Anda di halaman 1dari 31

PRAPROFESI BBL, NEONATUS

DAN BALITA
MODUL 1

Dosen : Feni Andriani, Bd., M.Keb


KELOMPOK 3

 YOLANDA ANNISA ADELLA


 REGINA FARHANY
 SRI WAHYUNI
 HAYATUL AZIZAH
 THREE RANTI ALZA
 HAFIZA RITMAN
 SITI DZAKIYYAH MASYAR
RUMUSAN MASALAH

Ny. Sari baru saja melahirkan satu jam yang


lalu, setelah dilakukannya IMD selama 60 menit.
Bidan melakukan penyuntikan vitamin K dan
Hepatitis B. Dan 6 jam kemudian melakukan
pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kelainan
pada bayi dan menilai normal tidaknya refleks
pada bayi? Bagaimana fisiologis dan refleks pada
bayi baru lahir? Dan jelaskan prinsip dari IMD!
 Melakukan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan kebutuhan
dan prosedur
 Menjelaskan fisiologis dan refleks-refleks pada bayi baru lahir
dan adaptasi pada bayi baru lahir
 Menjelaskan tentang prinsip inisiasi menyusui dini dan ASI
eksklusif
 Menjelaskan prinsip dasar kebutuhan bayi baru lahir
(pernafasan, kehangatan, nutrisi, bonding) dan pemeriksaan fisik
 Menjelaskan berbagai permasalahan dalam imunisasi termasuk
kejadian ikutan pasca vaksinasi/imunisasi pada bayi baru lahir
 KIE
1 Perawatan bayi baru lahir sesuai
dengan kebutuhan dan prosedur
 Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan
infeksi (Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk
menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? Jika ada
jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan
napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI,
2013)
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat
dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata
diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan
hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan
yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) Pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan
dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24
jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan.
10) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan
jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI
dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.
2 Refleks-refleks pada bayi baru lahir
3 Prinsip inisiasi menyusui dini dan
ASI eksklusif
Inisiasi Menyusu Dini
A. Defenisi IMD
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk
menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada
awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi
dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya.
Riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut
ibu sesaat setelah lahir akan mampu mencari payudara ibu dan
menyusu dengan baik dalam kurun waktu 50 menit. Hisapan bayi
akan merangsang hormon oksitosin untuk memproduksi ASI,
hormon oksitosin juga merangsang rahim untuk berkontraksi
sehingga mengurangi perdarahan pada ibu pasca persalinan.
B. Alasan pentingnya IMD
Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri dalam satu jam
pertama kehidupan bayi adalah, bahwa IMD dapat mencegah 22%
kematian bayi dalam 1 jam pertama pada usia dibawah 28 hari.
C. Manfaat IMD
1) Mencegah kematian karena berbagai macam penyakit
2) Mencegah kematian karena hipotermi
3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi
4)Mencegah hipoglikemi
5) Menurunkan kejadian ikterus
6) Meningkatkan kecerdasan
 Manfaat IMD bagi ibu adalah sebagai berikut.
 1) Meningkatkan kasih sayang dan rasa aman
 2) Memperlancar pengeluaran hormon oksitoksin Sentuhan,
jilatan dan usapan bayi pada puting susu ibu akan
memperlancar pengeluaran hormon oksitoksin.
 3) Meningkatkan keberhasilan produksi
 4) Menghentikan pendarahan pasca
 D.Tahap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
 Menurut Roesli (2008) langkah-langkah dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) yaitu:
 1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
 2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi.
 3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkannya,
misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
 4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya dikeringkan
secepatnya, kecuali kedua tangannya.
 5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan biarkan bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan minimal satu jam
setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti.
 6) Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat saja merangsang
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
 7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda-
tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu.
 8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada
ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.
 9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai.
 10) Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar.
 Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5
(lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni :
 1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam
keadaan siaga.
 2) Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut
seperti mau minum, mencium, menjilat tangan.
 3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan
disekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
 4) Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang
payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu
 5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut
lebar, dan melekat dengan baik.
 ASI Eksklusif
 a. Pengertian ASI Eksklusif
 ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu,
pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan
ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain,
kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan
makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun
atau lebih (Prasetyono, 2005).
