Anda di halaman 1dari 13

MI.

2
MANAJEMEN TERPADU PELAYANAN KESEHATAN REMAJA (MTPKR)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum

• peserta mampu melakukan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan


Remaja (MTPKR)

Tujuan Pembelajaran Khusus

• Menggunakan alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja


(MTPKR)
• Melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk menggali masalah
perilaku berisiko
• Melakukan algoritma terkait algoritma pertumbuhan dan
perkembangan, kesehatan reproduksi, infeksi, kesehatan jiwa
• Melakukan tindak lanjut Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan
Remaja (MTPKR)
TERKAIT INFEKSI HIV DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Pokok Bahasan 1.
Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)

• Merupakan rujukan praktis untuk


MTPKR menangani kesehatan remaja .
Remaja : 10 -19 Tahun

• Memberikan kemudahan bagi

Tujuan petugas kesehatan untuk memberikan


pelayanan yang lebih efektif dan
sensitif terhadap remaja

• Petugas Kesehatan di FKTP


Sasaran 1. Dokter umum,
2. perawat dan bidan dengan
pelimpahan wewenang

•Penggunaan mirip dengan MTBS


Penggunaan
Arti warna dalam algoritma
• Merah: kondisi gawat darurat, harus segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL)

• Kuning: masalah dapat ditangani oleh fasilitas


kesehatan di tingkat pertama dengan observasi
dan/atau tindak lanjut

• Hijau: tergolong kondisi normal ATAU masalah dapat


diselesaikan secara tuntas di fasilitas kesehatan di
tingkat pertama
Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja

 Pahami tata cara interaksi klinis dengan klien


remaja.
 Berangkatlah dari keluhan utama klien
remaja.
 Dari keluhan tersebut, pilihlah satu algoritma
yang sesuai dengan keluhan tersebut.
 Telusuri algoritma tersebut dari kolom
“Tanya” lalu ke “Lihat/Rasa/Dengar” agar
dapat menentukan klasifikasi yang tepat
sesuai kondisi yang ditemukan pada klien
remaja.
 Setelah selesai dengan algoritma yang sesuai
dengan keluhan utama remaja, lakukan
anamnesis dengan pendekatan HEEADSSS
untuk menggali aspek psikososial remaja
yang seringkali tidak diungkapkan oleh
remaja bila tidak ditanyakan oleh petugas
kesehatan, bahkan dapat pula
disembunyikan oleh remaja ketika ditanya
oleh petugas kesehatan.
 Dari hasil anamnesis HEEADSSS dapat
terpilih satu atau lebih algoritma yang lain.
 Telusuri algoritma lain tersebut dari kolom
“Tanya” lalu ke “Lihat/Rasa/Dengar” agar
dapat menentukan klasifikasi yang tepat
sesuai kondisi yang ditemukan pada klien
remaja
Algoritma
I. IDENTIFIKASI :
1. TANYA-LIHAT/DENGAR/RASAMEMILAH berdasarkan
gejala
2. KLASIFIKASI dalam tiga kelompok warna;
II. TATALAKSANA, tindakan sesuai dengan klasifikasi:
1. RUJUK  keterbatasan sarana & prasarana; kompetensi &
ke-ilmuan (~ KONSULTASI);
2. Pencegahan (Nasihat, Konseling);
3. Pengobatan;
4. Koordinasi  jejaring kerja (NetWorking): lintas program,
lintas dinas, org prof/masy., institusi masy. dll.
III. PEMANTAUAN: kontrol, kapan harus segera kembali
Alur Penggunaan Tabel Algoritma

ANAMNESA

+
HEEADSSS
DAN
KONSELING
PKHS

F.

B. Kolom C. Kolom E. Kolom


A. Kolom D. Kolom
LIHAT/
TANYA KLASIFIKASI TATALAKSANA PEMANTAUAN
RASA/DENGAR
Mempraktekkan alur dan algoritma sesuai keluhan pasien

Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil. Tiap kelompok


maksimal 7 orang. Masing-masing kelompok mendapatkan 1 kasus untuk didiskusikan
didalam kelompok masing-masing, dengan arahan sebagai berikut :
 praktekkan alur dan algoritma sesuai dengan keluhan pasien
 praktekkan informed consent dan skrining anamnesis HEEADSSS,
 buat pencatatan hasil tatalaksana pasien remaja di lembar pencatatan PKPR
(MTPKR hal 178-180)
 Tiap kelompok maju ke depan menuliskan dan WAJIB menerangkan jawabannya
di papan tulis. Setiap anggota kelompok bergantian menjelaskan jawabannya
berurutan sesuai dengan urutan alur penggunaan algoritma yaitu : TANYA,
LIHAT/DENGAR/RASA, KLASIFIKASI, TATALAKSANA, PEMANTAUAN, ANAMNESA
HEEADSSS
KASUS 1

Thomas seorang remaja usia 18 tahun dengan gaya hidup bebas sering bergonta ganti pacar
perempuan dan beperilaku seks bebas. Akhir2 ini Thomas bekerja sangat sibuk dan tampak stress.
Seminggu yang lalu Thomas mengeluh badannya meriang dan timbul bintil-bintil berisi cairan (seperti
anggur) dan nyeri di alat kelaminnya. Keluhan seperti ini sudah dialami sebelumnya juga mengalami
sakit saat kencing dan bernanah. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan petugas terlihat adanya
tanda-tanda pruritis papular eruption (PPE) di lengan dan tungkai, pada lubang penis tidak terlihat
adanya duh tubuh uretra, petugas meminta pasien untuk mengurut penis sehingga keluar duh tubuh
uretra yang berwarna putih susu.
Bahan diskusi :
1. Penyakit apa yang diderita Thomas?
2. Apakah perilaku berisiko Thomas ?
3. Bagaimana penatalaksanaannya?
4. Bagaimana pencegahannya ?
Lihat algoritma Bagan Infeksi HIV (halaman 7) dan bagan genitalia infeksi menular seksual
pada remaja laki-laki, lalu ikuti alur yang dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
klasifikasi, tatalaksana dan pemantauan, lihat yang sesuai dengan kasus Thomas.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik diberikan informed consent.

Anamnesis yang diketahui:


o Timbul bintil-bintil berisi cairan (seperti anggur)
o nyeri di alat kelaminnya
o sakit saat kencing dan
o Kencing bernanah.
o Perilaku seks bebas
o Memiliki pasangan seksual yang lebih dari satu/ berganti-ganti pasangan seks
Pemeriksaan fisik yang ditemukan:
o Terlihat tanda-tanda pruritis papular eruption (PPE) di lengan, dan tungkai.
o Terlihat pada lubang penis keluar duh tubuh uretra yang berwarna putih susu.

Klasifikasi
a. Kemungkinan infeksi HIV, berdasarkan
o Gejala Timbul bintil-bintil berisi cairan (seperti anggur)
o Adanya tanda pruritis papular eruption (PPE)
b. Kemungkinan IMS (gonore dan/ atau klamidia), berdasarkan:
o Riwayat duh tubuh uretra
o Nyeri pada saat berkemih/ kencing
o Tanda keluarnya duh tubuh uretra pada lubang penis
Tatalaksana
o Petugas melakukan konseling dan tawarkan tes HIV dan sifilis.
o Jika setuju, pasien diantarkan ke petugas labor untuk melakukan tes HIV dan sifilis
o Kemudian pasien diberikan resep Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal dan azitromisin 1 g per oral dosis
tunggal.
o Berikan kie dan konseling tentang upaya pencegahan penularan IMS dan HIV, anjurkan pemakaian kondom,
bekali pasien dengan kondom sebagai contoh setelah diajarkan cara pemasangan kondom.
o Atur kunjungan ulang dengan Pasien diminta datang kembali 1 minggu kemudian untuk konseling pasca tes HIV,
melihat hasil tes sifilis dan sekaligus petugas dapat memantau keberhasilan pengobatan IMS.
o Selanjut petugas melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk menggali psikososial Thomas, kemudian
petugas mengidentifikasi adanya risiko HEEADSSS.

Perilaku berisiko Thomas adalah: Perilaku seks bebas dan memiliki pasangan seksual yang lebih dari satu/
berganti-ganti pasangan seks.

Upaya pencegahan yang dianjurkan oleh petugas kepada Thomas adalah:


o Hindari melakukan hubungan seks sebelum menikah dan setia pada satu pasangan saja.
o Gunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan.
o Hindari menggunakan napza suntik.
o Ajak pasangan seksual untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV dan IMS.

Anda mungkin juga menyukai