Anda di halaman 1dari 38

IMOBILISASI

DAN
KOMPLIKASINYA
Dr. Agus Sudarso, SpPD, K-Ger, FINASIM

Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin /
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
DEFINISI IMOBILISASI
Kehilangan gerakan anatomi akibat perubahan
fungsi fisiologis  ketidakmampuan transfer atau
berpindah posisi atau tirah baring selama > 3 hari

Menggambarkan degenerasi fisiologis sebagai


akibat menurunnya aktivitas atau deconditioning

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Imobilisasi dan komplikasi akibat imobilisasi pada orang
usia Lanjut. PERGEMI. 2006
TATALAKSANA
• Pengkajian geriatri paripurna :
• Anamnesis
• pemeriksaan fisik
• evaluasi status fungsional
• status mental
• status kognitif
• tingkat mobilitas
• pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Imobilisasi dan komplikasi akibat imobilisasi pada orang
TATALAKSANA KOMPLIKASI
IMOBILISASI
TROMBOEMBOLI VENA
• Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT)
• Emboli paru (pulmonary embolism, PE)
• Insidensi tromboemboli vena meningkat pada kelompok
usia 60 tahun atau lebih.
• Patogenesis timbulnya tromboemboli vena melibatkan
tiga faktor (triad Virchow)
• Kerusakan dinding pembuluh darah,
• Stasis vena  imobilisasi
• Hiperkoagulasi
• Gejala klinis klasik DVT :
• Bengkak
• Nyeri
• Perubahan warna kulit pada ekstremitas yang terkena
• Pemeriksaan fisik:
• vena yang mengalami trombosis
• edema unilateral
• perabaan yang hangat
• tanda Homans (nyeri pada dorsofleksi pasif kaki)
• dilatasi vena superfisial  cedera muskuloskeletal,
selulitis, insufisiensi vena
PENCEGAHAN
• Metode Mekanik
• Graduated compression stocking (GCS)  stoking elastis yang dililitkan
pada ekstremitas dengan gradasi ketat menuju ringan, dari distal ke
proksimal
• Intermitten pneumatic compression (IPC)
• Venous foot pump (VFP)
• Tidak seefektif penggunaan obat-obat antikoagulan dan dapat
menimbulkan bias pada saat dilakukan pemeriksaan penapisan
terhadap timbulnya tromboemboli vena, berupa angka positif-palsu
sebesar 10-30%
• The American College of Chest Physicians (ACCP)
merekomendasikan penggunaan profilaksis mekanik ini untuk
kelompok risiko perdarahan tinggi atau kombinasi dengan obat
antikoagulan untuk meningkatkan efektivitasnya
PENCEGAHAN
Metode Farmakologi
 Aspirin atau antiplatelet lain
 Tidak dianjurkan sebagai pencegahan tunggal
 Antikoagulan
 Unfractionated Heparin
 Dosis 5000 unit s.c setiap 8 jam atau 12 jam
 Low molecular weight heparin
 Enoxaparin 40 mg s.c, sekali sehari
 Fondaparinux
 Warfarin atau coumarin jenis lain
DOSIS UNTUK TERAPI
TERAPI
ULKUS DEKUBITUS
• Ulkus dekubitus  tekanan yang terus-menerus pada bagian
tubuh (tulang) yang menonjol dalam jangka waktu yang cukup
lama
• Empat faktor yang berpengaruh:
• Tekanan
• daya regang
• friksi/gesekan
• kelembaban
• Komplikasi ulkus • Faktor risiko lain ulkus
dekubitus: dekubitus:
• Nyeri • kulit yang kering
• Infeksi lokal • meningkatnya suhu tubuh
• Selulitis • tekanan darah yang rendah
• Osteomielitis • usia yang lanjut
• Sepsis • Inkontinensia
• Kematian • Malnutrisi
• diabetes melitus
• insufisiensi vaskular
• Obesitas
• Hipoalbuminemia
• demensia berat
• Berubahnya tingkat kesadaran.
PENDEKATAN SISTEMIK
• Status hidrasi
• Asupan nutrisi adekuat
• Setidaknya 30-35 kalori/kgBB/hari
• Protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
• Antibiotika sistemik
• Ampisilin sulbactam, imipenem, meropenem, tikarsilin
klavulanat, piperacillin tazobactam, kombinasi klindamisin
dengan siprofloksasin atau dengan aminoglikosida sambil
menunggu hasil kultur
Osteoporosis
• Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara resorpsi
tulang dan pembentukan tulang
• Imobilisasi :
• Meningkatkan resorpsi tulang  kehilangan massa tulang (tanpa
perubahan komponen rasio matriks inorganik dan organik)
• Meningkatkannya kalsium serum  ditandai peningkatan
konsentrasi Ca, P, dan hikroksiprolin di urine pada minggu
pertama imobilisasi  kalsium total di tubuh menurun 4%
selama 7 minggu imobilisasi
• Menghambat sekresi PTH & produksi vit D3 aktif (1,25-(OH) 2D)
 penurunan kadar vit D, namun serum PTH tidak meningkat
Pneumonia dan ISK
• Imobilisasi  retensi sputum, mudah terjadi aspirasi
• Posisi berbaring otot diafragma dan interkostal tidak berfungsi
dengan baik  gerakan dinding dada terbatas  sulit keluarkan
dahak.
• Usia lanjut  recoil elastik berkurang  perubahan tekanan
penutup saluran udara kecil risiko atelektasis paru dan
pneumonia

• Imobilisasi  perubahan aliran urin  cenderung retensi  ISK


• Bila ada faktor risiko (misal hiperkalsiuria)  batu  obstruksi
• Imobilisasi pada geriatri  inkontinensia urin
•  karena tidak mampu ke toilet, berkemih tidak sempurna,
gangguan status mental, gangguan sensasi berkemih.
Gangguan Nutrisi (hipoalbumin)
• Imobilisasi  perubahan metabolisme zat gizi, terutama protein 
terjadi katabolisme akibat peningkatan plasma kortisol, sehingga
metabolisme protein lebih rendah.
• Imobilisasi 7 hari  balance nitrogen negatif meningkatkan
ekskresi nitrogen urin, rata-rata mencapai 2 mg/hari 
hipoproteinemia, edema, dan penurunan berat badan
• Kehilangan nitrogen hingga 12 gr pada kondisi imobilisasi dengan
malnutrisi, trauma, fraktur pinggul, atau infeksi
• Penekanan sekresi ADH pada pasien geriatri dgn imobilisasi 
meningkatkan diuresis, dan pemecahan otot  weight loss.
• Selain itu akan terjadi defisiensi natrium kronik  hiponatremia dan
hiponatriuria
Konstipasi dan skibala
• Imobilisasi lama akan memperlama feses berada
di kolon  konstipasi.
• Sementara itu absorbsi cairan di colon akan
bertambah, sehingga feses menjadi lebih keras
 skibala
• Faktor lain : obat-obatan yang memperlama
transit time), dehidrasi, asupan cairan dan serat
yang kurang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai