Anda di halaman 1dari 63

PEREMPUAN USIA 66 TAHUN DENGAN

MELENA NON-VARICEAL DD VARICEAL, DAN


ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK
Pembimbing:
dr. Evi Liliek Wulandari, Sp. PD, M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
William Gani
Abdurrahman Aufa Fatimah
Winda Atika Sari
Savira Widha Alifprilia Nahdah Lupita
Aliya Wardhani
Husna Agatha Wilda Yoanika
Fathia Sri Mulyani
Denny Budiyono Musthofa Chandra R
M Fadiliza Abinandra
Noor Iqmaliya Rachmawati Khairunisa'a Laily Agustin
Gabriel Manggala S
Fauziyyah Boenyamin Yustina Dwi Rahmawati
Muthia Pradipta D P
Ayub Quisa Andre Christiawan S
Destya Putri Amalia
Afida Zahra Nathasya Vania
Kristianti Mukti R P
Luthfi Primadani Kusuma Erma Fanny Suliyanti
Annisa Tria Fadila
Muhammad Setya Fachreza Adhitya Bhima N
Bagas Muhammad
Monika Putri Gratia Fransiska Natasha Wibowo
Hellena Hildegard
Talika Rifen Hanifia Rahma Pramatama Tameru
Diah Kurniawati
Saiful Hidayat Ligya Marline Tobing
Rizki Fitria F
Christa Adeline Auliya Bintan N
Eillien Ramadhani F
Mohamad Arif Fikri Muhammad Faizul Fuda
Gustafat Abdur Rahman
Siti Nur Na'Imah Risna Annisa M
Ni Putu Dian Apriandary
Erlyn Tusara Putri H Naufal Aminur Rahman
Bunga Fatimah
Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. S


Nomor RM : 060xxx
Usia : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Karangasem, Laweyan, Surakarta
Tanggal masuk : 18 Maret 2021
Tanggal pemeriksaan : 18 Maret 2021
ANAMNESIS
Anamnesis
Keluhan utama: BAB hitam
RPS:
Pasien datang ke IGD RS UNS dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak 2 minggu
SMRS. Keluhan BAB hitam masih dirasakan hingga saat ini. Konsistensi BAB lunak,
berwarna hitam gelap, dengan frekuensi BAB 1 kali sehari. Pasien sudah memeriksakan diri
ke dokter sebanyak 2x terkait keluhan dan diberikan vitamin, namun keluhan tidak
membaik.
Keluhan disertai dengan lemas, rasa nyeri dan panas di ulu hati, serta mual. Pasien
mengalami penurunan asupan makan dan minum. Pasien juga merasa demam sejak tadi
malam. Muntah (-), rasa sebah (-), nyeri saat BAB (-), BAK tidak ada keluhan.
Keluhan batuk, pilek dan sesak disangkal. Pasien menyangkal riwayat kontak erat dengan
pasien suspek maupun terkonfirmasi Covid-19, dan riwayat pergi ke luar kota dalam 14 hari
terakhir.
Anamnesis
RPD:
 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat penyakit lambung : (+) 1 tahun yang lalu dan disarankan untuk
rawat inap, namun pasien menolak
 Riwayat penyakit jantung : (+) penyakit jantung koroner 5 tahun yang lalu,
rutin berobat ke klinik jantung RS UNS sampai saat ini → terapi aspilet
1x80mg, simvastatin 1x20mg, candesartan 1x16mg, bisoprolol 1x7.5 mg,
dan amlodipine 1x10mg
 Riwayat penyakit diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat mondok : (+) 5 tahun yang lalu, saat sakit jantung
 Riwayat asma/alergi : (+) alergi amoxicillin
 Riwayat penyakit lain : disangkal
Anamnesis
RPK
 Riwayat keluhan serupa: disangkal
 Riwayat penyakit jantung/HT : disangkal
 Riwayat penyakit DM : disangkal
 Riwayat asma/alergi : disangkal
 Riwayat penyakit lain : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien makan sebanyak 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk dan sayur, namun
sering telat makan. Terjadi penurunan asupan makan dan minum sejak sakit.
Riwayat konsumsi alkohol dan merokok disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan saat ini berobat menggunakan
fasilitas BPJS Kesehatan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik

■ Keadaan umum : lemas, compos mentis GCS E4V5M6


■ Tanda-tanda vital
TD : 128/70 SpO2 : 98%
Nadi : 78x/menit RR : 20x/menit
Suhu : 37.1oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala: mesocephal, jejas (-) Kulit: warna sawo matang,
pucat (+), ikterik (-), spider
naevi (-), petechie (-),
Mata: konjungtiva anemis
penurunan turgor (-)
(+/+), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil
isokor 3mm/3mm Telinga: deformitas (-),
darah (-), sekret (-)
Hidung: napas cuping
hidung (-/-), deformitas (-),
darah (-/-), sekret (-/-) Leher: JVP 5+2cm,
pembesaran kelenjar
Mulut: mukosa basah, getah bening (-)
sianosis (-), gusi berdarah (-)
Pemeriksaan Fisik
Thoraks: simetris, retraksi Jantung
dinding dada (-/-) I: ictus kordis tidak tampak
P: ictus kordis tidak kuat angkat
Paru P: batas jantung kesan melebar ke
I: pengembangan dinding dada caudolateral
kanan = kiri A: bunyi jantung S1-S2 reguler,
P: fremitus raba kanan = kiri intensitas normal, bising (-)
P: sonor/sonor
A: SDV (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-), Ekstremitas
CRT < 2 detik
Akral dingin Edema
Abdomen
I: distensi abdomen (-), spider naevi (-), - - - -
caput medusa (-) - - - -
A: BU (+) 8x per menit
P: supel, nyeri tekan epigastrium (+),
RT: MTSA kuat, ampula rekti tidak
hepatomegali (+) splenomegali(-)
kolaps, mukosa licin, NT (-), STLD (-)
ascites (-)
P: timpani, pekak alih (-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium Hematologi Rutin (18 Maret 2021)

PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI NORMAL


Darah Lengkap
Lekosit 6.17 103/L 4.5 - 11
Eritrosit 2.32 106/L 3.9 - 5.3
Hemoglobin 7.4 g/dL 11.7 - 16.2
Hematokrit 22.1 % 35 - 45
MCV 95.3 fL 79.0 - 99.0
MCH 31.9 pg 27.0 - 31.0
MCHC 33.5 % 33.0 - 37.0
Trombosit 251 103/L 150 - 450
RDW-CV 16.5 % 11.5 - 14.5
PDW 8.3 fL 9.0 - 13.0
MPV 9.1 fL 7.2 - 11.1
Laboratorium Hematologi Rutin (18 Maret 2021)
PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI NORMAL
Hitung Jenis
Limfosit 15.9 % 20 - 40
Monosit 6.8 % 0-7
Neutrofil 77.3 % 55 - 80
Eosinofil 0.0 % 0-4
Basofil 0.0 % 0-2
Neutrophil Lymphocyte Ratio 4.84 1 - 1.3
Absolute Lymphocyte Count 980 /uL 1500 - 4000
HFLC 0.0 % 0 - 1.4
Golongan darah O/Rh+
Gambaran darah tepi Menyusul
Laboratorium Hematologi Rutin (18 Maret 2021)
PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI NORMAL
Kimia Klinik
AST (SGOT) 13.0 U/L 0 - 34
ALT (SGPT) 26.0 U/L 8 - 34
Ureum 17.0 mg/dL 10 - 45
Kreatinin 1.40 mg/dL 0.5 - 1.1
Kalium (K) 3.80 mmol/L 3.5 - 5.5
Natrium (Na) 143.39 mmol/L 135 - 145
Klorida (Cl) 103.03 mmol/L 96 - 106
Kalsium Ion (Ca2+) 0.87 mmol/L 1.1 - 1.35
Glukosa Darah Sewaktu 113 mg/dL 70 - 140
Imunoserologi
HbsAg Kualitatif Non reaktif Non reaktif
Pemeriksaan
EKG (18
Maret 2021)
Kesimpulan:
• Sinus aritmia, HR 62bpm ireguler, normoaxis
• Gelombang P 0.08s, PR interval 0,12s,
kompleks QRS 0.08s, ST segmen isoelektrik,
T inversi (-)
• Kriteria Sokolow-Lyonn: S(V1) + R(V5/V6)
= 22 -> tidak ada LVH
• Kriteria Cornell: S(V3) + R(aVL) = 12 ->
tidak ada LVH
• Pada V1, R/S ratio <1; pada V5, R/S ratio >1
-> tidak ada RVH
Pemeriksaan Foto
Polos Thoraks
(18 Maret 2021)
Cor: Apex jantung bergeser ke
caudolateral

Pulmo: Corakan vaskuler merapat dan


meningkat

Kesan:

• Cardiomegali dengan CTR 0.72

• Gambaran bronchitis
ASSESSMENT
Assessment

■ Melena ec non-variceal bleeding dd variceal bleeding


■ Anemia normositik normokromik
PLANNING
Tata laksana dan Planning

Terapi di IGD Terapi di Bangsal


Infus RL 20 tpm Infus RL 20 tpm
Inj. Omeprazole 40mg Inj. Omeprazole 40mg/12 jam
Inj. Asam tranexamat 500mg Sucralfat PO 4 x 1C
Rawat inap bangsal biasa Transfusi PRC 2 kolf, 1 kolf/12 jam -> pre-
medikasi: inj. furosemide 1 ampul/kolf
Terapi jantung lanjut
Plan: Cek GDT, FL, konsul jantung
FOLLOW UP
Follow Up Tanggal 19/03/2021
S O A P
BAB Hitam (+), KU : tampak sakit sedang, CM • Melena ec nonvariceal bleeding • Infus Ringer Laktat 20tpm
mual (-), muntah TD : 98/50 mmHg • CHF EF 72% • Injeksi Omeprazole 40mg/12
(-), demam (+) HR : 74x/menit • Anemia ec perdarahan jam
Suhu : 38.0 oC • Sukralfat 4xCI
RR : 20x/menit • Paracetamol 3x500mg
SpO2 : 99% • Terapi lain mengikuti TS
Kepala : Mesocephal, Kardiologi
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera • Transfusi PRC 2 Kolf
ikterik (-/-), mata cowong (-/-)
Hidung: napas cuping hidung (-), eptstaksis (-) PLAN
Mulut: mukosa basah • Cek Lab Darah Rutin post
Leher: Tidak ada pembesaran KGB transfusi
Toraks: simetris, retraksi (-/-) • Gambaran darah tepi
COR : BJ I- II murni reguler, bising (-) • Anemia proses kronis
Pulmo: SDV (+/+), wheezing (-/-), RBH (-/-), disertai defisiensi
RBK (-/-)
albumin
Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-), hepar
teraba besar
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP teraba kuat,
CRT <2 detik
RT : MTSA Kuat, Ampula Rekti tidak kolaps,
Mukosa Licin, NT (-), STLD (-)
Laboratorium Tanggal 19/03/2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hematologi Rutin RDW-CV 18.5 % 11.5-14.5

Hemoglobin 9.5 g/dl 11,7 – 16,2 MPV 8.7 Fl 7.2-11.1

Hematokrit 28.3 % 35-45 PDW 8.5 % 9.0 -13.0

Leukosit 8.08 Rb/ul 4.5-14.5 Hitung Jenis

Trombosit 210 Rb/ul 150-450 Eosinofil 0.0 % 0.0 – 4.0

Eritrosit 3.18 Rb/ul 3.80-5.80 Basofil 0.0 % 0.0 – 1.0

Index Eritrosit Netrofil 72.4 % 55.0 – 80.0

MCV 89.0 /um 79.0-99.0 Limfosit 19.6 % 20 - 40


Monosit 8.0 % 0.0 – 7.0
MCH 29.9 Pg 27.0-31.0
NLR 3.71 1-1.3
MCHC 33.6 g/dl 33.0-37.0
ALC 1570 /uL 1500-4000

HFLC 0.1 % 0-0.14


Morfologi Darah Tepi

■ Eritrosit : Hipokrom, mikrosit, sel target, sel pensil, eritroblas (-),


aglutinasi (-), rouleux (+)
■ Leukosit : Jumlah normal, sel muda (-)
■ Trombosit : Jumlah normal, clumping (-), giant cell (-), persebaran merata
■ Kesimpulan : Anemia porses kronis, curiga disertai defisiensi albumin
■ Saran : Dipertimbangkan SPE
Follow Up Tanggal 20/03/2021
S O A P
BAB Hitam (+), KU : tampak sakit sedang, CM • Melena ec nonvariceal • Infus Ringer Laktat 20tpm
mual (-), muntah TD : 100/50 mmHg bleeding • Injeksi Omeprazole 40mg/12
(-), demam (-) HR : 70x/menit • CHF EF 72% jam
Suhu : 36.0 oC • HHD • Sukralfat 3xCI
RR : 20x/menit • Anemia Hipokromik • Paracetamol 3x500mg
SpO2 : 99% Mikrositik • Terapi lain mengikuti TS
Kepala : Mesocephal, Kardiologi
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), mata cowong (-/-) PLAN
Hidung: napas cuping hidung (-), eptstaksis (-) • FL
Mulut: mukosa basah
Leher: Tidak ada pembesaran KGB
Toraks: simetris, retraksi (-/-)
COR : BJ I- II murni reguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+), wheezing (-/-), RBH (-/-),
RBK (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-),
hepar teraba besar
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP teraba kuat,
CRT <2 detik
RT : MTSA Kuat, Ampula Rekti tidak kolaps,
Mukosa Licin, NT (-), STLD (-)
Follow Up Tanggal 21/03/2021
S O A P
BAB Hitam (-), KU : tampak sakit sedang, CM • Melena ec nonvariceal • Infus Ringer Laktat 20tpm
mual (-), muntah TD : 115/65 mmHg bleeding • Injeksi Omeprazole 40mg/12
(-), demam (-) HR : 63x/menit • CHF EF 72% jam
Suhu : 36.4 oC • HHD • Sukralfat 3xCI
RR : 20x/menit • Anemia Hipokromik • Paracetamol 3x500mg
SpO2 : 99% Mikrositik • Terapi lain mengikuti TS
Kepala : Mesocephal, Kardiologi
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), mata cowong (-/-) PLAN
Hidung: napas cuping hidung (-), eptstaksis (-) • FL
Mulut: mukosa basah
Leher: Tidak ada pembesaran KGB
Toraks: simetris, retraksi (-/-)
COR : BJ I- II murni reguler, bising (-)
Pulmo: SDV (+/+), wheezing (-/-), RBH (-/-),
RBK (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-),
hepar teraba besar
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP teraba kuat,
CRT <2 detik
RT : MTSA Kuat, Ampula Rekti tidak
kolaps, Mukosa Licin, NT (-), STLD (-)
Laboratorium Tanggal 21/03/2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Feses Lengkap Feses Lengkap
Makroskopis Feses Mikroskopis Feses
Kuning Kuning
Warna Epitel 3-5 Negatif / sedikit
kecoklatan kecoklatan
Konsistensi keras Lunak Lekosit 0-1 Negatif / sedikit

Darah Negatif Negatif Eritrosit 0-1 Negatif


Lendir Negatif Negatif Makanan tidak
positif Negatif / sedikit
tercerna
Lemak Negatif Negatif
Kista Negatif Negatif
Pus Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Makanan tidak Negatif /
Negatif Negatif /
tercerna sedikit Bakteri positif
sedikit
Parasit Negatif Negatif
Follow Up Tanggal 22/03/2021
S O A P
BAB Hitam (-), KU : tampak sakit sedang, CM • Melena ec nonvariceal bleeding • Infus Ringer Laktat
mual (-), muntah TD : 107/65 mmHg • CHF EF 72% 20tpm
(-), demam (-), HR : 63x/menit • HHD • Injeksi Omeprazole
lemas (+) Suhu : 36.4 oC • Anemia Hipokromik Mikrositik
40mg/12 jam
RR : 20x/menit (9.4)
SpO2 : 99% • Hipokalsemia Berat (0,87) • Sukralfat 3xCI
Kepala : Mesocephal, • Paracetamol 500mg p.r.n
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera • Terapi lain mengikuti TS
ikterik (-/-), mata cowong (-/-) Kardiologi
Hidung: napas cuping hidung (-), eptstaksis (-) • Usul Infus Ca Glukonas 1
Mulut: mukosa basah
Leher: Tidak ada pembesaran KGB Amp/24 jam (untuk 3
Toraks: simetris, retraksi (-/-) hari)
COR : BJ I- II murni reguler, bising (-)
Pulmo : SDV (+/+), wheezing (-/-), RBH (-/-), PLAN
RBK (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+), Nyeri tekan (-),
hepar teraba besar
Kulit: turgot kulit kembali cepat
Ekstremitas: Akral dingin (-), ADP teraba kuat,
CRT <2 detik
RT : MTSA Kuat, Ampula Rekti tidak
kolaps, Mukosa Licin, NT (-), STLD (-)
TINJAUAN
PUSTAKA
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
DEFINISI
■ Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan
bagian proksimal dari ligamentum Treitz, mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai
pada bagian atas dari jejunum.
EPIDEMIOLOGI
Bervariasi :
• 48-160 kasus per 100.000 populasi,
• Insidens tertinggi : laki-laki dan lanjut usia

Indonesia :
70% penyebab SCBA adalah ruptur varises esofagus

RSCM (2001-2005) dari


: 4154 pasien endoskopi  807 (19,4%) mengalami PSCBA

Penyebab perdarahan SCBA :


380 pasien (33,4%) ruptur varises esofagus, 225 pasien (26,9%)
perdarahan ulkus peptikum, dan 219 pasien (26,2%) gastritis erosif
KLASIFIKASI
Untuk keperluan klinik, dibedakan
menjadi :
Variceal Non Varial

• Pecahnya varises esofagus • Gastritis erosif


• Tukak peptic
• Gastropati kongestif
• Sindroma Mallory Weiss
• Keganasan
ETIOLOGI
VARISEAL NON VARISEAL
■ Varises Esofagus
Etiologi tersering:
■ Ulkus Peptikum (40-50%)
■ Pendarahan Mallory-Weiss (5-15%)
■ Gastritis Erosif

■ Fistula aortoenterik

■ Gastric antral vascular ectasia (Watermelon stomach)

■ Lesi dieul afoy

■ Hemosuccus pancreaticus (pendarahan dari saluran empedu dan


saluran pankreas)
■ Pendarahan post operasi (post-polypectomy, post-sphincterotomy)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Manifestasi Klinis

■ dipengaruhi oleh jumlah darah yang keluar persatuan waktu dan fungsi pilorus
■ Darah Segar -> darah belum sempat bercampur dengan asam lambung
■ Hematin hitam -> darah sudah bercampur dengan asam lambung
■ Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), dapat pula bermanifestasi dalam bentuk
melena.
■ Hematokezia (darah segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan saluran
cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal
dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).
Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan darah berwarna merah segar di cavum oris
Tanda dehidrasi dan penurunan kesadaran dapat ditemukan pada kehilangan darah yang
masif
Vital sign :
■ Tekanan darah, frekuensi napas, denyut nadi dapat digunakan untuk memperkirakan
seberapa banyak pasien kehilangan darah.
■ Kenaikan nadi >20 kali permenit dan tekanan sistolik turun >10 mmHg menandakan
telah banyak kehilangan darah
Pemeriksaan Penunjang
Jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, penyebab perdarahan mengarah kepada non-variceal,
pada pemeriksaan penunjang akan ditemukan:

1. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, panel elektrolit, fungsi hepar dan koagulasi. Jika
perdarahan pasien sangat akut, kadar hemoglobin pasien dapat terdeteksi normal karena butuh
beberapa jam untuk kadar hemoglobin merefleksikan kehilangan darah. Oleh karena itu, kadar
Hb tidak boleh selalu dijadikan prediktor tunggal dalam menilai derajat keparahan dari
perdarahan. Dalam pengawasan, harus dilakukan pemeriksaan Hb serial. PSCBA akut
biasanya akan menyebabkan anemia normositik, sedangkan PSCBA kronis biasanya
menyebabkan anemia mikrositik.
2. Pemasangan nasogastric tube (NGT) dan penilaian aspirat: Bukan
prosedur yang rutin dilakukan, tapi dapat bermanfaat untuk penilaian
klinis awal.
1. Darah merah segar  evaluasi endoskopik segera dan perawatan ICU
2. Coffee ground  rawat inap dan evaluasi endoskopik dalam 24 jam
3. Aspirat normal  tidak menyingkirkan diagnosis perdarahan saluran cerna

3. Pemeriksaan endoskopi, tidak hanya mendeteksi ulkus peptikum,


namun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi stigmata yang
dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan ulang.
Klasifikasi Forrest digunakan untuk mengklasifikasi temuan selama evaluasi endoskopik,
digambarkan sebagai berikut:
• Ulkus dengan perdarahan aktif menyemprot (Forrest IA);
• Ulkus dengan perdarahan merembes (Forrest IB);
• Ulkus dengan pembuluh darah visibel tak berdarah (Forrest IIA);
• Ulkus dengan bekuan adheren (Forrest IIB);
• Ulkus dengan bintik pigmentasi datar (Forrest IIC); dan
• Ulkus berdasar bersih (Forrest III).

Pasien dengan risiko tinggi perdarahan ulang tanpa terapi adalah pasien dengan perdarahan arterial
aktif (90%), adanya pembuluh darah visibel tak berdarah (50%) atau bekuan adheren (33%).
Jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, penyebab perdarahan mengarah kepada variceal,
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan laboratorium: anemia akibat perdarahan. Jika ditemukan trombositopenia


atau koagulopati (pada pasien yang tidak mengonsumsi antikoagulan), kecurigaan ke arah
sirosis hepatis dan hipertensi portal semakin besar.
2. Esophago-gastro duodenoscopy (EGD): Prosedur gold standard untuk mendiagnosis
varises esofagus. Berdasarkan hasil endoskopi, varises esofagus diklasifikasikan menjadi
varises kecil (<5 mm) dan besar (>5 mm).
3. Endoscopic ultrasound (EUS)
4. Capsule endoscopy
5. Pemeriksaan non-invasif lainnya untuk menegakkan etiologi perdarahan variceal, seperti
USG hepar.
TATALAKSANA
NON ENDOSKOPI
■ Resusitasi  pemberian cairan
dan oksigenasi, korekasi
koagulopati berat dan transfuse
darah
■ kumbah lambung lewat pipa
nasogastrik  mengurangi
distensi lambung dan
memperbaiki proses hemostatik.
■ Untuk persiapan  endoskopi dan
untuk membuat perkiraan kasar
jumlah perdarahan.
Vasopressin  menghentikan perdarahan SCBA  vasokonstriksi
pembuluh darah splangnik,  aliran darah dan tekanan vena porta
menurun. Digunakan untuk perdarahan akut varises esofagus
• Vasopressin efek samping  insufiensi koroner mendadak  pemberiannya
bersamaan preparil nitrat  nitrogliserin intravena

Somatostatin dan analognya (octreotide)  menurunkan aliran darah


splanknik

• Somastostatin dapat menghentikan perdarahan akut varises esofagus pada 70-80%


kasus, dan dapat pula digunakan pada pada perdarahan non-varises.
■ Proton pump inhibitors  menetralisir asam lambung intraluminal  menghasilkan
stabilisasi bekuan darah dan untuk mencegah perdarahan ulang SCBA
■ Antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2  penyembuhan lesi mukosa
penyebab perdarahan.
■ Sengstaken-Blakemore Tube (SB-tube) / balon tamponade  menghentikan
perdarahan varises esofagus
– Komplikasi pemasangan SB-tube  pneumoni aspirasi, laserasi sampai perforasi.
ENDOSKOPI
■ Perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak.
Metode terapinya meliputi:
1) Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)
2) Non-contact thermal (laser)
3) Non-thermal (misalnya adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau
pemakaian klip).
■ Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises esofagus.
■ Ligasi varises  pilihan pertama  mengatasi perdarahan varises esofagus.
– Ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat pemakaian sklerosan, Iebih sedikit
frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur.
TERAPI RADIOLOGI DAN
PEMBEDAHAN
■ Terapi pembedahan dan Embolisasi Angiografi 
– Perdarahan tetap berlangsung / memancar (spurting) yang tidak dapat dihentikan
dengan endoskopi
– Belum bisa ditentukan asal perdarahan oleh karena perdarahan aktif dan masif
– Perdarahan ulang yang muncul setelah endoskopi terapeutik kedua
■ Tindakan Hemostasis  penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial
■ TIPS (Transjugular lntrahepatic Portosystemic Shunt)  Bila tidak ada kontraindikasi
dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises
PROGNOSIS
Alat penilaian prognosis pada pasien perdarahan SCBA sebelum dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan Glasgow Blatchford
Score (GBS)

Interpretasi :
0 : risiko rendah
1–5 : risiko sedang
≥ 6 : risiko buruk

Stanley AJ, Ashley D, Dalton HR, Mowat C, Gaya DR, Thompson E, et al. Outpatient management of patients with
low-risk upper-gastrointestinal haemorrhage: multicentre validation and prospective evaluation. Lancet. 2009;
Rockall Score
Interpretasi :
< 3: prognosis baik
>8 : prognosis buruk

Stanley AJ, Ashley D, Dalton HR, Mowat C, Gaya DR, Thompson E, et al. Outpatient management of patients
with low-risk upper-gastrointestinal haemorrhage: multicentre validation and prospective evaluation. Lancet.
2009;
EDUKASI
■ Edukasi untuk makan dalam porsi kecil namun sering
■ Menghindari penggunaan OAINS
■ Menghindari konsumsi alkohol dan merokok.
■ Menghindari kafein dan makanan yang pedas.
DAFTAR PUSTAKA
Adi P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
VI. Jakarta : Interna Publishing; 2014.hlm 1873−1879.

Adi P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
VI. Jakarta : Interna Publishing; 2014.hlm 1873−1879.

Antunes C, Copelin II EL. Upper Gastrointestinal Bleeding. [Updated 2020 Jul 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470300/

Boregowda, U., Umapathy, C., Halim, N., Desai, M., Nanjappa, A., Arekapudi, S.,
Theethira, T., Wong, H., Roytman, M., & Saligram, S. (2019). Update on the management
of gastrointestinal varices. World journal of gastrointestinal pharmacology and therapeutics,
10(1), 1–21. https://doi.org/10.4292/wjgpt.v10.i1.1

Kamboj, A. K., Hoversten, P., & Leggett, C. L. (2019). Upper Gastrointestinal Bleeding:
Etiologies and Management. Mayo Clinic Proceedings, 94(4), 697–703.
doi:10.1016/j.mayocp.2019.01.022
Percy, D. and Yu, Y., 2012. Upper GI Bleed: Etiologies and Clinical Findings. [online] The Calgary
Guide to Understanding Disease. Available at: <https://calgaryguide.ucalgary.ca/upper-gi-bleed-
etiologies-and-clinical-findings/> [Accessed 21 March 2021].

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). 2012. Konsensus Nasional Penatalaksanaan


Perdarahan Saluran Cerna Atas non Varises di Indonesia.

Setyohadi, B, dkk. 2012. EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam (Emergency in Internal
Medicine). Volume I. Jakarta: Internal Publishing.

Stanley AJ, Ashley D, Dalton HR, Mowat C, Gaya DR, Thompson E, et al. Outpatient management of
patients with low-risk upper-gastrointestinal haemorrhage: multicentre validation and prospective
evaluation. Lancet. 2009;

The Indonesian Society of Gastroenterology. National consensus on management of non-variceal


upper gastrointestinal tract bleeding in Indonesia. Acta Medica Indonesiana. 2014;46(2):163-71

Wilkins T, Khan N, Nabh A, Schade RR. Diagnosis and management of upper gastrointestinal
bleeding. Am Fam Physician 2012;85(5):469-76

Zanetto, A., & Garcia-Tsao, G. (2019). Management of acute variceal hemorrhage. F1000Research, 8,


F1000 Faculty Rev-966. https://doi.org/10.12688/f1000research.18807.1

Anda mungkin juga menyukai