Abstrrk Intubasi cndoaacheal merupakan suatu lindakan mehbebaskan atau mempertahankan jatan napss
yang m€merlukln tcknik yang tepal karena bila ridak dilakukan dengan benff dapar merperburuk kondisi parien
se.ta menimbulkan komplikari dianlaranla i.tubasi oesophaseal, inrubasi cndob.onchial, aspirasi, ukurjr tub.
tidak tep6t dd pcrubahan lctak tub€. Dilakukan pcnelitia. pada 42 pasien cede.a kepata di tjcD RSUD
dr.So€tomo Sumbaya ;arg dilakukan Inluba3i Oral Endorrakhel yarg kemudian di clatuasi hasil pemarangar
tube mclalui foto thoraks. Hasil penelitian menunjukkan sekirar separuh sampel (54,8%) ujung tube tetsl
diposisikaD dengan tepat, sedanske 45,2% Iainnya ujuns tube bemda pada posisi kurang tepal dimana Iatlor
repoli$i lube setelah cvaluasi pemr-sanganherga p<0,05) lebih tepar dibqndinB lanpa ditrkukannya Eposisi.
Raia-mta kedalaman lube yang tepat selelah inrubasi yaitu benda sebelum kadna , djdapaftan pada laki-taki
memerlukan panjang tube 20,411.1 cm lcbih panjang dibandihS perempuan 19,310,8 cm (p 0,0001).Haril ini
menuijukkan perbcdaan dar; berbasai kepustakaan yong menyarakan bahwa tube akan b€ra.la pads posisi r.par
bila dimasuklan 23 cm pada pria dan 2l cm pada wonita yang munskin disebabkad oteh p€rb€d@ linggi
badan rsle{at orang lndoDesia (Asia) dengan orang Eropa-Amerika. Terdapat hubungan ye8 b€r,nakna ant .a
tin$i badan dengan panjangtubcyang tcpat dimasukkan. (IKS 2008;2:87-96)
Kata Kunci r Intubasi. Cedera Kepala" Komplik6i
Abst.act. Endotracheal intubations h an aciion to clear or to maintain the air way thar requires prop.r
techniquc, be.ause if it is nor perfom€d properly it could harm pstient;s condilion ard cause comptic{tions
$rch as esophageal inlubqtions, endobronch;al inlubarion, aspiration, incorrect rubc size, snd tube posirion
change. Study was conducted in 42 palients with head injury in RSUD dr. So€tomo ER, Surabaya who
undeRent o.al endonacncal intubation and then evaluated by chest x-ray. Repo.t shows that approximately
halfofsample (54,8 0,6) end of tubc has b€en placrd codectly, while lhe rcst 422 % end ofrubc is in incan ct
place whcre lube reposition factor after evaluation (p< 0,05) is more conect rhan without reposirion. In averag.,
proper tub€rs depth after intubalion is next above ca na., in m€n il n€eds 20,411,1 cm longer tha womcn
19,310,8 cm (p 0,0001)- This result shows the differctr@s from may references starement that rub€ will bc
plac€d in corect positiotr if ir pul 23 cm in men and 2 | cm in women that might ca!s€/ by avemgc body hcight
di$erenc€ in Indon€sian (Asian) ard Europein Amcican. Ther€ is a significant conelation bclween body
height and proper tubc's l€n9llt. (JKS 2008; 2: 87-96)
87
.\ R.\'|AL KEDOK'I F-MN SYIAH KU4I-A ' olunp \ono, 2 Agrst s )048
telah dilakukan dengan tepat sesuai dengan Penting bagi setiap ahli anestesi untuk waspada
tujuan yang diharapkan dan tidak memperburuk alan baha)a Lomplikasi tersebul dan mempunlai
e-
kondisi klinis pasien. strategi uniuk mencegah dan mengatasinya
lnsiden terjadin)a lomplikasi tergantung oleh
jo'u
Titrjauatr pustaka bebempa faktor yaitu
Penatalaksanaan jalan napas adalah aspek
fundamental Fada pratlek anestesi dan gawat- a. Faktor Pasien
darurat serta critical care. Ifltubasi endotracheal L Komplikasi sering terjadi pada bayi. anak-
I merupakan suatu tindakan yang cepat, simple, anak dan wanita dewasa, karena mereka
aman dan non-bedah yang mendapatkan semua mempunyai laryng dan trachea yang relatif
tujuan dalam penatalaksaflaan jalan napas, antara lebih kecil dan kecenderungan untuk
lain mempertahankal jalan napas tetap bebas, timbulnya edema jalan napas.
mencegah bahaya aspirasi terhadap paru, dan 2. Pasien yang memilikijalan napas yang sulit
membantu tindakan ventilasi mekanik sehingga cenderung untuk timbul trauma atau koadisi
intubasi merupakan "gold slandard" untuk hipoksia
I
penatalaksanaan jalan napas. Namun terdapat 3. Pasien dengan berbagai kelainan kongenital
I
juga beberapa altematif pena ganan jalan napas dan penyakh kronis dapat menyebabkan
I
bila intubasi gagal atau sulit dilakukan seperti kesulitan intubasi atau mudah terjadi trauma
laryngeal nask atau cofibittbe
i'4. fisik dan fisiologis akibat intubasi.
I
Intubasi merupakan suatu proses memasukkan 4. Komplikasi lebih seiing timbul pada situasi
suatu tube yang disebut endotrcheal tuhe emerSency
kedalam jala[ napas melalni mlulnt {orotracheal
fiirel atau hidung (nasotacheal tubel menuju b. Faktor yang berkaitan dengan anestesi
kedalarn trdchea Anestesiologist
lndikasi
4,5,6,7,3.
i
ubasi endotrakheal antara lain yaitu l. Pengetahuan, J&? teknik dan kcmampuan
mengatasi situasi kritis sangat berperan
a. Cagal iapas qtypoxettic atau hyryrcapnic) penting terhadap out corne bil6 tirnbul
b. Gagal napas menganoam komplikasi pada penanganan jalan napas
c. Gagaljantung atau koma 2. Intubasi cepat tanpa evaluasi airway atau
d. Mempertahankan jalan napas tetap bebas persiapan pasien dan alat-alat yang adekuat
Mencegah pasien dengan resiko aspirasi sering menyebabkan kekeliruan,
f. Menunjang prosedur pembedahan atau
diagnostik c. Faktor alal
g. Untuk prolonged veitilabry suppott l.'Ukuran tube yang digunakan datl tekanan
h. Penatalaksanaan higi€ne sistem respimsi yang diberikan pada cltf tetl\sdap posterior
Karena intubasi endotrucheal merupakan suatu lruchea. Detujal kemsakan tergantung
tindikan yang penting untuk membebaskan dan ukuran lar6e dan lamanya intubasi.
mempenahankan jalan napas dan sangat sering 2, Penggunaan stylet it^! boggie bisa
dilakukan dalam praktek klinik sehari-hari, maka menimbulkan trauma
perlu diketahui apakah tindakan intubasi tersebut 3. Pemberian plaster . atau pcrekat plastik
telah dilakukan dengan tepat sesuai dengan lainnya dapat menyebabkan iritasi kulit.
tujuan yang diharapkan datr tidak memperburuk 4. l-efipu laryrrgoscope yaog kurang terang
kondisi klinis pasien- dapat monyebabkan kesulitan intubasi.
5. Sterilisasi l!6e dengan ethylene oxida yutg
Komplikasi tutubasi: tidak kering dapal menyebabkatr tokisitas.
Baik intubasi maupun oam pembebasan jalan
napas lainnya meskipun bersifat life threatening Berbasai komDlikasi inbbasi endotracheal
tetapi dapat menimbulkan berbagai komplikasi. dapatiilihat pala ubel b€rikut 35? r0 rr
-tdtultah Khary. Ketepotan
in ubasi
- -[momaNai
l, retbpharyn1eal, pharyhgeal, tachedt,
oesophage al and brcnchial
- Intubasi Oesophaseol
89
JUR!\ttL KEDOKTEMN S|AH KU,tLA t/olune Nonar 2l8t.lt,s 2008
Fibreoptic brokchoscory melalui tube dapat Beberapa sebab tube \ans terlepas alau bergeser
' "
melihat langsung l/aclea ata]u carina, tetapi alal adahh!l] 14
'._
ini tidak selalu tersedia- Bila terjadi kesulitan - ektensi leher menyebabkan trlre bergeser ke
menentukan apakah lube bemda dalam trachea c?pralad setiap ekstensi leher
atau keraguan akan posisi , re, maka tube harus dapat menyebabkan pergesemn ,rre kim-kim
r2'la.
sogera dilepaskan dan dilakukan reintubasi 2 cm.
- fiksasi tube yang tidak baik
3.Intubdsi bronchial - pergeraka, berlebihan kepala selama
Hal ini terjadi pada intubasi endotracheal yadg pembedahan
mernasukkan 116? terlalu panjang sehingga kesulitan mengamati ,,lre pada operasi leher
melewati carina dan masuk ke salah satu dan bedah saraf
maihsten brcnchi. Endobrotuhial infibasi - sedasi yang tidak cukup, agilasi atau
sering terjadi karcna kesalahan mengukur atau pengawasan yang kurang pada pasien di ICU
memprediksi antara jarak dari carina kebibiq sering menimbulkan tube ter-ekstubasi.
terulama pada anak-anak dimana jarak dari pica Suatu penelitian rerhadap 246 pasien yang
vocalis dengan aarird adalah pendek ' ''. diintubasi di ICU, radiografi menu{iukkan
Insiden intubasi ke salah satu mainstem bahwa 185 pasien terjadi malposisi da r,rbe.
bronchus kira-kira 7-9% dari selLrruh intubasi, Pada 107 pasien tube berada setinggi atau lebih
Il.
terutama kebagian sebelah kanan. Kira-kira l0% dari clavicula
dari intubasi endotracheal tube awal bemda di
bronchus utama sebelah kanan. Hal ini Metodologi petrelitialr
menyebabkan hiperinflasi pada paru kanan dan Penelitian ini bersifat analisis observasional,
atelektasis pada paru kiri yang dapat untuk menilai ketepatan dalam melakukan
menimbulkan hipoventilasi dan hipoksemia tindakan intubasi oral ewlotracheal pada pasien
B.t6,!7.
di RSUD dr. Soetomo. Populasi penelitian
adalah pasien yang kaiena penyakit atau kondisi
4. Bronkokont iksi Laryngospasm yang dideritanya memerlukan tindakan intubasi
Adanya ETT dalam hachea dapat menimbulkan oral ehdotracheol. Sampel diambil dari penderita
refleks brokokontiksi- Hal ini dapat yang dilakukan tifldakan intubasi .oral
menyebabkan hpove ilosi, ventilasi paru yang endotracheal di IRD RSIJD dr.Soetomo
tidak sempuma dan hipokia. Broochospasm Surabaya setelah mendapat izin kelaikan etik
atau larymgospasm biasanya rerjadi pada pasien dari RSUD dr. Soetomo.
dengan anestesia yaag ringan. Penting untuk Kriteria tnl<ulsi :
memastikan apakah suara vrheezing yurg timbul l. Umur 2l tahun atau lebih
bukan karena obstruki mekadk dari &6" atau 2. Tidak ada kelainan tulang belakang
sebab fainnya seperti pneumolhoraks atau ga$al 3. Intubasi berhasil
jantung 3'3. 4. Dapat dilakukan foto thomk setelah intutasi
Brochospasme dapat diatasi dengan Kriteria Eksklusi :
ahticholinergic, stercids, inholed f-2 agohist, l. Umur dibawah 21 tahun
lignocatue dati. ,@cor*. Setelah intubasi, 2. lbt Hamil, debiVoubecil, nttcopedaru:es,
mendalamkan anestesia dengan agent intmvena mahasiwa kedokteran (kecuali sukarela)
atau inhalasi atau pemb€ti2!n h-agonist intravena 3. Diduga/terdapat kelainan tulang bolakaq
J.
sangat bermanfaat 4. tntubasi gagal
5. Tidak dilakukan foto tloraks setelah intubasi
5. Tube tertepas at u berubah posisi ( misal meninggal. dsb ) ,,
ftDe yang terlepas merupakan komplikasi dari
setelah intubasi endotraoheal kedua yang paling Sampel adalah penderitg yang dilakukan
sering (13%) setelah t€kanan cuff yang tindakan intubasi oral endotracheal di IRD
berlebihaa (19%), Bila ini rerjadi ketika RSUD dr.Soetomo Surabaya yang memenuhi
anestesia dapat be.akibat fatal dan kematian. kiteria inklusi. Sanpel diambil hanya yang
90
ZolL ah Khdhy, Kete4ah hnubasi
lr Gambar I
D
ri
9l
JURNAL KED1KTERAN St'lAH KUAT A tiotune Non,ot 2 Ar$nts 2008
19,45%
92
Tnlr lah Khaty, Ketepdon intubasi
kclamil
Jenis
Lakilaki 17 (56.70/0\ 13 (41,3"/.)
Perempuan 6 (54,50/.) s (45,5%\
Sedasi+muscle relaxan
Ya 1't (54,8o/o') t 4 (4s,2%\
Tidak 6 (60,0%\ 4 (10,0%\
Freku€mi Intubasi
I kali 20 (52.60/0\ 18 47.40/"\
2 kali 3 fl 00.00/0) 0 (0.0%l
Repogisi ,rde
Ya 13 (81-3%) 3 fl8-8%)
Tidak r0 (40,0%0) r5 (60,0%)
Kelaiuatr paru
Ya t7 (56.7%\ l3 A3.30/.\
Tidak 6 (54.57o) 5 (45,50/0\
Ujung ,ure yary kurang ideal pada intut'asi oral menggambarka! hubungan antara tinggi badan,
ehdo,acheal Wlnelitian lcbih banyak terjadi pada panjang ,!re yang dimasukl@r dan proyeksi
yang tidak sampai thoracal 3 dan hanya satu letak /rd? berdasarkan foto thoraks setelah
sampel yang melebihi thorucal 4. Tabel 5 intubasi.
Tabel 6 Eubunq.tr tinssi badan. iarrk tube kedallm trachea dan l€t4k uiutrs tube
Tltrggi Brdro Junrlrh Ratr-rata UjungTube Uj[ng Tubo
(cm) Prsien jarak tube Y.Th3 -V.Th 4 <V.Th3 stru >V.Tb
4
Prta ( a=30)
!50-t54 0
155-r59 I 20,00 l (10070) o (e/o)
160-164 ll 20,36 6 (s4,so/o) s (4s,5%)
165-169 l0 20,50 6 (60,0e/0) 4 (4O,0o/.)
> 170 8 21,00 4 (s0,0%) 4 (509%)
Vanito ( n-12)
150-154 4 19,25 | (2s%) 3 Qs%)
155-r 59 4 20.00 3 (75vo\ | (2s%)
93
t
I
20.00 r ( l00eo)
20.66 o (o%)
0
Dari 23 pasien yang tcpal posisi tube setelah 0,996 yang bera(i ada hubungan yang bermakna
intubasi didapatkan bahwa pasien yang lebih antara tinggi badan dengan panjang tube, rl,akin
tinggi badannya memerlukan tube yang lcbih tinggi badannya makin panjang firre yaog
panjang dimasukkan. Ilasjl uji regresi linier diperlukan.
didapatkan harga p<0,05 dengan kuat hubungan
r = 0,996
p = 0,0001
4a
g
Bila diukur rata-rata kedalaman ture yang tepal dapat dimasukkan kedalarn trachea uirtuk
setelah irtubasi maka didapatkan pada laki-laki membebaskan atau mempertahankan jalan nafas
memerlukaa pania.)g tube 20,411,1 cm lebih bita tidak ditemukan adanya kelainan atau
panjaog dibarding p€rempuan 19,340,8 cm. gangguan pada jalan nafas pasien yang akan
diintubasi..
Pembahasatr dau diskusi Dari data ini didapatkan ada 2 pasien (57o) yang
Perbandingan tinggi badan dan berat badan dan dilakukan intubasi karena terekstubasi. Ini
BMI rata-mta dari sampel penelitian tidak menunjukkan bahwa pasien yang telah dilakukan
menunjukkan kecendgrungan bertubuh gemuk intubasi endotracheal masih terdapat
dengan kemungkinan leher pendek sehingga kemungkinan teiadi tube yang te.lepas oleh
dapat mcnlulirkan tindakan intubasi oral berbagai sebab. Kedua pasien ya[g tube te epas
endotracheal ).ang dilakukan. Namun dari 42 sehingga dilakukan diintubasi kembali ini
pasien yang diintubasi masih ada 3 pasien (7%) disebabkan gelisah dan menggerak-ge.ak-kfi
yang diintubasi lebih dari sekali. Dua pasien kepalany4 serta fiksasi /rre yang tidak adekuat.
karena ube sulil dimasuklan. dan satu pasien I
Disamping itu pasien yang telah dilakukan
intubasi pertama masuk oeJoprds?s. Tetapi intubasi pada penelitian, dalam waku kuraflg
kemudian segera dapat diintubasi endotracheal dari 24 jam tube terlepas ketika pasien sadar dan
pada kesempatan kedua. pengaruh obat pelumpuh otot berlomng-
Hasil diatas menunjuklan bahwa semua pasien Meskipun ada 3 pasien yang diketshui tube
yang memerlukan tindakan intubasi o.al (erlepas setelah inrubasi dalam perclitian ,
endotracheal di RSUD dr. Soetomo, segera ,rDe narnun hal ini sangat membahayakan pasien bila
94
Zalntllah Khony, Ketepdan intubosi
tube yang terlepas terlambat untuk diketahui hampir separuh dari pasien sampel mendapar
dengan segera. kecenderungan akan hal ini.
Dariobservasi penelirian terhadap 42 pasien saja Pada pemeriksaan foto thoraks setelah intubasi
di IRD RSUD dr. Soetomo yang dilakukan ada 4 pasien sampel ),ang dijumpai adanya
intubasi, didapatkan 3 pasien (5yo\ lube yang atelektasis paru. Hanya I pasien yang
terlepas. Walaupun angka ini lebih kecil dari mempunyai riwayat tlberculosis par! sedangkan
pasien yang terekstubasi (13%) pada penelitian 3 pasien lain tidak mempunyai riwayat penyakit
Stauffer , tetapi harus menjadi perhatian khusus paru seb€lumnya, dimana 2 pasien ujung tube
untuk mempe(ahankan tube yang telah berada pada seiajar vertebra thoragal 2 dan
dimasukkan baik dengan cala mempe.kuat I
vertebra thoracal i, sedangkan pasien lagi
fiksasinya atau mengurangi ketidaknyamanan ujung tub€ pada posisi s€jajar vertebra rioracal
pasien yang sadar terhadap adanya endotracheal 3, Pasien sampel yang endotracheal ,rre terlepas
tube dengan berbagai cala. dalam 24 jam setelah intubasi didapatkan bahwa
Foto thoraks yang dilah*afl setelah intubasi ,rDe setelah intubasi awal berada sejajar vencbra
digunakan untuk mengevaluasi letak ujung tube thoracal l. Namun masii perlu dit€laah lebih
pada trachea sebagai salah satu indikator lanjut apakah alelektasis paru dan lffik tube
ketppatan intubasi oftl endotacheal, Data hasll yangjauh dari carina mempunyai kaitan atau ada
penelitiair menunjukkan bahwa tidak ada faktor lain yang ikut menyebabkan timbulnya
intubasi oral endotracheal yang dilakukan be.ada atelektasis seperti ventilasi yang inadekuat dan
pada salah satu main bronchus atau pada kelainan paru yang sudah didapat s€belumnya-
hipophatynx. Hal ini menunjukkan evaluitsi Berbagai kepustakaan menlat kan untuk
secara pemerikaan fisik luar oleh p€nolong menempatkan ujung trachea padajarak 2-2,5 cm
sangat baik dalam menentukan apayeh tube dari cadna adalah ja.ak tube dafi ujung rr.chea
hanya menginflasi satu paru. Reposisi /uDe sampai sudut mulut pada pria 23 cm dan wanita
dilakukan pada 25 pasien (59%) s€telah hasil 2l cm. Hasil penclitiar (tabel 4) pada sampel
pemeriksaan fisik secara auskultasi oleh pria menunjukkan hubungan tinggi badai'r
penolong menyimpulkan bahwa tube yang dengan panjang tube terhadap lehk tube yang
dimasukkan pada awalnya belum berada dala ideal (V.Th 3 - V.Th 4) dan kurang ideal adalah
posisi yang tepat dalafi ttuchea. hamp sama perbandingannya, Semua sampel
Namun hampir separuh pasien yang dilakukao yang letaknya kurang iderl tidak meocapai
inbtbasl endotrqcheal letak ujung rale tidak v.Th3.
b€rada pada jarak yang ideal yaitu antala 2 Pada sampel wadta metrunjuk*m bah*a pada
sampai 4 cm dari carina Bila kepala pasien tinggi badan 165-169 cm dengar padang tabs
bergerak ekstensi atau fleksi maka kgmungkinan yang masuk ftrj-wa 20.66 cm, senua plsieo
,rrre akan bergeser lagi 2 cm keatas atau (loe/o) letak ,ar€ berada dalam jarak yaag ideal
kebawah. Hal ini akan membuat ,rbe bordasarkan proyeksi sejajar vertgbra pada foto
mempunyai .esiko masuk ke salah satu main thoraks. Meskipun demikian pada tinggi bodaa
brorc}rzs bila bergeser kebawah pada ujung tube dibawahnya hasilnyabewariasi.
yang lebih dalarn atau tube menjadi l6bih tertarik Terdapat hubungan yang bermakna a[tara tfuggi
keluar pada ujung tzle yaog lebih tioggi. badan dengan panjatg tabe. ttasil uji rcgesi
Ia6e yang masuk kosalah satu main bronchus linier didapatkan harga p<0,05 dengan kuat
dapat menycbabkan hiperinflssi paru sisi itu dan hubungan 0,996 yang berafti ada hubmgar ysng
alelektasis paru sisi yang lain. Sedangkan tube bermakna antam tinggi badan dengaD panjang
I yaag bergeser keatas menyobabkan c4F dapat tube, r aki/:, tinggi badamya makh patrjang
! menoapai plica vocalis yaog bisa menimbulkan ,rre yang diperlukan.
I
hauma dan ketidaknyamana[ pasien pada Penelitian ini membuktikan terdapat hubungan
kondisi sadar. Kedua hal ioi dapar memperburuk antara tinggi badan dan paqiang ,zre yong
kondisi klinis pasien dan memungkinka[ untuk dimasukkan terhadap letak ujung tubr )ang ideal
terekstubasi. tlasil peneliti.n menunjukkan pada trachea. Redabman tube yary tep6t seElah
la
intubasi pada penelitian ini didapatkal pada lak!
95
JIJRNAL KEDOKTERAN SYIAH KUAL/1 I/oIuNlC NO AI2 AqUSIXS 2AO8
laki memerlukan panjang tube 20,4i1,1 cm pasien maka makin panjang trbe yang harus
sedangkan pada perempuan 19,3J0,8 cm. Hasil dimasukkan untuk mencapai posisiyang ideal
ini berbeda dari kepustakaan yang menyalakan daricarina.
bah,pa tube akan berada pada posisi tepat bila 6. Pada penelitian ini
didapatkan bahwa
dimasukkan 23 cm pada pria dan 2l cm pada kcdalaman tubc yang tepal setelah intubasi
ivanita. Hal ini mungkin disebabkan oleh pada lakiJaki memerlukan panjang tube
perbedaan linggi badan rata.mta orang Indoncsia 20,4t1,1 cm sedangkan pada p€rempuan
(Asia) dengan orang Eropa-Amerika. 19,3+0.8 cm.
