1 Anestesi Umum
II.5.1 Definisi
Preoksigenasi dilakukan dengan sungkup muka atau sirkuit Mapleson dan dipastikan
tidak ada kebo101coran di sekitar sungkup muka. Preoksigenasi dilakukan
menggunakan oksigen 100% dengan aliran cukup tinggi sekitar 10-12 L/menit (untuk
mencegah rebreathing) dan konsentrasi oksigen pada end-tidal lebih dari 90%.
Preoksigenasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode. Metode pertama
menggunakan tidal volume ventilation melalui sungkup muka selama 3 menit, yang
memungkinkan pertukaran 95% gas di paru-paru. Metode kedua menggunakan napas
kapasitas vital untuk mencapai preoksigenasi yang memadai lebih cepat. Metode ini
dilakukan dengan cara 4 kali napas dalam 30 detik. Cara ini tidak seefektif metode tidal
volume, tetapi masih dapat dilakukan pada situasi klinis tertentu. Cara lain yang dapat
dilakukan dan terbukti lebih efektif adalah dengan 8 kali napas dengan kapasitas vital
dalam 60 detik. Kualitas preoksigenasi juga dapat ditingkatkan dengan melakukan posisi
head-up pada pasien. Penggunaan ventilasi tekanan positif (VTP) non-invasif untuk
preoksigenasi juga dapat memperpanjang waktu apnea.10
Induksi Anestesi
Induksi anestesi umumnya dilakukan intravena. Dalam kondisi akses intravena
belum terpasang, induksi dapat dilakukan dengan agen inhalasi. Sevofluran dapat
ditoleransi sebagai agen anestesi untuk induksi inhalasi pada anak maupun orang
dewasa. Selain obat induksi, sebagian besar pasien mendapat opioid, yang bekerja
sinergis untuk mencapai derajat anestesi yang dinginkan. Opioid mengurangi
respons simpatis terhadap rangsang nyeri akibat intubasi atau insisi kulit. Opioid,
dengan demikian secara tidak langsung mencegah morbiditas akibat peningkatan
respons hemodinamik pada pasien berisiko, misalnya pasien dengan penyakit
jantung yang berat. 10
Langkah selanjutnya dari proses induksi adalah mengamankan jalan napas.
Berbagai cara dapat dilakukan, seperti triple airway maneuver sampai
penggunaan supraglotic device (misalnya laryngeal mask) dan intubasi
endotrakeal. Indikasi intubasi endotrakeal pada anestesi umum termasuk hal-hal
berikut: 10
Kesulitan intubasi
Defenisi dari sulit intubasi (difficult tracheal intubation) itu sendiri adalah
suatu keadaan dimana dibutuhkannya 3 kali kesempatan untuk berhasil
memasukkan pipa endotrakea dengan laringoskop konvensional atau bila
menggunakan satuan waktu maka sulit intubasi adalah keadaan dimana
keberhasilan memasukkan pipa endotrakea memerlukan waktu lebih dari 10
menit.
Mnemonic “LEMON” digunakan pada evaluasi untuk jalan nafas yang
berpotensi sulit:
a) L (Look externally)
Adalah dengan melihat seluruh bagian wajah. Apakah ada hal- hal yang
dapat menyebabkan kemungkinan sulit ventilasi maupun intubasi seperti
trauma pada wajah, lidah yang besar, protrusi gigi, leher pendek,
mandibula yang kecil.
b) E (Evaluate 3-3-2)
Pemeriksaan dengan jari tangan, yaitu:
3 – jari membuka mulut
3 – Fingers Hypomental Distance
2 – jari diantara penonjolan tiroid sampai dengan dasar mandibula
c) M (Mallampaty score)
Pemeriksaan Mallampati dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
faring yang tertutup oleh lidah. Terdapat 4 kelas penilaian untuk skoring
Mallampati, yaitu:
Kelas I = tampak palatum mole, palatum durum, uvula, pilar
anterior dan posterior.
Kelas II = tampak palatum mole, palatum durum, dan uvula
Sumber: Katzung BG. Pharmacology Examination & Board Review. 12th ed. United States: McGraw-Hill
Education; 2019.
Perlu dibuat suatu pembedaan jelas antara anestetika yang mudah menguap (volatile) dan
yang berbentuk gas (gaseous), di mana keduanya diberikan secara inhalasi. Anestetika
volatile (halotan, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran) memiliki tingkat uap rendah dan
karenanya titik didih tinggi sehingga mereka berbentuk cair dalam suhu ruangan (20°C) dan
tekanan udara permukaan laut, sementara anestetika gas (nitrosa oksida/nitrous oxide, xenon)
memiliki tekanan uap tinggi dan titik didih rendah sedemikian sehingga terbentuk gas di suhu
ruangan.13,14
Sumber: Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. 6th ed. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi I, editors.
Jakarta: Universitas Indonesia; 2016. 123–133 p.
lsofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran mirip
enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. lsofluran berbau tajam, kadar obat yang
tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan napas dan terbatuk. Setelah pemberian
medikasi pra-anestetik, stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar dan
sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O - O2. Umumnya digunakan anestetik IV
barbiturat untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman
anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas (kecuali bila ventilasi
dikendalikan), dan meningkatnya frekuensi denyut jantung.13
lsofluran merelaksasi otot rangka lebih baik dan meningkatkan efek pelumpuh otot
depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran. Dengan
demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu,
meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.13
Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anestesia, tetapi berbeda dengan efek
enfluran curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi lebih disebabkan oleh
vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan
walaupun konsumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang
lebih aman untuk pasien penyakit jantung daripada halotan atau enflur.an. Tetapi ternyata,
isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena coronary steal yaitu:
pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya buruk ke daerah yang perfusinya baik.
Kecenderungan timbulnya aritmia pun amat kecil, sebab isofluran tidak menyebabkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin.13
Ventilasi mungkin perlu dikendalikan untuk mendapatkan normokapnia sebab seperti semua
anestetik inhalasi, isofluran menyebabkan depresi napas dan menekan respons ventilasi
terhadap hipoksia. lsofluran dapat memicu refleks saluran napas yang menyebabkan
hipersekresi, batuk, dan spasme laring, yang lebih kuat daripada enfluran. Ditambah dengan
terganggunya fungsi silia di jalan napas, anestesia yang lama dapat menyebabkan
menumpuknya mukus di saluran napas. Kejadian ini dapat dikurangi dengan medikasi pra-
anestetik yang memadai dan induksi dengan barbiturat IV. Di sisi lain, seperti juga anestetik
inhalasi lainnya, isofluran juga bersifat bronkodilator.13
Pada anestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada
pemberian enfluran. lsofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak
hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa
menurunkan aliran darah, metabolisme otak, dan tekanan intrakranial. ltu sebabnya isofluran
merupakan anestetik pilihan dalam bedah saraf.13
Keamanan isofluran pada wanita hamil, atau waktu partus, belum terbukti. lsofluran dapat
merelaksasikan otot uterus sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada persalinan.
Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anestesia, tetapi tidak terjadi mual,
muntah atau eksitasi sesudah operas.13
lsofluran yang mengalami biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion
fluor yang terbentuk jauh di bawah batas yang merusak. sel. Belum pernah dilaporkan
gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.13
Isoflurane biasanya digunakan untuk pemeliharaan anestesi setelah induksi dengan agen lain
karena baunya yang menyengat. Induksi anestesi dapat dicapai dalam waktu kurang dari 10
menit dengan konsentrasi inhalasi 1,5%–3% isofluran dalam O2; konsentrasi ini dikurangi
menjadi 1%–2% (~1–2 MAC) untuk pemeliharaan anestesi. Penggunaan agen tambahan
seperti opioid atau nitro oksida mengurangi konsentrasi isofluran yang diperlukan untuk
anestesi bedah.13
Isoflurane memiliki koefisien partisi darah:gas yang jauh lebih rendah daripada enfluran.
Akibatnya, induksi dengan isofluran dan pemulihan dari isofluran relatif lebih cepat. Lebih
dari 99% isoflurane inhalasi diekskresikan tidak berubah oleh paru-paru. Isoflurane
tampaknya bukan mutagen, teratogen, atau karsinogen.13
II.2.2.2 Sevofluran
Sevofluran adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan induksi dan pemulihan lebih
cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat ini tidak stabil secara kimiawi. Bila terpajan
absorben CO2, sevofluran akan terurai menghasilkan zat yang bersifat nefrotoksik.
Metabolismenya di hati pun menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh karena
itu kedudukan zat ini sebagai anestetik inhalasi belum jelas.13
Penggunaan Klinis15,16
1. Induksi inhalasi anestesi umum pada pasien neonatal dan anak sekunder akibat
akses intravena pra-induksi yang tidak adekuat
2. Induksi inhalasi anestesi umum pada pasien dewasa yang kondisi klinisnya
memerlukan pernapasan spontan selama induksi
3. Ini dapat digunakan untuk perawatan anestesi umum lengkap atau bersamaan
dengan anestesi intravena untuk mempertahankan anestesi umum pada pasien
dewasa dan anak-anak.
Mekanisme :
Seperti anestesi inhalasi terhalogenasi lainnya, mekanisme yang tepat dari
sevofluran untuk menginduksi dan mempertahankan anestesi umum tidak
diketahui. Ada beberapa upaya untuk mengidentifikasi hipotesis kesatuan.
Namun, tidak ada satu pun mekanisme aksi yang diusulkan yang sepenuhnya
menjelaskan efek klinisnya. Hipotesis kerja saat ini adalah bahwa anestesi
inhalasi meningkatkan aktivitas saluran postinaptik penghambatan (asam
gamma-aminobutirat (GABA) dan glisin) dan menghambat aktivitas saluran
sinaptik rangsang (N-metil-D-aspartat (NMDA), nikotinat asetilkolin,
serotonin, dan glutamat) dalam sistem saraf pusat.17
Farmakodinamik/Kinetika :
Agar sevofluran memberikan efeknya, agen tersebut harus dilewatkan dari gas
yang diinspirasi ke dalam darah kapiler paru, kemudian diedarkan ke dalam sistem saraf
pusat. Onset aksi sevofluran ditentukan oleh konsentrasi agen yang diilhami, koefisien
partisi, menit ventilasi pasien, dan aliran darah paru pasien. Keempat faktor ini
bertanggung jawab atas kecepatan keseimbangan antara gradien konsentrasi sevofluran
antara alveoli, aliran darah paru, dan sistem saraf pusat, dan oleh karena itu bertanggung
jawab atas kecepatan induksi anestesi.18,19
Nilai MAC Dewasa untuk Tingkat Anestesi Bedah20
Usia 25 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 2,6%
Usia 40 tahun: Sevofluran dalam oksigen: 2,1%
Usia 60 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 1,7%
Usia 80 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 1,4%
Efek samping
1. Kardiovaskular
Sevofluran menginduksi penurunan tekanan darah dan curah jantung yang
tergantung dosis terutama dengan mengurangi resistensi vaskular sistemik.
2. Respirasi
Seperti semua agen anestesi volatil, sevofluran adalah iritasi saluran napas dan
dapat memicu batuk, apnea, dan laringospasme. Reaksi ini lebih kecil
kemungkinannya terlihat dengan sevofluran daripada desfluran dan isofluran
karena baunya yang manis dan kepedasan sevofluran yang rendah. Efek
samping pernapasan lebih sering terjadi pada pasien dengan patologi paru
yang sudah ada sebelumnya seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik,
dan fibrosis kistik. Sevofluran dan anestesi inhalasi lainnya juga
menyebabkan bronkodilatasi, penumpulan respon ventilasi
hipoksia/hiperkapnia, dan membalikkan vasokonstriksi paru hipoksia.
3. Sistem syaraf pusat
Sevoflurane menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serebral yang tergantung
dosis, sehingga meningkatkan aliran darah serebral dan tekanan intrakranial.
Sevoflurane mengurangi tingkat metabolisme otak.
Defisit Kehamilan dan Perkembangan Saraf: Sementara beberapa studi
observasional telah menemukan peningkatan risiko defisit perkembangan
saraf pada anak-anak yang terpapar anestesi, saat ini, tidak ada bukti kuat
yang mengaitkan efek ini dengan anestesi secara langsung. Pada saat ini,
tidak ada agen anestesi khusus yang harus dihindari selama kehamilan, atau
operasi yang diperlukan tidak boleh ditunda karena kekhawatiran mengenai
neurotoksisitas. Sebuah studi yang sangat kecil yang mencakup sevofluran
selama operasi caesar tidak menunjukkan efek buruk pada ibu atau janin.
Saat ini, tidak ada data terkontrol mengenai penggunaannya dalam kehamilan
pada subjek manusia, dan sampai ada data yang lebih pasti, penggunaan obat
ini selama kehamilan harus dibatasi hanya jika benar-benar diperlukan.
Kontraindikasi
Sevofluran dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap
sevofluran atau anestesi halogen lainnya. Agen ini juga dikontraindikasikan pada pasien
yang diketahui atau diduga rentan terhadap hipertermia maligna.