Anda di halaman 1dari 22

Meet The Expert

RUPTUR UTERI

OLEH:
PRESEPTOR:
SUCI ESTETIKA SARI
dr. Syahrial Syukur, Sp.OG
GHINA DAYU SALSABILA
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang

WHO 1990 : 585.000 kasus


Penyebab utama kematian kematian ibu pada tahun 1990
ibu diseluruh dunia, dimana 25%nya
1. perdarahan pasca akibat perdarahan pasca
persalinan persalinan
2. preeklamsi dan eklamsi
WHO 2015 : 830 wanita meninggal
3. infeksi setiap harinya akibat kasus
kehamilan dan persalinan
Latar Belakang
Perdarahan Pasca Persalinan
1. Kehamilan Muda ( <22 minggu )
2. kehamilan lanjut dan persalinan
3. Pasca persalinan --> RUPTUR UTERI
Latar Belakang
Kondisi yang berhubungan dengan kejadian ruptur uteri

1. adanya jaringan parut pada uterus


2. penggunaan obat-obat induksi persalinan
3. kelahiran spontan pasca kelahiran cesar pada
kehamilan sebelumnya--> KASUS PALING SERING
BAB II : Tinjauan Pustaka
ANATOMI UTERUS
RUPTUR UTERI
DEFINISI : robekan pada
rahim akibat dilampauinya
daya regang miometrium
sehingga rongga uterus
dan rongga peritoneum
dapat berhubungan
KLASIFIKASI RUPTUR UTERI
Menurut tingkat robekan
1. Ruptur uteri komplit
2. Ruptur uteri inkomplit
3. Ruptur uteri imminens

Menurut waktu terjadinya


1. Ruptur uteri gravidarum
2. Ruptur uteri durante partum
ETIOLOGI RUPTUR UTERI
1. Ruptur uteri spontan
terjadi pada uterus tanpa parut dan tanpa adanya
manipulasi dari penolong

2. Ruptur uteri traumatika


adanya trauma

3. Ruptur uteri pada parut uterus


sering terjaid pada parut bekas seksio
ETIOLOGI RUPTUR UTERI

Gambar 3 : Ruptur Uteri spontan Gambar 4 : Ruptur uteri pada bekas seksio klasik
FAKTOR RISIKO RUPTUR UTERI
1.persalinan yang mengalami distosia, grande
multipara, penggunaan oksitosin atau prostaglandin
untuk mempercepat persalinan
2.pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya
melalui bedah seksio sesarea atau operasi lain pada
rahimnya
3.pasien yang pernah mengalami histerorafi
4.pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien
bekas seksio sesarea, dan sebagainya.
PATOGENESIS RUPTUR UTERI

inpartu bila ada obstruksi ruptur uteri


- kontraksi korpus uteri yang menghambat spontan pada
- segmen bawah rahim pasif kemajuan persalinan segmen bawah
- serviks menjadi lembek (seperti CPD) rahim
Manifestasi Klinik
Palpasi
• Ibu akan merasa sangat nyeri saat di
• Gejala khas yang menujukkan palpasi. Nyeri yang timbul dapat terjadi
adanya ruptur uteri tidak ada karena rangsangan diafragma akibat
• Gejala yang paling hemoperitoneum
• penurunan dari denyut jantung • bagian terbawah janin mudah teraba di
janin bawah dinding abdomen.
• rasa kontraksi yang menghilang • Kekuatan his menurun seolah his telah
• Perdarahan  ruptur uteri komplit. menghilang.
• Gejala khas pada ruptur
• Tanda-tanda hipovolemi akan tampak, • Pada pemeriksaan dalam teraba
tekanan darah menurun, nadi cepat, bagian terbawah janin berpindah atau
anemis akibat perdarahan yang terjadi. naik kembali keluar pintu atas panggul
dan pemeriksa dapat menemukan
robekan yang berhubungan dengan
Palpasi
• Ibu akan merasa sangat nyeri saat di
palpasi. Nyeri yang timbul dapat terjadi
karena rangsangan diafragma akibat
hemoperitoneum
• bagian terbawah janin mudah teraba di
bawah dinding abdomen.
• Kekuatan his menurun seolah his telah
menghilang.
• Pada pemeriksaan dalam teraba
bagian terbawah janin berpindah atau
naik kembali keluar pintu atas panggul
dan pemeriksa dapat menemukan
robekan yang berhubungan dengan
rongga peritoneum terkadang dapat
meraba usus.
diagnosis
Anamnesis
1. Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa,
menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah,
takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
2. Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-
lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan menyumbat
jalan lahir.
3. Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke dada.
4. Kontraksi uterus biasanya hilang.
Pemeriksaan Fisik
1. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
2. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri dan di rongga perut maka teraba bagian-
bagian janin langsung di bawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-kadang
teraba uterus.
3. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
4. Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga
perut.

5. Tekanan darah ibu menurun, nadi cepat


Pemeriksaan Dalam
Pada ruptur uteri komplit dapat ditemukan:

1. Jari-jari tangan dapat meraba permukaan rahim dan dinding


perut yang licin
2. Dapat teraba bagian pinggir robekan
3. Dapat memegang usus halus atau omentum melalui robekan
Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh jari-jari
tangan dalam
Tatalaksana
• histerektomi
• resusitasi
• pemberian antibiotika
• kompresi aorta dapat membantu mengurangi perdarahan.
• Pemberian oksitosin intravena dapat mencetuskan kontraksi
miometrium, dan vasokonstriksi sehingga mengurangi perdarahan
Komplikasi
• Syok hipovolemik
• sepsis
prognosis
• Angka kematian ibu akibat ruptur uteri menurut CDC mencapai 14%.
• Di negara berkembang seperti India angka kematian ibu mencapai
30%.
• Ruptur uteri juga dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas pada bayi. Angka mortalitas yang ditemukan dalam
berbagai penelitian berkisar dari 50% hingga 75%.
• Tindakan yang cepat dan segera dalam meberikan bantuan akibat
kondisi ruptur uteri akan menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas baik ibu maupun janin.
KESIMPULAN
• Ruptur uteri merupakan keadaan dimana terjadi robekan pada uterus sehingga terjadi
hubungan langsung antara kavum uteri dengan kavum peritoneum
• Klasifikasi ruptur uteri dibedakan berdasarkan tingkat robekan, etiologi, waktu dan lokasi
terjadinya ruptur.
• Ruptur uteri disebabkan oleh jaringan parut uterus, persalinan yang terhambat akibat
disproporsi cephalopelvik, stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi
persalinan, dan lain-lain
• Tatalaksana ruptur uteri yang paling tepat adalah histerektomi, mengatasi keadaan syok,
dan pemberian antibiotika.
• Tindakan yang cepat dan segera dalam meberikan bantuan akibat kondisi ruptur uteri
akan menurunkan angka morbiditas dan mortaliats baik ibu maupun janin

Anda mungkin juga menyukai