Anda di halaman 1dari 38

LUKA BAKAR

LABIOGNATOPALATOSCHISIS
Lika Putri Handini
Anindita Muslimah
Nurul Vista Hidayati
LUKA BAKAR
DEFINISI
 Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
ETIOLOGI
 Paparan api
 Flame
 Benda panas (kontak)
 Scalds (air panas)
 Uap panas
 Gas panas
 Aliran listrik
 Zat kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
 Radiasi
 Sunburn/Luka bakar
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan
menjadi beberapa jenis, antara lain:
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa
kuat)
 Luka bakar karena listrik dan petir
 Luka bakar karena radiasi
 Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka, dibagi menjadi:
 Derajat I
 Derajat II
 Derajat III
Luka bakar derajat I
 Superfisial, kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
 Tampak eritema, kulit kering
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Tidak ada bula
 Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari
 Pada proses penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan
terkelupas dan terjadi regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari
epidermis yang utuh dibawahnya
 Dapat sembuh spontan selama 5-10 hari.
Luka bakar derajat II
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis
dibawahnya (partial thickness burn)
 Nyeri
 Ada bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta
pembentukan blister atau lepuh
 Biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas
 Dibedakan menjadi 2 (dua):
 Derajat II dangkal (superfisial): kerusakan mengenai sebagian superfisial dari
dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer
sebasea masih utuh. Penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari
 Derajat II dalam (deep): kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis,
apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises
kulit yang tersisa. Biasanya terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan
Luka bakar derajat III
 Kerusakan pada seluruh ketebalan kulit
 Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat
kimia
 Mungkin akan tampak berwarna putih
seperti mutiara
 Biasanya tidak melepuh
 Tampak kering
 Relatif anestetik
 Dalam beberapa hari, luka bakar
semacam itu akan membentuk eschar
berwarna hitam, keras, tegang dan tebal
 Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (american burn association):
 Luka bakar berat ( major burn injury )
 Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
 Derajat III, terbakar >10% area permukaan
 Luka Bakar Sedang
 Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak
 Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh
 Luka Bakar Ringan
 Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anaK
 Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.
LUAS LUKA BAKAR
Beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar:
 Estimasi menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh
 Rule of nine untuk orang dewasa
 Rumus Lund and Browder untuk anak-anak
 Rumus 10 untuk bayi
 Rumus 10-15-20 untuk bayi
Indikasi rawat inap :
 Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada
anak
 Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
 Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada
anak
 Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas
Patofisiologi
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel
darah yang di dalamnya ikut rusak  Meningkatnya
permeabilitas  terjadi udem dan menimbulkan bula
dengan membawa serta elektrolit  berkurangnya
volume cairan intravaskuler  bisa terjadi syok
TATALAKSANA
 Clothing: Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar
 Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air dingin yang mengalir selama 20 menit, hindari
hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak
dan orang tua)
 Cleaning : Pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka
bakar. Buang jaringan yang sudah mati untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi risiko infeksi
 Pemberian anti tetanus
 Covering : Penutupan luka bakar dengan kassa sesuai dengan derajat
luka bakar. Bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang
terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar
 Comforting : Pemberian pengurang rasa nyeri berupa Paracetamol
dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg, Morphine (IV-intra vena)
0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus atau Morphine
(I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
TATALAKSANA RESUSITASI CAIRAN
 Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.
 Cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Cara Evans
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.


Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.


Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2
hari pada 10 hari selanjutnya
 Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
 Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama
 Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit
 Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.
 Radiologi – jika ada indikasi ARDS
KOMPLIKASI
 Syok hipovolemik
 Udem laring bila ada kerusakan mukosa jalan napas
karena gas , asap, uap panas yang terhisap
 Keracunan gas CO
 SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
 MOF (Multi Organ Failure)
 Kontraktur dari hasil penyembuhan tidak sempurna
PROGNOSIS
 Prognosis dan penanganan luka bakar tergantung:
 Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
 Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
 Letak daerah yang terbakar
 Usia dan keadaan kesehatan penderita
 Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang
timbul pada luka bakar: gagal ginjal akut, edema paru, SIRS,
infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.
LABIOGNATOPALATOSCHISIS
Definisi
 Labiopalatoschisis merupakan deformitas daerah mulut
berupa celah atau dumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa perkembangan embrional dimana bibir atas
bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu
 Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu
kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara
mulut dan hidung.
Insidensi
 Insiden dari celah pada bibir (sumbing) atau langit-langit
berkisar dari 1:600 – 1:1250 kelahiran
 Insiden labioskisis sebanyak 2,1 dalam 1000 kelahiran pada
etnis Asia, 1:100 pada etnis Kaukasia, dan 0,41 : 1000 pada
etnis Afrika-Amerika
 Insidens palatoskisis adalah 1:2000. Hampir 50% kasus ini
disertai dg sindrom kelainan bawaan lain.
Presentase Bibir Sumbing
Presentase insisden Bibir sumbing

