Anda di halaman 1dari 66

KEJANG DEMAM

DPJP : dr. Buntat Sp.A

Dr. Rani Febriani


DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (di luar rongga kepala).
ETIOLOGI
 Belum diketahui dengan pasti
 Demam sering disebabkan oleh :
- ISPA
- Radang telinga tengah
- Infeksi saluran kemih & saluran cerna
 Kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi  terkadang pada suhu tidak
terlalu tinggi
FAKTOR RESIKO
 Demam
 Usia
 Genetik Riwayat kejang demam pada
orang tua atau saudara sekandung
 Perkembangan terlambat (Malnutrisi)
Peningkatan
PATOFISIOLOGI Suhu Tubuh

KEJANG DEMAM
Resiko Tinggi
Metabolisme Basal
Gangguan Kebutuhan
Meningkat
Nutrisi

O² ke Otak
Menurun

Kejang TIK
Demam Meningkat

Kejang Demam Kejang Demam


sederhana Komplek Gangguan Perfusi
Jaringan

Resiko Tinggi
Resiko Injuri Resiko Tinggi
Berulang
Gangguan Tumbuh
Kembang
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Kejang Demam Kejang Demam Komplikata
Sederhana (Simple Febrile (Complex Febrile Seizure),
Seizure), dengan ciri-ciri dengan ciri-ciri gejala klinis
gejala klinis sebagai sebagai berikut:
berikut: -Kejang lama, > 15 menit
-Kejang berlangsung -Kejang fokal atau parsial satu
singkat, < 15 menit sisi, atau kejang umum
-Kejang umum tonik dan didahului kejang parsial
atau klonik -Berulang atau lebih dari 1 kali
-Umumnya berhenti sendiri dalam 24 jam
-Tanpa gerakan fokal atau
berulang dalam 24 jam
PENATALAKSANAAN

PADA PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM


ADA 3 HAL YANG PERLU DIKERJAKAN,YAITU :

1. PENGOBATAN FASE AKUT

2. MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB

3. PENGOBATAN PROFILAKSIS TERHADAP

BERULANGNYA KEJANG DEMAM


PENGOBATAN

 Anti Piretik
* Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali
* Ibuprofen 5 -10 mg/kgbb/kali

 Anti Konvulsan
* Diazepam oral 0.3-0.5 mg/kgbb
* Diazepam rectal 0.5 mg/kgbb
BB<10Kg:5mg; >10Kg:10mg
RUMATAN

 Fenobarbital 3 – 4 mg/kgBB/hari  dibagi 2


dosis
 Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hair dibagi 2-3
dosis
 DOC : Asam Valproat
 Pengobatan profilaksis /rumatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, dihentikan
bertahap selama 1 – 2 bulan
INDIKASI RUMATAN
 Kejang > 15 menit
 Kelainan neurologis
 Kejang fokal
 Rumat dipertimbangkan pada keadaan:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam pada bayi < 12 bulan
- Kejang demam ≥ 4 kali per tahun
BAGAN PENATALAKSANAAN KEJANG
SEGERA DIBERIKAN DIAZEPAM INTRAVENA
ATAU DIAZEPAM REKTAL DIAZEPAM :
DOSIS RATA-RATA 0,3-0,5MG/KGBB/KALI (iv) ATAU
DOSIS <10 KG: 5 MG REKTIOL
>10 KG : 10 MG REKTIOL

BILA KEJANG TIDAK BERHENTI DAPAT DIULANG


CARA DAN DOSIS YANG SAMA DENGAN INTERVAL 5 MNT

KEJANG (+) ------ DIAZEPAM 0,3-0,5 MG/KGBB/HARI (iv)

KEJANG (+) FENITOIN 10-20 MG/KGBB/KALI (IV, BOLUS)

KEJANG (+) KEJANG (-)

RUMATAN
RAWAT ICU Fenobarbital 3 – 4 mg/kgBB/hari
Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hr
PROGNOSIS
 Tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resiko.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

- Ada seluruh faktor resiko  kejang demam berulang


80%.
- Tidak ada faktor resiko  kejang demam berulang 10-
15%
DEFINISI
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume
eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang
nilai yang berlaku untuk orang sehat.

Menurut WHO dikatakan anemia bila :


•Pada orang dewasa Hb < 12,5 g/dl
•Pada anak-anak berumur 6-14 tahun < 12 g/dl
KLASIFIKASI
MORFOLOGI SEL
DARAH MERAH

Anemia normositik Anemia makrositik Anemia mikrositik


normokrom normokrom hipokrom

Anemia defisiensi
Perdarahan akut besi
Anemia
Penyakit kronik megaloblastik akibat Talasemia
Anemia hemolitik defisiensi vitamin B12
atau asam folat
Anemia aplastik
ETIOLOGI

Hiproliferatif Penurunan
Gangguan
pematangan
waktu hidup
SDM

1.Kerusakan sumsum
tulang
- Inti
2. Defisiensi besi
- sitoplasma
3. Produksi EPO inadekuat
Kebutuhan zat besi
 Faktor kebutuhan
- Umur,
- jenis kelamin
- volume darah dalam tubuh (Hb)

 bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi

 Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa


kira-kira 5 gram

 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertama
kehidupan
PROSES ABSORPSI BESI
I) bentuk non heme

HCl lambung,
Makanan ferro(Fe2+ )
asam amino dan
(ferri/Fe3+) diabsorbsi
vitamin C

Sumsum tulang = Ferri +


Oksidasi menjadi
besi + porfirin -> apoferritin ->
ferri
heme transferin

Degradasi plasma dan


Heme + globulin
hemoglobin -> terjadi
-> hemoglobin
biliverdin + besi metabolisme besi
2) Penyerapan dalam bentuk heme

Besi heme + HCl lambung


oksidasi jadi
protein di dalam dan enzim
hemin
lambung proteosa

Ion feri akan


ion feri dan
mengalami siklus
porfirin
metabolisme besi
Heme-iron
akan lebih
mudah
diserap

Absorbsi
akan
diperbesar
oleh protein Asam
lambung
Faktor akan
mempengaruhi membantu
penyerapan

dihambat
Ferro lebih
kompleks
mudah
phytate dan
diserap
fosfat
Penyebab peningkatan kebutuhan zat
besi
Kebutuhan yang Kurangnya besi yang
meningkat fisiologis diserap
Kehamilan
- Pertumbuhan -makanan tidak adekuat
- menstruasi - Malabsorpsi

Idiopathic pulmonary
Perdarahan Transfusi feto-maternal
hemosiderosis

Iatrogenic blood loss Latihan yang berlebihan Hemoglobinuri


Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi
dan Patogenesis

Iron deficient Iron


Iron erythropoietin/iron
deficiency
depletion limited
erythropoiesis anemia
1. Iron Depletion
 Terjadi penurunan cadangan besi tubuh, tetapi penyediaan
untuk eritropoiesis belum terganggu

 Terjadi
- penurunan serum feritin
- peningkatan absorpsi besi dari usus
- pengecatan besi pada apus sumsum tulang berkurang
2. Iron deficient erythropoietin/iron limited
erythropoiesis

 suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang


eritropoiesis

 Laboratorium
- kadar Fe serum
- saturasi transferin menurun
- TIBC dan FEP meningkat.
3. Iron deficiency anemia
 Bila besi terus berkurang eritropoiesis akan semakin terganggu,
sehingga kadar hemoglobin menurun diikuti penurunan jumlah
eritrosit.

 stadium lanjut dari defisiensi Fe

 Ditandai :
- cadangan besi yang menurun atau tidak ada
- kadar Fe serum rendah
- saturasi transferin rendah
- kadar Hb atau Ht yang rendah
Manifestasi klinis yang paling
menonjol
pucat

glossitis koilonikia

Gejala Plummer-
stomatitis dan
Vinson yaitu sukar
keilitis angular
menelan (disfagia)
Laboratorium
 Apus darah tepi
 Leukosit : granulositopenia ringan
 Trombosit : meningkat
 Apus sumsum tulang : hiperplasia sistem eritropoietik dan
berkurangnya hemosiderin.
 MCV, MCH, MCHC menurun
 TIBC meningkat ( > 410 ug/dl)
 Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP) > 100 ug/dl eritrosit
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum :

 Mengobati penyebab anemia


 Pemberian tranfusi darah
 perdarahan yang jelas dengan Hb < 5 g/dl

Pemberian Preparat Fe :

 Fero sulfat 3 x 10 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat


dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan bertahap
 Pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan
 Banyak efek samping
Terapi parental

 IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal


 Dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg besi/ml. Dosis dihitung
berdasarkan :

Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5


Intoksikasi Ferum
 Intoksikasi akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.

