Anda di halaman 1dari 30

dr RACHMAWATI DEWI SpOG

 Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam
uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar

 Partus Normal

1. Kehamilan cukup bulan


2. Berat badan lahir bayi 2500gr – 4000gr
3. Bayi lahir melalui vagina dengan letak memanjang presentasi belakang kepala
4. Tanpa memakai alat / pertolongan buatan
5. Berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
6. Tanpa komplikasi pada ibu dan janin
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen turun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus franken hauser menjadi
stimulasi bagi kontraksi otot polos uterus
3. Iskemia otot uterus karena pengaruh hormonal, merangsang terjadinya
kontraksi
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal mengakibatkan
peningkatan aktifitas kortisol, prostaglandin dan oksitosin mencetuskan
rangsangan proses persalinan
 POWER

 His (kontraksi – uterus)

 Kekuatan mengejan Ibu

 PASSAGE

 Keadaan janin lahir

 PASSANGER

 Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran berat, ada / tidak kelainan mayor)
• Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (dilatasi dan menipis)

• Berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap

• Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada

serviks

• TANDA INPARTU

•  Pembukaan dan penipisan servik

•  Kontraksi uterus (frekwensi minimal 2x/10 menit)


•  Keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina
Kala I
 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)

Kala II
 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)

Kala III
 Pengeluaran plasenta (kala uri)

Kala IV
Masa 2 jam setelah partus, terutama untuk observasi
 Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)

 Berlangsung antara 8 jam (multipara) sampai 12 jam (primipara)

 Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :

- Fase laten

- Fase Aktif
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

secara bertahap

✽ Pembukaan serviks < 4 cm

✽ Biasanya berlangsung ≤ 8 jam


 Frekwensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (3x atau lebih dalam 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

❖ serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm

kecepatan 1 cm/ jam (primipara)

kecepatan 1 – 2 cm/ jam (multipara)

❖ Terjadi penurunan bagian terbawah janin


• Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala turun sampai dasar panggul)

• Ibu timbul perasaan/refleks ingin mengejan yang makin berat

• Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)

• Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan sub oksiput dibawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar / hipomoklion) selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan
• Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi)

 Lama kala II

primigravida : 1,5 jam


multipara : 30 menit
• Segera setelah bayi lahir tinggi fundus & dipastikan sampai terdapat tanda – tanda
pelepasan plasenta

• Dilakukan manajemen aktif kala 3


•  untuk menghasilkan kontraksi uterus yg lebih efektif shg mengurangi
kehilangan darah
•  Pemberian uterotonik profilaksis
•  Melakukan peregangan tali pusat terkendali
•  Masase fundus uteri
 Setelah lepas plasenta sampai dengan 2 jam sesudahnya

 Lakukan observasi tiap 15 menit pd satu jam pertama setelah persalinan & 30
menit pd jam kedua

 Kontrol tekanan darah, nadi, kontraksi uterus serta perdarahan

 Harus diperhatikan :
 Adanya nyeri perineum yang berat berkaitan dengan terbentuknya hematoma
 Adanya distensi kandung kemih yang mengakibatkan terganggunya kontraksi uterus
• Mekanisme yg digunakan oleh diameter biparietal - diameter transversal terbesar
janin pd presentasi oksiput utk lewat PAP

• Terjadi pada minggu – minggu terakhir kehamilan atau mungkin tidak terjadi
sampai setelah dimulainya persalinan

• Pada bbrp wanita hamil, kepala janin dapat bebas bergerak di atas PAP  kepala
mengambang/floating
 Nullipara  engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan
dan desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya
persalinan kala satu
 Multipara  desensus mulai bersamaan dengan engagement
 Desensus terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya:
 Tekanan cairan intra amnion
 Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
 Usaha mengejan menggunakan otot-otot abdomen
 Ekstensi dan pelurusan janin
• Defleksi lateral kepala dimana posisi sutura sagitalis (SS) lebih
anterior ke arah simfisis atau posterior ke arah promontorium di
dalam panggul
• SS mendekati promontorium sakrum  lebih banyak bagian dari
tulang parietal anterior yg teraba oleh jari-jari pemeriksa 
asinklitismus anterior
• SS terletak dekat simfisis  lebih banyak tulang parietal posterior yg
akan teraba  asinklitismus posterior
 Begitu desensus mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala
 Dagu mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika
yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang
lebih panjang
 Pemutaran kepala sehingga oksiput perlahan-lahan bergerak dari
posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau yang lebih
jarang ke posterior menuju lubang sacrum
 Meski selalu dikaitkan dengan desensus, rotasi interna biasanya
belum tjd sampai kepala mencapai dasar spina & oleh karenanya
sudah cakap (engaged)
 Setelah rotasi interna  kepala terfleksi maksimal mencapai vulva 
mengalami ekstensi yg esensial utk kelahiran
 Dasar oksiput berkontak langsung dengan margo inferior simfisis
pubis.
 Pada saat kepala menekan lorong panggul, tdpt 2 kekuatan :
 Diberikan oleh uterus, bekerja lebih ke posterior
 Ditimbulkan oleh dasar panggul yg resisten & simfisis, bekerja
lebih ke anterior
 Kepala yang sudah dilahirkan selanjutnya mengalami pemulihan
 Jika oksiput pada mulanya mengarah ke kiri, bagian ini akan berotasi
kearah tuberositas iskhii kiri, bila asalnya mengarah ke kanan,
oksiput akan berotasi ke kanan
 Segera setelah rotasi eksterna
 Bahu depan akan tampak dibawah simfisis pubis
 Perineum segera teregang oleh bahu belakang
 Setelah kedua bahu tersebut lahir, sisa badan bayi lainnya akan
segera terdorong ke luar
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai