Cairan Semen
Cairan Semen
SI
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa
(berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti benih
dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi
jantan. Sel sperma akan membentuk zigot.
Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap
yang akan berkembang menjadi embrio.
Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan
sehingga penting pada keberhasilan munculnya
individu baru. Oleh karena itu, di dalam reproduksi
sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yg terdiri
dari dua bagian / plasma sperma (plasma semen) dan
spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar2 prostat,
vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre dsedangkan
spermatozoa dihasilakn olehaktifitas tubuli seminiferi.
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet
dari laki-laki. Sel ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga
bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah (leher) dan
ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer,
lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang
dan lebar yaitu 1.50 - 1.75
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala,
bagian tengah dan ekor (flagellata).
Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung
kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan
enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan
sel telur pada waktu fertilisasi.
Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang
menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk
pergerakan sperma.
Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak
Struktur sperma
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran
panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron
yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan
sifat penurunan ayah.
Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung
kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa
terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi
yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan
mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain:
hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam
hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang
semuanya penting untuk penembusan ovum (sel telur)
pada proses fertilisasi.
Ekor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian tengah (midpiece)
b. Bagian utama (principle piece)
c. Bagian ujung (endpiece).
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa
disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di
epididimis.Dinding tubulus seminiferus tersusun
dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih)
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja
beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk
menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
Fase Pertumbuhan
Pada fase pertumbuhan sel–sel calon indung
sperma tumbuh, membesar dan berduplikasi.Pada
fase ini juga terjadi penambahan materi inti,
sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga
disebut fase persiapan sebelum melakukan
pembelahan. Akhir dari fase pertumbuhan
terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma)
yang sudah siap untuk melakukan pembelahan(
Fase Pembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan
mengalami proses pembelahan. Spermatogonium yang
terbentuk akan menjadi spermatosit primer. Spermatosit
primer inilah yang akan mengalami
pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan
meiosis, yaitu pembelahan yang terjadi pada pembentukan
gamet yang bertujuan untuk mereduksi jumlah
kromosom. Spermatosit primer mengalami pembelahan
meiosis I membentuk 2 buah spermatosit sekunder. Jumlah
kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatosit primer.
Pembelahan belum selesai, speratosit sekunder yang
tebentuk akan segera mengalami pembelahan menjadi 4
buah spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel
sperma.
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus
mengalami perubahan agar mampu berenang mencari letak
sel telur. Bentuk awalnya yang hanya berbentuk bulatan
dirasa tidak mungkin mampu mencapai sel telur. Maka dari
itu , spermatid harus mengalami diferensiasi menjadi sel–
sel sperma yang siap untuk membuahi sel telur. Setelah
proses diferensiasi, terbentuklah 4 buah sel sperma aktif
yang strukturnya sudah berubah. Kini sperma berbentuk
seperti seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata
panah dan berekor panjang.Tentu saja bentuk seperti ini
dimaksudkan agar sel sperma bisa dengan mudah berenang
mencapai sel telur.Selain itu pada bagian kepala terdapat
organel aparatus Golgi yang berfungsi pada saat penetrasi
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari.
Siklus spermatogenesis berlangsung rata–rata 74 hari.Artinya,
perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa
matang memerlukan waktu rata–rata 74 hari.Sementara itu
pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu
dua hari. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma
dinamakan spermatogenesis dan terjadi di dalam epididimis.
Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis terus
berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan
kuantitasnya makin menurun dengan bertambahnya usia
Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama
disebut cairan semen.Volume normal cairan semen sekitar 2-5
ml. Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu
dengan pH 7-8. Volume cairan semen dianggap rendah secara
abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga
dianggap abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa
merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang
normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria
ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau
bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia)
Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan
perjalanan panjang.Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan.
Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang
normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur.
Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat,
bisa mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).Kasus lemahnya
pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai.
Adakalanya spermatozoa mati (necrozoospermia).
Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
- Bergerak cepat dan maju lurus
- Bergerak lambat dan sulit maju lurus
- Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
- Tak bergerak
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a
lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama
dengan 50%. Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan
bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu,
spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak
bergerak.Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi. Aglutinasi dapat
terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel
sperma.
Cairan Semen Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma
sulit bergerak.Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma
tak berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat
diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan
mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.
Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui
saluran yang sangat halus.Jika saluran-saluran itu tersumbat,
maka sperma tak bisa keluar.Umumnya hal ini disebabkan
trauma pada benturan.Bisa juga karena kurang menjaga
kebersihan alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan
virus atau bakteri.
Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti
gondongan, gonorrhea,sifilis, dan sebagainya. Untuk
diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian
kesehatannya harus dijaga karena testis yang sehat akan
menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan
kuantitas. Testis ini sangat sensitif.Mudah sekali dipengaruhi
oleh faktor-faktor luar.Jika testis terganggu, produksi sperma
bisa terganggu.Mungkin saat berhubungan, pria tetap
mengeluarkan sperma.Hanya saja tanpa sel sperma
(azoospermia).
Tujuan :
Pemeriksaan sperma penting tingkat untuk
mengetahui kesuburan/fertilitas dan infertilitas
seorang pria
Masa abstinensia
Waktu pengeluaran Semen
Waktu Pemeriksaan semen
Wadah tidak mengandung bahan yang bersifat
spermatisida
Pemeriksaan makroskopis meliputi ; volume, bau, pH,
viskositas dan warna
Pemeriksaan mikroskopis meliputi; pem. Jumlah sperma,
total sperma, motilitas, dan morfologi
Uji biokimia, dilakukan jika ada kelainan mikroskopik dan
makroskopik.
Uji imunologi, u/ menguji kecurigaan adanya infeksi
makroba
Uji mikrobiologi, u/ menguji kecurigaan adanya infeksi
mikroba pd semen dan harus terbebas dari kontaminasi.
Syarat sampel yang baik
1. Sebelum pem. Pasien diminta untuk tidak
mengeluarkan sperma selama 3-7 hari
2. Sperma ditampung dalam wadah yg terbuat dari
gelas/ plastik yg bermulut lebar, bersih dan kering
3. Wadah harus tertutup rapat utk menjaga agar tdk
tertumpah
4. Pem. Sperma hrs segera dilakukan (<1 jam)
Catatan :
Mengukur volume dilakukan dengan menggunakan gelas
ukur dan baru dpt dilakukan setelah sperma mencair
Vol. sperma normal :2 – 5 ml
Vol yg < 1ml atau > 6ml dihubkan dgn infertilitas
Warna Sperma yg normal : putih atau kekuning2an.
Morfologi Spermatozoa
Prinsip :
Identifikasi bentuk/morfologi spermatozoa
pd sediaan kering yg diwarnai dari cairan
semen dan di amati bagian ekor, tengah, dan
kepala per lapangan pandang.
ALAT
1. Wadah/pot cairan semen
2. Kertas Label
3. Pipet tetes
4. Kaca Objek
5. Alat penghitung
6. Sampel semen
7. Cat Giemsa
Semen diteteskan pada kaca objek dan dibuat
apusan semen dan biarkan kering di udara
Fiksasi apusan dengan metanol selama 5
menit
Warnai apusan dengan pewarna giemsa
selama 20 menit
Amati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100x dalam 100 spermatozoa
Nilai Normal Spermatozoa :
a. Normal
1. Kepala : >60%
2. Ekor : >60%
a. Abnormal
1. Kepala : <40%
2. Ekor : <40%
Prinsip :
menghitung jumlah sel spermatozoa dalam
kamar hitung dari cairan semen dengan
catatan waktu pemeriksaan secara tepat dari
waktu pengambilan semen.
ALAT
1. Wadah/pot cairan semen
2. Timer
3. Pipet tetes
4. Kaca Objek
5. Alat penghitung
6. Sampel semen
7. Kaca penutup
Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet
leukosit dengan air mani yang sudah mencair dengan aquadest
sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis
bertanda 11