 b. Manfaat ASI eksklusif
 Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu
formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi
ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi,
ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan
kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. Bagi ibu, manfaat menyusui itu
dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui
segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah
melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono 2001).
 c. Fisiologi Pengeluaran ASI
 Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks
Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI)
(Maryunani, 2009).
 d. Komposisi ASI
 ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air
walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI
sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih
kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi
ASI yaitu : karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin,
2004 )
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan
ASI Eksklusif
 Faktor Internal
 1. Ketersediaan ASI
 2. Pekerjaan /aktivitas
 3. Pengetahuan
 4. Kelainan pada payudara
 5. Kondisi kesehatan ibu
 Faktor Eksternal
 1. Faktor petugas kesehatan
 2. Kondisi kesehatan bayi
 3. Keyakinan
4 Prinsip dasar kebutuhan bayi baru
lahir
 Prinsip Dasar Kebutuhan BBL
 Pernafasan
 Tingkat pernapasan (tarikan pernapasan) normal bayi yang baru lahir biasanya adalah
40-60 tarikan per menit.
 Kehangatan
 BBL dapat kehilangan panas tubuh melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juag
terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
Contoh :
- Menimbang bayi tanpa alas timbangan
- Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL
- Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
Contoh :
- Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela
- Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin
4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan
dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dinginn
(Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)
Contoh :
- BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC
- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh
bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perrut
ibu.
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel
di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
3. Selimuti ibu dan pasang topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Jangan segera memandikan bayi baru lahir
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari 6 jam setelah
lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan BBL
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya BBL ditempat tidur yang sama
dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu agar segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi
BOUNDING
Bounding attachment adalah sentuhan awal atau
kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit
pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
Tahap-tahap Bounding Attachment
Menurut Klaus Kenell dalam Lusa (2010), bagian penting
dalam bounding attachment adalah :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan
kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat
individu dengan individu lain.
5 Permasalahan dalam imunisasi
 Masalah yang sering terjadi setelah imunisasi dan KIPI
 Klasifikasi KIPI Tidak semua kejadian KIPI yang diduga itu benar.
Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan
imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI diperlukan
keterangan mengenai berapa besar frekuensi kejadian KIPI
pada pemberian vaksin tertentu;bagaimana sifat kelainan
tersebut, lokal atau sistemik;bagaimana derajat kesakitan
resipien, apakah memerlukan perawatan, apakah
menyebabkan cacat, atau menyebabkan kematian; apakah
penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti;dan
akhirnya apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan
dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan pemberian.
 Berdasarkan data yang diperoleh, maka KIPI dapat diklasifikasikan
dalam:
 Induksi vaksin (vaccine induced). Terjadinya KIPI disebabkan oleh
karena faktor intrinsik vaksin terhadap individual resipien. Misalnya,
seorang anak menderita poliomielitis setelah mendapat vaksin polio
oral.
 Provokasi vaksin (vaccine potentiated). Gejala klinis yang timbul
dapat terjadi kapan saja, saat ini terjadi oleh karena provokasi vaksin.
Contoh: Kejang demam pasca imunisasi yang terjadi pada anak yang
mempunyai predisposisi kejang.
 Kesalahan (pelaksanaan) program (programmatic errors). Gejala KIPI
timbul sebagai akibat kesalahan pada teknik pembuatan dan
pengadaan vaksin atau teknik cara pemberian. Contoh: terjadi
indurasi pada bekas suntikan disebabkan vaksin yang seharusnya
diberikan secara intramuskular diberikan secara subkutan.
 Koinsidensi (coincidental). KIPI terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain
yang sedang diderita. Contoh: Bayi yang menderita penyakit jantung bawaan
mendadak sianosis setelah diimunisasi. WHO pada tahun 1991, melalui
Expanded Programme of Immunisation (EPI) telah menganjurkan pelaporan
KIPI oleh tiap negara. Untuk negara berkembang yang paling penting adalah
bagaimana mengkontrol vaksin dan mengurangi programmatic errors,
termasuk cara penggunaan alat suntik dengan baik, alat sekali pakai atau alat
suntik auto-distruct, dan cara penyuntikan yang benar sehingga transmisi
patogen melalui darah dapat dihindarkan. Ditekankan pula bahwa untuk
memperkecil terjadinya KIPI, harus senantiasa diupayakan peningkatan
ketelitian, pada pemberian imunisasi selama program imunisasi dilaksanakan.
 Epidemiologi KIPI Kejadian ikutan pasca imunisasi akan tampak setelah
pemberian vaksin dalam dosis besar. Penelitian efikasi dan keamanan vaksin
dihasilkan melalui fase uji klinis yang lazim, yaitu fase 1, 2, 3, dan 4.
 Uji klinis fase 1 dilakukan pada binatang percobaan, sedangkan fase
selanjutnya dilakukan pada manusia.Fase 2 dan 3 untuk mengetahui
seberapa jauh imunogenisitas dan keamanan (reactogenicity and safety)
vaksin yang dilakukan pada jumlah yang terbatas. Pada jumlah dosis yang
terbatas mungkin KIPI belum tampak, maka untuk menilai jumlah KIPI
diperlukan penelitian uji klinis dalam jumlah sampel (orang, dosis vaksin)
yang besar yang dikenal sebagai post marketing surveilance (PMS). 4,6
Tujuan PMS ialah memonitor dan mengetahui keamanan vaksin setelah
pemakaian yang cukup luas di masyarakat. Data PMS dapat memberikan
keuntungan bagi program apabila semua KIPI (terutama KIPI berat)
dilaporkan dan masalahnya
 Reaksi lokal
 • Abses pada tempat suntikan
 • Limfadenitis
 • Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis
 Reaksi SSP
 • Kelumpuhan akut
 • Ensefalopati
 • Ensefalitis
 • Meningitis
 • Kejang
 Reaksi lain
 Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edem
 • Reaksi anafilaksis (hipersensitivitas)
 • Syok anafilaksis
 • Artralgia
 • Demam
 • Episod hipotensif hiporesponsif
 • Osteomielitis
 • Menangis menjerit yang terus menerus
 • Sindrom syok toksik
 Gejala Klinis KIPI
 Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi gejala lokal dan sistemik serta reaksi lainnya, dapat
timbul secara cepat maupun lambat. Pada umumnya, makin cepat KIPI terjadi makin berat
gejalanya.Standar keamanan suatu vaksin dituntut lebih tinggi daripada obat-obatan. Hal
ini disebabkan oleh karena pada umumnya produk farmasi diperuntukkan orang sakit
sedangkan vaksin untuk orang sehat terutama bayi. Akibatnya, toleransi terhadap efek
samping vaksin harus lebih kecil daripada obat-obatan untuk orang sakit. Mengingat tidak
ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila seorang anak telah
mendapat imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak
terjadi KIPI (reaksi cepat
 Tatalaksana KIPI
 Tatalaksana KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan kasus, pelacakan kasus lebih lanjut,
analisis kejadian, tindak lanjut kasus, dan evaluasi. Dalam waktu 24 jam setelah penemuan
kasus KIPI yang dilaporkan oleh orang tua (masyarakat) ataupun petugas kesehatan, maka
pelacakan kasus harus segera dikerjakan. Pelacakan perlu dilakukan untuk konfirmasi
apakah informasi yang disampaikan tersebut benar. Apabila memang kasus yang
dilaporkan diduga KIPI, maka dicatat identitas kasus, data vaksin (jenis, pabrik, nomor
batchlot), petugas yang melakukan, dan bagaimana sikap masyarakat saat menghadapi
masalah tersebut. Selanjutnya perlu dilacak kemungkinan terdapat kasus lain yang sama,
terutama yang mendapat imunisasi dari tempat yang sama dan jenis lot vaksin yang sama.
Pelacakan dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas atau petugas kesehatan lain yang
bersangkutan.
6 KIE
 TUMBUH KEMBANG MASA NEONATUS
 Pada masa neonatus (0 – 28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan perkembangan
setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri
dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Masa ini merupakan masa
terjadinya kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua
sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari aktifitas pernapasan
yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih
besar apabila dibandingkan dengan rongga dada. Perubahan selanjutnya sudah dimulai
proses pengeluaran tinja yang terjadi dalam waktu 24 jam yang didalamnya terdapat
mekonium. Hal tersebut akan dilanjutkan dengan proses defekasi, seperti pada proses
ekskresi dari apa yang dimakan (ASI). Frekuensi defekasi tersebut dapat berkisar antara 3-
5 kali seminggu (bergantung pada kondisi bayi dan susu yang dikonsumsi, apakah ASI
ataukah susu formula).
 Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang belum sempurna, urine
masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai urine
berwarna merah muda karena banyak mengandung senyawa urat. Keadaan fungsi hati
pun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan, sebab belum
terbentuknya usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K dan imunologi untuk
kekebalan bayi.
 Perkembangan motorik kasar
 Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai
pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang
pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
 Perkembangan bahasa
 Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat
ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara
(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
- Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin
(Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Faktor lingkungan
- Lingkungan pra natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang
mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang
mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan
herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada
organ otak janin.
- Lingkungan post natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir
adalah :
- Nutrisi
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang
Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi makanan tidak
adekuat
- Budaya lingkungan
Status sosial dan ekonomi keluarga
 Iklim/cuaca
 Olahraga/latihan fisik
 Posisi anak dalam keluarga
 Status kesehatan
 Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah
dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
 Faktor hormonal
 Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi
badan, hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid
yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada
anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.

Anda mungkin juga menyukai