PEMICU 3
HEPATOBILIER
PERLEMAKAN HEPAR (FATTY
LIVER/STEATOSIS HEPATIK)
• Kandungan lipid di hepar > 5% dari seluruh
berat hepar
– Sebagian besar terdiri atas trigliserida
– Pengukuran berat hepar → sulit dan tidak praktis
→ pendekatan histopatologi
• Analisis spesimen biopsi jaringan hepar →
ditemukan minimal 5 – 10% sel lemak dari
seluruh hepatosit
PERLEMAKAN HEPAR ALKOHOLIK
STEATOSIS HEPATIK KARENA ALKOHOL
• Konsumsi alkohol jangka pendek (1 s/d
beberapa hari) sebanyak 80 g → steatosis
hepatik ringan dan reversibel
• Penghentian konsumsi alkohol → reversibel
• Bila penyalahgunaan alkohol terus berlanjut
→ dapat berkembang menjadi sirosis
STEATOSIS HEPATIK KARENA ALKOHOL
• Puncak dari beberapa gangguan metabolik :
– ↑ katabolisme dan mobilisasi asam lemak dari
jaringan adiposa
– ↑ sintesis asam lemak oleh hepar → pembentukkan
yang >> dari reduced nicotinamide adenine
dinucleotide (NADH + H+) oleh 2 enzim utama yang
memetabolisme alkohol (ADH dan ALDH)
– ↓ β-oksidasi asam lemak di mitokondria
– ↑ produksi trigliserida
– “Terperangkapnya” trigliserida di hepar (sekresi
terganggu)
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
• Gender → wanita lebih rentan daripada pria,
walaupun pasien pria lebih banyak → terkait :
– Farmakokinetik dan metabolisme alkohol
– Respon terhadap gut-derived endotoxin (LPS) di
hepar, yang tergantung pada hormon estrogen
Estrogen → ↑ permeabilitas usus terhadap
endotoksin → ↑ ekspresi reseptor LPS (CD14) di sel
Kupffer → ↑ produksi sitokin proinflamasi dan
kemokin
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
• Genetik
– Riwayat keluarga
– Polimorfisme genetik pada enzim detoksifikasi
(ALDH) dan beberapa sitokin promoter
• Kondisi komorbid
– Iron overload, serta infeksi dengan HCV DAN HBV
→ ↑ keparahan penyakit hepar alkoholik
GEJALA STEATOSIS HEPATIK KARENA
ALKOHOL
• Hepatomegali ringan, dengan nyeri tekan
• Jarang terjadi ikterus
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
STEATOSIS HEPATIK KARENA ALKOHOL
• ↑ ringan bilirubin serum dan AP
• Rasio ALT/AST : > 2,0 – 2,5
PATOLOGI STEATOSIS HEPATIK KARENA
ALKOHOL
• Gambaran makroskopis perlemakan hepar
karena alkoholisme kronis → hepatomegali
(beratnya 4 – 6 kg), teraba lunak, berwarna
kuning, dan berminyak
HISTOPATOLOGI STEATOSIS HEPATIK
KARENA ALKOHOL
• Intake alkohol dalam jumlah sedang →
akumulasi lipid mikrovesikuler di hepatosit
• Intake alkohol kronis → akumulasi lipid →
globul besar, makrovesikuler → menekan dan
menggeser nukleus hepatosit ke perifer sel
• Sedikit / tidak terdapat fibrosis
– Intake alkohol terus-menerus → perkembangan
jaringan fibrosa disekitar vena → meluas ke
sinusoid yang berdekatan
PATOFISIOLOGI HEPATITIS ALKOHOLIK
• Asetaldehid (metabolit intermediet dari
metabolisme alkohol) → induksi peroksidasi
lipid + pembentukkan kompleks asetaldehid-
protein → mengganggu sitoskeletal dan fungsi
membran
• Metabolisme oleh sitokrom P-450 → produksi
reactive oxygen species (ROS) → bereaksi
dengan protein seluler, merusak membran
dan mengubah fungsi hepatoseluler
PATOFISIOLOGI HEPATITIS ALKOHOLIK
• Terganggunya metabolisme hepar terhadap
metionin yang diinduksi alkohol → ↓
glutation intrahepatik → ↑ kerentanan hepar
terhadap kerusakan oksidatif
• Induksi CYP2E1 dan enzim sitokrom-P450
lainnya oleh alkohol → ↑ katabolisme alkohol
di RE dan konversi obat-obatan lainnya (misal :
acetaminophen) → metabolit toksik
GEJALA HEPATITIS ALKOHOLIK
• Timbul akut, terutama setelah minum dalam
jumlah yang banyak
• Bervariasi → minimal s/d hepatitis fulminant
• Gejala tidak spesifik : malaise, anoreksia,
kehilangan BB, rasa tidak nyaman pada
abdomen bagian atas, hepatomegali dengan
nyeri tekan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
HEPATITIS ALKOHOLIK
• Hiperbilirubinemia
• ↑ AP
• Leukositosis neutrofilik
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
HEPATITIS ALKOHOLIK
• Pembengkakan dan nekrosis hepatosit
• Badan Mallory (alcoholic hyalin) → gumpalan
eosinofilik pada sitoplasma hepatosit. Berasal
dari elemen sitoskelet
• Reaksi neutrofilik → menembus lobus hepar dan
berakumulasi di sekitar hepatosit yang
berdegenerasi
• Limfosit dan makrofag memasuki triad portal
• Fibrosis karena aktivasi sel stelata sinusoidal
• Steatosis
PROGNOSIS HEPATITIS ALKOHOLIK
• Risiko kematian 10 – 20%
• Nutrisi yang baik + penghentian konsumsi
alkohol → dapat menghilang secara perlahan
• Namun, pada beberapa pasien → hepatitis
menetap → sirosis
TATALAKSANA
• Berhenti mengonsumsi alkohol
• Suplemen multivitamin (terutama tiamin)
• Hati-hati dengan obat yang dimetabolisme
oleh hepar
• Pasien dengan ↑ bilirubin dan PT, atau
dengan ensefalopati hepatik → prednisone 40
mg selama 28 hari. Dosis diturunkan setelah
terapi 2 minggu
– KI : perdarahan GI, gagal ginjal, infeksi
• Pentoxyphilline → << TNF
NAFLD
Etiologi obes,DM,obat2an,malnutrisi,sindrom
metabolik,kelainan endokrin,toxin
Patofisiologi • Sering dihubungkan dengan DM
dan obesitas.
