Anda di halaman 1dari 26

PAJAK PENGHASILAN

SEHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN PP NO 46
TAHUN 2013
DASAR HUKUM
• UU NO 36 TAHUN 2008
• PP NO 46 TAHUN 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Telah
direvisi dengan PP No 23 Tahun 2018)
• PMK No 107/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara
Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
• SE Dirjen Pajak No 42/PJ/2013
KRITERIA UMKM Menurut UU No 20
Tahun 2008 tentang UMKM
• Usaha Mikro
– Kekayaan Bersih < Rp 50 juta
– Omset Penjualan per tahun < Rp 300 juta
• Usaha Kecil
– Kekayaan Bersih Rp 50 juta – Rp 500 juta
– Omset Penjualan per tahun Rp 500 juta – Rp 2,5 Milyar
• Usaha Menengah
– Kekayaan Bersih Rp 500 juta – Rp 10 Milyar
– Omset Penjualan per tahun Rp 2,5 Milyar – Rp 50 Milyar
Tujuan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013
1. memberikan kemudahan dan penyederhanaan
aturan perpajakan;
2. mengedukasi masyarakat untuk tertib
administrasi;
3. mengedukasi masyarakat untuk transparansi;
4. memberikan kesempatan masyarakat untuk
berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara
Cara Perhitungan PPH bagi UMKM
untuk WP OP
Cara Perhitungan PPH bagi UMKM
untuk WP Badan
Cara Perhitungan PPH bagi UMKM
untuk WP OP dan Badan
Kriteria WP Tertentu Menurut PP No
46 tahun 2013
WP yang memiliki peredaran bruto tertentu,
dikenai PPh yang bersifat Final, yaitu :
– Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan
tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan
– menerima penghasilan dari usaha, tidak
termasuk penghasilan dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak
Jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas
• Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
• pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, dan penari;
• olahragawan;
• penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
• pengarang, peneliti, dan penerjemah;.
• agen iklan;
• pengawas atau pengelola proyek;
• perantara;
• petugas penjaja barang dagangan;
• agen asuransi; dan
• distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya
Pengecualian Bagi WP OP :
• Menggunakan sarana atau prasarana
yang dapat dibongkar pasang baik yang
menetap maupun tidak menetap; dan
• Menggunakan sebagian atau seluruh
tempat untuk kepentingan umum yang
tidak diperuntukkan bagi tempat usaha
atau berjualan
Pengecualian Bagi WP Badan
• Wajib Pajak badan yang belum
beroperasi secara komersial; atau
• Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu
1 (satu) tahun sejak beroperasi secara
komersial memperoleh peredaran bruto
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
Kriteria Batasan Peredaran Bruto
• Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran
bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak
terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan.
• Merupakan keseluruhan Penghasilan Bruto dari usaha
seluruhnya termasuk dari usaha cabang, kecuali Penghasilan
yang diperoleh atas :
– Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3);
– Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;
– Usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersendiri; dan
– Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
TARIF PAJAK
• Besarnya Tarif Pajak Penghasilan Bagi WP
Yang memiliki peredaran bruto tertentu
adalah sebesar 1%.
• Dasar pengenaan pajak yang digunakan
untuk menghitung Pajak Penghasilan yang
bersifat final adalah jumlah peredaran bruto
setiap bulan, untuk setiap tempat kegiatan
usaha.
Batasan Peredaran Usaha
• Jika Bulan Januari sampai Bulan Juni secara
komulatif > Rp 4,8 Milyar, Wajib Pajak tetap
dikenai tarif Pajak Penghasilan sebesar 1%
sampai dengan akhir Tahun Pajak yang
bersangkutan.
• Pada Tahun berikutnya, Wajib Pajak dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pembebasan PPh Yang Bersifat Tidak
Final
• WP yang memiliki peredaran bruto tertentu
dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak
lain (yang bersifat tidak final).
• Pembebasan dari pemotongan dan/atau
pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak
lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas
(SKB).
Kompensasi Kerugian
• WP yang menyelenggarakan pembukuan dapat
melakukan kompensasi kerugian dengan
penghasilan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
• Ketentuan kompensasi rugi adalah :
– berturut-turutsampai dengan 5 tahun.
– tahun dikenai PPh final 1% tetap menjadi bagian dari
periode 5 tahun tsb.
– kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat
dikompensasikan pada tahun berikutnya
Angsuran PPh Pasal 25
• Wajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh
penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final, tidak diwajibkan melakukan
pembayaran angsuran pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
• Dalam hal Wajib Pajak selain menerima atau
memperoleh penghasilan yang dikenai PPh yang
bersifat final juga menerima atau memperoleh
penghasilan yang dikenai PPh berdasarkan tarif umum
UU PPh, atas penghasilan yang dikenai PPh
berdasarkan tarif umum tersebut wajib dibayar
angsuran Pasal 25.
Contoh Kasus
Informasi Umum
Dokter Rais seorang Wajib Pajak yang berprofesi sebagai
dokter anak dengan status belum menikah bertempat tinggal
di Surabaya dengan NPWP 05.321.616.6-615.000.
Penghasilan yang diterima selama tahun 2013 diperoleh dari
beberapa sumber yaitu penghasilan jasa dokter dari praktek
di Rumah Sakit Medika Utama, penghasilan dari praktek
dokter di klinik pribadinya yang berlokasi di Surabaya, dan
penghasilan dari usaha apotek yang dimilikinya. Ahmad Rais
telah mengajukan ijin menyampaikan surat pemberitahuan
penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk
perhitungan PPh Tahun Pajak 2013 ke KPP Pratama Surabaya
Rungkut.
Penyetoran dan Pelaporan SPT
• Wajib Pajak wajib menyetor Pajak Penghasilan terutang ke kantor
pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain
yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak, yang telah
mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara,
paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
• Wajib Pajak yang melakukan pembayaran Pajak Penghasilan wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
• WP yang telah melakukan penyetoran PPh Terutang, dianggap
telah melakukan Pelaporan SPT Masa PPh sesuai dengan tanggal
validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada
Surat Setoran Pajak.

Anda mungkin juga menyukai