Rahmawati K1a115145
Rahmawati K1a115145
Oleh:
Rahmawati (K1A1 15 145)
Pembimbing:
dr. Indria Hafizah, M. Biomed
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
Latar Belakang
Kedokteran okupasi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pengaruh
pekerjaan terhadap kesehatan pekerja dan pengaruhnya terhadap pekerjaan
2. Telingabagian tengah
Trauma akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang merusak sebagian
atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh
pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan
intensitas yang sangat tinggi
Hasil Kegiatan dan Pengumpulan data
Tabel 1. Data Jumlah Pekerja
Distribusi Usia Pekerja (dalam tahun)
No Masa Kerja 26- 31- 36- 41- Total
20-25 46- 50 >50
30 35 40 45
1 <5 tahun 19 2 3 2 0 0 0 26
2 6-10 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0
3 11- 15 tahun 0 0 2 6 4 0 0 12
4 16- 20 tahun 0 0 0 1 7 2 0 10
5 21- 25 tahun 0 0 0 0 24 84 5 113
6 26- 30 tahun 0 0 0 0 0 3 5 8
7 >30 tahun 0 0 0 0 0 1 6 7
Total 19 2 5 9 15 90 16 176
Gambar 2. Tujuh langkah diagnosis PAK (Keputusan menteri tenaga kerja RI no. KEP-51/MEN/1999).
Masalah Kesehatan
Tabel 3. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Gangguan Pendengaran oleh Pajanan Bising Pada Pekerja Industri
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB
Input Man 1. Kurangnya pengetahuan pekerja industri mengenai upaya pencegahan gangguan
pendengaran oleh pajanan bising
2. Kurangnya kesadaran dan kemauan pekerja industri dalam menerapkan upaya
pencegahan gangguan pendengaran oleh pajanan bising
Money Kurangnya dana yang dianggarkan untuk penyediaan dan perbaikan sarana prasarana
untuk mendukung upaya pencegahan gangguan pendengaran oleh pajanan bising pada
pekerja industri
Material 1. Kurang tersedianya media informasi mengenai bahaya bising dan upaya pencegahan
gangguan pendengaran oleh pajanan bising terhadap pekerja dalam bentuk pamflet, flip
chart dan leaflet.
2. Kurang tersedianya sarana prasarana penunjang upaya pencegahan gangguan
pendengaran berupa APD
Metode Kurangnya sistem manajemen upaya pencegahan PAK khususnya gangguan pendengaran
oleh pajanan bising
Marketing Kurangnya ketersediaan media promosi dan informasi yang menarik pada pekerja.
A B C D E F G H Total
A B A D E F G H 1
B B B E F B H 3
C C E F C H 2
D E F D H 1
E F E E 2
F F F 2
G H 0
H 0
Total Vertikal 0 1 0 1 4 5 1 5
Total Horizontal 1 3 2 1 2 2 0 0
Total 1 4 2 2 6 7 1 5 28
Mewajibkan seluruh Melaksanakan Seluruh pekerja di PT. Pemeriksa Staff dan Pemeriksaan
pekerja pemeriksaan kesehatan PT. Krakatau Steel Krakatau an tenaga kesehatan
melaksanakan sebelum kerja, Banten, Steel kesehatan kesehatan pekerja:
upaya pencegahan pemeriksaan secara khususnya Banten sebelum pengelola Pemeriksaan
dan deteksi dini berkala dan pemeriksaan pekerja yang bekerja: program kesehatan
gangguan kesehatan kesehatan khusus pada rentan terkena Setiap Keselamatan sebelum kerja
melalui pekerja pajanan bising awal dan : Rp.
pemeriksaan penerimaa Kesehatan 10.000.000
kesehatan guna n dan Kerja (K3) di Pemeriksaan
membentuk pola penempat PT. Krakatau kesehatan
pikir pekerja yang an pekerja Steel Banten berkala : Rp.
mengutamakan Pemeriksa 45.000/
upaya preventif. an pekerja x 176
kesehatan pekerja x 2 kali
berkala: 2 pemeriksaan
kali dalam per tahun =
1 tahun Rp. 15.840.000
Pemeriksa Pemeriksaan
an kesehatan
kesehatan khusus: Rp.
khusus: 1 10.000.000
kali dalam Total : Rp.
1 tahun 35.840.000
Plan of Actions
Perbaikan sistem Pertemuan antar Pimpinan dan PT. Krakatau Pimpinan, Transportasi
pengelolaan pemegang kebijakan staff pengelola Steel Banten staff, dan 25 orang x
keuangan dan secara berkala guna kebijakan yang tenaga 10.000=
pemberlakuan evaluasi dan terkait kesehatan 250.000
peraturan khusus perbaikan kebijakan pengelola
yang mengatur mengenai peraturan program
jumlah dana pengelolaan dana Keselamata
yang dianggarkan kesehatan pekerja n dan
untuk Kesehatan
menyediakan Kerja (K3)
dan di PT.
memperbaiki Krakatau
sarana prasarana Steel
dalam Banten
mendukung
upaya
pencegahan
pekerja industri
Daftar Pustaka
Agus, R., Seaton. 2005. Practical Occupational Medicine. Arnold Publishers. United Kingdom.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Penyakit Akibat Kerja. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 1999. Kepmenaker No Kep. 51/MEN/1999. Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Jakarta.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI. Jakarta.
Jatiningrum, T, Astuti. 2010. Penilaian Risiko Kebisingan Berdasarkan Analisa Noise Mapping dan Noise Dose di Unit
Produksi Hot Strip Mill P.T. Krakatau Steel Cilegon-Banten. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Nasri, S. M. 1997. Tehnik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Nandi, S. S., Dhatrak, S. V. 2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in India. India Journal of Occupational and
Environment Medicine 12 (2): 53-56.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Presiden RI.
Salawati, L. 2013. Noise Induced Hearing Loss. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 13 (1): 45-49.
Segal, L. 1999. Issues in the Economic Evaluation of Health Promotion in the Workplace. Center of Health Program
Evaluation and Health Economic Unit. Monash University.
Sugeng, A.M., Jusuf, R. M. S, Pusparini, J. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Suma’mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto. Jakarta.
Tarwaka. 2012. Dasar- Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta.