Anda di halaman 1dari 17

KELAINAN DAN PENYAKIT

PADA MASA NIFAS


Masa Nifas (Puerperium) adalah masa
sesudah persalinan yang dimulai
setelah placenta lahir dan berakhir
ketita alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu.
Kelainan dan penyakit pada masa nifas
1. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ
genital pada saat persalinan dan masa nifas.

Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ


kandungan terbagi menjadi:
1). Ektogen (kuman datang dari luar)
2). Autogen (kuman dari tempat lain)
3). Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1). Streptococcus Haemolyticus Aerobic
2). Staphylococcus Aerus
3). Escheria Coli
4). Clostridium Welchii

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya


kuman adalah di daerah bekas insersio (pelekatan)
plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter 4 cm, permukaan tidak rata,
berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui
servik, vulva, vagina, dan perineum.
Cara Terjadinya Infeksi

Infeksi Nifas dapat terjadi karena:


• Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam
berulang-ulang.
• Alat-alat tidak steril
• Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
• Infeksi nosokomial rumah sakit.
• Infeksi intrapartum.
• Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah
dini.
Klasifikasi Infeksi Nifas

Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 3 golongan yaitu:

•Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina,


serviks dan endometrium.
•Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena
(pembuluh darah).
•Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
2. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih adalah merupakan infeksi
traktus urinarius yang disebabkan karena adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius
dengan atau disertai tanda dan gejala, infeksi ini sering
mengenai kandung kemih, prostate, uretra, dan ginjal.

Tanda-tanda dapat dikelompokkan berdasarkan bagian


saluran kencing yang terinfeksi.
◦ ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan
nyeri atau rasa panas saat kencing, kencing sedikit-sedikit
dan sering, rasa tidak nyaman di atas tulang kemaluan
(suprapubik).
◦ ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa
tidak nyaman di pinggang, mual, muntah, lemah, demam,
menggigil, sakit kepala.
Faktor predisposisi infeksi saluran kemih
postpartum yaitu:
 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
 Anemia, higiene, kelelahan
 Proses persalinan bermasalah : Partus lama/macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi,
manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.
Terdapat 2 hal utama mengapa ISK dapat terjadi

• Rute infeksi
Terdapat 2 rute invasi bakteri ke dalam saluran kemih, antara lain:
a. Ascending route. Bakteri periurethral melalui uretra bermigrasi
ke atas menuju vesika urinaria yang jika terus berlanjut dapat
mencapai ureter hingga ginjal.
b. Hematogenik. Sering kali disebabkan oleh Staphylococcus
aureus; Sering ditemukan pada pasien immunocompromised
Lymphogenic. Rute infeksi ini masih memiliki bukti scientific yang
minimal

• Host-defence
Di dalam urin juga terdapat pH, osmolalitas, dan kadar urea yang
dapat menghambat perkembangan bakteri.Jika mekanisme pertahanan
host tersebut terganggu, misalkan akibat retensi urin, statis atau refluks
urin, bakteri-bakteri tersebut dapat berkembang biak dan berkolonisasi
sehingga bisa menimbulkan infeksi.
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih saat Nifas

• Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,


begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kandungan harus steril.
• Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
• Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari
pertama dibatasi sedapat mungkin.
3. Metritis
Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah
infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis,
sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara


lain adalah.
• Streptococcus haemoliticus aerobic
• Staphylococcus aureus
• Escherichia coli
• Clostridium welchii
Metritis digolongkan menjadi dua yaitu.
• Metritis Akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septik atau
infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi
merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada
wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat
menimbulkan metritis akut
• Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat
atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa,
sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada
seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan
jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik,
dispareunia, trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi
pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
Cara terjadinya infeksi metritis yaitu.
 Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam
yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam
rongga rahim.
 Alat-alat yang tidak suci hama.
 Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi
yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya
atau orang lain

Penanganan yang dapat dilakukan yaitu.


 Berikan transfusi darah jika dibutuhkan (packet red cell)
 Berikan antibiotik spektrum luas dalam dosis yang tinggi
 Pertimbangakan pemberian anti tetanus profilaksis
 Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar)
 Bila ada pus, lakukan drainase (kalau perlu kalpotomi), ibu dalam
posisi flower
 Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata, lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila
4. Sumbatan Payudara
 Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara
oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.

Diagnosis
 Payudara bengkak dan keras
 Nyeri pada payudara
 Terjadi 3 – 5 hari setelah persalinan
 Kedua payudara terkena

Faktor Predisposisi
 Posisi menyusui yang tidak baik
 Membatasi menyusui
 Membatasi waktu bayi dengan payudara
 Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
 Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai
berlebih
 Implan payudara
Tatalaksana
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit.
• Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
• Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi
lunak.
• Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding)
dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
• Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran
ASI secara manual dari payudara.
• Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
• Bila perlu, berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi
nyeri.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
• Infeksi Payudara
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada
jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah
di dalam payudara).

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang


banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus
aureus). Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan
masuk kedalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan dikulit biasanya pada putting susu.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan
beberapa tindakan berikut:
a.Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
b.Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan
saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
c.Gunakan tehnik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan atau luka pada putting susu
d.Minum banyak cairan
e.Menjaga kebersihan putting susu
f.Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Anda mungkin juga menyukai