Anda di halaman 1dari 18

11.

1 Anestesi Umum
II.5.1 Definisi

Anestesi umum yang modern dikenal sebagai Balanced Anesthesia (anestesi


seimbang), yaitu pengunaan beberapa macam obat anestesi untuk mencapai tujuan
anestesi (trias anestesia): analgesia, hipnotik dan relaksasi. Tahapan pelaksanaan
anestesi umum meliputi premedikasi, induksi, rumatan, dan pemulihan. Teknik
induksi anestesi pada pediatrik terdiri dari induksi inhalasi dan induksi intravena.10
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan teknik intravena anestesi, general
anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena. 10
Pilihan untuk anestesi meliputi anestesi umum, anestesi regional, dan
perawatan anestesi yang dipantau (monitored anesthesia care, MAC). Ada
beberapa perdebatan tentang definisi klinis anestesi umum, termasuk komponen-
komponennya, yaitu imobilitas, amnesia, analgesia, dan keamanan pasien.
American Society of Anesthesiologists (ASA) menjelaskan anestesi umum sebagai
“kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh obat, meskipun pasien menerima
rangsangan, bahkan dengan rangsangan yang menyakitkan”. Anestesi umum
modern melibatkan pemberian kombinasi obat-obatan, seperti obat-obatan
hipnotik, obat penghambat neuromuskular, dan obat analgesik. 10
II.5.2. Teknik Anestesi Umum
Pada anestesi umum, dikenal istilah induksi dan rumatan (maintenance)
yang diartikan sebagai tindakan untuk mengawali dan mempertahankan
kedalaman anestesi, dengan menggunakan kombinasi agen intravena dan inhalasi.
Anestesi umum tidak selalu merupakan pilihan terbaik, bergantung pada kondisi
klinis pasien. Pada kondisi tertentu, anestesi lokal atau regional mungkin
merupakan pilihan yang lebih baik. Seorang anestesiolog bertanggung jawab
untuk menilai semua faktor yang memengaruhi kondisi medis pasien dan memilih
teknik anestesi yang terbaik. 10
(1) Preoksigenasi
Preoksigenasi adalah proses penggantian nitrogen di paru-paru dengan
oksigen yang dapat memberikan waktu sebelum desaturasi hemoglobin terjadi
pada pasien apnea. Waktu apnea yang diperpanjang in memberikan kesempatan
bagi anestesiolog untuk dapat mengamankan jalan napas dan melanjutkan
ventilasi. Preoksigenasi yang adekuat menjadi sangat penting pada pasien dengan
sulit ventilasi, sulit intubasi, dan pada pasien dengan FRC yang rendah seperti
pasien dengan obesitas atau hamil. Preoksigenasi direkomendasikan selalu
dilakukan sebelum induksi anestesi umum karena kesulitan manajemen saluran
napas dapat teriadi secara tidak terduga.

Preoksigenasi dilakukan dengan sungkup muka atau sirkuit Mapleson dan dipastikan
tidak ada kebo101coran di sekitar sungkup muka. Preoksigenasi dilakukan
menggunakan oksigen 100% dengan aliran cukup tinggi sekitar 10-12 L/menit (untuk
mencegah rebreathing) dan konsentrasi oksigen pada end-tidal lebih dari 90%.
Preoksigenasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode. Metode pertama
menggunakan tidal volume ventilation melalui sungkup muka selama 3 menit, yang
memungkinkan pertukaran 95% gas di paru-paru. Metode kedua menggunakan napas
kapasitas vital untuk mencapai preoksigenasi yang memadai lebih cepat. Metode ini
dilakukan dengan cara 4 kali napas dalam 30 detik. Cara ini tidak seefektif metode tidal
volume, tetapi masih dapat dilakukan pada situasi klinis tertentu. Cara lain yang dapat
dilakukan dan terbukti lebih efektif adalah dengan 8 kali napas dengan kapasitas vital
dalam 60 detik. Kualitas preoksigenasi juga dapat ditingkatkan dengan melakukan posisi
head-up pada pasien. Penggunaan ventilasi tekanan positif (VTP) non-invasif untuk
preoksigenasi juga dapat memperpanjang waktu apnea.10

Induksi Anestesi
Induksi anestesi umumnya dilakukan intravena. Dalam kondisi akses intravena
belum terpasang, induksi dapat dilakukan dengan agen inhalasi. Sevofluran dapat
ditoleransi sebagai agen anestesi untuk induksi inhalasi pada anak maupun orang
dewasa. Selain obat induksi, sebagian besar pasien mendapat opioid, yang bekerja
sinergis untuk mencapai derajat anestesi yang dinginkan. Opioid mengurangi
respons simpatis terhadap rangsang nyeri akibat intubasi atau insisi kulit. Opioid,
dengan demikian secara tidak langsung mencegah morbiditas akibat peningkatan
respons hemodinamik pada pasien berisiko, misalnya pasien dengan penyakit
jantung yang berat. 10
Langkah selanjutnya dari proses induksi adalah mengamankan jalan napas.
Berbagai cara dapat dilakukan, seperti triple airway maneuver sampai
penggunaan supraglotic device (misalnya laryngeal mask) dan intubasi
endotrakeal. Indikasi intubasi endotrakeal pada anestesi umum termasuk hal-hal
berikut: 10

 Potensi kontaminasi saluran napas (lambung penuh/puasa tidak cukup,


refluks gastroesofagus, perdarahan gastrointestinal atau faring).
 Kebutuhan pembedahan untuk relaksasi otot.
 Mempertahankan akses jalan napas tetap aman (misalnya, posisi pasien
lateral atau prone).
 Operasi pada mulut, sekitar jalan napas atau wajah.
 Prosedur pembedahan dengan durasi lama.
Beberapa jenis operasi memerlukan relaksasi otot cukup lama. Dengan
sendirinya diperlukan pemberian pelumpuh otot jangka menengah atau panjang.
Tentu, sebagai konsekuensinya, pasien perlu diintubasi untuk memudahkan
pemberian ventilasi mekanik. Pasien-pasien yang sulit dintubasi dapat dilakukan
intubasi dengan alat bantu, seperti video laryngoscope atau bronkoskop fleksibel.10
Kombinasi anestesi intravena dengan pelumpuh otot merupakan teknik
farmakologi yang paling sering digunakan untuk intubasi endotrakea. Teknik ini
memfasilitasi laringoskopi dengan baik, membuka pita suara, dan mencegah batuk
sehingga mengurangi risiko kerusakan laring pasca-intubasi. Kekurangan teknik
ini adalah terjadinya apnea. Teknik dengan pemberian pelumpuh otot sebaiknya
tidak digunakan bila diprediksi ada kondisi sulit intubasi atau ventilasi sungkup.
Teknik Rapid Sequence Intubation (RSI) diindikasikan pada pasien yang
memiliki risiko aspirasi isi lambung (misalnya penyakit refluks gastroesofagus
yang signifikan secara klinis, pengosongan lambung melambat, dan puasa yang
tidak diketahui). 10
Persiapan intubasi (STATICS)
 S (scope): stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung
laringoscope
 T (tubes): endotracheal tube
 A (Airway): Orofaring, nasofaring
 T (tape) : Plester
 I (introducer): stilet atau mandrin
 C (Connector): penyambung pipa dan peralatan anestesia
 S (suction): Penyedot lendir

Kesulitan intubasi
Defenisi dari sulit intubasi (difficult tracheal intubation) itu sendiri adalah
suatu keadaan dimana dibutuhkannya 3 kali kesempatan untuk berhasil
memasukkan pipa endotrakea dengan laringoskop konvensional atau bila
menggunakan satuan waktu maka sulit intubasi adalah keadaan dimana
keberhasilan memasukkan pipa endotrakea memerlukan waktu lebih dari 10
menit.
Mnemonic “LEMON” digunakan pada evaluasi untuk jalan nafas yang
berpotensi sulit:
a) L (Look externally)
Adalah dengan melihat seluruh bagian wajah. Apakah ada hal- hal yang
dapat menyebabkan kemungkinan sulit ventilasi maupun intubasi seperti
trauma pada wajah, lidah yang besar, protrusi gigi, leher pendek,
mandibula yang kecil.
b) E (Evaluate 3-3-2)
Pemeriksaan dengan jari tangan, yaitu:
 3 – jari membuka mulut
 3 – Fingers Hypomental Distance
 2 – jari diantara penonjolan tiroid sampai dengan dasar mandibula

c) M (Mallampaty score)
Pemeriksaan Mallampati dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
faring yang tertutup oleh lidah. Terdapat 4 kelas penilaian untuk skoring
Mallampati, yaitu:
 Kelas I = tampak palatum mole, palatum durum, uvula, pilar
anterior dan posterior.
 Kelas II = tampak palatum mole, palatum durum, dan uvula

 Kelas III = tampak palatum mole dan dasar uvula


 Kelas IV = tidak tampak palatum mole
d) O (Obstruction)
Adanya pertanda kesulitan jalan napas harus selalu kita pertimbangkan
sebagai akibat adanya obstruksi pada jalan napas. 3 tanda utama adanya
obstruksi yaitu muffled voice (hot potato voice), adanya kesulitan
menelan ludah (karena nyeri atau obstruksi) dan adanya stridor.
e) N (Neck mobility)
Keterbatasan mobilisasi leher harus dipertimbangan sebagai suatu
kesulitan dalam intubasi. Mobilisasi leher dapat dinilai dengan Ekstensi
sendi atlanto-oksipital yaitu posisi leher fleksi dengan menyuruh pasien
memfleksikan kepalanya kemudian mengangkat mukanya, hal ini untuk
menguji ekstensi daripada sendi atlanto-oksipital. Aksis oral, faring dan
laring menjadi satu garislurus dikenal dengan posisi Magill. Nilai
normalnya adalah 35 derajat.

(2) Pemeliharaan/ Rumatan Anestesi (Maintenance)


Selama prosedur, kedalaman anestesi dipertahankan dengan agen inhalasi
atau intravena kontinu, baik sebagai agen tunggal maupun kombinasi. Fase
rumatan biasanya merupakan bagian paling stabil dari seluruh tahapan anestesi.
Kedalaman anestesi dapat berubah dan tingkat kedalaman yang diperlukan dapat
berbeda antara satu operasi dengan operasi lainnya. Tingkat kedalaman anestesi
yang memuaskan untuk operasi pada kulit ekstremitas, misalnya dapat berbeda
dengan operasi besar pada abdomen. Kedalaman anestesi selalu disesuaikan
dengan tingkat manipulasi pembedahan sepanjang prosedur pembedahan.
Misalnya selama persiapan kulit, pemasangan kateter urine atau menandai garis
insisi dengan tinta, tidak ada stimulus nyeri yang memerlukan anestesi dalam.
Kondisi berubah ketika insisi akan dilakukan. Dalam situasi ini, tentu dibutuhkan
kedalaman anestesi yang adekuat. Dibutuhkan juga pengalaman dalam menilai
dan menjaga kedalaman anestesi yang memadai. Pemantauan kedalaman anestesi
diperlukan juga untuk mencegah intraoperative awareness. 10
Di sisi lain, anestesi yang terlalu dalam dikaitkan dengan penurunan denyut
jantung dan tekanan darah yang dapat membahayakan perfusi ke organ vital.
Anestesi yang terlalu dalam juga berakibat lambatnya pulih sadar dan efek
samping yang lebih banyak. Pengalaman dan komunikasi yang baik dengan ahli
bedah memungkinkan pelaku anestesi untuk memprediksi waktu selesainya
operasi sehingga kedalaman anestesi pun dapat disesuaikan. 10
Termoregulasi juga menjadi tantangan tersendiri selama anestesi umum.
Anestesi menyebabkan respons termogenesis seperti menggigil akan hilang.
Ditambah dengan vasodilatasi yang disebakan oleh obat anestesi dan terpaparnya
sebagian tubuh dengan udara luar, hipotermia selama pembedahan sangat
mungkin terjadi. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencegah hipotermia,
misalnya dengan penghangatan eksternal. Pada pasien neonatus atau bayi,
ruangan umumnya dihangatkan terlebih dahulu, dapat dengan menggunakan
penghangat ruangan atau lampu penghangat eksternal. Hipotermia berat dapat
menyebabkan koagulopati, pemulihan kesadaran tertunda, atau aritmia. 10
1 Obat-obatan Anestesi Inhalasi
Anestesi umum adalah keadaan yang ditandai dengan ketidaksadaran, analgesia, amnesia,
relaksasi otot rangka, dan hilangnya refleks. Obat yang digunakan sebagai anestesi umum
adalah depresan SSP dengan tindakan yang dapat diinduksi dan diakhiri lebih cepat daripada
obat penenang-hipnotik konvensional.12

Gambar 2. 1 Klasifikasi anestesi umum

Sumber: Katzung BG. Pharmacology Examination & Board Review. 12th ed. United States: McGraw-Hill
Education; 2019.

Perlu dibuat suatu pembedaan jelas antara anestetika yang mudah menguap (volatile) dan
yang berbentuk gas (gaseous), di mana keduanya diberikan secara inhalasi. Anestetika
volatile (halotan, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran) memiliki tingkat uap rendah dan
karenanya titik didih tinggi sehingga mereka berbentuk cair dalam suhu ruangan (20°C) dan
tekanan udara permukaan laut, sementara anestetika gas (nitrosa oksida/nitrous oxide, xenon)
memiliki tekanan uap tinggi dan titik didih rendah sedemikian sehingga terbentuk gas di suhu
ruangan.13,14

Gambar 2. 2 Obat-obatan anestsi inhalas11

Sumber: Aelberry. GENERAL ANESTHESIA Classification. 2018;262–8.


Gambar 2. 3 Sifat-sifat anestesi inhalasi

Sumber: Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. 6th ed. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi I, editors.
Jakarta: Universitas Indonesia; 2016. 123–133 p.

II.2.2 Farmako Klinis Anestesi Inhalasi


II.2.2.1 Isofluran
Isoflurane adalah cairan yang mudah menguap pada suhu kamar dan tidak mudah terbakar
atau meledak dalam campuran udara atau O2. Isoflurane adalah anestesi inhalasi yang umum
digunakan di seluruh dunia.12

lsofluran ialah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi isofluran mirip
enfluran, tetapi secara farmakologis sangat berbeda. lsofluran berbau tajam, kadar obat yang
tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan napas dan terbatuk. Setelah pemberian
medikasi pra-anestetik, stadium induksi dilalui kurang dari 10 menit dengan lancar dan
sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O - O2. Umumnya digunakan anestetik IV
barbiturat untuk mempercepat induksi. Tanda yang digunakan untuk mengamati kedalaman
anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi napas (kecuali bila ventilasi
dikendalikan), dan meningkatnya frekuensi denyut jantung.13

lsofluran merelaksasi otot rangka lebih baik dan meningkatkan efek pelumpuh otot
depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari yang ditimbulkan oleh enfluran. Dengan
demikian dosis isofluran maupun pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu,
meningkatnya aliran darah ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot.13

Tekanan darah turun cepat dengan makin dalamnya anestesia, tetapi berbeda dengan efek
enfluran curah jantung dipertahankan oleh isofluran. Hipotensi lebih disebabkan oleh
vasodilatasi di otot. Pembuluh koroner juga berdilatasi dan aliran koroner dipertahankan
walaupun konsumsi O2 berkurang. Dengan kerjanya yang demikian isofluran dipandang
lebih aman untuk pasien penyakit jantung daripada halotan atau enflur.an. Tetapi ternyata,
isofluran dapat menyebabkan iskemia miokardium melalui fenomena coronary steal yaitu:
pengalihan aliran darah dari daerah yang perfusinya buruk ke daerah yang perfusinya baik.
Kecenderungan timbulnya aritmia pun amat kecil, sebab isofluran tidak menyebabkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin.13

Ventilasi mungkin perlu dikendalikan untuk mendapatkan normokapnia sebab seperti semua
anestetik inhalasi, isofluran menyebabkan depresi napas dan menekan respons ventilasi
terhadap hipoksia. lsofluran dapat memicu refleks saluran napas yang menyebabkan
hipersekresi, batuk, dan spasme laring, yang lebih kuat daripada enfluran. Ditambah dengan
terganggunya fungsi silia di jalan napas, anestesia yang lama dapat menyebabkan
menumpuknya mukus di saluran napas. Kejadian ini dapat dikurangi dengan medikasi pra-
anestetik yang memadai dan induksi dengan barbiturat IV. Di sisi lain, seperti juga anestetik
inhalasi lainnya, isofluran juga bersifat bronkodilator.13

Pada anestesia yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada
pemberian enfluran. lsofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak
hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 maka hiperventilasi bisa
menurunkan aliran darah, metabolisme otak, dan tekanan intrakranial. ltu sebabnya isofluran
merupakan anestetik pilihan dalam bedah saraf.13

Keamanan isofluran pada wanita hamil, atau waktu partus, belum terbukti. lsofluran dapat
merelaksasikan otot uterus sehingga tidak dianjurkan untuk analgesik pada persalinan.
Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anestesia, tetapi tidak terjadi mual,
muntah atau eksitasi sesudah operas.13

lsofluran yang mengalami biotransformasi jauh lebih sedikit. Asam trifluoroasetat dan ion
fluor yang terbentuk jauh di bawah batas yang merusak. sel. Belum pernah dilaporkan
gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran.13

Isoflurane biasanya digunakan untuk pemeliharaan anestesi setelah induksi dengan agen lain
karena baunya yang menyengat. Induksi anestesi dapat dicapai dalam waktu kurang dari 10
menit dengan konsentrasi inhalasi 1,5%–3% isofluran dalam O2; konsentrasi ini dikurangi
menjadi 1%–2% (~1–2 MAC) untuk pemeliharaan anestesi. Penggunaan agen tambahan
seperti opioid atau nitro oksida mengurangi konsentrasi isofluran yang diperlukan untuk
anestesi bedah.13
Isoflurane memiliki koefisien partisi darah:gas yang jauh lebih rendah daripada enfluran.
Akibatnya, induksi dengan isofluran dan pemulihan dari isofluran relatif lebih cepat. Lebih
dari 99% isoflurane inhalasi diekskresikan tidak berubah oleh paru-paru. Isoflurane
tampaknya bukan mutagen, teratogen, atau karsinogen.13

II.2.2.2 Sevofluran
Sevofluran adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan induksi dan pemulihan lebih
cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat ini tidak stabil secara kimiawi. Bila terpajan
absorben CO2, sevofluran akan terurai menghasilkan zat yang bersifat nefrotoksik.
Metabolismenya di hati pun menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh karena
itu kedudukan zat ini sebagai anestetik inhalasi belum jelas.13

Penggunaan Klinis15,16
1. Induksi inhalasi anestesi umum pada pasien neonatal dan anak sekunder akibat
akses intravena pra-induksi yang tidak adekuat
2. Induksi inhalasi anestesi umum pada pasien dewasa yang kondisi klinisnya
memerlukan pernapasan spontan selama induksi
3. Ini dapat digunakan untuk perawatan anestesi umum lengkap atau bersamaan
dengan anestesi intravena untuk mempertahankan anestesi umum pada pasien
dewasa dan anak-anak.

Mekanisme :
Seperti anestesi inhalasi terhalogenasi lainnya, mekanisme yang tepat dari
sevofluran untuk menginduksi dan mempertahankan anestesi umum tidak
diketahui. Ada beberapa upaya untuk mengidentifikasi hipotesis kesatuan.
Namun, tidak ada satu pun mekanisme aksi yang diusulkan yang sepenuhnya
menjelaskan efek klinisnya. Hipotesis kerja saat ini adalah bahwa anestesi
inhalasi meningkatkan aktivitas saluran postinaptik penghambatan (asam
gamma-aminobutirat (GABA) dan glisin) dan menghambat aktivitas saluran
sinaptik rangsang (N-metil-D-aspartat (NMDA), nikotinat asetilkolin,
serotonin, dan glutamat) dalam sistem saraf pusat.17

Farmakodinamik/Kinetika :
Agar sevofluran memberikan efeknya, agen tersebut harus dilewatkan dari gas
yang diinspirasi ke dalam darah kapiler paru, kemudian diedarkan ke dalam sistem saraf
pusat. Onset aksi sevofluran ditentukan oleh konsentrasi agen yang diilhami, koefisien
partisi, menit ventilasi pasien, dan aliran darah paru pasien. Keempat faktor ini
bertanggung jawab atas kecepatan keseimbangan antara gradien konsentrasi sevofluran
antara alveoli, aliran darah paru, dan sistem saraf pusat, dan oleh karena itu bertanggung
jawab atas kecepatan induksi anestesi.18,19
Nilai MAC Dewasa untuk Tingkat Anestesi Bedah20
 Usia 25 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 2,6%
 Usia 40 tahun: Sevofluran dalam oksigen: 2,1%
 Usia 60 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 1,7%
 Usia 80 tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 1,4%

Nilai MAC Pediatrik untuk Tingkat Anestesi Bedah20


 Neonatus cukup bulan baru lahir hingga 1 bulan: Sevoflurane dalam oksigen:
3,3%
 Satu hingga lebih muda dari enam bulan: Sevoflurane dalam oksigen: 3%
 Enam bulan hingga kurang dari satu tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 2,8%
 Satu hingga lebih muda dari tiga tahun: Sevoflurane dalam oksigen: 2,8%

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inhalasi Sevoflurane Upta ke dan Clearance


 Konsentrasi anestesi inhalasi
 Koefisien partisi (darah:gas, otak:darah, jaringan:darah, minyak:gas)
 Ventilasi menit pasien
 Aliran darah paru pasien

Efek samping
1. Kardiovaskular
Sevofluran menginduksi penurunan tekanan darah dan curah jantung yang
tergantung dosis terutama dengan mengurangi resistensi vaskular sistemik.
2. Respirasi
Seperti semua agen anestesi volatil, sevofluran adalah iritasi saluran napas dan
dapat memicu batuk, apnea, dan laringospasme. Reaksi ini lebih kecil
kemungkinannya terlihat dengan sevofluran daripada desfluran dan isofluran
karena baunya yang manis dan kepedasan sevofluran yang rendah. Efek
samping pernapasan lebih sering terjadi pada pasien dengan patologi paru
yang sudah ada sebelumnya seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik,
dan fibrosis kistik. Sevofluran dan anestesi inhalasi lainnya juga
menyebabkan bronkodilatasi, penumpulan respon ventilasi
hipoksia/hiperkapnia, dan membalikkan vasokonstriksi paru hipoksia.
3. Sistem syaraf pusat
Sevoflurane menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serebral yang tergantung
dosis, sehingga meningkatkan aliran darah serebral dan tekanan intrakranial.
Sevoflurane mengurangi tingkat metabolisme otak.
Defisit Kehamilan dan Perkembangan Saraf: Sementara beberapa studi
observasional telah menemukan peningkatan risiko defisit perkembangan
saraf pada anak-anak yang terpapar anestesi, saat ini, tidak ada bukti kuat
yang mengaitkan efek ini dengan anestesi secara langsung. Pada saat ini,
tidak ada agen anestesi khusus yang harus dihindari selama kehamilan, atau
operasi yang diperlukan tidak boleh ditunda karena kekhawatiran mengenai
neurotoksisitas. Sebuah studi yang sangat kecil yang mencakup sevofluran
selama operasi caesar tidak menunjukkan efek buruk pada ibu atau janin.
Saat ini, tidak ada data terkontrol mengenai penggunaannya dalam kehamilan
pada subjek manusia, dan sampai ada data yang lebih pasti, penggunaan obat
ini selama kehamilan harus dibatasi hanya jika benar-benar diperlukan.
Kontraindikasi
Sevofluran dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap
sevofluran atau anestesi halogen lainnya. Agen ini juga dikontraindikasikan pada pasien
yang diketahui atau diduga rentan terhadap hipertermia maligna.

Anda mungkin juga menyukai