Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis (RA) tidak
diketahui, diperkirakan disebabkan kombinasi dari
faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor
system reproduksi.
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan tingkat kerusakan pada sendi
(Steinbroker) yaitu :
Stadium I : hasil radiografi menunjukkan tidak
adanya kerusakan pada sendi.
Stadium II : terjadi osteoporosis dengan atau tanpa
kerusakan tulang yang ringan disertai penyempitan
pada ruang sendi.
Stadium III: terjadi kerusakan pada kartilago dan
tulang tertentu dengan penyempitan ruang sendi;
sehingga terjadi perubahan bentuk sendi.
Stadium IV: imobilisasi menyeluruh pada sendi karena
menyatunya tulang-tulang
PATOGENESIS
KETERANGAN:
Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak mampu lagi membedakan
komponen self dan non-self sehingga kemudian menyerang jaringan sinovial
serta jaringan penyokong lain sehingga terjadi inflamasi berlebihan
Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen yang akan memicu
pembentukan antibodi oleh sel B.
Densitome
DIAGNOSA
tri Atau RA Tes antibodi
anti-CCP
Scan
Tulang
X-ray
ATAU Tes hitung
darah
MRI
lengkap
ATAU
USG
Prognosis
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat
membahayakan pasien. Sekitar 40% pasien rheumatoid
arthritis ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan tetapi,
hasilnya sangatlah bervariasi.
Prognosis yang buruk hasil tes yang menunjukkan
adanya cedera tulang pada tes radiologi awal, adanya
anemia persisten yang kronis, dan adanya antibodi anti-
CCP (Temprano, 2011).
Rheumatoid arthritis (RA) yang aktif terus-menerus
selama lebih dari satu tahun deformitas sendi serta
kecacatan.
Morbiditas dan mortalitas karena masalah kardiovaskular
meningkat pada penderita RA.
KOMPLIKASI
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit sistemik, sehingga peradangannya
dapat mempengaruhi organ-organ area tubuh lain
Sindrom Sjogren (Kekeringan kelenjar mata dan mulut).
Pleuritis peradangan (rheumatoid nodules) berkembang dalam paru-paru.
Pericarditis
Berkurangnya jumlah sel-sel darah merah (anemia) dan sel-sel darah putih.
Sel-sel putih yang berkurang pembesaran limpa (sindrom Felty)
meningkatkan risiko infeksi-infeksi.
Benjolan-benjolan keras di bawah kulit (rheumatoid nodules) sekitar siku-
siku dan jari-jari tangan dapat terinfeksi.
Peradangan pembuluh darah (vasculitis) kematian jaringan (Serius & jarang)
Gastritis dan ulkus peptik efek samping utama obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirhematoid drugs, DMARD )
Komplikasi saraf ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
Rheumatoid Arthritis
Tujuan terapi
Inflamasi aktif (lokal/sistemik)
hilangkan
Sendi
• Kurangi
inflamasi
Gejala
• Cegah rusak &
cacat • Hilangkan nyeri
Terapi non-farmakologi
Mengurangi
Olahraga
sakit dan lelah
a. Latihan rentang
gerak
b. Latihan penguatan Tingkatkan
c. Latihan daya tahan fleksibilitas &
kekuatan gerak
1. Jangkauan gerak naik
AEROBIK 2. Daya tahan meningkat
AIR 3. Jaga BB dari sendi
tubuh bawah
Terapi non-farmakologi
Istirahat
Perbaikan tendon
Plan
Mengatasi gejala penyakit.
Mengurangi progresivitas penyakit.
Meningkatkan keadaan fisik dan
psikis pasien.
Mengurangi resiko morbiditas dan
mortalitas
Rheumatoid Arthritis
Terapi Nonfarmakologis
Istirahat cukup
Terapi Nonfarmakologis
Mekanisme aksi :
Kalsium digunakan untuk mengatasi defisiensi kalsium tulang
dengan mengganti kalsium tulang yang hilang. Vitamin D
merupakan vitamin yang larut lemak yang diperoleh dari sumber
alami (minyak hati ikan) atau dari konversi provitamin (7-
dehidrokolesterol dan ergosterol). Kalsitriol dipercaya merupakan
bentuk vitamin D3 yang paling aktif dalam menstimulasi transport
kalsium usus dan fosfat.
Terapi Farmakologis
Pada kasus ini terapi farmakologis untuk PUD tidak perlu diberikan.
PUD bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu karena bakteri (H.pylori) dan akibat
penggunaan obat NSAID. Dalam kasus ini hasil kultur bakteri menunjukkan
hasil negatif, oleh karena itu PUD yang dialami pasien terjadi akibat pasien
mengkonsumsi Parasetamol dan juga dipacu oleh kebiasaan minum 2 gelas
kopi tiap pagi. Solusi untuk PUD akibat penggunaan NSAID adalah dengan
menghentikan konsumsi NSAID tersebut. Namun apabila penggunaan NSAID
masih diperlukan (dalam kasus ini NSAID masih diperlukan untuk kombinasi
terapi RA) maka dipilihkan NSAID yang sifatnya selektif seperti Celecoxib.
Maka diharapkan dengan penggantian NSAID yang sifatnya selektif serta
dengan mengurangi konsumsi kopi, PUD yang dialami pasien bisa tertangani.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
1. Penggunaan obat :
Sulfasalazine (Sulcolon®) diminum sesudah makan untuk
meminimalkan gejala GI yang mungkin timbul.
Celecoxib (Celebrex®) dapat diminum sebelum atau sesudah
makan.
Ca dan vitamin D (Licokalk Plus®) diminum setelah makan.
Parasetamol dihentikan karena sudah diganti dengan
celecoxib (Celebrex®).
Calsium carbonat chewable dihentikan karena sudah diganti
dengan Licokalk Plus®.
Prednison dihentikan secara perlahan-lahan (tapering
dose).
Obat disimpan pada tempat yang kering, terhindar dari
kontak sinar matahari langsung, dan pada suhu ruangan.
2. Diet :
Menu yang seimbang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang
mencukupi, seperti susu, kedelai, bayam, brokoli, tuna.
Membatasi konsumsi minuman yang dapat menurunkan densitas tulang,
seperti kopi, alkohol, natrium, cola, dan minuman lain yang mengandung
karbonat.
Menghindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan dispepsia
atau yang dapat menyebabkan penyakit tukak (makanan pedas, kafein, dan
alkohol).
Meningkatkan asupan cairan dengan memperbanyak minum air putih.
3. Istirahat yang cukup.
4. Aerobik dan olahraga dapat mencegah hilangnya masa tulang
dan mengurangi jatuh dan fraktur.
5. Mengurangi stress, merokok, dan penggunaan NSAID.
6. Dianjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk selalu
berhati-hati dan jangan sampai terjatuh.
7. Diminta untuk selalu menjaga berat badan.
8. Edukasi pasien tentang penyakit dan pengobatan untuk
meningkatkan compliance pasien.
Kesimpulan