21%

46%
Labioskisis
33 % Palatoskisis
Labiopaltoskisis
Rasio Jumlah Laki-laki dan Perempuan
 Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit-langit
lebih sering dijumpai pada laki-laki, sementara celah pada
langit-langit yang terisolasi lebih sering ditemukan pada
perempuan.
Klasifikasi
 Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena
menjadi beberapa bagian tersebut:
 Palatum primer
 Meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan
voramen insisivum.
 Palatum sekunder
 Meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
 Suatu belahan dapat mengenai satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan bisa berupa unilateral atau
bilateral.
 Terkadang terlihat suatu pembelahan submukosa. Dalam kasus
ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan
jaringan otot palatum.
Tanda dan Gejala
 Beberapa bayi dengan bibir sumbing atau celah pada langit-
langit mengalami masalah pada saat makan.
 Masalah bicara
 Gigi, termasuk gigi yang hilang, terutama ketika bibir
sumbing meluas ke daerah gusi bagian atas
 Infeksi berulang telinga tengah
 Masalah pendengaran
 Gassiness dan regurgitasi yang berlebihan dari hidung.
Patofisiologi
 Penyebab utama bibir sumbing karena:
 Kekurangan seng.
 Menikah/kawin dengan saudara/kerabat.
 Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B
complek.
 Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda,
 Salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir
sumbing.
 Proses terjadinya labio palatoshcizis
 Ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh
karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi
proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan
pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau
pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.
 Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses
nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami
labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan
tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu.
Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada
susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu,
maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato
(palato shcizis).
Faktor Resiko
 Untuk bayi:  Untuk ibu selama kehamilan
 Memiliki cacat lahir lahinnya  Memakai obat-obatan tertentu,
 Jenis kelamin laki-laki seperti obat Antiseizure
(terutama fenitoin) atau retinoic
 Memiliki saudara kandung,
acid (digunakan untuk kondisi
orang tua, atau kerabat dekat
Dermatologic, seperti jerawat)
lainnya lahir dengan sumbing
oral-wajah  Mengkonsumsi alkohol
(khususnya dalam
pengembangan bibir sumbing)
 Memiliki penyakit atau infeksi
 Memiliki kekurangan asam folat
pada konsepsi atau selama awal
kehamilan.
Komplikasi
 Gangguan bicara dan pendengaran.
 Terjadinya otitis media berulang,
 Infeksi telinga
 Gangguan pendengaran
 Aspirasi
 Distress pernafasan
 Risisko infeksi saluran nafas
 Pertumbuhan dan perkembangan terhambat serta kekurangan
gizi.
Penatalaksanaan
 Penatalaksaan tergantung pada beratnya
kecacatan. Penatalaksanaannya adalah :
 Tehnik pemberian nutrisi yang adekuat.
 Mencegah komplikasi.
 Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
 Pembedahan
 Pada bayi yang langit-langitnya sumbing, kemampuan
menghisap bayi lemah, sehingga bayi mudah capek pada
saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake
minum/makanan yang masuk menjadi kurang. Untuk
membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir
dilakukan pemasangan:
 Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang
dimasukkan melalui hidung. Berfungsi untuk memasukkan susu
langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.
 Pemasangan Obturator/ “feeding plate” yang terbuat dr bahan
akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jadi
pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut
bayi.
 Pemberian dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik-apotik besar.
Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar
daripada dot biasa.
 Perawatan preoperative:
 Menyediakan dukungan psikologis bagi keluarga
 Modifikasi teknik menyusui
 Tahan anak dalam posisi tegak
 Gunakan peralatan makan khusus (besar, puting susu lembut
dengan lubang besar)
 Jelaskan masalah jangka sekarang dan jangka panjangnya

Anda mungkin juga menyukai