Anda di halaman 1dari 33

Referat

PEMBEDAHAN PADA
TUKAK DUODENUM
Fadhila Try Utami

Dokter Pembimbing : dr. Sigid Djuniawan, Sp.B


LATAR BELAKANG

Di Indonesia, khususnya di Makassar, ditemukan prevalensi ulkus


duodenum sebanyak 14% dan ulkus duodenum disertai dengan ulkus
gaster sebanyak 5%.

Umur terbanyak yaitu antara umur 45-65 tahun dengan


kecenderungan semakin tua umur, prevalensi semakin meningkat
dengan didominasi pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita.

Perlunya mengetahui tatalaksana pembedahan tukak duodenum untuk


mengurangi angka morbiditas.
ANATOMI
GASTER
HISTOLOGI GASTER
ANATOMI DUODENUM
HISTOLOGI DUODENUM
FISIOLOGI GASTRO-
DUODENUM
Fungsi Pengisian dan Penyimpanan Lambung

Relaksasi reseptif

Kontraksi peristaltik

Penyimpanan makanan
pada fundus dan corpus
Fungsi Sekresi

1. Sel parietal yang memproduksi HCL dan


faktor intrinsik
Fungsi HCL
Mengaktifkan prekursor enzim perpsinogen
menjadi pepsin yang merupakan enzim aktif

Mengurangi ukuran partikel makanan besar


menjadi lebih keci

Menimbulkan terjadinya denaturasi protein

Mematikan sebagian besar mikoorganisme


yang tertelan bersama makanan
2. Chief cell  menghasilkan suatu molekul enzim
yang inaktif yang disebut pepsinogen.
Pepsinogen  pepsin (oleh HCL)
Pepsin  pepsinogen  pepsin (autokatalisis)
Sel sekretorik lambung (sel parietal, chief
cell dan mucous cell) dalam memproduksi
sekresinya diatur oleh sel – sel sekretorik
lain yaitu :
 Sel G yang menghasilkan gastrin
 Sel ECL yang menghasilkan histamin
 Sel D yang menghasilkan somatostatin.
Stimulasi saraf vagus  plexus saraf
intrinsik mengeluarkan Ach  aktivasi sel G
dan sel ECL  sel G mengeluarkan gastrin
dan sel ECL mengeluarkan histamin 
gastrin mengaktivasi sel parietal dan chief
sel.
Sel D bekerja sebagairespon terhadap tingginya
kadar asam dalam lumen lambung, dan
menghasilkan somatostatin yang akan
menghambat sekresi sel parietal, juga faktor
stimulasinya, yakni sel G dan sel ECL, sehingga
produksi sel parietal menjadi minimal.
3. Fungsi Pencampuran dan
Pengosongan
Proses pencampuran makanan berlangsung di
bagian antrum dari lambung. Lapisan otot antrum
lebih tebal  Gelombang kontraksi peristaltik
lambung lebih kuat.

Jumlah dan volume kimus  peregangan pada


lambung  berefek meningkatnya eksitabilitas
kontraksi otot lambung.
Kontraksi otot lambung juga dipengaruhi oleh
seberapa lama kimus diubah dari bentuk padat
menjadi cair kental.
Semakin cepat keenceran kimus diperoleh makan
akan semakin cepat juga pengosongan isi lambung
ke dalam duodenum.
Terdapat empat faktor dari dalam
duodenum yang dapat mengurangi
kecepatan pengosongan lambung :
1. Lemak
2. Asam
3. Hipertonisitas
4. Peregangan.
TUKAK PEPTIK

Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa


biasanya dilambung atau duodenum.

Keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas di


bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub
mukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran
cerna yang langsung berhubungan dengan cairan
lambung asam atau pepsin.
ETIOPATOGENESIS
Hipersekresi asam Tidak Efektifnya
lambung Pertahanan Mukosa

Genetik NSAID dan kortikosteroid

Obstruksi parsial pilorus Penurunan asam bikarbonat

Psikologis
Lain-lain
Kafein
Nikotin

Infeksi : Helicobacter Pylori


MANIFESTASI KLINIS

Nyeri
epigastrium

Mual dan Perut terasa


Muntah terbakar

Perut penuh
dan
kembung
PENEGAKAN DIAGNOSA
ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK

Nyeri tekan epigastrium  Tukak


Sesuai manifestasi Klinis
lambung

Nyeri tekan epigastrium sebelah kanan


linea mediana  tukak duodenum
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Radiologi

Endoskopi

Biopsi
KOMPLIKASI

Perforasi

Perdarahan

Obstruksi dan
stenosis
TATALAKSANA PEMBEDAHAN
Indikasi bedah pada tukak duodenum adalah
tukak yang tak kunjung sembuh dengan
pengobatan, adanya komplikasi seperti
perforasi, obstruksi, dan perdarahan yang
tidak bisa diatasi secara non-operatif.
Vagotomi dan Penyaliran

Vagotomi trunkus dan vagotomi selektif akan


menurunkan produksi asam lambung, tetapi
menyebabkan retensi lambung karena cabang
latarjact yang mempersarafi antrum dan pilorus
ikut terpotong.
Diperlukan penyaliran berupa piloroplastik atau
gastroyeyunostomi untuk menjamin pengosongan
lambung.
Vagotomi dan Reseksi Parsial Lambung

Reseksi parsial meliputi pilorus dan antrum,


dan bila perlu (sebagian) korpus lambung.
Reseksi antrum akan menurunkan produksi
gastrin sehingga produksi asam lambung
akan turun. Biasanya dilakukan rekontruksi
Billroth II karena radang dan deformitas di
duodenum tidak memungkinkan
anastomosis Billroth I.
Vagotomi Sel Parietal (Highly Selective Vagotomy)

Cabang vagus ke fundus dan korpus (daerah sel parietal)


dipotong untuk menurunkan sekresi asam lambung.
Persarafan antrum dan pilorus utuh sehingga pengosongan
lambung terjamin. Oleh sebab itu, tidak diperlukan
penyaliran. Keuntungan pendekatan ini adalah tidak ada
komplikasi pascabedah piloroplasti atau Billroth I/II. Jenis
operasi ini sedapat mungkin merupakan pilihan pertama,
tetapi perlu pengalaman banyak karena operasinya sukar.
KESIMPULAN
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya
dilambung atau duodenum. Hal ini disebabkan karena
hiperekskresi asam lambung dan tidak efektifnya
pertahanan mukosa pada lambung dan duodenum. Gejala
klinis berupa dispepsia dan pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan epigastrium. Gold standar adalah pemeriksaan
endoskopi saluran cerna bagian atas ( UGIE-Upper
Gastrointestinal Endoscopy) dan biopsi lambung (untuk
deteksi kuman H.Pylori). Komplikasi berupa perndarahan,
perforasi, obstruksi dan stenosis. Tatalaksana Pembedahan
berupa vagotomi dan penyaliran, vagotomi dan reseksi
parsial lambung, dan vagotomi sel parietal (highly selective
vagotomy).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai