Anda di halaman 1dari 113

PEMERIKSAAN FISIK

Kelompok 11 - 2018
Keadaan Umum
◦ Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan bagaimana keadaan
umum pasien melalui ekspresi wajahnya, gaya berjalannya dan tanda-tanda spesifik
lain yang segera tampak begitu kita melihat pasien, (eksoftalmus, cusingoid,
parkinsonisme dan sebagainya).
◦ Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi tampak sakit ringan, sakit sedang, atau
sakit berat. Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai apakah keadaan pasien
dalam keadaan darurat medis atau tidak.
◦ Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang, cukup atau berlebih.
◦ Dengan menilai berat badan dan tinggi badan, maka dapat diukur Indeks Massa
Tubuh (IMT), yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m). IMT 18,5-25
menunjukkan berat badan yang ideal, bila IMT < 18,5 berarti berat badan kurang, IMT
> 25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30 rnenunjukkan adanya obesitas.
Kesadaran & Tanda-tanda vital
Kesadaran
◦ Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien yang
wajar terhadap stimulus visual, auditorik maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertidur,
tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa
dengan memberikan rangsang nyeri.

TINGKAT KESADARAN
◦ Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
◦ Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
◦ Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan merontaronta.
◦ Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih
dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur
kembali.
◦ Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien
tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
◦ Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi
reflex (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rargsang nyeri tidak adekuat.
◦ Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan
dan tidak
SKALA
KOMA
GLASGOW
◦ SUHU
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37°C.

◦ FREKUENSI PERNAPASAN
Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per menit.

◦ NADI
• Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 80 kali permenit.
Bila frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit, disebut takikardia (pulsus frequent);
sedangkan bila frekuensi nadi kurang dari 60 kali per-menit, disebut bradikardia (pulsus
rarus).
• Irama denyut nadi harus ditentukan apakah teratur (reguler) atau tidak teratur
(ireguler).
• Isi nadi dinilai apakah cukup, kecil (pulsusporvus) atau besar (pulsus magnus).
◦ Tekanan Darah
KEPALA
Kepala
Rambut : lihat apakah tebal atau tipis, distribusi, tekstur, dan pola kerontokan
dan dapat pula terlihat serpihan-serpihan kulit pada ketombe
- Rambut halus dijumpai pada hipertiroidisme
- Rambut kasar dijumpai pada hipotiroidisme
◦ Kulit kepala : dengan memisahkan rambut dibeberapa tempat. Kemudian mencari
apakah ada scalling, benjolan, atau lesi

- Adanya kemerahan dan skuama mungkin menunjukan adanya dermatitis seboroik


atau psoriasis.
◦ Tengkorak
- Amati ukuran umum dan kontur tengkorak. Perhatikan apakah ada deformitas, cekungan,
benjolan, atau nyeri tekan
Kelainan :
- Tengkorak yang membesar mungkin menunjukan adanya hidrosefalus atau paget disease
pada tulang.
◦ Wajah
- Amati ekspresi dan kontur wajah pasien. Amati adanya asimetri, gerakan involunter,
edema dan massa
Kelainan:
- Cushing Sindrom : meningkatnya produksi kortisol adrenal pada cushing sindrom
menyebabkan wajah berbentuk bulat atau “bulan” dengan pipi merah.
- Sindrom nefrotik : wajah biasanya edema. Pembengkakakn biasanya muncul mula-mula
pada pagi hari dan disekitar mata.
Kulit
- Amati Kulit, perhatikan warna, pigmentasi, tekstur, ketebalan, distribusi rambut, dan
adanya lesi
- Akne biasanya ditemukan pada banyak remaja.
- Histurisme biasanya ditemukan pada pasien cushing
Mata
- Posisi dan kesejajaran mata : berdirilah di depan pasien dan lihat kedua mata untuk
posisi dan kesejajaran
- Alis : periksa alis dengan memperhatikan kuantitas dan distribusi serta ada tidaknya
skuama di kulit di bawahnya.
- Kelopak mata : Perhatikan posisi kelopak mata dalam kaitannya dengan bola mata.
Inspeksi hal-hal berikut : edema kelopak mata, warna kelopak mata, kondisi dan arah
bulu mata, lesi.
◦ Konjungtiva dan Sklera
- Inspeksi warna sklera dan konjungtiva serta perhatikan pola vaskular terhadap latar
belakang sklera yang putih
◦ Kornea dan Lensa
- Dengan sinar dari arah oblique, inspeksi kornea kedua mata untuk kekeruhan dan
perhatikan ada tidaknya kekeruhan lensa yang mungkin dapat terlihat melalui pupil
◦ Iris
- Dengan cahaya menyinari langsung dari sisi temporal, cari ada atau tidaknya bayangan
bulan sabit di sisi medial iris
◦ Pupil
Inspeksi ukuran, bentuk dan simetri pupil. Jika pupil besar (> 5mm), kecil (<3mm)
Refleks cahaya (direct&indirect)

◦ Otot-otot ekstraokular
Telinga
◦ Aurikula : inspeksi jaringan sekitar untuk melihat ada atau tidaknya deformitas, benjolan
atau lesi kulit
◦ Kanalis aurikularis dan membrane timpani: untuk melihat saluran dan membrane
tympanic gunakan otoskop nilai apakah terdapat serumen atau tidak, ada secret
atau tidak, membrane tympanic intak atau perforasi, ada benda asing atau tidak
◦ uji pendengaran (512 hz)
Uji weber ( uji lateralisasi)
Letakkan garputala pada vertex dan periksa pendengaran
◦ Uji rinne
Letakkan garputala pada os mastoid sampe tidak terdengar, angkat, letakan depan
telinga.
Hidung dan Paranasal
◦ Inspeksi rongga hidung melalui nares anterior biasana terbatas pada vestibulum,
bagian anterior septum, dan konka inferior dan media. Periksa apakah ada
kemerahan, pembengkakan
◦ Perhatikan septum apakah ada deviasi atau tidak
◦ Pemeriksaan diposterior menggunakan cermin nasofaring.
◦ Palpasi sinus frontal dan maksilaris
mulut
◦ Inspeksi :
Periksa bibir, apakah ada sianosis, pucat dan lesi lainnya

Periksa mukosa oral, gusi, gigi dan palatum

Periksa lidah, simetris atau tidak, papil atrofi atau tidak, adanya lesi atau tidak
LEHER
Leher
◦ Inspeksi leher : perhatikan simetri dan ada tidakna massa atau jaringan parut. Carilah ada
tidaknya pembesaran kelenjar parotis atau submandibulla, dan catat setiap kelenjar limfe
yang terlihat
◦ Palpasi kelenjar limfe meliputi : Pre auricular, auricular posterior, oksipitalis, tonsilaris,
submandibularis, submental, servikalis, servikaslis superficial, servikalis posterior,
suprakalvikularis
◦ Trakea dan Tiroid
Arteri Karotis dan Vena Jugularis
◦ Pasien berbaring terlentang dengan kepala terangkat 30 derajat. Distensi Vena jugularis
dapat terlihat ketika pasien berada dalam posisi duduk serta perlu segera dinilai
Neck
Neck
Palpation: Tracheal Alignment
Tracheal Alignment Abnormalities
◦ Pneumothorax – shifts to unaffected side
◦ Pleural Effusion – shifts to unaffected side
◦ Fibrosis or Atelectasis – shifts towards affected side
◦ Pulmonary consolidation – no shift
THORAX
Menentukan Hasil Pemeriksaan
Thorax ◦ Untuk menentukan lokasi vertikal, kita harus dapat
THORAX ANTERIORmenghitung tulang iga dan ruang sela iga.
◦ Cara menentukan angulus sterni adalah: Letakkan
jari tangan pada lekukan insisura suprastemalis
yang melengkung  gerakkan jari tangan ke
bawah sekitar 5 cm hingga mengenai tonjolan
horizontal tulang yang menghubungkan
manubrium sterni dengan korpus sterni.
◦ Menentukan tulang iga kedua : setelah
menemukan angulus sternus  gerakkan jari
tangan ke lateral  tulang iga (kosta) kedua serta
kartilago kosta yang berada di dekatnya  telusuri
dengan dua jari tangan ruang sela iga satu per
satu menurut garis miring (oblique)
◦ Untuk menemukan ruang sela iga pada wanita,
dapat menyisihkan payudaranya ke lateral atau
melakukan palpasi sedikit lebih ke medial daripada
yang diilustrasikan pada gambar di samping.
Menentukan Hasil Pemeriksaan
Thorax
THORAX POSTERIOR
◦ Pada thorax posterior tulang iga ke-12
merupakan titik awal yang dapat digunakan
untuk menghitung tulang iga dan ruang sela
iga dan membantu menentukan lokasi hasil
pemeriksaan atau temuan pada dada
posterior
◦ Dengan jari-jari salah satu tangan, lakukan
penekanan ke dalam dan atas pada tepi
inferior iga ke-12 telusuri ruang sela iga
mengikuti garis yang lebih oblique ke atas
dan di seputarnya hingga bagian depan
dada.
◦ Ujung inferior scapula juga bisa digunakan
sebagai penanda yang terletak setinggi iga
ke-7 atau ruang sela iga ke-7.
◦ Selain itu, prosesus spinosus os vertebra juga
dapat digunakan sebagai patokan anatomi.
Menentukan
Hasil
Pemeriksaan
Thorax
Untuk menentukan lokasi
di seputar lingkar dada,
guinakan rangkaian garis-
garis vertikal seperti
terlihat pada tiga ilustrasi
berikut ini.
Pemeriksaan Thorax Anterior
◦ Pemeriksaan paru dan toraks anterior dilakukan saat pasien berbaring telentang.
Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
a. INSPEKSI
◦ Berdiri depan kaki pasien
◦ Inspeksi bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada : Deformitas atau asimetri
◦ Retraksi abnormal ruang seia iga bawah pada saat inspirasi
◦ Tertinggalnya bagian dada saat gerakan respirasi
◦ Menentukan lokasi iktus kordis atau PMI (Point Maximum Impulses)
b. PALPASI
Penilaian ekspansi dada.
◦ Tempatkan kedua ibu jari di sepanjang
tiap-tiap tepi tulang iga (margo kosta)
sementara kedua tangan berada di
sepanjang bagian lateral dinding dada.
◦ Geser sedikit ke arah medial untuk
menimbulkan lipatan kulit yang longgar
di antara kedua ibu jari tangan.
◦ Minta pasien untuk menarik napas yang
dalam.
◦ Amati seberapa jauh kedua ibu jari
tangan bergerak saling menjauhi ketika
toraks mengembang, dan rasakan
luasnya serta kesimetrisan gerakan
respirasi.
Taktil Fremitus
◦ Bandingkan getaran kedua sisi
dada dengan menggunakan
permukaan ventral atau ulnar
kedua tangan pada lokasi ICS 2,
ICS 4 medial, ICS 4 anterior axillary
◦ Pasien mengucapkan “tujuh puluh
tujuh”
Palpasi Iktus Kordis
◦ Palpasi dengan fingerpads, jari tangan tersebut dalam posisi rata atau miring pada
permukaan tubuh pasien. Jika tidak dapat menemukan iktus kordis pada pasien yang
telentang minta pasien untuk memutar tubuh bagian atasnya ke kiri (lateral decubitus kiri).
 Karakteristik yang dinilai meliputi lokasi, diameter, amplitudo dan durasi iktus kordis
 Lokasi : ruang sela iga ke-4 atau ke-5 linea midsternalis kiri
 Diameter : <2,5 cm saat supinasi dan hanya menempati satu ruang sela iga.
 Amplitudo : normal (kecil, cepat seperti mengetuk)
 Durasi : dengarkan bunyi jantung sementara meraba iktus kordis atau mengamati gerakan stetoskop ketika
mendengarkan bunyi jantung di daerah apeks kordis. Normal berlangsung 2/3 sistol

