Anda di halaman 1dari 33

MEMBANGUN

PROFESIONALISME
PERAWAT MELALUI
KOMUNIKASI EFEKTIF
Juli Muhamad Kartiko, S.Kep.,Ns
Peran Strategis Perawat
• Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
• WHO menyatakan bahwa perawat merupakan
“back bone” untuk mencapai target-target global,
nasional maupun daerah.
proporsi terbesar
melayani 24 jam secara terus menerus dan
berkesinambungan
garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
2
Perawat Sebagai Profesi Yang
Professional
• Tanggung Jawab Moral Tinggi
• Karakteristik Profesional
Altruistik
Accountability
Excellent
Integrity
Respect For Other
3
PELAYANAN KEPERAWATAN DI
RUMAH SAKIT
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan
(pelayanan medik, keperawatan dan
penunjang UU no 44 tentang Rumah
sakit)
2. Sesuai dengan:
Standar Profesi

Standar pelayanan

4
Standar prosedur operasional
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN

5
Akreditasi Dalam UU no 44 
RS
PASAL 40
1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali
2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu
lembaga independen baik dari dalam maupun
dari luar negeri berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku.
3) Lembaga independen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
Perubahan Paradigma
Standar Akreditasi Baru
1. Tujuan akreditasi adalah peningkatan
mutu pelayanan RS bukan semata-
mata sertifikat kelulusan
2. Standar akreditasi harus memenuhi
krieria –kriteria internasional dan bersifat
dinamis
3. Pelayanan berfokus pada pasien
4. Keselamatan Pasien menjadi standar
utama
Lanjutan………..

5. Kesinambungan pelayanan harus


dilakukan , baik saat merujuk keluar
maupun serah terima pasien di dalam RS
( antar unit, antar shift, antar petugas)
6. Hasil survey merupakan upaya
pencapaian RS terhadap skoring yang
ditentukan berupa level pencapaian 
PRATAMA, MADYA, UTAMA,
PARIPURNA
PARADIGMA BARU
PELAYANAN KESEHATAN

‘Patient-centered
care’ sebagai “asuhan yang
menghormati dan responsif terhadap pilihan,
kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien. Serta
memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan
bagi semua keputusan klinis”
Standar Akreditasi RS
pada badan
Internasional
Patient
Fokus Pasien
Centered Care

Quality & Safety


of Patient Care

NB. Mulai digunakan juga istilah :


“Patient – Family Centered Care”
WHAT IS “PATIENT-CENTERED CARE”?
1. Setiap pasien adalah manusia yg unik, dgn berbagai kebutuhan yg
berbeda
2. Pasien adalah mitra dan mempunyai pengetahuan serta keahlian yg
penting bagi asuhan mereka
3. Keluarga dan teman pasien juga merupakan mitra
4. Akses thd informasi kes yg bisa dimengerti adalah penting dlm
memberdayakan pasien utk berpartisipadi dlm asuhan mereka.
5. Kesempatan utk membuat keputusan adalah penting bagi keadaan
sehat pasien
6. Setiap anggota staf adalah pemberi layanan, yg perannya adalah utk
memenuhi kebutuhan setiap pasien, dan anggota staf dapat
memenuhi kebutuhan tsb secara lebih efektif bila RS mendukung
mereka dlm mencapai aspirasi profesional, maupun tujuan pibadi
mereka yg tertinggi.
7. Patient-centered care adalah inti dari sistem Yan Kes yg bermutu
tinggi dan suatu dasar yang penting bagi pelayanan yg aman, efektif,
efisien, tepat waktu, dan equitable. 11
 Pada Model tradisional dalam
yan kes, dokter merupakan unit
sentral/pusat dalam model yan
kes

Pedekatan yg lebih modern


dlm yan kes sekarang,
diterapkan dgn cepat di banyak
RS di seluruh dunia, model tim
interdisiplin :
 model ini telah menggeser
semua PPK menjadi disekitar
pasien
 berfokus pada PCC
 Sbg tambahan, semua profesi
sama pentingnya bila tiba pada
kontribusi setiap profesional yan
kes tthd pasien dan tim 12
Patient safety dari perspektif
keperawatan
• Situasi dimana pasien tetap merasa nyaman,
aman, dan bebas dari cedera, terinfeksi, dan
rasa nyeri yang diakibatkan oleh tindakan
keperawatan.

• Upaya semua tenaga kesehatan untuk bekerja


sesuai dengan standar praktik dan asuhan.

• Kegiatan keperawatan harus bertujuan untuk


menurunkan masa rawat, mengendalikan
biaya rawat, dan meningkatkan hasil akhir
(outcome) pasien. 13
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

• SASARAN 1 : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN


BENAR

• SASARAN 2 : MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG


EFEKTIF
• SASARAN 3 : MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-
OBAT YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT

MEDICATIONS)
• SASARAN 4 : MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN
YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR,
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
• SASARAN 5 : MENGURANGI RISIKO INFEKSI
TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

• SASARAN 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA


PASIEN AKIBAT TERJATUH
PEMBAGIAN UNIT KOMPETENSI
(berdasarkan SKKNI bidang keperawatan Hasil
Konvensi 1-2 juni 2006 di Jakarta yang mengacu
pada kerangka kerja ICN)

• KOMPETENSI UMUM/DASAR
• KOMPETENSI INTI

Menerapkan prinsip komunikasi


Kompetensi Dasar
Perawat & Klien 4

Perawat & Praktik 4

Perawat & Masyarakat 1

Perawat & Teman Sejawat 2

Perawat & Profesi 3


1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di
bidang keperawatan melalui belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yg tinggi disertai kejujuran professional
dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yg adekuat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik
profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan
perilaku professional.
Collaborative Skills for Teamwork

• Cooperation
• Assertiveness
• Responsibility
• Communication
• Autonomy
• Coordination
Ineffective team communication
is frequently at the root of
medical error

421 129
komunikasi gagalfailures)

Communication failures in the operating room: an observational classification of recurrent types and effects.
Lingard L, Espin S, Whyte S, Regehr G, Baker GR, Reznick R, Bohnen J, Orser B, Doran D, Grober E.
KURANG KOMUNIKASI VERBAL

5 % waktu perawat berkomunikasi verbal

Kesadaran pasien
Banyak tindakan fisik

(Baker & Meley, 2007)


KEGAGALAN KOMUNIKASI DI OR
• WAKTU TIDAK TEPAT : 45.7 %
• ISI TIDAK AKURAT : 35.7 %
• TIDAK MENYELESAIKAN MASALAH : 24.0 %
• PELAKU KOMUNIKASI (KEY PERSON) : 20.9 %
TIDAK TERLIBAT

36.4% MENGAKIBATKAN
 inefficiency
 team tension
 resource waste
 work around
 delay
 patient inconvenience
 procedural error
KOMUNIKASI PADA KONSUMEN
70 % PENYEBAB MASALAH

Rekomendasi dari:
AORN (ASSOCIATION OF PERIOPERATIVE RN)

I-SBAR
I PASS THE BATON
FIVE-Ps
PACE
IS B A R
I • Introduction
S • Situation

B • Background

A • Assessment

R • Recommendation
I PASS THE BATON
I - Introduction: Introduce yourself
P - Patient: Name: identifiers, age, sex location
A - Assessment: “The problem” procedure etc.
so far in the process
S - Situation: Current status/Circumstances,
uncertainty, recent changes
S - Safety concerns: Critical lab values/reports;
threats, pitfalls and alerts
24
I PASS THE BATON

B - background: Co-morbidities,
previous episodes, current meds, family
A - actions: What are the actions to be taken
and brief rational
T - Timing: Level of urgency, explicit timing,
prioritization of actions
O - Ownership: Who is responsible
(person/team) including patient/family
N - Next: What happens next? Anticipated
changes? Contingencies
25
“5-Ps”
• Ensures proper information is passed during patient
transfers or provider shifts change.
• Use the 5 Ps:
– Patient
– Plan
– Purpose
– Problems
– Precautions
• After instituting guidelines with the behavior-based
expectations, Sentara Health experienced a
21% increase in effective handoffs.
Gary Yates, Sentara Healthcare. Panel 1—Promising Quality Improvement Initiatives: Reports From the Field. AHRQ Summit—Improving Health Care
Quality for All Americans: Celebrating Success, Measuring Progress, Moving Forward ; 2004. 26
PACE
P
• PATIENT / PROBLEM

A
• ASSESSMENT / ACTION

C
• CONTINUING / CHANGE

E
• EVALUATION
FIVE Ps
P • PATIENT
P • PLAN
P • PURPOSE
P • PROBLEM
p
• PRECAUTION
Ps • PHYSICIAN (ASSIGNT TO COORDINATE)
Timbang Terima
• Istilah lain: handover, handoffs, shift report, signout,
signover dan cross coverage.
• Handover adalah komunikasi oral dari informasi
tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga.
• Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handoveradalah transfer tentang informasi (termasuk
tanggungjawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien.
• Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi
yang dilakukan, tanggungjawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Hand Over/Timbang Terima
• Nursalam (2008), menyatakan timbang
terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.
• Handover adalah waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tanggungjawab
tentang pasien dari perawat yang satu ke
perawat yang lain.
• Tujuan dari handover adalah menyediakan
waktu, informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru,
dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
THE HARM PRODUCED
BY INEFFECTIVE HANDOVER

• WRONG TREATMENT
• DELAY IN MEDICAL DIAGNOSIS
• LIFE-THREATENING ADVERCE EVENT
• PATIENT COMPLAINTS
• INCREASES HEALTH CARE
EXPENDITURE
• INCREASED HOSPITAL LENGTH OF STAY
Hand Over - SBAR
Dalam operan, teknik komunikasi SBAR ini
merupakan kerangka acuan pelaporan.
– Identitas Pasien, DPJP, PPJP
– Dx Medis, Dx Keperawatan
– Kondisi pasien, Nilai Kritis
– Rencana tindakan
 Pengawasan, Perencanaan, Tindakan efektif.
 Keselamatan pasien terjamin
 Tidak terjadi penundaan tindakan karena
kelalaian.
 Mutu pelayanan keperawatan meningkat.
 Profesionalisme perawat terjaga.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai