Tetanus
Tetanus
Agustus 2019
Disusun Oleh:
Santri Safira
RSUD MUNA
• Nama : Tn. H
• Umur : 55 Tahun
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Agama : Islam
• No RM : 024598
• Tgl masuk bangsal : 26 Juni 2019
• Keluhan Utama : Sulit membuka mulut
Anamnesis Terpimpin :
• Pasien MRS dengan keluhan sulit membuka mulut sejak 2 hari yang lalu, disertai nyeri menelan yang
dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini dirasakan secara terus-menerus. Pasien mengeluh nafsuh
makan berkurang. Mulut sulit untuk terbuka yang menyababkan pasien berbicara kurang jelas.
• Nyeri kepala dirasakan sangat nyeri pada daerah tungkuk. Tungkuk terasa tegang.
• Batuk (+), dahak (+) sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
• Demam (-), Pusing (+), kejang (-),
• Nyeri dada tidak ada, sesak (-)
• Pasien merasakan tegang pada perut, yang dirasakan secara tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu.
• Nyeri ulu hati tidak ada, mual muntah tidak ada
• BAB kesan normal, BAK lancar.
• Riwayat merokok (+)
• Riwayat penurunan BB (-), keringat malam (-)
• Riwayat jatuh dari motor (+) kurang lebih 2 minggu yang lalu, dan terdapat luka terbuka pada lutut
yang tidak dibersihkan.
• Riwayat berobat sebelumnya (+) (pasien hanya berobat kampung)
• Status Generalisasi : Sakit sedang, Gizi Baik, Compos Mentis
• Tinggi badan : 160 cm
• Berat Badan : 50 kg
• IMT =BB/TB2
= 50/1,602
= 19,5 kg/m2 (gizi baik)
• Status Vitalis :
T : 180/90 mmHg
N : 98 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37⁰C, axilla
• Kepala :
• Hidung :
Ekspresi : Biasa
Perdarahan : (-)
Simetris muka : Simetris kiri = kanan
Sekret : (-)
Deformitas : (-)
• Mulut:
Rambut : Hitam beruban, lurus, sukar dicabut
Bibir : Pucat (-), kering (-), trismus (+) (2
• Mata : cm)
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-) Lidah : Kotor (-), tremor (-)
Gerakan : Ke segala arah Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Kelopak Mata : Edema (-) Faring : Hiperemis (-)
Konjungtiva : Anemis (-) Gigi geligi : Caries dentis (-)
Sklera : Ikterus (-) Gusi : Hiperemis (-)
Kornea : Jernih • Leher :
Pupil : Bulat isokor diameter 2,5 mm Kelenjar getah bening: Dalam batas normal
DVS : R-2 cmH2O
• Telinga Pembuluh darah: melebar
Pendengaran : Dalam batas normal Kaku kuduk : (-)
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
Dextra Sinistra
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada Dalam batas normal Dalam batas normal
Hemitorak Simetris Simetris
1. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
1. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Wheezing(-), ronki (-) Wheezing(-), ronki (-)
Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Thrill (-)
• Perkusi : Pekak
Ptosis - -
Strabismus divergen - -
Saraf Kranial Kanan Kiri
Strabismus konvergen - -
Menggigit sdn
Reflek kornea + +
Trismus +
Diplopia –
Saraf Kranial Kanan Kiri
Mengerutkan dahi + +
Mengerutkan alis + +
Meringis sdn
N.IX
Reflek muntah +
Sengau + +
Tersedak + +
Saraf Kranial
N.IX
Mengangkat bahu dbn dbn
Artikulasi disartria
Tremor lidah - -
N.XII
Fasikulasi lidah - -
Tanda Rangsang Meningeal Kanan Kiri
Kaku kuduk +
Brudzinski I - -
Laseque - -
Brudzinski II Otonom : - -
Kernig - -
Alvi dbn
Uri dbn
Hidrosis dbn dbn
Motorik Kanan Kiri
Kekuatan :
Ekstremitas atas 5 5
Ekstremitas bawah 5 5
Tonus :
Ekstremitas atas N N
Ekstremitas bawah N N
Trofi :
Ekstremitas atas N N
Ekstremitas bawah N N
Fisiologis
Biseps
Triseps
Patella
dbn
Achilles
Patologis
Hoffmann-Tromner - -
Babinski
Darah Rutin (25-06-2019)
Ip Mx :
• Monitoring KU dan Vital Sign
Ip Ex :
• Jelaskan penyakit
• Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit
• Motivasi untuk membantu dalam pengobatan pasien, misalnya ; situasi kamar yang kondusif (tidak
bising)
Waktu Subjektif Assemsent Planning
Rabu/ - Demam (-) Tetanus + Vulnus Laseratum dengan Infeksi 1. O2 3-4 Lpm
26-06--2019 - Kejang (+) Sekunder 2. D5% 20 tpm
- Nyeri kepala (+) 3. Ceftriaxone 1 gr/12 j/iv
- Batuk ada, lendir (+) 4. Metronidazole 500 mg/8 j/iv
- Pasien tidak bisa makan, tersendak (+) 5. Kerotolac 30 mg/8 j/iv
Objektif : 6. Diazepam 6 amp/Ganti cairan
KU : E1M1V1, lemah 7. Rawat Luka/hari
TD :180/80 mmHg 8. ATS 1000 IU/ im
Mata : CA-/- SI-/-
Mulut : Trismus (+) (2 cm)
Pulmo : Vesikuler wh+/+,rh+/+
Abd : Epistotonus (+)
Kamis/ - Demam (-) Tetanus + Vulnus Laseratum dengan Infeksi 1. O2 3-4 Lpm
27-06--2019 - Kejang (-) Sekunder 2. D5% 20 tpm
- Batuk ada, lendir (+) 3. Ceftriaxone 1 gr/12 j/iv
- Pasien tidak bisa makan, tersendak (+) 4. Metronidazole 500 mg/8 j/iv
Objektif : 5. Kerotolac 30 mg/8 j/iv
KU : E1M1V1, lemah 6. Diazepam 6 amp/Ganti cairan
TD :150/100 mmHg 7. Rawat Luka/hari
Mata : CA-/- SI-/- 8. ATS 1000 IU/ im
Mulut : Trismus (+) (2 cm)
Pulmo: Vesikuler wh+/+,rh+/+
Abd : Epistotonus (+)
ANAMNESIS :
• Pasien MRS dengan keluhan sulit membuka mulut sejak 2 hari yang lalu, disertai nyeri
menelan yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini dirasakan secara terus-
menerus. Pasien mengeluh nafsuh makan berkurang. Mulut sulit untuk terbuka yang
menyababkan pasien berbicara kurang jelas. Nyeri kepala dirasakan sangat nyeri pada
daerah tungkuk. Tungkuk terasa tegang. Batuk (+), dahak (+) sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu. Demam (-), Pusing (+), kejang(+), mual muntah tidak ada, nyeri dada tidak ada.
Nyeri ulu hati tidak ada, BAB belum hari ke 2, BAK menggunakan kateter. Riwayat
merokok(+)
• Riwayat jatuh dari motor (+) kurang lebih 2 minggu yang lalu, dan terdapat luka terbuka
pada lutut yang tidak dibersihkan.
PEMERIKSAAN FISIS :
• Status Generalisasi : Sakit sedang, Gizi Baik, Compos Mentis
• Status Vitalis : T : 180/90 mmHg N : 98 x/menit P : 20 x/menit S : 37⁰C, axilla
• Kepala : Mulut : Trismus (+) 3 cm
• Thorax : Pulmo : Rh +/+, Wh +/+
• Abdomen : Epistotonus (+)
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut
yang disebabkan oleh Clostridium tetani,
dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme), tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan
oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat
toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
kuman.
WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. Geneva: Disease Control in Humanitarian Emergencies Department of Global Alert and Response; 2010 Available from:
http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Somia, I K A. Management of tetanus complication. Division of Tropical and Infectious Disease, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, Sanglah General Hospital – Udayana University, Bali, Indonesia. 2018
• Padat penduduk
• Iklim panas dan
Kejadian lembab
• Tanah yang kaya
bahan organik
1. Luka tusuk, patah tulang komplikasi
kecelakaan, gigitan binatang, luka
bakar yang luas
• Organisme 2. Luka operasi, luka yang tak
ditemukan terutama
dibersihkan (debridement) dengan
Reservoir di tanah dan
saluran usus hewan baik.
dan manusia.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik
4. Pemotongan tali pusat yang tidak
steril
Kemampuan
Berkomunikasi
KV, Ingole, et all.Tetanus in developing countries: A review and case series. International Journal of Applied Research 2016
Soedarmo, Sumarmo P. Poorwo. Herry Garna, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Badan Penerbit IDAI, Jakarta. 2002. Hal 322 – 329
- Basil Gram-positif dengan spora pada pada salah satu ujungnya
- Obligat anaerob (berbentuk vegetative apabila berada dalam lingkungan
anaerob) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagella
- Menghasilkan eksotosin
- Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu
tinggi, kekeringan dan desinfektans
- Kuman hidup di tanah dan di dalam usus binatang. Kuman ini memiliki toksin yang
dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang neuro tropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot
- Clostridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin
- Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah
protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan
gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif
- Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya
terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu
249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from:
kimia yang lainnya. http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.
Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2015
SSP
Spora kuman Metaloeksotoksin -sinaps ganglion
spinal intraaxonal kornu anterior
Korteks
tetanus --
vegetatif
tetanus motor endplate
neuromuscular
kedalam sel
saraf tepi
sumsum tulang
belakang
Cerebri
Tetanospasmin junction serta
Saraf
Otonom
CDC. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 2015 available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam: IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta.
2008. Hal: 1799-807
• Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan atau patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau gigitan binatang?
• Apakah pernah keluar nanah dari telinga?
• Apakah sedang menderita gigi berlubang?
• Apakah sudah mendapatkan imunisasi DT atau TT, kapan melakukan imunisasi yang terakhir?
Anamnesis • Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme lokal) dengan kejang yang pertama
•Trismus - gangguan sirkulasi dan dapat pula menyebabkan suhu badan yang tinggi atau
berkeringat banyak
•Risus sardonicus - retentio alvi, retentio urinae, atau spasme laring
•Opistotonus - Patah tulang panjang dan kompresi tulang belakang.
•Perut papan
PEMFIS
•Kejang
•gangguan pernafasan
• Hasil laboratorium ;
• Lekositosis ringan
• Trombosit sedikit meningkat
• Glukosa dan kalsium darah normal
• Enzim otot serum mungkin meningkat-
Pem. Penunjang • Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. Geneva: Disease Control in
Humanitarian Emergencies Department of Global Alert and Response; 2010 Available from:
http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Soedarmo, Sumarmo P. Poorwo. Herry Garna, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. Badan Penerbit IDAI, Jakarta. 2002. Hal 322 – 329
• Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman
• Kekakuan otot
Tahap • Kesulitan menelan
awal
•Kejang
•Nyeri otot pengunyah (Trismus)
•Sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali
•Menyiringai (Risus Sardonisus)
Tahap •Otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri
•Epistotonus
kedua •lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan.
• Kejang refleks
• Radang otot jantung (mycarditis)
• Sulit buang air kecil dan sembelit, Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang.
Tahap • Henti napas
• Tidak dapat menelan
ketiga
Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from : www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007.
Tetanus
Neonatorum
Tetanus
Umum
Tetanus
Cefalik
Tetanus
Lokal
Derajat II Derajat IV
• Trismus ringan sampai sedang,
Kekakuan umum: kaku kuduk, (sedang) • Trismus berat, spastisitas
generalisata: otot spastis, kejang (sangat berat)
opistotonus, perut papan spontan,spasme reflex
• Trismus sedang, rigiditas/kekakuan berkepanjangan frekuensi • Derajat III ditambah dengan
yang tampak jelas, spasme singkat pernafasan lebih dari 40x/ gangguan otonomik berat
ringan sampai sedang, gangguan menit, serangan apneu disfagia melibatkan sistem kardiovaskuler.
pernafasan sedang dengan frekuensi berat dan takikardia lebih dari 120. Hipertensi berat dengan takikardia
pernafasan lebih dari 30 x/ menit terjadi berselingan dengan hipotensi
disfagia ringan. dan bradikardia, salah satunya
dapat menetap.
KV, Ingole, et all.Tetanus in developing countries: A review and case series. International Journal of Applied Research 2016
Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.
CDC. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 2015 available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam: IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta.
2008. Hal: 1799-807
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of Neurology. 10th ed. United State: McGraw-Hill education; 2014.
Infeksi Gangguan Penyakit Gangguan
metabolik SSP psikiatri
Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana.
Denpasar.
- Di daerah yang teduh - Dosis tunggal TIHG 3000-6000 - Metronidazole 500 mg setiap
IU dengan injeksi intramuskular enam jam intravena atau secara
tenang dan dilindungi atau intravena. WHO peroral selama 7-10 hari.
dari sentuhan dan menganjurkan pemberian TIHG
dosis tunggal secara intramuskular Pada anak-anak diberikan
pendengaran stimulasi dengan dosis 500 IU + vaksin TT dosis inisial 15 mg/kgBB secara
0,5 cc injeksi intramuskular IV/peroral dilanjutkan dengan
- Semua luka harus - Riwayat imuniasi TT primer harus dosis 30 mg/kgBB setiap enam
dibersihkan dan menerima dosis kedua 1-2 bulan jam selama 7-10 hari.
debridement seperti setelah dosis pertama dan dosis
ketiga 6-12 bulan kemudian.
- Penisilin G 1,2 juta unit/ hari
yang ditunjukkan selama 10 hari.(100.000-
- Dosis anti tetanus serum (ATS) 200.000 IU / kg / hari
yang dianjuran adalah 100.000 IU intravena, diberikan dalam 2-4
dengan 50.000 IU intramuskular dosis terbagi).
dan 50.000 IU intravena
- Tetrasiklin 2 gram/ hari,
- Tetanus anak pemeberian makrolida, klindamisin,
anti serum dapat disertai dengan
imunisasi aktif DT setelah anak sefalosporin dan kloramfenikol
pulang dari rumah sakit. juga efektif
WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. Geneva: Disease Control in Humanitarian Emergencies Department of Global Alert and Response; 2010 Available from: http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.
Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2015
CDC. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 2015 available from: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam: IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta. 2008. Hal: 1799-807
Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from : www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of Neurology. 10th ed. United State: McGraw-Hill education; 2014.
Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.
Pike R, Bethesda. Tetanus. U.S. Department of Health and Human Services National Institutes of Health: 2016; Available from: https://medlineplus.gov/tetanus.html ;updated on 2016 May 20 th.
Untuk orang dewasa, intravena dapat diberikan secara bertahap
dari 5 mg, atau lorazepam dalam kenaikan 2 mg, titrasi untuk mencapai kontrol
kejang tanpa sedasi berlebihan dan hipoventilasi (untuk anak-anak, mulai
dengan dosis 0,1-0,2 mg / kg setiap 2-6 jam, titrasi ke atas yang diperlukan).
- dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
benzodiazepin untuk mengendalikan kejang dan disfungsi otonom: 5 gm (atau
75mg / kg) dosis intravena, kemudian 2-3 gram per jam sampai kontrol kejang
dicapai.
- Agen lain yang digunakan untuk mengendalikan kejang termasuk
(1-2 mg / kg intravena atau dengan oral setiap 4 jam), ,
sebaiknya short-acting (100-150 mg setiap 1-4 jam di orang dewasa; 6-10 mg
/ kg pada anak-anak), dan (50-150 mg secara intramuskular
setiap 4-8 jam pada orang dewasa; 4-12 mg intramuskular setiap 4-8 jam di
anak-anak).
WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. Geneva: Disease Control in Humanitarian Emergencies Department of Global Alert and Response; 2010 Available from: http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.
Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2015
CDC. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 2015 available from: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam: IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta. 2008. Hal: 1799-807
Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from : www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of Neurology. 10th ed. United State: McGraw-Hill education; 2014.
Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.
th
- Magnesium sulfat atau -Ventilasi mekanik
morfin cairan yang
β-blocker seperti -Kontrol disfungsi memadai dan
propranolol digunakan otonom sambil gizi harus
di masa lalu tetapi menghindari disediakan
dapat menyebabkan kegagalan
hipotensi dan kematian pernafasan
mendadak; hanya
esmalol saat ini - Trakeostomi
dianjurkan.
WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. Geneva: Disease Control in Humanitarian Emergencies Department of Global Alert and Response; 2010 Available from: http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.
Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2015
CDC. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 2015 available from: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam: IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta. 2008. Hal: 1799-807
Tami, 2005. Tetanus, Infeksi yang Mematikan. Available from : www.jilbab.or.id/content/view/456/36/. Accested : Oct 16, 2007.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of Neurology. 10th ed. United State: McGraw-Hill education; 2014.
Suraatmaja, S., and Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.
Pike R, Bethesda. Tetanus. U.S. Department of Health and Human Services National Institutes of Health: 2016; Available from: https://medlineplus.gov/tetanus.html ;updated on 2016 May 20 th.
•Terutama perawatan
Perawatan luka luka guna mencegah
timbulnya jaringan
anaerob
Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2015
Airway
Respiratory Miscellaneous
Cardiovascular Gastrointestinal
Renal
Somia, I K A. Management of tetanus complication. Division of Tropical and Infectious Disease, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, Sanglah General Hospital – Udayana University, Bali, Indonesia.
2018
Pada skala ini, 1 poin diberikan untuk masing-
masing sebagai berikut.:
- masa inkubasi lebih pendek dari 7 hari
- Periode onset kurang dari 48 jam
- Tetanus diperoleh dari luka bakar, luka
bedah, patah tulang majemuk, aborsi septik,
pemotongan tali pusat, atau injeksi
intramuscular
- Pengguna narkotika
- Generalized tetanus
- Suhu yang lebih tinggi dari 104 ° F (40 ° C)
- Takikardia melebihi 120 denyut / menit (150 - 0 atau 1 – Mild tetanus; kematian di bawah
denyut / menit pada neonatus) 10%
- 2 atau 3 – Moderate tetanus; mortalitas 10-
20%
- 4 – Severe tetanus; mortalitas 20-40%
- 5 atau 6 – Very severe tetanus; mortalitas di
atas 50%
Soedarmo, Sumarmo P. Poorwo. Herry Garna, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Edisi Kedua.
- Cephalic tetanus selalu parah atau sangat
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Badan Penerbit IDAI, Jakarta. 2002. Hal 322 – 329 parah.
Hinfey PB, co autor Ripper J. Tetanus. Available from: - Tetanus neonatal selalu sangat parah.
http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. Update on 2016 June 16th.