REGINA FARHANY SRI WAHYUNI HAYATUL AZIZAH THREE RANTI ALZA HAFIZA RITMAN SITI DZAKIYYAH MASYAR RUMUSAN MASALAH
Ny. Sari baru saja melahirkan satu jam yang
lalu, setelah dilakukannya IMD selama 60 menit. Bidan melakukan penyuntikan vitamin K dan Hepatitis B. Dan 6 jam kemudian melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kelainan pada bayi dan menilai normal tidaknya refleks pada bayi? Bagaimana fisiologis dan refleks pada bayi baru lahir? Dan jelaskan prinsip dari IMD! Melakukan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan kebutuhan dan prosedur Menjelaskan fisiologis dan refleks-refleks pada bayi baru lahir dan adaptasi pada bayi baru lahir Menjelaskan tentang prinsip inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif Menjelaskan prinsip dasar kebutuhan bayi baru lahir (pernafasan, kehangatan, nutrisi, bonding) dan pemeriksaan fisik Menjelaskan berbagai permasalahan dalam imunisasi termasuk kejadian ikutan pasca vaksinasi/imunisasi pada bayi baru lahir KIE 1 Perawatan bayi baru lahir sesuai dengan kebutuhan dan prosedur Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin, 2008). Asuhan bayi baru lahir meliputi : 1) Pencegahan Infeksi (PI) 2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan : a) Apakah kehamilan cukup bulan? b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap? c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013) 3) Pemotongan dan perawatan tali pusat 4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam. 5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). 6) Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. 7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013 8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan Imunisasi Hepatitis B yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. 10) Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. 2 Refleks-refleks pada bayi baru lahir 3 Prinsip inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif Inisiasi Menyusu Dini A. Defenisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya. Riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut ibu sesaat setelah lahir akan mampu mencari payudara ibu dan menyusu dengan baik dalam kurun waktu 50 menit. Hisapan bayi akan merangsang hormon oksitosin untuk memproduksi ASI, hormon oksitosin juga merangsang rahim untuk berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan pada ibu pasca persalinan. B. Alasan pentingnya IMD Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan bayi adalah, bahwa IMD dapat mencegah 22% kematian bayi dalam 1 jam pertama pada usia dibawah 28 hari. C. Manfaat IMD 1) Mencegah kematian karena berbagai macam penyakit 2) Mencegah kematian karena hipotermi 3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi 4)Mencegah hipoglikemi 5) Menurunkan kejadian ikterus 6) Meningkatkan kecerdasan Manfaat IMD bagi ibu adalah sebagai berikut. 1) Meningkatkan kasih sayang dan rasa aman 2) Memperlancar pengeluaran hormon oksitoksin Sentuhan, jilatan dan usapan bayi pada puting susu ibu akan memperlancar pengeluaran hormon oksitoksin. 3) Meningkatkan keberhasilan produksi 4) Menghentikan pendarahan pasca D.Tahap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli (2008) langkah-langkah dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu: 1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi. 3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok. 4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. 5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti. 6) Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. 7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda- tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu. 8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar. 9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. 10) Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar. Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni : 1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga. 2) Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan. 3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya. 4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu 5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik. ASI Eksklusif a. Pengertian ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005). b. Manfaat ASI eksklusif Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000). Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono 2001). c. Fisiologi Pengeluaran ASI Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009). d. Komposisi ASI ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif Faktor Internal 1. Ketersediaan ASI 2. Pekerjaan /aktivitas 3. Pengetahuan 4. Kelainan pada payudara 5. Kondisi kesehatan ibu Faktor Eksternal 1. Faktor petugas kesehatan 2. Kondisi kesehatan bayi 3. Keyakinan 4 Prinsip dasar kebutuhan bayi baru lahir Prinsip Dasar Kebutuhan BBL Pernafasan Tingkat pernapasan (tarikan pernapasan) normal bayi yang baru lahir biasanya adalah 40-60 tarikan per menit. Kehangatan BBL dapat kehilangan panas tubuh melalui cara-cara berikut : 1. Evaporasi Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juag terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. Contoh : - Menimbang bayi tanpa alas timbangan - Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL - Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL 3. Konveksi Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Contoh : - Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela - Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin 4. Radiasi Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dinginn (Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda) Contoh : - BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC - BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut : 1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perrut ibu. 2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. 3. Selimuti ibu dan pasang topi di kepala bayi Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. 4. Jangan segera memandikan bayi baru lahir Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari 6 jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan BBL 5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya BBL ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi BOUNDING Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Tahap-tahap Bounding Attachment Menurut Klaus Kenell dalam Lusa (2010), bagian penting dalam bounding attachment adalah : 1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. 2) Bounding (keterikatan) 3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. 5 Permasalahan dalam imunisasi Masalah yang sering terjadi setelah imunisasi dan KIPI Klasifikasi KIPI Tidak semua kejadian KIPI yang diduga itu benar. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai berapa besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu;bagaimana sifat kelainan tersebut, lokal atau sistemik;bagaimana derajat kesakitan resipien, apakah memerlukan perawatan, apakah menyebabkan cacat, atau menyebabkan kematian; apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti;dan akhirnya apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan pemberian. Berdasarkan data yang diperoleh, maka KIPI dapat diklasifikasikan dalam: Induksi vaksin (vaccine induced). Terjadinya KIPI disebabkan oleh karena faktor intrinsik vaksin terhadap individual resipien. Misalnya, seorang anak menderita poliomielitis setelah mendapat vaksin polio oral. Provokasi vaksin (vaccine potentiated). Gejala klinis yang timbul dapat terjadi kapan saja, saat ini terjadi oleh karena provokasi vaksin. Contoh: Kejang demam pasca imunisasi yang terjadi pada anak yang mempunyai predisposisi kejang. Kesalahan (pelaksanaan) program (programmatic errors). Gejala KIPI timbul sebagai akibat kesalahan pada teknik pembuatan dan pengadaan vaksin atau teknik cara pemberian. Contoh: terjadi indurasi pada bekas suntikan disebabkan vaksin yang seharusnya diberikan secara intramuskular diberikan secara subkutan. Koinsidensi (coincidental). KIPI terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain yang sedang diderita. Contoh: Bayi yang menderita penyakit jantung bawaan mendadak sianosis setelah diimunisasi. WHO pada tahun 1991, melalui Expanded Programme of Immunisation (EPI) telah menganjurkan pelaporan KIPI oleh tiap negara. Untuk negara berkembang yang paling penting adalah bagaimana mengkontrol vaksin dan mengurangi programmatic errors, termasuk cara penggunaan alat suntik dengan baik, alat sekali pakai atau alat suntik auto-distruct, dan cara penyuntikan yang benar sehingga transmisi patogen melalui darah dapat dihindarkan. Ditekankan pula bahwa untuk memperkecil terjadinya KIPI, harus senantiasa diupayakan peningkatan ketelitian, pada pemberian imunisasi selama program imunisasi dilaksanakan. Epidemiologi KIPI Kejadian ikutan pasca imunisasi akan tampak setelah pemberian vaksin dalam dosis besar. Penelitian efikasi dan keamanan vaksin dihasilkan melalui fase uji klinis yang lazim, yaitu fase 1, 2, 3, dan 4. Uji klinis fase 1 dilakukan pada binatang percobaan, sedangkan fase selanjutnya dilakukan pada manusia.Fase 2 dan 3 untuk mengetahui seberapa jauh imunogenisitas dan keamanan (reactogenicity and safety) vaksin yang dilakukan pada jumlah yang terbatas. Pada jumlah dosis yang terbatas mungkin KIPI belum tampak, maka untuk menilai jumlah KIPI diperlukan penelitian uji klinis dalam jumlah sampel (orang, dosis vaksin) yang besar yang dikenal sebagai post marketing surveilance (PMS). 4,6 Tujuan PMS ialah memonitor dan mengetahui keamanan vaksin setelah pemakaian yang cukup luas di masyarakat. Data PMS dapat memberikan keuntungan bagi program apabila semua KIPI (terutama KIPI berat) dilaporkan dan masalahnya Reaksi lokal • Abses pada tempat suntikan • Limfadenitis • Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis Reaksi SSP • Kelumpuhan akut • Ensefalopati • Ensefalitis • Meningitis • Kejang Reaksi lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edem • Reaksi anafilaksis (hipersensitivitas) • Syok anafilaksis • Artralgia • Demam • Episod hipotensif hiporesponsif • Osteomielitis • Menangis menjerit yang terus menerus • Sindrom syok toksik Gejala Klinis KIPI Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi gejala lokal dan sistemik serta reaksi lainnya, dapat timbul secara cepat maupun lambat. Pada umumnya, makin cepat KIPI terjadi makin berat gejalanya.Standar keamanan suatu vaksin dituntut lebih tinggi daripada obat-obatan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya produk farmasi diperuntukkan orang sakit sedangkan vaksin untuk orang sehat terutama bayi. Akibatnya, toleransi terhadap efek samping vaksin harus lebih kecil daripada obat-obatan untuk orang sakit. Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah mendapat imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI (reaksi cepat Tatalaksana KIPI Tatalaksana KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan kasus, pelacakan kasus lebih lanjut, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, dan evaluasi. Dalam waktu 24 jam setelah penemuan kasus KIPI yang dilaporkan oleh orang tua (masyarakat) ataupun petugas kesehatan, maka pelacakan kasus harus segera dikerjakan. Pelacakan perlu dilakukan untuk konfirmasi apakah informasi yang disampaikan tersebut benar. Apabila memang kasus yang dilaporkan diduga KIPI, maka dicatat identitas kasus, data vaksin (jenis, pabrik, nomor batchlot), petugas yang melakukan, dan bagaimana sikap masyarakat saat menghadapi masalah tersebut. Selanjutnya perlu dilacak kemungkinan terdapat kasus lain yang sama, terutama yang mendapat imunisasi dari tempat yang sama dan jenis lot vaksin yang sama. Pelacakan dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas atau petugas kesehatan lain yang bersangkutan. 6 KIE TUMBUH KEMBANG MASA NEONATUS Pada masa neonatus (0 – 28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Masa ini merupakan masa terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari aktifitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada. Perubahan selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja yang terjadi dalam waktu 24 jam yang didalamnya terdapat mekonium. Hal tersebut akan dilanjutkan dengan proses defekasi, seperti pada proses ekskresi dari apa yang dimakan (ASI). Frekuensi defekasi tersebut dapat berkisar antara 3- 5 kali seminggu (bergantung pada kondisi bayi dan susu yang dikonsumsi, apakah ASI ataukah susu formula). Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang belum sempurna, urine masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai urine berwarna merah muda karena banyak mengandung senyawa urat. Keadaan fungsi hati pun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan, sebab belum terbentuknya usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K dan imunologi untuk kekebalan bayi. Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala. Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan - Faktor herediter Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Faktor lingkungan - Lingkungan pra natal Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin. - Lingkungan post natal Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah : - Nutrisi Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan tidak adekuat - Budaya lingkungan Status sosial dan ekonomi keluarga Iklim/cuaca Olahraga/latihan fisik Posisi anak dalam keluarga Status kesehatan Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit. Faktor hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.