Gejala yang timbul pada Intoksikasi Fe seringkali berupa :


 Mual
 Muntah
 Diare
 Hematemesis
 Feses berwarna hitam
 Syok
Obat lain

Riboflavin Piridoksin

Kobal Tembaga
PENCEGAHAN DAN
PENDIDIKAN
• Pendidikan Kebersihan
Lingkungan

Pemberian
Pendidikan Gizi Suplemen/fortifikasi
Besi
Tonsilitis
 Definisi:

Merupakan peradangan umum dan


pembengkakan dari jaringan tonsila
palatina yang biasanya disertai dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel
mati, dan bakteri patogen dalam kripta.
Tonsilitis Akut
Berdasarkan penyebabnya, tonsilitis akut dibagi menjadi
dua penyebab yaitu:
 Tonsilitis Viral
 Tonsilitis Bakterial
Tonsiltis Viral
• Penyebab paling sering  virus Epstein Barr.
Haemophilus influenza juga merupakan salah satu
penyebab. Gejala tonsilitis viral menyerupai
dengan gejala common cold disertai dengan nyeri
tenggorok.

Tonsilitis Bakterial
• Penyebab tersering  group A Streptokokus B
hemolitikus atau strept throat. Infiltrasi bakteri
pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya
leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk
detritus.
Patofisiologi
Bakteri menginfiltrasi
lapisan epitel jaringan Reaksi radang
tonsil

Detritus Keluarnya leukosit


terbentuk polimorfonuklear

Detritus merupakan
kumpulan leukosit, Detritus
bakteri yang mati dan mengisi kripta
epitel yang terlepas
Gejala dan Tanda
 Nyeri tenggorok Pada pemeriksaan
ditemukan:
 Nyeri menelan  Pembengkakan tonsil
 Demam dengan  Tonsil terlihat
suhu tubuh tinggi hiperemis dan adanya
detritus berbentuk
 Rasa lesu folikel/lakuna/tertutu
 Tidak nafsu makan p membran semu
 Nyeri tekan dan
 Nyeri telinga bengkak pada kelenjar
(otalgia) submandibula
Tatalaksana
 Tirah baring
 Pemberian cairan adekuat
 Diet ringan
 Antipiretik analgesik
 Antibiotika spektrum lebar penisilin, eritromisin
 Antivirus (jika diperlukan)
 Obat kumur
Tonsilitis Kronik
Merupakan peradangan kronis Tonsila
Palatina setelah serangan akut yang
berulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis
berulang banyak terdapat pada anak-
anak, yang diantara serangan infeksi
tonsil dapat terlihat sehat atau dapat juga
terlihat membesar.
Tonsilitis Kronik
Etiologi
• 25% disebabkan oleh streptokokus B
hemolitikus grup A

Faktor Predisposisi
• Rangsangan menahun dari rokok
• Beberapa jenis makanan yang dapat
menyebabkan serangan berulang
• Pengaruh cuaca
• Kelelahan fisik
• Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Patologi
Epitel mukosa
Proses radang
tonsil dan jaringan
berulang
limfoid terkikis

Jaringan parut akan Jaringan limfoid


mengkerut dan kripti diganti oleh
akan melebar jaringan parut

Kripti akan terisi Proses terus berlanjut


dengan detritus hingga menembus kapsul
tonsil

Perlekatan dengan
jaringan sekitar fosa
tonsilaris
Gejala dan Tanda
 Rasa mengganjal  Pada pemeriksaan
di tenggorok didapatkan:
 Rasa kering di  Tonsil membesar
tenggorokan dengan
 Nafas berbau permukaan yang
 Tidur mengorok
tidak rata, kriptus
melebar dan
beberapa kripti
terisi oleh detritus
Penatalaksanaan
 Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronik
adalah dengan pengangkatan tonsil
(tonsilektomi diseksi), dengan atau
tanpa pengangkatan adenoid.
 Dilakukan apabila terapi konservatif
dengan antibiotika spektrum luas tidak
berhasil.
Tonsilektomi
Berdasarkan AAO-HNS tahun 1995,
indikasi tonsilektomi dibagi menjadi dua:
O Indikasi Absolut = Tonsil yang besar hingga
mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan
yang berat, gangguan tidur atau komplikasi
penyakit-penyakit kardiopulmonal.
O Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan pengobatan
O Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.
O Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi
jaringan untuk menentukan gambaran patologis
jaringan.
Kontraindikasi
 Radang akut tonsil.
 Demam, albuminuria.
 Penyakit paru-paru
 Penyakit darah.
 Hipertensi.
 Poliomielitis epidemic
Komplikasi
Komplikasi sekitar tonsil Komplikasi organ jauh

Peritonsilitis Demam rematik dan PJR

Abses Peritonsilar (Quinsy) Glomerulonefritis

Abses Parafaringeal Artritis dan fibrositis

Abses Retrofaring Episekleritis

Kista tonsil Konjungtivitis berulang


DEFINISI
 Roseola
infantum (eksantema
subitum) adalah
penyakit virus pada bayi
dan anak kecilyang
bersifat akut, biasanya
terjadi secara sporadik
dan dapat menimbulkan
epidemi.
 Etiologi :
Human Herpesvirus 6 (HHV-6)
 Genus : Roseolovirus
 Subfamili : Beta-herpesvirus
 Karakteristik: electron dense core,
kapsid icosahedral,tegumen
Diameter virus ini besar (185-200 nm),
berselubung, merupakan virus DNA
helai ganda sekitar 170 kilobasa
PATOGENESIS
HHV-6 sering terdeteksi dalam saliva
manusia dan kadang pada sekret genital

Menyebabakan HHV-6 dapat


Dan dapat menyebar secara vertikal menyebar secara horizontal dari
melalui secret genital dari ibu ke bayi individu satu keindividu lain melalui
secret oral

Viremia dapat dideteksi pada 4-5 hari pertama Roseola


klinis dengan rata-rata sel terinfeksi 103 per 106 sel
mononuklear.

Hilangnya viremia primer, demam, dan munculnya ruam biasanya dihubungkan


dengan munculnya antibodi anti-HHV-6 neutralisasi serum dan mungkin
menaikkan aktivitas sel pembunuh alami
Manifestasi klinis
demam setinggi 39,4-41,2 C, fontanella anterior mencembung sehingga dapat
timbul kejang. Kejang dapat terjadi pada stadium pra-eruptif Roseola., biasanya anak
tampak relatif baik walaupun demam. Demam turun dengan cepat pada hari ke 3-4,
Campak Rubella Demam Skarlatina Roseola Infantum
(Rubeola/Measles)

Masa prodormal Demam tinggi 3-4 hari Demam ringan 1-4 hari Timbul pada 12 jam Demam tinggi 3-4 hari
disertai konjungtivitis, pertama setelah demam turun sampai Normal
batuk pilek batuk/muntah muncul ruam

Karakteristik kulit Warna coklat merah, Merah muda, timbul Merah , makulopapular,
timbul awal dileher, dileher, muka menyebar awal didada ke muka,
belakang telinga, cepat ke seluruh tubuh ekstremitas, 2 hr hilang
kemudian ekstremitas kemerahan jarang ruam, (-) koplik
memenuhi seluruh bergabung, hari ke-3
badan dalam 3 hari, 5-6 memudar bersamaan
hari hilang, deskuamasi tanpa deskuamasi

Tanda patogmonik Bercak koplik KGB membersar di Lidah berwarna merah


belakang telinga ( strawberry, tonsillitis
oksipital) eksudativ
Hasil Uji Lab Peningkatan titer Virus (+) pada swab SBHGA (+) pada usap Leukopenia pada saat ruam
Antibodi pada Uji HI tenggorok, leukopenia tenggorokan
(Hemalutinasi Inhibisi)
4x  leukopenia
Gejala Klinis campak Roseola Infantum

Demam +++ +++

Ruam saat demam Setelah demam turun

Letak ruam Dari belakang telinga, wajah Dari leher, badan, ekstremitas

Konjungtivitis +++ -

Limfonodi servikal - ++

Nyeri Tenggorokan ++ +

Batuk ++ ++

Mual/muntah + +

Anoreksia +++ +

Diare + +

Nyeri perut ++ +

IgG Rendah Meningkat

Hematokrit Normal Normal

Trombositopenia - -

Virus terdapat di saliva - ++

Terdapat hubungan
- ++
vertical/horizontal
PENATALAKSANAAN

Terapi pada bayi dan anak yang mengalami roseola infantum hanya berupa terapi
suportif, yaitu:

Antipiretik

• Paracetamol 10 -15 mg/kgbb/kali diberikan suhu >38 0C dengan interval 4 – 6


jam.

• Berikan kompres hangat

Setelah demam turun, sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk


atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku) guna menjaga tidak
terjadinya demam kembali. Jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun
kipas angin.

Nutrisi: Bila pasien bisa minum, anjurkan minum yang cukup, terutama cairan yang
mengandung elektrolit.
IDENTITAS

Nama : An. A
Umur : 1,4 tahun
Alamat : Perawang
ANAMNESIS
 Keluhan utama
Kejang

 Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluh demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, dan di
bawa berobat ke klinik. Setelah berobat demam pasien berkurang dan
paginya pasien kejang dengan gerakan kedua tangan dan kaki menekuk,
mata mendelik keatas. Lama kejang kurang dari 5 menit, setelah kejang
pasien sadar sendiri dan langsung di bawa berobat ke spesialis anak, dari
Sp.A dirujuk ke EH. Pasien juga mengeluh batuk pilek dan nafsu makan
menurun.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kejang sebelumnya disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga atau keturunan lain disangkal.

 Riwayat konsumsi Obat


Telah berobat ke klnik dan diberi obat penurun panas

 Riwayat alergi
disangkal

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi BCG : belum
 VITAL SIGN
 Nadi : 108 kali/menit
 Pernapasan : 22 kali/ menit
 Tekanan darah : anak sulit diperiksa
 Suhu : 37oC
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hb : 11,1 g/dl
 Leukosit : 4,1 103/mm3
 Trombosit : 170 103/mm3
 Hematokrit : 36,6 %
 Hitung Jenis Leukosit
 Eosinofil : 1 %
 Monosit : 15 %
 Elektrolit :
 Natrium : 138.00 mmol/L
 Kalium : 4.10 mEq/L
 Klorida : 100.00 mmol/L
 Kimia Darah
 Kalsium : 10,00 mg/dl
 CRP Kuantitatif : 0,58 mg/L
Kepala

Bentuk : normocephali Jantung


Rambut : hitam, sulit dicabut Inspeksi : ictus cordis terlihat
Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera Palpasi : ictus cordis teraba di SIC 5
ikterik -/- , mata cekung -/- Perkusi : batas jantung DBN
Hidung : simetris, sekret hidung (-) Auskultasi : Reguler, murmur (-), gallop (-)
Telinga : simetris
Mulut : mukosa basah, hiperemis,
tonsil T2-T2

Thorax
Abdomen
Inspeksi :gerakan dinding dada simetris
Inspeksi :Perut tampak datar
Palpasi : Vokal fremitus kanan : kiri
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor kanan : kiri
Perkusi : Tympani
Auskultasi : saluran nafas: bronkial
Auskultasi : Bising usus DBN (+)
meningkat.
lapang paru : ronki basah
halus +/+ Ekstremitas : Edema (-), baggy pants (-),
Diagnosa kerja
Kejang demam sederhana, Tonsilitis

Penatalaksanaan
1. Asering 5 18 tpm selanjutnya kaen
2. Kn3b 18tpm
3. Inj sanmol 6x 100mg iv selama 24 jam pertama
4. Bila suhu diatas 39c
5. Inj stesolid 2mg iv (1mg/mnt bila kejang)
6. Inj rantin 3x10mg iv
7. Nafrek syr 2,5ml/4 jam bila suhu diatas 37,5c
8. Rhinos junior 3,5ml po
9. Stesolid syr 3x 6,5ml po
10. Isprinosin syr 3x 3ml po
Hari I Hari II Hari III Hari IV
keluhan  Demam (+) • Demam (+) • Demam berkurang • Demam berkurang
 Batuk pilek • Intake makanan kurang • Intake makanan • Pagi ditemukan ruam ruam
 Sulit menelan • Batuk pilek mulai berkurang kurang merah dimuka lalu kebadan,
 Intake makanan • Bab cair (+) ruam tidak gatal
kurang • Batuk (+)
 Bab cair 1 x

TTV HR: 120x/mnt HR: 124x/mnt HR: 124x/mnt HR: 124x/mnt


Labor RR: 20 x/mnt RR: 22 x/mnt RR: 22 x/mnt RR: 22 x/mnt
T: 38,2 c T: 37,8 c T: 37,0 c T: 37,0 c
 Cek hr serum iron Serum iron 15,Hb 10,50, Ht
 Observasi bab jika mencret cek 33.60, Leuk 5.80,
feses lengkap trombosit 135
Feses lengkap: warna
coklat konsis lembek

diagnosis Kejang demam, Kejang demam sederhana, tonsilitis Kejang demam sederhana, Kejang demam sederhana,
tonsilitis tonsilitis, Anemia tonsilitis, Anemia Defisiensi besi
Defisiensi besi Roseola infantum
Terapi Infus asering 5 18tpm lanjut -Rhinos junior 3 x 3 ml PO- pilek,
Inj sanmol 6x100mg iv bila suhu diatas radang
39’c -Naprex syr 2,5 ml per 4 jam bila
Inj. Stesolid 2mg iv (1mg/menitt bila suhu > 37,5
kejang) -Valisanbe 2,5 ml PULV 3 x1 max 2
Inj rantin 3x10mg iv hari
Naprex syr 2,5mg/4jam bila suhu diatar -Isprinosin syr 3 x3 ml
37,5’c -- Zamel 1 x 2 ml
Rinos junior 3x3 mg po - Maltofer drop 1 x 16 tts
Valisan b 2,5mg(pulf) 3x1 pulf ( max 2
hari)
Insprinosine syr 3x3 mg PO
Zamel 1x2,5 mg
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai