FORMULASI
Teuku Nanda Saifullah Sulaiman
Lab. Teknologi Farmasi
Fakultas Farmasi UGM
Product formulation is often considered an art,
the formulator’s experience and creativity
providing the ‘‘raw material’’ for the creation of
a new product.
• Formulasi terdiri dari:
– Formula
– Metode
– Proses Bentuk sediaan
– Peralatan
– Pengemas
Tiap-tiap unsur dari formulasi sangat bervariasi,
masing-masing mempunyai persyaratan tertentu utk
membentuk suatu sediaan tertentu tergantung
persyaratan sediaan, formulator, market, fasilitas produksi,
dll.
• Persyaratan-persyaratan tersebut bisa berdiri
sendiri, misal warna dan kerapuhan, keduanya tdk
saling mempengaruhi atau bisa saling
mempengaruhi (misal kekerasan dan waktu
hancur)
• Kekerasan tinggi, waktu hancur tdk memenuhi.
Tablet kurang keras akan rapuh. Dicari kekerasan
yg optimum (cukup keras tapi masih memenuhi
waktu hancur
• Untuk itu dibutuhkan proses OPTIMASI
• Kenapa harus optimum bukan maksimum?
• Sehingga akan dapat dihasilkan sediaan yang
bermutu. Ciri?
• Dalam proses optimasi perlu suatu kompromi,
sehingga final formulation dapat memenuhi
semua persyaratan yg diinginkan
Formula :
- zat aktif
- Excipient : specially selected and present in
definite concentrations
Pengembangan bentuk sediaan perlu proses
optimasi, tujuannya:
- Stabilitas fisika dan kimia
- Ketersediaan hayati
- Mudah diproduksi
- Murah
Problem proses optimasi:
- Mencari keseimbangan diantara persyaratan yg
bertentangan
- Kemungkinan adanya interaksi komplek antara
excipient yg mempengaruhi persyaratan yg
diinginkan
• Contoh : penambahan lubrikan yg bersifat
hidroforb, dapat memperbaiki sifat alir tetapi
akan menurunkan disolusi
• Optimasi formula dapat dikerjakan dg
matematical optimization
• When the effects of factors on a
pharmaceutical process or response are
unknown, the use of screening designs to
estimate factor effects may be indicated.
• Efek
adalah perubahan dari respon yang disebabkan
dari variasi level-level dari faktor.
{ab+b}-{a+1}
• Main effect of B =
2
• Interaction =
• Pada percobaan dg factorial design harus
diketahui dan didapatkan:
- Faktor yg akan diteliti misal: suhu, waktu,
pemprosesan, dll
- Level faktor yg diteliti: tinggi dan rendah
- Respon yg diukur: harus dikuantitatifkan
• Dari design faktorial bisa diketahui:
- Ada tidaknya interaksi
- Faktor percobaan yg dilakukan
• Jumlah percobaan yg dilakukan misal: 2n (2=
level; n = jumlah faktor)
Contoh:
- Penelitian tentang faktor-faktor yg
mempengaruhi kadar air dalam suatu
ekstrak tanaman
- Faktor yg diteliti: suhu dan lama/waktu
pengeringan
1. Suhu: rendah (400C), tinggi (600C)
2. Waktu: rendah (12 jam), tinggi (24 jam)
Jadi dilakukan 22 = 4 percobaan, yaitu:
Pada 400C - 12 jam, 400C – 24 jam
600C – 12 jam dan 600C – 24 jam.
• Rumus:
Y = Bo + BaXa + BbXb + BabXaXb
Y = respon terukur
Xa, Xb = level faktor A dan B, yg harganya dari (-1)
sampai (+1), (-1) = level rendah; (+1) = Level tinggi
Ba, Bb = koefisien, dpt dihitung berdasarkan
percobaan
Bo = intersep = rata-rata hasil semua percobaan
xy
Ba, Bb =
jumlah percobaan
Pemberian level:
Misal jika 400C (level rendah) diwakili dg -1
dan 600C = +1; jika 12 jam = -1 dan
24 jam = +1
Konsep percobaan untuk 2 faktor 2 level
Percobaan Faktor
A B
1 -1 -1
a +1 -1
b _1 +1
ab +1 +1
Percobaan Faktor Interaksi Respon
(%)
Suhu(A) Waktu (A)(B)
(B)
( ) -1 -1 +1 13
a +1 -1 -1 7
b -1 +1 -1 5
ab +1 +1 +1 5
Bo = Rata-rata respon
= (13+7+5+5)/4 = 7,5
Ba = (A x respon)/ percb
= -1(13)+1(7)-1(5)+1(5) = -1,5
Bb = (B x respon)/ percb
= -1(13)-1(7)+1(5)+1(5) = -2,5
Bab = (AB x respon)/ percb
= +1(13)-1(7)-1(5)+1(5) = +1,5
Jadi:
y = 7,5 – 1,5 Xa - 2,5Xb + 1,5XaXb
Dari perc. Dik. Efek waktu lebih dominan, sebab
koefisien B>A, 2,5>1,5
Simplex lattice design
• Response surface dan optimal regions untuk
formulasi dpt diamati dg aplikasi simplex
lattice design
• Persyaratan kombinasi variabel:
- Total quantity must be constan (100 % atau 1
bagian)
- Yg dikombinasi adalah variabel bebas
• Yg paling sederhana adalah simplex dg 2
variabel/komponen
• Rumus:
Y = B1(A) + B2(B) + B12(A)(B)
Atau
Y = Ba(A) + Bb(B) + Bab(A)(B)
Y = response
(A)(B) = proporsi A dan B
B1,B2,B12 = koefisien yg diperoleh dari hasil
percobaan
Contoh : ada 2 macam solvent, A dan B. akan
diteliti pengaruhnya terhadap kelarutan zat x
• Untuk melihat pengaruh solven tersebut
dibuat 3 macam percobaan, yaitu :100 % A,
100% B dan 50-50% campuran A-B total
bagian 100 %
• Kelarutan zat X sbb:
- Dalam 100% A = 10 mg/ml
- Dalam 100% B = 15 mg/ml
- Dalam 50A-50B = 30 mg/ml
Berdasarkan rumus dapat dihitung koefisien
B1,B2,dan B12
B1 = response pada (A) sama dg 1 atau 100% = 10
B2 = response pada (B) sama dg 1 atau100% = 15
B12 = response pada campuran 0,5 A dan 0,5 B (50% A
dan 50% B) = 30
Jadi persamaan responnya:
Y = 10(A) + 15 (B) + 30(A)(B)