KELOMPOK 2
Tinjauan Pustaka
Total Station
Geolistrik
GPR
OUTLINE
Seismik
Magnetik
Conductivity Thermal
TINJAUAN
PUSTAKA
Kestabilan dari suatu lereng dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada
lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang
beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Daerah di kecamatan Ulubelu
terdapat sumber panas bumi dan biasanya letak sumber panas bumi yang berada di kawasan pegunungan
umumnya terdapat di topografi lereng yang cukup terjal, struktur geologi yang komplek dan adanya alterasi yang
menghasilkan tanah yang cukup tebal. Pendataan topografi di area Ulubelu dapat digunakan lebih lanjut sebagai
bahan untuk kegiatan geoteknik di daerah setempat.
Tujuan Perobaan
sudut 430
jarak 230 m
Latar Belakang
Metode geolistrik adalah metode geofisika yang kompleks karena terdiri dari bermacam-macam metode.
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan ground water maupun akuifer dari tanah,
metode ini umumnya digunakan dalam mencari air tanah maupun mineral. Metode geolistrik terdiri dari
diantaranya metode tahanan jenis (resistivity), metode potensial diri (self potential), metode potensial terimbas
(induced potential), dan lain-lain.
Tujuan
Adapun tujuan pada pengukuran ini adalah untuk mencari bidang gelincir di suatu daerah, menentukan bentuk
bidangnya dan menentukan potensi bahayanya.
1. Restivitimeter (Geolistrik)
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis
lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ( Direct Current) yang
mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah Elektroda Arus A
& B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metode
resistivitas tahanan jenis, antara lain :
▪ Metode Schlumberger
▪ Metode Wenner
▪ Metode Dipole Sounding
Untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman ± 300 m, sangat berguna
untuk mengetahui kemungkinan adanyalapisan batuan yang dicari/diinginkan ataupun lapisan pembawa air,
umumnya yang di cari adalah Confined Aquifer yaitu lapisan Akuiver yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (
contohnya lapisan lempung) pada bagian bawah tanah & bagian atas.
Alat ini biasa digunakan untuk eksplorasi groundwater (air bawah tanah), investigasi geoteknik, studi
lingkungan, survey geologi, mineral prospecting, arkeologi, hidrologi, dll.
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
TEORI RESISTIVITAS
▪ Teori ini menjelaskan bahwa bila arus listrik searah dialirkan melalui suatumedium maka
perbandingan antara perbedaan potensial (V) yang terjadi dengan arus ( I ) yang diberikan adalah
tetap dan besaranya tetapan ini tergantung darimedium tersebut. Tatapan ini disebut sebagai
tahanan ( R ), yang dinyatakan dalam hubungan matematis sebagai berikut:
Dimana :
▪ K : Konstanta Geometris
▪ Wenner : K = 2pa
▪ Schlumberger : K = p ((r2/b)-(b/4)
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
(Telford, 1990)
ULU BELU PROJECT 2017
KELOMPOK II
METODOLOGI PENELITIAN
▪ Dari hasil analisis penampang, lintasan yang memiliki potensi relative rendah untuk terjadi
pergerakan tanah dan terdapatnya bidang gelincir adalah lintasan 1, 3, 4 dan 5. Sedangkan
potensi paling tinggi yaitu lintasan 6. Untuk lintasan 2, perlu adanya penelitian lebih lanjut
karena terdapatny akumulasi air cukup banyak walaupung tidak adanya bidang gelincir.
▪ Lapisan bidang gelincir dapat ditunjukkan melalui lapisan yang memiliki nilai resistivitas yang
kontras. Lapisan bagian bawah yang menjadi bidang gelincir memiliki nilai resistivitas tinggi dan
lapisan bagian atas memiliki resistivitas lebih rendah karena kandungan air dalam lapisan dapat
memperkecil gaya gesek yang terjadi.
▪ Perkiraan jenis lithologi dilihat dari keadaan lithologi top soil berupa tanah alluvial dan batuan
kasar hasil pelapukan batuan beku dan kerikil sedangkan untuk lapisan bagian dalam tanah
diperkirakan dari singkapan yang ada di sekitar ataupun batuan yang ada di bagian tanah yang
lebih rendah yang mengalami singkapan di daerah dataran rendah ataupun sungai.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode GPR ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.
1 17 m
17 m
20o 9m
2
3o 4o
3 4
LINE 3 KELOMPOK 3
Zona Lemah
Zona Kuat
▪ koordinat x merupakan trace pengukuran, y (kita nol-kan saja karena tidak terdapat dalam radargram/non 3D),
▪ Hasil pemrosesan di kelompok 2 line 1 dengan panjang lintasan georadar 94,34 meter. dan didapatkan hasil bidang
gelincir 3-9 derajat,
▪ Lokasi lereng line 3 kelompok 4 terletak sekitar 30 m, dengan kemiringan 8 hingga 35 derajat.
▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 3 dengan panjang lintasan georadar 49,18 meter, didapatkan hasil bidang gelincir
2-33 derajat, dan dapat disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah
dapat dikatakan labil, karena dilihat dari jenis tanahnya juga berjenis lempung
▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 1 sebanyak 7 titik, dengan panjang lintasan total georadar 3 km . pada line 1
kelompok 1, untuk line 1 ke 2 sebesar 3-10 derajat, untuk line 1 ke 3 sebesar 3 -20 derajat, untuk line 1 ke 4 cukup tinggi
atau curma sebesar 8 hingga 45 derajat, line 1 ke 6 menanjak dari tanjakan hingga turunan atau dengan profil naik turun,
yaitu 8. 25 dan kembali ke 8 derajat lagi, untuk line 1 ke 7 atau line terakhir yaitu 8-20 derajat dan dapat disimpulkan
pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah sangatlah kecil, karena dilihat dari jenis
tanahnya juga berjenis lempung keras dan sudah dilakukan pengaspalan.
▪ koordinat x merupakan trace pengukuran, y (kita nol-kan saja karena tidak terdapat dalam radargram/non 3D),
▪ Hasil pemrosesan di kelompok 2 line 1 dengan panjang lintasan georadar 94,34 meter. dan didapatkan hasil bidang gelincir 3-9 derajat,
▪ Lokasi lereng line 3 kelompok 4 terletak sekitar 30 m, dengan kemiringan 8 hingga 35 derajat.
▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 3 dengan panjang lintasan georadar 49,18 meter, didapatkan hasil bidang gelincir 2-33 derajat, dan dapat
disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah dapat dikatakan labil, karena dilihat dari jenis
tanahnya juga berjenis lempung
▪ Hasil pemrosesan di line 1 kelompok 1 sebanyak 7 titik, dengan panjang lintasan total georadar 3 km . pada line 1 kelompok 1, untuk line 1
ke 2 sebesar 3-10 derajat, untuk line 1 ke 3 sebesar 3 -20 derajat, untuk line 1 ke 4 cukup tinggi atau curma sebesar 8 hingga 45 derajat, line 1 ke
6 menanjak dari tanjakan hingga turunan atau dengan profil naik turun, yaitu 8. 25 dan kembali ke 8 derajat lagi, untuk line 1 ke 7 atau line
terakhir yaitu 8-20 derajat dan dapat disimpulkan pada bidang ini nilai kerentanan untuk terjadinya longsor atau pergerakan tanah sangatlah
kecil, karena dilihat dari jenis tanahnya juga berjenis lempung keras dan sudah dilakukan pengaspalan.
SEISMIK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana tanah longsor ialah salah satu bencana alam kebumian yang disebabkan oleh faktor geologi maupun
faktor manusia. Tanah losngsor bergerak pada suatu bidang tertentu yang disebut dengan bidang gelincir dan
bidang gelincir ini berada diantara bidang stabil (bedrock) dan bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir).
Faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor antara lain topografi kemiringan lereng, keadaan tanah (tekstur,
struktur lapisan), curah hujan, gempa bumi dan keadaan vegatasi alam.
Pengambilan data seismik dilakukan di wilayah PLTP PT. Pertamina Geotheramal Energi (PGE) Ulubelu yang terletak
di daerah Kecamatan Ulubelu, Kab. Tanggamus, Prov. Lampung. Tujuan dari pengukuran yang dilakukan di wilayah
Ulubelu ini ialah guna mengetahui lapisan bidang lapuk serta bidang gelincir.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode seismik ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.
INTERPRETASI LINE 4
Lapisan Lapuk
Bidang
Gelincir
Lapisan Lapuk
Bidang
Gelincir
Lapisan Lapuk
Bidang Gelincir
Lapisan Lapuk
Bidang Gelincir
▪ Berdasarkan data akuisisi sejumlah 11 lintasan, hanya 4 lintasan yang dapat dilakukan
pengolahan sampai mendapatkan model penampang, antara lain; lintasan 4, lintasan 7,
lintasan 8, dan lintasan 11.
▪ Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada lintasan 4 dengan ketebalan
lapisan lapuk 24 m, tidak terindikasi rawan longsor. Pada lintasan 7 yang memiliki ketebalan
lapisan lapuk 19 meter tidak terindikasi rawan longsor. Sedangkan pada lintasan 5 dengan
ketebalan lapisan lapuk 57 m, terndikasi rawan longsor. Dan pada lintasan 11 yang ketebalan
lapuknya 50m juga terindikasi rawan longsor.
▪ Lapangan panas bumi Ulubelu terus dilakukan peningkatan produksi dan eksplorasi lebih lanjut untuk
memaksimalkan potensi yang ada. Di lapangan panas bumi Ulubelu ditemukan banyak manifestasi panas bumi
seperti fumarol, mata air panas, dan batuan terubah (teralterasi) yang tersebar dan melingkupi area yang cukup
luas.
▪ Berdasarkan penelitian magnetik yang pernah dilakukan, diperoleh anomali magnetik negatif yang dominan di
sistem panas bumi RUW (Rendingan – Ulubelu – Waypanas). Batuan terdemagnetisasi oleh hidrotermal tersebar
luas di daerah studi yang menunjukkan bahwa sistem panas bumi RUW adalah satu sistem panas bumi yang
besar (Suharno 2004: 26-34). Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan serangkaian eksplorasi
menggunakan metode magnetik yang dilakukan disekitar daerah panas bumi ulubelu
Tujuan Perobaan
1. Mengetahui pola anomali magnetik dengan metode geomagnetik di area panasbumi ulubelu.
2. Mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan data geomagnetik pada area panasbumi ulubelu.
Medan
Magnet
Anomali Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan
yang mengandung mineral bermagnet.
1. Koreksi Harian
2. Koreksi IGRF
3. Reduksi ke kutub dan ekuator
4. Pengangkatan ke Atas
5. Interpretasi Data Geomagnetik
▪ Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai temperatur tinggi (
>225o C), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225o C). Pada dasarnya sistim
panas bumi jenis hidrotermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya
yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari akuisisi data menggunakan metode seismik ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui ketebalan, kedalaman dan arah bidang gelincir pada lapangan daerah penelitian.
Sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari sumber panas di sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu
sumber panas.
METODOLOGI
▪ Daerah penilitian merupakan daerah teralterasi karena di lihat dari nilai konduktivasnya
yang tinggi.
▪ Konduktivitas dari permukaan dan pada kedalaman 1 meter tidak memiliki perbedaan
yang cukup signifikan dan memiliki kesamaan nilai konduktivas apabila daerah penilitian
yang dilakukan dekat dengan daerah teralterasi (dekat dengan sumber panas).
▪ Lapisan altrasi dari sistem geothermal berada pada bagian timur/pinggir area penelitian
dekat dengan daerah Pagaralam pada kaldera Ulubelu.