Anda di halaman 1dari 47

PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP SEORANG

WANITA USIA 74 TAHUN DENGAN HIPERTENSI


DAN DIABETES MELLITUS TIPE 2, TINGKAT
PENDIDIKAN KELUARGA RENDAH, DAN ASPEK
EKONOMI MENENGAH KEBAWAH

Disusun oleh:

Rafael Bagus Y G99172136


Alfin Rizki R G991903002
Aisyah Nooratisya G99172001
Erinda Kusuma W G99172070
Auliya Bintan N G991903006

Pembimbing :
dr. Balgis, M.Sc, CM.FM., AIFM.
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendi-dikan Pekerjaan Ket.
(th)

1 Ny. J Kepala P 74 Tidak Ibu Rumah Ibu


Keluarga bersekolah Tangga

2 Ny. A Anak P 31 SMA Ibu Rumah Anak Pasien


Tangga

3 Tn. A Anak L 32 Swasta Anak Pasien


SMA

Data primer, Maret 2019


IDENTITAS
• Nama : Ny. J
• Umur : 74 tahun
• Alamat : Banyuanyar, RT/RW 002/003, Kelurahan
Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari,
Surakarta
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Status : Sudah menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2019, 28 Maret 2019, 30 Maret 2019
ANAMNESIS

• Keluhan utama
▫ Kaki kanan sulit untuk berjalan, merasa sering kesemutan.

• Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan yang dirasakan pasien sekarang adalah kesulitan untuk
berjalan , merasa lebih sering kesemutan dan baal pada kaki. Pasien
masih rutin minum obat yang diberikan dari Puskesmas dan RS Panti
Waluyo diantaranya Amlodipin , Candesartan, Clopidogrel dan Lantus 16
Unit.
IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL
• Alasan kedatangan berobat
• Pasien kontrol rutin ke Puskesmas untuk mendapatkan rujukan agar
memperoleh obat atau perawatan di Rumah Sakit Panti Waluyo.

• Persepsi pasien tentang penyakit


▫ Pasien belum paham penuh mengenai penyakit hipertensi yang
dialaminya, ditunjukkan pasien sebelum mengalami stroke pada
tahun 2017 , pasien tidak rutin minum obat hipertensi karena pasien
sebelumnya merasa dirinya baik- baik saja.
▫ Sementara itu, pasien sudah memahami bahwa pengobatan sakit
gula harus rutin dan berkelanjutan. Pasien juga dapat menerima
penyakit stroke yang dialaminya dan berkomitmen untuk
melanjutkan pengobatan rutin yang dijalani. Selama menjalani
pengobatan, pasien memiliki PMO yaitu Ny A yang merupakan anak
pasien.
• Kekhawatiran pasien
▫ Pasien merasa khawatir penyakitnya bisa membuat
pasien tidak bisa berjalan seumur hidup, sehingga
khawatir menyusahkan anak – anak yang
merawatnya. Pasien juga khawatir dapat memberikan
riwayat keturunan ke anggota keluarganya yang lain.

• Harapan pasien
▫ Pasien tidak ragu untuk melanjutkan pengobatannya
sehingga keadaannya bisa membaik dan terhindar dari
komplikasi penyakitnya.
• Riwayat Penyakit Dahulu

▫ Riwayat keluhan serupa : stroke pada tahun 2017 dan awal 2019,
dengan keluhan awal tidak bisa
menggerakan kaki dan tangan kanan.

▫ Riwayat tekanan darah tinggi : (+) sejak tahun 2000


▫ Riwayat kencing manis : (+) sejak tahun 2017
▫ Riwayat sakit jantung : (-)
▫ Riwayat sakit ginjal : (-)
▫ Riwayat sakit asma : (-)
▫ Riwayat alergi : (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
▫ Riwayat keluhan serupa : (-)
▫ Riwayat tekanan darah tinggi : tidak diketahui.
▫ Riwayat kencing manis : tidak diketahui
▫ Riwayat sakit jantung :-
▫ Riwayat sakit ginjal :-
▫ Riwayat sakit asma :-
▫ Riwayat alergi :-
Riwayat Kebiasaan

▫ Memasak dengan menggunakan kompor gas.


▫ Pasien memiliki kebiasaan minum teh, suka makan
(diet tidak terkontrol) dan suka makan labu.
 Riwayat olahraga : pasien tidak berolahraga karena merasa
tidak mampu dan takut karena kaki kanan terasa sulit untuk
berjalan
 Riwayat merokok :-
 Riwayat alkohol :-
Riwayat sosial ekonomi

• Pasien sampai sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga.


• Kehidupan sehari-hari dan biaya perawatan atau pengobatan
pasien ditanggung oleh anak-anaknya.
• Hubungan antar keluarga di dalam rumah terlihat baik.
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar juga baik, dapat
dilihat dari anak-anak pasien ada yang tinggal bersama
pasien dan banyak yang tinggal di lingkungan rumah pasien,
dan tetap merawat pasien dengan sabar, pasien juga sering
bersosialisasi dengan tetangga serta memiliki hubungan baik
dengan warga sekitar.
• Pasien berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS PBI.
Riwayat
RiwayatGIZI
Gizi

• Pasien makan 3 kali sehari atau 2 kali sehari (dan


terkadang disertai makanan selingan di antaranya)
dengan nasi, sayur, lauk pauk seadanya (masakan atau
gorengan yang dibeli didekat rumah) dan suka sekali
makan labu.
• Waktu makan pasien teratur. Pasien sering segera
makan atau minum saat merasa lapar atau haus.
Konsumsi gula pasien berlebihan karena pasien suka
minum teh setiap pagi atau sore hari dengan gula
sebanyak 2 sendok teh. Konsumsi garam dianggap
berlebihan, karena pasien tidak suka makanan yang
hambar atau tidak gurih.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
• Composmentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan Obese

• Tanda Vital
Tensi : 150/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler/tidak
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC per axiler
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Gizi
BB : 72 kg
TB : 156 cm
BMI : BB/TB2 = 72/(1,56)2 = 29.6 kg/m2
Status gizi : obese
Mata: konjungtiva anemis (-/-),
Cor sklera ikterik (-/-), pupil isokor
I : Ictus cordis tidak tampak (+/+) 3 mm/3mm, reflek pupil
P: IC tidak kuat angkat (+/+)
P : Batas jantung kesan tidak Hidung : nafas cuping hidung (-)
melebar Mulut : sianosis (-), anemis (-)
A : BJ I-II ( regular), bising (-) Lidah : leukoplakia (-)

Paru
I : Pengembangan dada kanan=kiri, Leher : JVP -+ 2 cmH2O .
P: Fremitus raba dada kanan = kiri Pembesaran KGB (-)
P: sonor/sonor
A: RBK (-/-), RBH (+/+) Abdomen
I : dinding perut = dada
A : BU (+), 14 x/ menit
P : timpani, pekak alih (-),
undulasi (-)
P : NT (-), supel, hepar dan lien
tidak teraba.

Thoraks: normochest, retraksi (-) Oedem tangan (-/-)


Oedem kaki (-/-)
Akral dingin (-/-)
ASSESSMENT
• Hipertensi stage II
• Diabetes mellitus tipe 2
• Riwayat Stroke
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa:
Amlodipin, Candesartan, Clopidogrel dan Lantus 16 Unit.

• Non medikamentosa
Edukasi dari Puskesmas :
 Menurunkan berat badan
 Mengurangi penggunaan garam
 Mengurangi konsumsi gula khususnya teh manis
 Menjelaskan dampak yang dapat terjadi jika obat tidak
diminum teratur
 Rutin memantau kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan melalui pengawas minum obat yaitu Ny. A sebagai
anak pasien
RESUME
• Keluarga Ny. J memiliki 12 anak dimana suami Ny. J dan 2 dari anak nya
sudah meninggal, sehingga memiliki bentuk keluarga single parent family.
Saat ini, Ny. J hanya tinggal bersama 2 anaknya (anak ke 10 dan 11) yaitu Ny.
A dan Tn. A.
• Masalah kesehatan pada Ny. J yang sudah berusia 74 tahun yaitu Hipertensi
stage II dan Diabetes Mellitus tipe 2, serta memiliki riwayat stroke pada tahun
2017 dan Januari 2019. Dengan hasil anamnesis keluhan kaki kanan sulit
digunakan berjalan dan sering kesemutan.
• Pada tahun 2017, pasien datang ke IGD Puskesmas Banyuanyar dengan
keluhan tidak bisa menggerakkan tangan kanan, kaki kanan, dan sulit
berbicara, saat itu pasien dirujuk ke RS Panti Waluyo. Setelah dilakukan
perawatan, pasien mendapatkan pengobatan rutin dari RS Panti Waluyo.
Pengobatan rutin yang didapatkan adalah untuk mengendalikan Stroke,
Hipertensi dan DM.
Fungsi holistik
• Fungsi Biologis dan Klinis • Fungsi Penguasaan Masalah
• Single Parent Family dan Kemampuan Beradaptasi
• Hipertensi stage II • Baik
• DM tipe 2 • Fungsi Pendidikan dan
• Riwayat Stroke pengetahuan
• Fungsi Psikologis • Kurang. Pasien buta huruf
• Baik. Tidak ada masalah
antara anggota keluarga
• Fungsi Sosial
• Baik
• Fungsi Ekonomi
• Penghasilan keluarga pasien
berasal dari anak-anak pasien
setiap bulannya.
Fungsi FISIOLOGIS (APGAR SCORE)
Kode APGAR keluarga Tn. AS Ny. J Ny. A Tn. A

Saya merasa nyaman meminta bantuan anggota


A 2 2 2
keluarga saya ketika ada masalah menerpa saya.
Saya merasa puas saat anggota keluarga saya
P bercerita mengenai masalahnya dan menjelaskan 2 2 2
kepada saya.
Saya merasa keluarga saya menerima dan
G mendukung keinginan saya tiap saya hendak 1 2 2
melakukan aktivitas baru.

Saya merasa keluarga saya dapat menunjukkan serta


A menerima perasaan dari saya, baik itu berupa 2 2 2
amarah, kesedihan, ataupun kasih sayang.

Saya merasa puas ketika keluarga saya


R 2 2 2
menghabiskan waktu bersama-sama.
Total Nilai APGAR 9 10 10

Kesimpulan :
Fungsi fisiologis keluarga Ny. J tergolong baik. Hal ini terlihat dari skor individu
dalam keluarga yang berkisar antara 9 sampai 10 dimana skor ini termasuk
dalam kategori baik.
FUNGSI PATOLOGIS (SCREEM SCORE)
Kode Keterangan
Social -
Cultural -
Religion -
Economy +
Education +
Medical -
Kesimpulan :
Fungsi patologis keluarga Ny. J mengalami gangguan
pada area ekonomi dan pendidikan
GENOGRAM

Tn. M (72 th) Ny. J (74


Penyebab meninggal: th)
kecelakaan

Ny. N (53 th)Tn. N (46th) Ny. N (50 th) Tn. N (6 bln) Ny. W (46 Ny. W (42 Ny. W (40 Ny. P (38 Ny. S (35 Tn. A (32 Ny. A (31 Ny. A (29
Penyebab Penyebab th) th) th) th) th) th) th) th)
meninggal: meninggal:
kecelakaan tidak
diketahui
• Analisis Genogram :
• Keluarga Ny. J memiliki faktor risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes mellitus, yang
diduga berasal dari pola hidup Ny. J.
Keterlibatan faktor keturunan tidak diketahui.
Pola Interaksi Keluarga
Tn. A Ny. A

Ny. J

• Kesimpulan :
• Hubungan antar anggota
keluarga Ny. J harmonis dan
dekat.
Faktor-faktor Perilaku yang
Mempengaruhi Kesehatan

Pengetahuan
Anggota keluarga Ny. J mempunyai jenjang pendidikan
yang rendah, dimulai dari Ny. J yang tidak bersekolah, Ny. A
dan Tn. A yang hanya tamat SMA. Rendahnya tingkat
pendidikan formal yang dienyam oleh anggota keluarga Ny. J
menyebabkan keluarga Ny. J kurang mengetahui beberapa
aspek mengenai bagaimana cara untuk mengusahakan dan
menjaga kesehatan bagi anggota keluarga, misalnya
bagaimana mengatur asupan dan pola makan yang baik,
bergizi dan seimbang bagi seluruh anggota keluarganya.
Faktor-faktor Perilaku yang
Mempengaruhi Kesehatan
 SIKAP
 Ny. J secara pribadi bersikap peduli terhadap kesehatan dirinya, serta
keluarganya juga peduli terhadap kesehatan Ny. J.
 Ny. J juga merespon anjuran dokter dengan taat untuk menjalani
pengobatannya.
 Keluarga Ny. J juga menerima kondisi sakit yang dialami oleh Ny. J
dengan mendukung penuh pengobatan yang dijalani oleh Ny. J.
 Ny. J sendiri juga patuh terhadap pengobatan hipertensi dan
diabetesnya dengan meminum obat setiap hari secara sadar tanpa
perlu diingatkan oleh anggota keluarganya dan mengaku taat
meminum obat setiap hari tanpa ada yang terlewat karena pasien
merasa pentingnya minum obat agar kondisinya selalu terkontrol
sehingga tetap sehat, mandiri dan tidak mengkhawatirkan anggota
keluarganya.
Faktor-faktor Non-Perilaku yang
Mempengaruhi Kesehatan

• Lingkungan (dijelaskan pada tabel)

• Keturunan (tidak diketahui)

• Pelayanan Kesehatan
• Cukup dan Mudah terjangkau
Identifikasi Outdoor dan Indoor
3. Faktor
1. Personal 2. Klinis
Internal
• 74 tahun • Hipertensi stage II • Keluarga pasien
• Single Parent • Diabetes Mellitus 2 berada dalam tahap
Family • Riwayat Stroke kelima = anak
• Sedikit mengalami sudah dewasa
• Faktor keturunan
keterbatassan mandiri
tidak diketahui
• Tidak mengalami • Permasalahan
depresi dan stress keluarga dalam
ekonomi dan
pendidikan

4. Faktor 5. Derajat
Eksternal Fungsional
• Keadaan rumah • Tiga : dimana
cukup baik pasien saat ini
• Jarak antar rumah hanya mampu
sangat berdekatan melakukan
• Cahaya dan perawatan diri dan
sirkulasi kurang pekerjaan ringan di
dalam rumah saja.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

• Puskesmas lebih aktif mempromosikan informasi


mengenai penyakit menular dan tidak menular
khususnya Hipertensi dan Diabetes mellitus serta
komplikasinya.
• Memberikan dukungan kepada keluarga mengenai
Promotif kondisi Ny. J agar keluarga mendukung pengobatan
dalam hal mengingat waktu minum obat.
• Ny. J harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat,
dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
berolahraga dan menjaga pola makanan bergizi
seimbang.
• Meningkatkan kesadaran pada masyarakat untuk deteksi
dini dengan mengukur tekanan darah secara rutin.
• Meningkatkan kesadaran untuk mengatur makanan
yang dikonsumsi dan pola hidup sehat.
Preventif • Meningkatkan kesadaran agar teratur meminum
obat, mengingat pengobatan diabetes dan hipertensi
dilakukan seumur hidup.
• Mengatur pola makan.
• Meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga.
• Mengkonsumsi obat secara teratur sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan.
• Dalam aspek personal, perlu dilakukan
edukasi mengenai pentingnya minum obat
Kuratif secara rutin dengan waktu yang tetap
(misal: setiap pagi jam 8) untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat dan
edukasi mengenai kemungkinan yang bisa
terjadi apabila pengobatan gagal sehingga
meningkatkan motivasi untuk rutin minum
obat.
• Melakukan kontrol rutin ke Puskesmas
Rehabilitatif Banyuanyar
Catatan Perkembangan Pasien
SIMPULAN
• Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, Ny. J memiliki derajat
fungsional 3, dimana pasien saat ini hanya mampu melakukan perawatan diri
dan pekerjaan ringan di dalam rumah saja, hal ini dikarenakan keterbatasan
yang merupakan komplikasi dari penyakit nya.
• Ny. J tinggal di rumah kedua anaknya dengan fungsi holistik cukup baik dan
fungsi fisiologis baik dengan skor APGAR yang baik. Adapun hubungan antar
anggota keluarga Ny. J harmonis dan dekat.
• Fungsi patologis keluarga Ny. J mengalami gangguan pada area ekonomi dan
pendidikan
• Penyakit pada pasien Ny. J merupakan penyakit yang bersifat kronis dan
pengobatannya dilakukan seumur hidup. Perlu adanya dukungan dari keluarga
agar proses terapi bisa diawasi dengan baik.
• Ny. J dan keluarganya perlu diberikan edukasi lebih lanjut mengenai
hipertensi dan diabetes mellitus untuk meningkatkan dukungan keluarga
dalam pengobatan pasien.
SARAN
• Keluarga Ny. J hendaknya memberikan dukungan moril dan mengawasi
minum obat.
• Pasien dapat melakukan kontrol rutin ke Puskesman untuk melakukan
fisioterapi sebagai usaha promotif
• Ny. J disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya,
melakukan pola hidup sehat, menjaga pola makan dan meminum obat secara
teratur.
• Puskesmas hendaknya meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan memaksimalkan kerjasama lintas sektor pada pasien
dengan penyakit infeksi dan non infeksi khususnya tuberkulosis di daerah
kerja puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat,
memaksimalkan terapi pada pasien dan meningkatkan kualitas hidup
penderita.
• Kegiatan home visit sebaiknya tetap dilaksanakan secara berkelanjutan untuk
dapat melihat permasalahan kesehatan pasien secara lebih komprehensif
Foto Kegiatan FOME
DAFTAR PUSTAKA
• American Diabetes Association. 2003. Treatment of Hypertension in Adults with Diabetes. Diabetes care 2003.
• Brown CM and Garovic VD. 2014. Drug Treatmenr of Hypertension in Pregnancy. Drugs 2014 March; 74(3): 283-296.
• Butalia S, Audibert F, Core A, et al. 2018. Hypertension Canada’s 2018 Guidlines for the Management of Hypertension in
Pregnancy. Canadian Journal of Cardiology 34 : 526-53.
• Canadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014.
• Depkes RI. 2006b. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular. Jakarta.
• Holt and Kumar (2010). ABC of Diabetes. Sixth edition. UK: Wiley-Blackwell. Halaman 1-5, 34-37, dan 64-66.
• James PA, Oparil S, Carter BL et al. 2013. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC
8). JAMA: 2013.
• Kaplan NM. 2011. Primary hypertension: pathogenesis. In: Kaplan's Clinical Hypertension 9th ed. Phitadelpia:
Lippincot Williams & Wilkins.
• Krishnan A, Garg R, Kahandaliyanage A. Hypertension in the South-East Asia Region: an overview. Regional Health
Forum. 2013; 17(1): 7-14.
• Nafrialdi. 2009. Antihipertensi. Sulistia Gan Gunawan (ed). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
• Scobie, Ian. (2007). Atlas of Diabetes Mellitus. Third edition. UK: Informa Healthacer. Halaman 1-33 dan 69-75
• Setiati S, Sudoyo AW, Alwi I, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam FA. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta:
Interna, 2014:2192-96.
• Soegondo, Sidartawan., dkk. (2004). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Penerbit FKUI. Halaman 7-17,
281-285 dan 293- 298.
• Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta
• Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed.IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta
• Varounis C, Katsi V, Nihoyannopoulos P, Lekakis J Tousoulis D. 2017. Cardiovascular Hypertensive Crisis: Recent Evidence
and Review of the Literature. Front. Cardiovasc. Med. 3:51. doi: 10.3389/fcvm.2016.00051
• Vincent JL, Abraham E, Moore FA, Kochanek PM, Fink MP. 2011. Textbook of critical care. 6th edition. Elsevier Inc. pp:
644-671.
• Weber MA, Schiffrin EL, White WB, Mann S, Lindholm LH, Kenerson JG, et al. 2013. Clinical Practice Guidelines for
the Maganement of Hypertension in the Community. A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension. ASH paper. The Journal of Clinical Hypertension.
• William B, Mancia G, Spiering W, et al. 2018. 2018 ESC/ESH Guidlines for the Management of Arterial Hypertension.
European Heart Journal (2018)00, 1-98.
• World Health Organization (WHO). 2013. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crisis.
• Waspadji, S. (2006). Diabetes mellitus di Indonesia, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
4., Jakarta: FK UI.

Anda mungkin juga menyukai