Anda di halaman 1dari 113

ULU BELU PROJECT 2017

KELOMPOK 2
Tinjauan Pustaka

Total Station

Geolistrik

GPR
OUTLINE
Seismik

Magnetik

Conductivity Thermal
TINJAUAN
PUSTAKA

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TOTAL STATION
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kestabilan dari suatu lereng dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada
lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang
beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Daerah di kecamatan Ulubelu
terdapat sumber panas bumi dan biasanya letak sumber panas bumi yang berada di kawasan pegunungan
umumnya terdapat di topografi lereng yang cukup terjal, struktur geologi yang komplek dan adanya alterasi yang
menghasilkan tanah yang cukup tebal. Pendataan topografi di area Ulubelu dapat digunakan lebih lanjut sebagai
bahan untuk kegiatan geoteknik di daerah setempat.

Tujuan Perobaan

1. Mengetahui pengambilan data topografi menggunakan Total Station (TopconES-105 Reflectorless)


2.Memetakan topografi daerah WKP Ulubelu.
3.Membuat peta kontur pada WKP Ulubelu dengan menggunakan metode Total Station.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TEORI DASAR

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan


titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut.

Keadaan topografi adalah keadaan yang menggambarkan


kemiringan lahan, atau kontur lahan, semakin besar kontur
lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang
semakin besar.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Alat ukur total station merupakan perangkat elektronik yang
dilengkapi dengan piringan horizontal, piringan vertikal, dan
komponen pengukur jarak.

Dari ketiga primer ini (sudut horizontal, sudut vertikal, dan


jarak) bisa didapatkan nilai koordinat X, Y, dan Z serta beda
tinggi. Data-data tersebut direkam dalam memori dan
selanjutnya bisa ditransfer ke komputer untuk diolah menjadi
kontur tanah.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Beda tinggi didefinisikan sebagai perbedaan
ketinggian antar dua titik atau lebih.
Beda tinggi dapat diukur dengan cara sipat
datar (Levelling), yang merupakan suatu
metoda penentuan tinggi relatif dari beberapa
titik di atas datum atau di bawah suatu bidang
acuan tersebut sebagai referensi.
Berdasarkan datum tersebut dapat
dikembangkan jaringan levelling, sebagai titik
kontrol ketinggian yang biasa disebut Bench
Mark (BM). Sebagai acuan penentuan tinggi
titik tersebut digunakan muka air laut rata-
rata (MSL) atau tinggi lokal.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN

Alat yang digunakan


▪ Total Station
▪ Prisma
▪ Statif/Tripod
▪ Meteran
▪ Papan dan Form Pengukuran
▪ Kompas Geologi
▪ GPS Garmin
▪ HT
▪ Payung
▪ Paku
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
Diagram Alir

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data berikut merupakan RAW data


yang telah dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dengan mengurangi
ketinggian tongkat dan ketinggian
sebenarnya sehingga diketahui
ketinggian pastinya, dan untuk data
X dan Y telah dilakukan penjumlahan
dan pembagian karena dalam
pengambian data dilakukan 2 kali.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
Selanjutnya yakni membuat peta
kontur ketinggian dengan surfer
sehingga didapatkan kenampakan
kontur ketinggian sebenarnya dari
lokasi penelitian gambar peta
kontur telah disetting dengan
projected coordinat UTM WGS84
pada zona 48S.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
▪ Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian
suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25
m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25
m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi
tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga
akan mengalami pengecilan sesuai skala.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
▪ Benchmark merupakan titik awal pengukuran yang mempunyai koordinat global dan elevasi yang tetap
atau sudah diketahui nilai XYZ.
▪ hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan peninjauan apakah tempat yang akan kita jadikan
benchmark sudah memenuhi kriteria dari pembuatan benchmark seperi :
▪Penentuan BM harus berada pada tempat yang stabil dan aman dari jangkauan manusia ataupun
binatang.
▪BM harus berada pada tempat yang tidak mengganggu aktivitas umum.
▪BM harus berada pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicari.
▪BM harus berada pada tempat yang kira-kira steril dari pembangunan pembangunan yang akan
datang.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ketiggian 860m - 935 m

sudut 430

jarak 230 m

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Peta Perbandingan Lokasi Penelitian (DEM VS Titik Pengukuran Total Station)

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam pengukuran workhshop Total Station ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah titik koordinat yang dihasilkan dalam pengambilan data topografi ketinggian sebenarnya dengan
menggunakan TS adalah sebanyak 111 titik koordinat. Diantaranya yaitu :
▪ 3 Titik BM
▪ 8 Titik BS
▪ 100 Titik Koordinat wilayah
2. Data kelompok yang hanya dapat digunakan yakni data kelompok 1 dan 2, dikarenakan data kelompok yang
lainnya mengalami kesalahan akibat human eror sehingga input data koordinat TS terbalik dan tidak dapat
menampilkan kenampakan topografi yang sesungguhnya secara benar.
3. Besarnya kesalahan relatif bergantung pada perbedaan ketinggian titik-titik tersebut dan tandanya (yang
menunjukkan kedua titik tersebut naik atau turun).
4. Pada daerah pengukuran merupakan daerah lereng yang terjal dengan ketinggian 860 m – 935 m dengan jarak
pengukuran 230 m.
5. Perbandingan antara data dem yang diambil dari ASTER GDEM Worldwide Elvation data dan data pengamabilan
titik dari lokasi penelitian menggunakan total station memiliki keterkaitan yang dapat dianggap match satu sama
lainnya yang menandakan bahwa data dem dan data titik TS bisa disinkronkan.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
GEOLISTRIK
PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Metode geolistrik adalah metode geofisika yang kompleks karena terdiri dari bermacam-macam metode.
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan ground water maupun akuifer dari tanah,
metode ini umumnya digunakan dalam mencari air tanah maupun mineral. Metode geolistrik terdiri dari
diantaranya metode tahanan jenis (resistivity), metode potensial diri (self potential), metode potensial terimbas
(induced potential), dan lain-lain.

 Tujuan

Adapun tujuan pada pengukuran ini adalah untuk mencari bidang gelincir di suatu daerah, menentukan bentuk
bidangnya dan menentukan potensi bahayanya.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TEORI DASAR

1. Restivitimeter (Geolistrik)
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis
lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ( Direct Current) yang
mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah Elektroda Arus A
& B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metode
resistivitas tahanan jenis, antara lain :
▪ Metode Schlumberger
▪ Metode Wenner
▪ Metode Dipole Sounding

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Metode Tahanan Jenis
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis listrik dari
lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu mengirimkan arus ke bawah
permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan. Faktor geometri diturunkan
dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada
elektroda arus AB.
Macam-macam konfigurasi metode resistivitas berdasarkan letak elektrodanya, yaitu :
 Segaris dan simetri terhadap titik pusat pada kedua sisi.
- Konfigurasi wenner
- Konfigurasi wenner-schlumberger
- Konfigurasi dipole-dipole
 Tidak segaris dan simetri terhadap titik pusat pada kedua sisi.
- Konfigurasi Dipole
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
KEGUNAAN ALAT

Untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman ± 300 m, sangat berguna
untuk mengetahui kemungkinan adanyalapisan batuan yang dicari/diinginkan ataupun lapisan pembawa air,
umumnya yang di cari adalah Confined Aquifer yaitu lapisan Akuiver yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (
contohnya lapisan lempung) pada bagian bawah tanah & bagian atas.

Alat ini biasa digunakan untuk eksplorasi groundwater (air bawah tanah), investigasi geoteknik, studi
lingkungan, survey geologi, mineral prospecting, arkeologi, hidrologi, dll.
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
TEORI RESISTIVITAS

▪ Teori ini menjelaskan bahwa bila arus listrik searah dialirkan melalui suatumedium maka
perbandingan antara perbedaan potensial (V) yang terjadi dengan arus ( I ) yang diberikan adalah
tetap dan besaranya tetapan ini tergantung darimedium tersebut. Tatapan ini disebut sebagai
tahanan ( R ), yang dinyatakan dalam hubungan matematis sebagai berikut:

Dimana :
▪ K : Konstanta Geometris
▪ Wenner : K = 2pa
▪ Schlumberger : K = p ((r2/b)-(b/4)
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
(Telford, 1990)
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
GPS Kabel Form Pengukuran
Elektroda

Ares Resistivity Meter


Res2Dinv Aki
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 1

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 2

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 3

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 4

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 5

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Analisis Penampang Lintasan 6

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
KESIMPULAN

▪ Dari hasil analisis penampang, lintasan yang memiliki potensi relative rendah untuk terjadi
pergerakan tanah dan terdapatnya bidang gelincir adalah lintasan 1, 3, 4 dan 5. Sedangkan
potensi paling tinggi yaitu lintasan 6. Untuk lintasan 2, perlu adanya penelitian lebih lanjut
karena terdapatny akumulasi air cukup banyak walaupung tidak adanya bidang gelincir.
▪ Lapisan bidang gelincir dapat ditunjukkan melalui lapisan yang memiliki nilai resistivitas yang
kontras. Lapisan bagian bawah yang menjadi bidang gelincir memiliki nilai resistivitas tinggi dan
lapisan bagian atas memiliki resistivitas lebih rendah karena kandungan air dalam lapisan dapat
memperkecil gaya gesek yang terjadi.
▪ Perkiraan jenis lithologi dilihat dari keadaan lithologi top soil berupa tanah alluvial dan batuan
kasar hasil pelapukan batuan beku dan kerikil sedangkan untuk lapisan bagian dalam tanah
diperkirakan dari singkapan yang ada di sekitar ataupun batuan yang ada di bagian tanah yang
lebih rendah yang mengalami singkapan di daerah dataran rendah ataupun sungai.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
GPR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Wilayah kerja panas bumi Ulubelu merupakan wilayah yang berada di topografi yang cukup bervariasi,
dengan ketinggian 700-1100 mdpl
• Topografi yang bervariasi mengakibatkan terdapatnya lereng-lereng hampir diseluruh wilayah tersebut
• Kelerengan wilayah ulubelu bervariasi dari landai hingga terjal
• Kelerengan yang semakin terjal akan menjadi sebab terjadinya salah satu bencana, yaitu longsor
• Selain kelerengan, penyebab bencana longsor juga dapat berupa jenis batuan yang kurang kompak serta
terdapatnya air yang semakin menambah massa batuan tersebut
• Bahaya longsor dapat diidentifikasi dengan salah satu metode geofisika, yaitu metode Ground Penetrating
Radar (GPR)

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode GPR ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TEORI DASAR
Kestabilan Lereng
• Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau bantuan penyusun
lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau bantuan penyusun lereng tersebut (Chodhuri, 1978)
• Kestabilan lereng dipengaruhi oleh kemiringan, batuan penyusun, dan kandungan air pada batuan
• Analisis kestabilan lereng dapat dilakukan setelah geometri lereng dan kondisi lapisan tanah pada lereng telah
diketahui melalui uji lapangan maupun uji laboratorium.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Ground Penetrating Radar
• Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu metode survey untuk soil, bangunan dan kondisi bawah
permukaan (dalam interval beberapa centimeter hingga kedalaman 60 meter).
• Sistem GPR merupakan sistem aktif dengan komponen transmitter yang digunakan untuk menembakkan
gelombang elektromagnetik dan receiver yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang
elektromagnetik dari transmitter (Quan dan Haris, 1997)

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Akuisisi Data GPR

• Cara memperoleh data GPR, yaitu dengan cara menarik


atau mendorong unit alat GPR sepanjang lintasan
• Pemakaian sistem radar terdiri tiga cara yaitu :
Reflection Profiling (antena monostatik ataupun
bistatik), Wide Angle Reflection (WAR) atau Common
Mid Point (CMP) sounding, dan Transimulation atau
Radar Tomography (Syukur 2009)
• Sistem pengukuran terdapat 2 macam, yaitu time dan
distance
• Noise pada saat akuisisi GPR disebabkan oleh adanya
pemancar FM dan peralatan eletronika lainnya.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Titik-Titik Akuisisi (via Google Earth)

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Tanah :
9m
Gravel Sand
35o

1 17 m
17 m
20o 9m
2
3o 4o
3 4

LINE 3 KELOMPOK 3

Zona Lemah

Zona Kuat

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN

ULU BELU PROJECT 2017


LINE 1KELOMPOK 2 KELOMPOK II
Line 1 kelompok 3

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
KESIMPULAN
▪ Pada pemrosesan ini menggunakan beberapa jenis, antara lain gaining, dewow, DC-shift, koreksi statik, bandpass filter
(butterworth), background removal, fk migration (Stolt).

▪ koordinat x merupakan trace pengukuran, y (kita nol-kan saja karena tidak terdapat dalam radargram/non 3D),

▪ Hasil pemrosesan di kelompok 2 line 1 dengan panjang lintasan georadar 94,34 meter. dan didapatkan hasil bidang
gelincir 3-9 derajat,

▪ Lokasi lereng line 3 kelompok 4 terletak sekitar 30 m, dengan kemiringan 8 hingga 35 derajat.

▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 3 dengan panjang lintasan georadar 49,18 meter, didapatkan hasil bidang gelincir
2-33 derajat, dan dapat disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah
dapat dikatakan labil, karena dilihat dari jenis tanahnya juga berjenis lempung

▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 1 sebanyak 7 titik, dengan panjang lintasan total georadar 3 km . pada line 1
kelompok 1, untuk line 1 ke 2 sebesar 3-10 derajat, untuk line 1 ke 3 sebesar 3 -20 derajat, untuk line 1 ke 4 cukup tinggi
atau curma sebesar 8 hingga 45 derajat, line 1 ke 6 menanjak dari tanjakan hingga turunan atau dengan profil naik turun,
yaitu 8. 25 dan kembali ke 8 derajat lagi, untuk line 1 ke 7 atau line terakhir yaitu 8-20 derajat dan dapat disimpulkan
pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah sangatlah kecil, karena dilihat dari jenis
tanahnya juga berjenis lempung keras dan sudah dilakukan pengaspalan.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
KESIMPULAN
▪ Pada pemrosesan ini menggunakan beberapa jenis, antara lain gaining, dewow, DC-shift, koreksi statik, bandpass filter (butterworth),
background removal, fk migration (Stolt).

▪ koordinat x merupakan trace pengukuran, y (kita nol-kan saja karena tidak terdapat dalam radargram/non 3D),

▪ Hasil pemrosesan di kelompok 2 line 1 dengan panjang lintasan georadar 94,34 meter. dan didapatkan hasil bidang gelincir 3-9 derajat,

▪ Lokasi lereng line 3 kelompok 4 terletak sekitar 30 m, dengan kemiringan 8 hingga 35 derajat.

▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 3 dengan panjang lintasan georadar 49,18 meter, didapatkan hasil bidang gelincir 2-33 derajat, dan dapat
disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah dapat dikatakan labil, karena dilihat dari jenis
tanahnya juga berjenis lempung

▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 1 sebanyak 7 titik, dengan panjang lintasan total georadar 3 km . pada line 1 kelompok 1, untuk line 1
ke 2 sebesar 3-10 derajat, untuk line 1 ke 3 sebesar 3 -20 derajat, untuk line 1 ke 4 cukup tinggi atau curma sebesar 8 hingga 45 derajat, line 1 ke
6 menanjak dari tanjakan hingga turunan atau dengan profil naik turun, yaitu 8. 25 dan kembali ke 8 derajat lagi, untuk line 1 ke 7 atau line
terakhir yaitu 8-20 derajat dan dapat disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah sangatlah
kecil, karena dilihat dari jenis tanahnya juga berjenis lempung keras dan sudah dilakukan pengaspalan.
SEISMIK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana tanah longsor ialah salah satu bencana alam kebumian yang disebabkan oleh faktor geologi maupun
faktor manusia. Tanah losngsor bergerak pada suatu bidang tertentu yang disebut dengan bidang gelincir dan
bidang gelincir ini berada diantara bidang stabil (bedrock) dan bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir).

Faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor antara lain topografi kemiringan lereng, keadaan tanah (tekstur,
struktur lapisan), curah hujan, gempa bumi dan keadaan vegatasi alam.
Pengambilan data seismik dilakukan di wilayah PLTP PT. Pertamina Geotheramal Energi (PGE) Ulubelu yang terletak
di daerah Kecamatan Ulubelu, Kab. Tanggamus, Prov. Lampung. Tujuan dari pengukuran yang dilakukan di wilayah
Ulubelu ini ialah guna mengetahui lapisan bidang lapuk serta bidang gelincir.

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode seismik ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TEORI DASAR

Seismik Refraksi Seismik Refleksi

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
HASIL DAN PEMBAHASAN

INTERPRETASI LINE 4

Lapisan Lapuk

Bidang
Gelincir

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
INTERPRETASI LINE 7

Lapisan Lapuk
Bidang
Gelincir

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
INTERPRETASI LINE 8

Lapisan Lapuk

Bidang Gelincir

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
INTERPRETASI LINE 11

Lapisan Lapuk

Bidang Gelincir

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
KESIMPULAN

▪ Berdasarkan data akuisisi sejumlah 11 lintasan, hanya 4 lintasan yang dapat dilakukan
pengolahan sampai mendapatkan model penampang, antara lain; lintasan 4, lintasan 7,
lintasan 8, dan lintasan 11.

▪ Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada lintasan 4 dengan ketebalan
lapisan lapuk 24 m, tidak terindikasi rawan longsor. Pada lintasan 7 yang memiliki ketebalan
lapisan lapuk 19 meter tidak terindikasi rawan longsor. Sedangkan pada lintasan 5 dengan
ketebalan lapisan lapuk 57 m, terndikasi rawan longsor. Dan pada lintasan 11 yang ketebalan
lapuknya 50m juga terindikasi rawan longsor.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
MAGNETIK
PENDAHULUAN
Latar Belakang

▪ Lapangan panas bumi Ulubelu terus dilakukan peningkatan produksi dan eksplorasi lebih lanjut untuk
memaksimalkan potensi yang ada. Di lapangan panas bumi Ulubelu ditemukan banyak manifestasi panas bumi
seperti fumarol, mata air panas, dan batuan terubah (teralterasi) yang tersebar dan melingkupi area yang cukup
luas.

▪ Berdasarkan penelitian magnetik yang pernah dilakukan, diperoleh anomali magnetik negatif yang dominan di
sistem panas bumi RUW (Rendingan – Ulubelu – Waypanas). Batuan terdemagnetisasi oleh hidrotermal tersebar
luas di daerah studi yang menunjukkan bahwa sistem panas bumi RUW adalah satu sistem panas bumi yang
besar (Suharno 2004: 26-34). Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan serangkaian eksplorasi
menggunakan metode magnetik yang dilakukan disekitar daerah panas bumi ulubelu

Tujuan Perobaan

1. Mengetahui pola anomali magnetik dengan metode geomagnetik di area panasbumi ulubelu.
2. Mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan data geomagnetik pada area panasbumi ulubelu.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
TEORI DASAR
Medan Magnet
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu
meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:

besar dari medan magnetik


Sudut penyimpangan total pada bidang horizontal.
horizontal antara utara
magnetik dengan utara
geografis Sudut penyimpangan vertikal antara medan
magnetik bumi dengan bidang horizontal
bumi

besar dari vektor medan magnetik


total. Medan magnet utama bumi
berubah terhadap waktu.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian, di antaranya yaitu:

Pengaruh medan magnet luar berasal dari


hasil ionisasi di atmosfer yang
Medan Medan ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari
Magnet Medan rata-rata hasil pengukuran dalam Magnet matahari yang berhubungan dengan arus
Utama jangka waktu yang cukup lama mencakup Luar listrik yang mengalir dalam lapisan
daerah dengan luas lebih dari 106 km2. terionisasi di atmosfer, maka perubahan
medan ini terhadap waktu jauh lebih
cepat

Medan
Magnet
Anomali Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan
yang mengandung mineral bermagnet.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Pengolahan dan Interpretasi Data Magnetik

1. Koreksi Harian
2. Koreksi IGRF
3. Reduksi ke kutub dan ekuator
4. Pengangkatan ke Atas
5. Interpretasi Data Geomagnetik

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
Interpretasi Data Geomagnetik

• Didasarkan pada pola kontur anomali


Interpretasi medan magnetik yang bersumber dari
Kualitatif distribusi benda-benda termagnetisasi atau
struktur geologi bawah permukaan bumi.

• Menentukan bentuk atau model


Interpretasi dan kedalaman benda anomali atau
Kuantitatif strukutr geologi melalui pemodelan
matematis.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
CONDUCTIVITY THERMAL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
▪ Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi
termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang di
transfer dari satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

▪ Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai temperatur tinggi (
>225o C), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225o C). Pada dasarnya sistim
panas bumi jenis hidrotermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya
yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode seismik ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.

ULU BELU PROJECT 2017


KELOMPOK II
▪ Sistem Panas Bumi

Sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari sumber panas di sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu
sumber panas.
METODOLOGI

▪ Alat dan Bahan


Adapun alat dan bhann dalam praktikum ini yaitu:
Main unit conductivity thermal
Elektroda
Biopori
Linggis
GPS
▪ Diagram Alir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
Titik pengamatan
 Adapun data hasil pengamatan yaitu:
Pembahasan
▪ Penelitian konduktivitas termal dilakukan di Wilayah Ulu Belu kabupaten Tangggamus. Penelitian
ini dilakukan unttuk mengetahui pesebaran konduktivitas termal dan untuk menganalisa litologi
batuan berdasarkan nilai konduktivitas termalnya. Akuisisi data metode “conductivity thermal”
ini dilakukan dengan mecari titik-titik menggunakan GPS, dan dilakukan pengeplotan di setiap
titik akuisisinya.
▪ Tahap pengambilan data ini yaitu dengan mengukur di permukaan dan mengukur di kedalaman
satu meter. Pengukuran di kedalaman satu meter dengan membuat lubang menggunakan biopori
dan linggis, lalu menancapkan elektroda dan pengukuran menggunakan main unit
”conduktivitymeter:MAE A5000T”.
▪ Pengolahan data yang dilakukan menggunakan perangkat lunak
“surfer12” dan ”arcGIS10.3”. Setelah semua data pengukuran
didapatkan, selanjutnya melakukan gridding data berdasarkan nilai
k di kedalaman satu meter, nilai k dipermukaan, nilai Rt di
kedalaman satu meter, dan nilai Rt di permukaan. Dari nilai yang
terukur, nilai Resistivitas dan konduktivitas berbanding terbalik,
semakin besar nilai konduktivitas maka nilai resistivitasnya semakin
kecil. Suatu daerah yang memiliki nilai konduktivitas yang relatif
tinggi menandakan bahwa di daerah tersebut telah teralterasi.
Daerah teralterasi menunjukan bahwa daerah tersebut dekat
dengan sumber panas.
▪ Dari gambar hasil kontur RT (kedalaman 1m) ini menunjukan kontur dari
nilai resistivitas dan pesebarannya berdasarkan warna kontur pada
kedalaman satu meter. Terdapat nilai resistivitas yang sangat kecil (ungu)
yang mengartikan bahwa terdapat alterasi pada wilayah tersebut. Lalu ada
pula wilayah yang memiliki nilai resistivitas lebih dari dua, wilayah ini
termasuk wilayah yang kurang teralterasi jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Namun jika dibandingkan dengan nilai pesebaran
resistivitas yang di permukaan, tidak terdapat resistvitas yang nilainya di
atas dua, namun nilai resistivitas paling rendah (ungu) tetap pada wilayah
yang sama. Hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan daerah
yang teralterasi, baik dari pengukuran yang di permukaan maupun
pengukuran di kedalaman satu meter.
Pengukuran konduktivitas menunjukan pesebaran panas, dimana konduktivitas tinggi
menunjukan daerah alterasi, sedangkan wilayah dengan konduktivitas yang relatif
rendah mengartikan bahwa daerah tersebut belum teralterasi. Berikut hasil kontur RT
dipermukaan.
▪ Pada konduktivitas permukaanmenunjukan kontur warna pesebaran nilai
konduktivitas. Nilai konduktivitas yanng relati tinggi ditunjukan dengan
warna merah-putih. Sedangkan nilai dengan konduktivitas rendah
ditunjukan dengan warna ungu.
▪ Sedangkan pada nilai k di kedalaman satu meter, nilai konduktivitas yang
relatif tinggi ditunjukan dengan warna kuning-jingga. Nilai konduktivitas
rendah pada warna ungu
▪ Dari hasil pengukuran dan pengolahan data yang telah dilakukan,
terdapat daerah yang memiliki konduktivitas yang relatif tinggi dengan
nilai resistivitas yang relatif rendah. Daerah tersebut merupakan daerah
yang teralterasi. Daerah tersebut berada di Barat Laut dari Gunung
Duduk, sebelah Selatan dari Gunung Rindingan. Lapisan altrasi dari
sistem geothermal berada pada bagian timur/pinggir area penelitian
dekat dengan daerah Pagaralam pada kaldera Ulubelu.
KESIMPULAN

▪ Daerah penilitian merupakan daerah teralterasi karena di lihat dari nilai konduktivasnya
yang tinggi.
▪ Konduktivitas dari permukaan dan pada kedalaman 1 meter tidak memiliki perbedaan
yang cukup signifikan dan memiliki kesamaan nilai konduktivas apabila daerah penilitian
yang dilakukan dekat dengan daerah teralterasi (dekat dengan sumber panas).
▪ Lapisan altrasi dari sistem geothermal berada pada bagian timur/pinggir area penelitian
dekat dengan daerah Pagaralam pada kaldera Ulubelu.

Anda mungkin juga menyukai