◦ Mendeteksi thrills
 Palpasi dengan menggunakan “ball of hand” pada bagian iktus kordis dan rasakan apakah ada
getaran.
◦ Mendeteksi impuls kuat angkat
 Pada palpasi dapat mengangkat atau mendorong jari tangan yang disebut sebagai kuat angkat.
c. PERKUSI
- Hiperekstensikan jari tengah pada ◦ Lokasi Perkusi Dada Anterior
tangan yang non dominan
- Tekan bagian distal interphalangeal
joint dengan jari tengah dominan
- Bandingkan 2 area anterior chest kiri &
kanan
- Mulai dari supraclavicular, ICS 2, ICS 3 ,
ICS 4, anterior axillary ICS 4, anterior
axillary ICS 5
- Tentukan batas paru hepar
- Tentukan batas jantung
d. AUSKULTASI
◦ Dengarkan suara nafas dengan bagian
diafragma stetoskop setelah
menginstruksikan pasien untuk nafas
dalam
◦ Normalnya :
 Bronchial  di manubrium
 Vesicular  di semua lapang paru
 Bronchovesicular  di ICS 1/2/ antar
scapula
◦ Perhatikan : pitch, intensitas, durasi
ekspirasi/ inspirasi
◦ Ada suara tambahan seperti crackles,
wheezing, ronchi, perhatikan pitch,
durasi, muncul saat ekspirasi/ inspirasi ,
persistent atau tidak
Karakteristik Suara Nafas (Breath
Sound)
Bunyi Nafas Tambahan
◦ Auskultasi jantung pada ruang sela iga
ke-2 kanan garis parasternal kanan
(area aortic), ruang sela iga ke-2 garis
parasternal kiri (area pulmonal), sela
iga ke-2 hingga ke-5 garis parasternal
kiri (area ventrikel kanan), dan pada
claerah apeks kordis.
◦ Saat auskultasi dengarkan suara
jantung, bising jantung (murmur).
Pemeriksaan Thorax Posterior
◦ Pada pemeriksaan thorax posterior posisi pasien duduk.
a. INSPEKSI
◦ Berdiri di posisi garis tengah di belakang tubuh pasien
◦ Inspeksi bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada : Deformitas atau asimetri
◦ Retraksi abnormal ruang seia iga bawah pada saat inspirasi
◦ Tertinggalnya bagian dada saat gerakan respirasi
b. PALPASI
Penilaian ekspansi dada.
◦ Tempatkan kedua ibu jari pada setinggi
kosta 10 sementara kedua tangan
berada di sepanjang bagian lateral
dinding dada.
◦ Geser sedikit ke arah medial untuk
menimbulkan lipatan kulit yang longgar
di antara kedua ibu jari tangan.
◦ Minta pasien untuk menarik napas yang
dalam.
◦ Amati seberapa jauh kedua ibu jari
tangan bergerak saling menjauhi ketika
toraks mengembang, dan rasakan
luasnya serta kesimetrisan gerakan
respirasi.
Taktil Fremitus
◦ Bandingkan getaran kedua sisi dada
dengan menggunakan permukaan
ventral atau ulnar kedua tangan pada
lokasi supraclavicular, ICS 2, ICS 4
medial, anterior axillary
◦ Pasien mengucapkan “tujuh puluh
tujuh”
c. PERKUSI
- Hiperekstensikan jari tengah pada
tangan yang non dominan
- Tekan bagian distal interphalangeal
joint dengan jari tengah dominan
- Bandingkan 2 area dada posterior kiri
& kanan
- Perkusi dada posterior dengan
menggunakan pola ular tangga
d. AUSKULTASI
◦ Dengarkan suara nafas dengan
bagian diafragma stetoskop setelah
menginstruksikan pasien untuk nafas
dalam
◦ Dengarkan suara nafas pasien dan
suara nafas tambahan bila ada
◦ Auskultasi posterior dada dengan pola
ular tangga.
ABDOMEN
ABDOMEN
◦ INSPEKSI
◦ AUSKULTASI
◦ PALPASI
◦ PERKUSI
INSPEKSI
- Simetris/tidak, bentuk/kontur, ukuran , kondisi dinding perut (kulit, vena,
umbilicus, striae), pergerakan dinding abdomen.

- Kelainan yang terlihat;


- jaringan parut ec pembedahan
- asimetri ec masa tumor
- Striae
- dilatasi vena
- caput medusa/obstruksi vena kava inferior
- peristaltik usus
- hernia.

- Cekung-tipis “skopoid” atau cembung (membuncit)

- Pulsasi: aneurisma aorta


AUSKULTASI
Gunakan stetoskop, dan tempatkan di abdomen, dengarkan suara:
• Bising usus
• Bruit
• Friction rub
Perkusi
◦ Mulai dari umbilikus ke kanan, kiri, dan bawah
◦ Apakah timpanic? →Apakah ada perubahan suara menjadi Dull? Ya
◦ Pindahkan pasien ke posisi miring kanan / kiri kembali lakukan perkusi pada posisi
perkusi dull
◦ →kembali timpanic : Cairan
◦ →tetap dull : massa
◦ Pekak pindah?
◦ di tandai bila ada ascites, Ukur masing-masing jarak ascites baik ke kanan, kiri dan
bawah.
◦ Pekak samping? Undulasi ?
PALPATION
- Apakah pasien mengeluhkan nyeri pada perut
? Dapat di tunjuk?
- Apabila ya lakukan palpasi jauh dari bagian
yang ditentukan oleh pasien.

- Saat mempalpasi perhatikan wajah pasien.


Sedapat mungkin dinding perut terpalpasi
(palmar of fingers)
- Identifikasi :
◦ Swelling or masses, tenderness
◦ Rebound tenderness: inflamasi peritoneal
◦ Rigidity: keras, seperti papan (inflamasi
peritoneal)
◦ Murphy’s sign: tekan bawah margin kosta
kanan, minta pasien menarik napas dalam 
(+) nyeri tekan tajam dan usaha inspirasi yang
berhenti tiba-tiba→kolesistitis akut
◦ Rovsing’s sign: tekan dalam - dalam pada
quadran kiri bawah, lepas cepat  (+) nyeri
quadran kanan bawah→ apendisitis
◦ Nyeri tekan pada mcburney’s point→
apendisitis
Hepar
◦ Tentukan Batas Paru Hepar

◦ Lakukan Palpasi
◦ Letakan tangan kiri di belakang/bawah kanan (ribs 11-12) pasien
◦ Pasien rilex, lipat kaki pasien
◦ Palpasi oblique oleh tangan kanan: mulai dari abdomen kanan
(SIAS/spina illiaca), margin jari dibawah border liver→apabila
memungkinkan lakukan penekanan saat pasien menarik nafas
◦ Nilai :
◦ Pembesaran
◦ Nyeri tekan
◦ Permukaan
◦ konsiste
◦ Tepi Hepar
◦ Pulsasi/fluktuasi

N = konsistensi Lembut, tepi tajam & regular, permukaan smooth &


slight tender.
Limpa
◦ Tangan kiri dibawah kiri (ribs 11-12) pasien
◦ Pasien rilex, lipat kaki pasien
◦ Palpasi oleh tangan kanan (dari mulai margo kostalis kiri ke arah limpa)
◦ Nilai
◦ Pembesaran
◦ Konsistensi
◦ insisura
◦ Nyeri tekan
Ginjal
◦ Lakukan pada masing masing ginjal
◦ Tangan kiri dibawah kiri (ribs 11-12) pasien
◦ Palpasi oleh tangan kanan
◦ Penilaian sudut kostovetebra kanan dan kiri
◦ Nilai
◦ Massa
◦ Ballotement→saat satu tangan di gerakan akan terasa benturan pada tangan yang lain
◦ Nyeri ketok sudut kostovetebral
GENITALIA
Genitalia pada Pria
PENIS
PEMERIKSAAN TEMUAN
Inspeksi
• Perkembangan penis dan kulit serta • Kutu
rambut pada bagian dasarnya
• Pepusium • Fimosis
• Glens • Balanitis, herpes, kutil
• Meatus uretra • Hipospadia

Palpasi
• Adanya lesi yang terlihat • Kanker
• Korpus penis • Strikur urtra atau kanker
SKROTUM DAN ISINYA
PEMERIKSAAN TEMUAN

INSPEKSI
• Kontur skrotum • Hernia, hidrocel, kriptorkidisme
• Kulit skrotum • Ruam
PALPASI
• Testis • Abnormalitas testis
• Benjolan • Karsinoma testis
• Nyeri tekan • Orkitis, torsi pada korda
spematikus, hernia inguinal
• Epididimis strangulasi
• Korda spermatikus dan area • Epididimitis, kista
skitar • Verikokel, jika vena multiple:
hidrokel, struktur kistik
HERNIA
PEMERIKSAAN TEMUAn

• Pasien biasanya berdiri • Hernia pada lipat paha


• Inspeksi area inguinal dan • Hernia pada inguinalis dan
femoral kerika pasien femoralis
mengejan
• Palpasi lingkar inguinal • Hernia inguinalis direk dan
eksernal melalui kulit indirek
skrotum dan minta pasien
mengejan
Genitalia pada Wanita
GENITAL EKSTERNA
PEMERIKSAAN TEMUAN
• Amati rambut pubis untuk Pubertas normal atau puberas
mengkaji kematangan mengalami keterlambatan
seksual
• Periksa genitalia eksterna
• Labia minora Ulserasi pada herpes simpleks,
sifilis, inflamasi pada kista
bartholis
• klitoris Membesar pada maskulinisasi
• Orifisium uretra Prolaps, nyeri tekan pada sistitis
intertitial
• introitus uretritis
Genitalia Interna
PEMERIKSAAN TEMUAN
Buka speculum dan inspeksi
Serviks
Amati: Serviks mengarah ke depan jika
• Posisi uterus retroversi
• Warna Keuangan pada kehamilan
• Pembukaan epitel Epithelium skuamosa dan
kolumnar
• Adanyay ulkus, nodulus atau Herpes, polip, kanker
masa
• Adanya perdarahan Perdarahan pada servisitis
mukoropurulen, akibat
Genitalia Interna
PEMERIKSAAN TEMUAN
Palpasi dengan cara
pemeriksaan bimanual:
• Serviks dan forniks Nyeri pada serviks yang
bergerak terjadi pada
penyakit radang panggul
• Uterus Kehamilan, mioma: ismus
lunak pada kehamilan muda
• Adneksa kanan dan kiri Masa atau kista ovarium,
(ovarium) salpingatis, penyakit radang
panggul, kehamilan tuba
EKSTREMITAS
PERIPHERAL VASCULAR SYSTEM
LENGAN
◦ Inspeksi:
◦ Ukuran dan kesimetrisan, terdapat bengkak atau tidak
◦ Warna dan tekstur kulit atau kuku : reynaud

◦ Palpasi:

◦ Denyut radialis, carotid teraba penuh pada regurgitasi aorta


◦ Tidak teraba pada tromboangitis obliterans atau oklusi arteri akut
TUNGKAI
◦ Inspeksi
◦ Ukuran dan kesimetrisan, ada tidaknya pembengkakan atau tidak
◦ Pola vena : varises vena (Pasien berdiri)
◦ Perubahan warna dan tekstur kulit : pucat, kemerahan, sianosis,
eritema (selulitis, tromboflebitis)
◦ Scars, ulkus
◦ Penyebaran rambut dan suhu : rambut rontok dan kedinginan pada
insufisiensi arterial
◦ Palpasi
◦ Derajat denyut : femoralis, popliteal, dorsalis pedis, tibialis posterior
Hilang denyut pada oklusi arteri akut dan arteriosclerosis obliterans
◦ Edema pitting atau non pitting
Pitting: gagal jantung, hipoalbuminea, sindrom nefrotik
OTOT
◦ Bentuk otot
• eutrofi (normal)
• hipertrofi (membesar)
• hipotrofi/atrofi (mengecil)

◦ Tonus otot
• Hipotonus
- Diperiksa dengan cara mengangkat lengan/tungkai pasien, kemudian dijatuhkan
- (+): jatuh dengan cepat sekali, seolah tanpa tahanan
• Hipertonus (spastisitas):
- Memfleksikan/mengekstensikan lengan atau tungkai, akan terasa suatu tahanan yang bila
dilawan terus akan menghilang dan disebut fenomena pisau lipat.
- Selain spastisitas, juga terdapat rigiditas dimana pada pemeriksaan seperti spastisitas akan
terasa tersendat-sendat dan disebut fenomena roda bergerigi.
KEKUATAN OTOT
Ada 5 tingkatan kekuatan otot, yaitu :
◦ Derajat 5 : kekuatan normal, dapat melawan tahanan yang diberikan pemeriksa
berulang-ulang
◦ Derajat 4 : masih dapat melawan tahanan yang ringan
◦ Derajat 3 : hanya dapat melawan gaya berat
◦ Derajat 2 : otot hanya dapat digerakkan bila tidakada gaya berat
◦ Derajat 1 : kontraksi minimal, hanya dapat dirasakan dengan palpasi, tidak
menimbulkan gerakan,
◦ Derajat 0 : tidak ada kontraksi sama sekali
SENDI
◦ Diperiksa secara inspeksi, palpasi dan lingkup geraknya
◦ Sendi bahu, siku, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, interfalang
proksimal, interfalang distal, panggul, lutut, pergelangan kaki, metatarso
falangeal.
CARA BERDIRI
◦ Perhatikan cara berdiri pasien
secara keseluruhan, adakah
kelainan bentuk badan, asimetri
atau deformitas.
◦ Tes keseimbangan: tes Romberg
- Pasien diminta berdiri dengan
kedua kaki rapat, kemudian
menutup mata
(+): pasien jatuh
CARA BERJALAN
Pasien diminta berjalan pada garis lurus, mula-mula dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
 Langkah ayam
berjalan dengan mengangkat kaki setinggi mungkin supaya jari-jari kaki yang masih tertinggal
menyentuh tanah dapat terangkat, kemudian pada waktu kaki dijatuhkan ke tanah, jari-jari kaki
akan lebih dulu menyentuh tanah: kelainan ini terdapat pada pasien polineuritis.
 Langkah mabuk
pasien berjalan dengan kedua kaki yang terpisah jauh (wide basedgait), dan bila disuruh berjalan
lurus, pasien akan terhuyung jatuh ke satu sisi; keadaan ini terdapat pada pasien ataksia serebelar
 Langkah menggeser
pasien berjalan dengan langkah pendek dan kaki menyeret tanah, hampir-hampir tak pernah
terangkat; bila langkah makin cepat dan pendek, pasien cenderung terjatuh ke depan (repulsion)
atau ke belakang (retropulsion); keadaan ini terdapat pada pasien Parkinsonisme.
 Langkah spastik
pasien berjalan dengan cara melempar tungkainya keluar sehingga membentuk setengah lingkaran
dan jari tetap menyentuh tanah dengan lengan serta tangan dan jari-jari ipsilateral dalam keadaan
fleksi; keadaan ini terdapat pada pasien paralisis spastik, biasanya akibat strok.
 Berjalan dengan mengangkat pinggul, terdapat pada pasien poliomielitis.
GERAKAN SPONTAN ABNORMAL
◦ Tremor
- Gerak involunter bolak-balik pada anggota tubuh, sehingga tampak seperti gemetar.
- Parkinsonisme: tremor kasar sehingga ibu jari bergerak-gerak seperti menghitung uang
- Tampak waktu istirahat dan hilang waktu bekerja.
◦ Atetosis
gerakan involunter pada otot lurik yang terjadi pada bagian distal dan terjadi secara perlahan-
lahan.
◦ Khorea
gerakan involunter yang tidak teratur, tanpa tujuan, asimetrik, sekonyong-konyong, cepat dan
sebentar.
◦ Balismus
gerakan involunter yang sangat kasar, sebentar, berulang-ulang, dan kuat sehingga anggota
tubuh seakan-akan berputar-putar tidak teratur.
◦ Spasme
ketegangan otot yang menyebabkan pergerakan yang terbatas.
TES KOORDINASI GERAK
◦ Tes jari-hidung-jari
pasien dengan lengan dan tangan ekstensi penuh, kemudian diminta menunjuk hidungnya sendiri
dan jari pemeriksa secara bergantian; kemudian pemeriksa memindahkan posisi jarinya ke
berbagai tempat
◦ Tes jari hidung
pasien pada posisi lengan dan tangan ekstensi diminta menunjuk hidungnya berulangulang, mula-
mula lambat kemudian makin cepat.
◦ Tes pronasi-supinosi
pasien dalam posisi duduk, diminta meletakkan tangannya pada posisi pronasi di bagian distal
pahanya; kemudian disuruh melakukan gerakan supinasi dan pronasi berulang-ulang dengan
cepat.
◦ Tes tumit-lutut
pasien dalam posisi berbaring diminta meletakkan tumit kanan di lutut kiri, kemudian disuruh
menggeser tumit kanannya sepanjang tibia kiri ke arah dorsum pedis kiri berulang-ulang bergantian
untuk kedua tungkai.
REFLEKS FISIOLOGIS
◦ Refleks biseps
◦ Refleks brakioradialis
◦ Refleks triseps
◦ Refleks lutut (refleks patela;
Kniepessreflex, KPR)
◦ Refleks Achiles (Achillespeesreflex)
REFLEKS PATOLOGIS
◦ Refleks Babinsky
◦ Refleks Chaddock
◦ Refleks Oppenheim
◦ Refleks Gordon
◦ Refleks Schaeffer
SENSIBILITAS
◦ Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap
menggerak-gerakkan jari pasien secara pasif dan menanyakan apakah pasien merasakan
gerakan tersebut dan kemana arahnya.
◦ Pemeriksaan rasa getar
menempelkan garpu tala yang telah digetarkan pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial,
tibia, spina iliaka anterior superior (SIAS), sakrum, prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula,
prosesus stiloideus radius dan ulna serta jari-jari tangan.
◦ Pemeriksaan rasa tekan (rasa raba kasar)
menekan tendon atau kulit dengan jari atau benda tumpul. Tekanan tidak boleh terlalu kuat,
karena akan menimbulkan nyeri.
◦ Pemeriksaan rasa nyeri dalam
menekan otot atau tendon dengan keras, atau menekan bola mata atau menekan testis.
MUSKULOSKELETAL
◦ INSPEKSI
• Gaya berjalan
• Sikap/postur badan
• Sendi simetris atau tidak?
• Terdapat pembengkakakan sendi?
• Deformitas tulang?
• Perubahan jaringan sekitarnya: perubahan kulit, nodul subkutan, atrofi otot

◦ PALPASI
• Pembengkakan
• Kalor : bandingkan rasa hangat dengan sisi kontralateral yang sehat atau dengan
jaringan sekitarnya jika kedua sendi mengalami inflamasi
• Nyeri tekan atau tidak
• Terdapat krepitasi atau tidak?

◦ RANGE OF MOTION AND MANEUVERS


KULIT
◦ Warna kulit : hiperpigmentasi, hipopigmentasi, redness, pallor, cyanosis, jaundice
◦ Kelembapan : kering, berkeringat atau berminyak
◦ Temperatur : dingin atau hangat
◦ Tekstur : licin atau kasar
◦ Mobilitas : menurun pada edema atau tidak
◦ Turgor : menurun pada dehidrasi
◦ Lesi
• Lokasi dan distribusi lesi : generalized/localized
• Susunan dan bentuk : linear, clustered, annular, arciform, dermatomal
• Tipe : makula, papula, pustula, bula, tumor
• Warna : merah, putih, coklat
KUKU

◦ Perhatikan warna, bentuk, dan setiap lesi yang ada


KELAINAN KUKU
◦ Jari tabuh (clubbing fingers, Hippocratic fingers), ujung jari mengembung terrnasuk
kuku yang berbentuk konveks; terdapat pada penyakit paru kronik, kelainan jantung
kongenital.
◦ Koilonikia (spoon nails), kuku tipis dan cembung dengan tepi yang mininggi; terdapat
pada gangguan metabolisme besi, sindrom Plummer Vinsen.
◦ Onikauksis, kuku menebal tanpa kelainan bentuk; terdapat pada akromegali, psoriasis.
◦ Onikogrifosis, kuku berubah bentuk, menebal seperti cakar, biasanya disebabkan
pemotongan kuku yang tidak teratur.
◦ Anonikia, yaitu tidak tumbuhnya kuku, biasanya berhubungan dengan kelainan
kongenital, iktiosis, infeksi berat dan fenomena Raynaud.
◦ Onikoatrofi, yaitu kuku menjadi tipis dan lebih kecil; biasanya berhubungan dengan
kelainan vaskular, epidermolisis bulosa dan liken planus.
KELAINAN KUKU continue

◦ Onikolisis, yaitu terpisahnya kuku dari dasarnya, terutama bagian distal dan lateral;
biasanya berhubungan dengan infeksi jamur, trauma atau zat kimia. Bila disebabkan
oleh infeksi Pseudomonas aeruginosa, maka warna kuku akan berubah menjadi hijau.
◦ Pakionikia, yaitu penebalan lempeng kuku; biasanya berhubungan dengan
hiperkeratosis dasar kuku
◦ Kuku psoriasis, yaitu kelainan kuku pada pasien psoriasis yang ditandai oleh warna
kuku yang menjadi putih (leukonikia) dan adanya terowongan dan cekungan
transversal (Beau's line) yang berjalan dari lunula ke arah distal sesuai dengan
pertumbuhan kuku.
◦ Paronikia, yaitu reaksi inflamasi yang meliputi lipatan kulit di sekitar kuku; biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
◦ Onikomikosis, yaitu infeksi jamur pada kuku.

Anda mungkin juga menyukai