Kesimpuhn DaftarPustaka
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 42 pasicn 1. Sussan K.Suiphen,MD,Med. Our of Hospital
EndotBchel Intubalioni wherc Are w€?, Emsgency
),ang difakukan intubasi oral ehdotocheal di Medicinc, Jun 2006
-
IRD RSUD dr- Soetomo Surabaya dapat 2. SlaufferJL, Olson DE, Complicalions and
diambil kesimpulan yaitu : consequcnces of cndo{r&heal intubdion ard
l. Tindalan intubasi oral endotracheal pada rreh€oslomy. Aprosp€crive study of 150 c.iti.{Uy ill
pasien energerLy di tRD RSUD dr.Soetomo aduit padents. www- Pubmed.gov, Jatr 1981
Surabaya dapat dilakukan dengan segera u D.. Divatia J.V, Complications of Endobacleal
dengan hasil sangaL bail dimcna 39 pasien
Inrubaiion And Othcr Airw.y M3naaemcnt
Procedurcs, Indian J. Ana€slhesiologt, 49(4) 200s
(92,8%) berhasil dalam upaya pertama dan 3 Maura Polansky, MS P.A.C. Airway Msnag€ment:
pasien (7,2Yo) berhasit setelah pada upaya The Basics of Endotrachcal htu&tio4 The Inlem.l
intubasi kedua. Hal ini menunjukkan Jou.nal of Acadcmic Physi.ians Assisstsn! Vol.l
PPDS yang ditugaskan di No.1, 1997
ketrampilan anestesi
5. Julie J. Martin, MS, Intubation and Me!:hanical
IRD-RSUD dr,Soetomo Surabaya sangat baik Ventilation, EBSCO 's medical review board,
dalam melakukan inbbasi oral endobocheal. Publishing, Februari 2006
2. Semua pasien yang diintubasi tidak dijumpai 6. Capnol Anesthesiology Association, Endotracbeal
komplikasi masuknya endotracheal tube ke Intubation, Capitol Anesthesiology
salah satu main bronchus. lni menunjukkan Ass@;ation.com, 2003
pemeriksaan flsik auskultasi yang dilakukan 7. John M. Luce M.D. I.l€nsiv€ RcapiBtory Car€, WB
Saunders Co. Philodelphia, lqq4
untuk evaluasi ,rre yang dimasukkan sangat 8. Christophcr M. Burkie MD, E do[ach€.| lntubalion
baik. by Direct Laryngoscopy, American Thora.io Society,
3. Penempatan ujung t 6e pada posisi yang ideal May 2004
yaitu jarak 2-2,5 cm diiumpai pada dari 9. UniveEity of virgioia, Herlth SysGm, How to
carina masih dijumpai pada 23 pasien (54,8%) .lntubar.. Apr.2002
10. Rosaleen (hun. MD FRCPC, WheE.s the Tube:
dan 19 pasien (45,2%) masih belum ideal. Evduation of Hand-held Ultrasoud i,l Cotrfrming
4. Duumpai 3 pasien pada penelitian (2 pasien Endotacheal Tube Placemert, in Pnhospital and
dijumpai sebelum dilakukan intubasi dan I Disaster Medicine, Oct-Des 2004
pasien setelah intubasi) dengan posisi ujung David S. Felgir, EDdotrachealTubc Ltalpositioa
Med.Pix ACR Number 671-4613.2004
tube kuradg ideal terjadi komplikasi ter- 12. American College ol Emergency Physici.ns,
ekstubssi, dan 3 pasien dengan letak tube Vcrift cation of Endorrachc.al Tub. Plac€,ncnl 2002
yang terlalu tinggi dari carina terdapat 13. Orot achcal intubation, on w.google.s.arch.com
atelektasis paru. 14. Deborah L O'Connor, Misplaced Endotracheal Tubes