TD : 100/60 mmHg
RR : 18 x/menit
Nadi : 72 x/menit
Temperatur : 37,10C

Status Generalis
1. Kepala : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
2. Mata : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
3. Hidung : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
4. Telinga : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
5. Mulut : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
6. Leher : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan
7. Paru : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan

8. Jantung : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan

9. Abdomen : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan


10. Ekstremitas : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan
11. Generalisata/ kulit : Dalam batas normal. Tidak ada kelainan.
12. Rectal Tussae : Teraba masa pada jam 12 dengan konsitensi lunak
batas tegas permukaan licin. Tidak ada darah, feses dan
lendir

Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 3 Januari 2019

25
HEMATOLOGI LENGKAP
No Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Hemoglobin 9.10 mg/dl 13.2 - 17.3
2 Leukosit 8.5 /mm3 4.8 - 10.8
3 Hematocrit 27.9 % 40.0 - 52.0
4 Eritrosit 2.7 10^6/mm3 4.40 - 5.90
5 MCV 100.4 fL 79.0 - 99.0
6 MCH 32.70 Pg 27.0 - 31.0
7 MCHC 32.60 g/dl 33.0 - 37.0
8 Trombosit 193.00 % 150 - 440
9 Hitung Eosinofil 13 % 2–4
Jenis Basofil 1 % 0-1
Lekosit Monosit 8.00 % 2–8
Neutrofil 53.00 % 50-70
Limfosit 25.00 % 25-40

ELEKTROLIT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1. Natrium 138.00 mmol/l 136-146
2. Kalium 4.40 mEq/l 3.5-5.0
3. Klorida 107 mmol/l 96-111

PT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 INR 0.93 Detik
2 Kontrol 11.20 Detik 9.2 - 12.4
3 Pasien 9.90 Detik 9.9 - 11.8

APTT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Kontrol 31.30 Detik 27.5 - 37.3
2 Pasien 33.30 Detik 25.9 - 36.6

KIMIA DARAH
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Ureum 144 mg/dL <71
2 Kreatinin 15.31 mg/dL 0.62 - 1.10

Diagnosa
Hematochezia ec susp. Penggunaan obat

26
DD ec Susp. Hemoroid Interna grade 1

Penatalaksanaan
Rawat inap ruang biasa tetapi pasien menolak
a) Medikamentosa :
 Asam tranexamat 500 mg kp BAB berdarah

27

Anda mungkin juga menyukai