Anda di halaman 1dari 20

NOVA FAISAL WABER - 2131210025

FADHILA TRY UTAMI - 2131210028

Dosen pembimbing : drg. Metania Susan H., Sp.Perio


 Seorang laki-laki 33 tahun, mempunyai riwayat Diabetes Type 1 dan pencabutan gigi molar kiri bawah.

 Dua hari yang lalu, pasien mengalami pembengkakan pada submandibular kiri dan diberi meperidine,
codeine, and penicillin G.

 Dua hari kemudian, setelah tidak ada perubahan, pasien justru mengalami pembengkakan secara bilateral
pada submandibular dan kesulitan dalam menelan dan bernafas.

 Vital sign : Tekanan darah (220/120 mmHg), Nadi (140x/menit), RR (28x/menit), dan suhu 39°C.

 Pasien dilakukan tracheostomy dan drainage.

 Terapi antibiotik seperti penicillin G and clindamycin tetap dilanjutkan.


 Ludwig’s angina berpotensi fatal dan perlu penanganan segera.

 Memiliki progresifitas untuk menjadi selulitis bilateral dari submandibular space


dan akan menyebabkan ‘displacement’ pada posterior lidah, biasanya dikarenakan
infeksi gigi.

 Ludwig’s angina memiliki manifestasi seperti perasaan tersedak dan tercekik


karena obstruksi lingual yang akan memberikan komplikasi yang serius.

 Biasanya terjadi dominan laki-laki berumur 20-60 tahun.

 Jarang pada anak-anak.

 Saat belum ditemukan terapi penisilin, angka kematian sebesar 80%. Setelah
ditemuka terapi antibiotik dan pembedahan angka kematian menjadi 8%.
 Infeksi ontogonik paling sering terjadi sekitar 70% kasus. Penyebab tersering

ludwig’s angina berpusat pada molar 2 dan 3 mandibular.

 Submandibular space terdapat otot mylohyoid sampai ke sublingual space

bagian superior dan submaxillary space bagian inferior. Sehingga ketika ada
infeksi maka akan cepat menyebar.

 Penyebaran infeksi pada ludwig’s angina bersifat bilateral.

 Infeksi dapat menyebar sampai pharyngomaxillary and retropharyngeal space.


 Penyebab yang lain bisa karena seperti fraktur mandibula, tindikan pada lidah, injeksi pada vena

jugularis. Neoplasma dan calculi kelenjar saliva dapat merubah anatomi dan memperparah infeksi
pada ludwig’s angina.

 Penyebab paling sering infeksi bakteri adalah group A Streptococcus species. Bakteri penyebab

tersering lainnya : Staphylococcus, Fusobacterium, and Bacteroides species.

 Pasien dengan immunocompromised biasa terinfeksi karena atypical organism, seperti


Pseudomonas, Escherichia coli, Candida, atau Clostridium.
 Pasien Ludwig’s angina dalam keadaan seperti diabetes mellitus, human

immunodeficiency virus, malnutrition, and alcoholism akan meningkatkan


perkembangan resiko.

 Adanya hubungan antara merokok dan oral hygiene yang kurang dengan

ludwig’s angina.
 Pyrexia, weakness, and fatigue.

 Edema leher dan jaringan pada submandibular, submaxillary, and sublingual


spaces.

 Edema menyebabkan trismus dan tidak bisa menelan.

 Nyeri saat lidah digerakkan.

 Obstruksi jalan nafas menyebabkan respiratory distress dengan dyspnea,


tachypnea, atau stridor.

 Kebingunan dan perubahan mental karena sesak.

 Otalgia, dysphagia, dysphonia, dan dysarthria.


 Sepsis karena infeksi.

 Penyebaran infeksi ke mediastinal atau pharyngomaxillary spaces atau ke tulang

yang akan menyebabkan osteomyelitis.

 Leher dan dasar mulut terlihat edema dan erythematous.

 Lidah membesar karena pembengkaan pada jaringan dibawahnya.

 Perbesaran kelenjar getah bening karena infeksi.


 Diagnosis Ludwig’s angina dilihat dari presentasi klinisnya.

 CT scan atau MRI membantu dalam melihat lokasi infeksi.

 Grodinsky kriteria untuk diagnosis Ludwig’s angina :

- Cellulitis

- Tidak ada abses

- Pembengkakan bilateral submandibular space

- Produksi gangrene dengan serosanguineous

- Putrid infiltration

- Jaringan yang terkena seperti jaringan lunak dan otot


 Proteksi dan monitoring jalan nafas  intubasi atau tracheostomy.

 Pada keadaan urgent yang sudah mengenai maxillofacial atau otolaryngology

membutuhkan tindakan operasi drainage.

 Pemakaian broad spectrum untuk bakteri gram negatif, bakteri gram positif,

dan bakteri anaerob.

 Pemakaian kortikosteroid masih menjadi kontroversi pengobatan edema.


 Klinis Ludwig’s angina harus segera disadari untuk penegakan diagnosa yang

cepat.

 Intubasi, pembedahan, dan terapi antibiotik dapat mencegah morbiditas yang

berat.
 Adalah nyeri pada bagian mulut dan daerah maxillofacial
yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang.
 Nyeri dapat dirasakan hingga daerah telinga, otot daerah
occipital, otot pengunyahan dan gigi lainnya.
 Seseorang dengan nyeri mendadak (akut) yang berasal dari
gigi dan nyeri berat merupakan gejala awal terbentuknya
referred pain.
 Tujuan dari jurnal ini adalah untuk membedakan referred
pain berdasarkan jenis kelamin, umur, dan munculnya lesi
periodontal dan periapical.
 Pasien  98 pasien, dengan umur 14-64 tahun,
dengan 59 orang wanita
 Referred dental pain  suatu kondisi nyeri
menjalar yang disebabkan oleh penyakit gigi
 Evaluasi  evaluasi referred pain yang
disebabkan oleh gigi berdasarkan manifestasi
klinis
 Analysis  SPSS 15.0
 Referred pain dental and sex  Perhitungan
untuk sampel ini dengan rujukan sakit gigi
tertinggi adalah wanita (67,74%).
 Referred dental pain and periapical lesion 
tidak ditemukan adanya hubungan antara referred
pain dengan lesi periapical (hasil tidak signifikan).
 Referred Dental Pain and Periodontal lesions 
terdapat kemungkinan korelas antara referred pain
dengan lesi periodontal (25.8%).
 Referred dental pain and age  hasil tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan.
 Referred pain berhubungan dengan penyakit odontogenic.
 Pertama  penjalaran referred pain berasal dari nervus
trigeminal pada daerah yang terkena, lalu diteruskan ke
neuron nukleus trigeminal pada tulang belakang.
 Kedua  saraf lain seperti saraf glosopharingeal, vagus, dan
saraf cervical bagian pertama juga berperan meneruskan ke
neuron trigeminal pada tulang belakang.
 Ketiga  keterlibatan berbagai saraf yang meneruskan
hingga ke tulang belakang akan memperluas daerah lokasi
nyeri.
 Keempat  karena rendahnya somatotrophin pada struktur
sistem yang menginervasi nervus trigeminal menyebabkan
nyeri sulit untuk diidentifikasi
 Faktor diatas merupakan tahap timbulnya nyeri pada referred
pain
 Prevalensi referred pain yang disebabkan oleh gigi adalah
1:3 (31,6%).
 Tidak ada gold strandart evaluasi referred pain secara klinis
karena perbedaan variasi nyeri pada setiap individu.
 Prevalensi referred pain tertinggi terjadi pada wanita
 Tidak ada hubungan antara siklus menstruasi dan
penggunaan kontrasepsi terhadap referred dental pain.
 Referred dental pain yang disebabkan oleh pulpa dan lesi
periapical lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan
lesi periodontal.

Anda mungkin juga menyukai