• Kelainan metabolik: 1)peningkatan
suplai lemak k dlm hati, 2)
resistensi insulin
• “2 hit theory”
Tanda gejala • asimptomatik
• fatigue/malaise
• fullness/discomfort RUQ
• hepatomegali
NAFLD
Pemeriksaan pemeriksaan lab,imaging,biopsi
SIROSIS
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Cirrhosis
PORTAL
Peningkatan tekanan aliran portal
Potal hypertension
Splanchnic vasodilatation
Arterial dan
Peningkatan Arterial underfilling cardiopulmonary
tekanan kapiler receptor
splanchnic
Aktivasi
vasokonstriktor dan
antinatriuretic faktor
Lymph formation
Peningkatan
Dilutional Hepatorenal
volume plasma
hyponatremia syndrome
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG
• Pemeriksaan esofagoskopi
• CT scan
• Angiografi
• Endoscopic Retrograde Chlangio Pancreatography
(ERCP).
Nutrition Therapy
• Energy
– This equates to about 25 to 35 calories per
kilogram body weight; estimated dry body weight
should be used in calculations to prevent
overfeeding.
– Oral nutritional supplements or tube feeding can
be effective in increasing or ensuring optimal
intake in malnourished patients and reducing
complications and prolonging survival (Plauth et
a1.,2006).
• Lipid :
– A range of 25%-40% of calories as fat is generally
recommended.
• Protein :
– 0.8 g of protein per kilogram per day is the mean protein
requirement to achieve nitrogen balance in patients with
stable cirrhosis
– To promote nitrogen accumulation or positive balance, at
least 1.2 to 1.3 glkg daily is needed
– In situations of stress such as alcoholic hepatitis or
decompensated disease (sepsis, infection, gastrointestinal
bleeding, severe ascites),a t least 1.5 g ofprotein per
kilogram per day should be provided.
• Vitamin and mineral
– Vit& Mineral supplementation is needed in all patients with ESLD
because of the intimate role of the liver in nutrient transport, storage,
and metabolism
– Vtamin deficiencies can contribute to complications.
– For example, folate and vitamin B12 deficiencies can lead to
macrocytic anemia.
– Deficienry of pyridoxine, thiamin, or vitamin B12 can result in
neuropathy.
– Confusion, ataia, and ocular disturbances can result from a thiamin
deficienry;
– impaired dark adaptation can occur from vitamin A deficiency; and
hepatic osteodystrophy or osteopenia can develop from vitamin D
deficiency
– Intravenous or intramuscular vitamin K is often given for 3 days to rule
out vitamin K deficienry as the cause of a prolonged prothrombin
times.
– Water-soluble vitamin deficiencies associatedwith alcoholic liver
disease include thiamin (which can lead to Wernicke's
encephalopathy), pyridoxine (86), ryanocobalamin (B12), folate, and
niacin (B3). Large doses (100 mg) of thiamin are given daily for a
limited time if deficiency is suspected
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet rendah protein (DH III : protein 1 g/kgBB,
maksimal 55 kg)
– Bila ada ascites Diet rendah garam II (600 – 800
mgNa/hari) atau III (1000 – 1200 mgNa/hari).
– Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori
(2000 - 3000 kal) dan tinggi protein (80 - 125 g/hari).
– Bila ada tanda-tanda ensefalopati / koma hepatikum
protein dalam makanan dihentikan (DH I).
Komplikasi
HCC
• Merupakan tumor ganas hati primer yg berasal dr
hepatosit.
• Sekitar 80% dr kasus HCC di dunia berada di negara
berkembang spt asia timur, asia tenggara & afrika
tengah yg diketahui sbg wilayah dgn prevalensi tinggi
hepatitis virus.
• HCC jarang ditemukan pd usia muda, kecuali di
wilayah yg endemik infeksi HBV serta byk terjd
transmisi HBV perinatal.
• Rasio kasus laki2 & perempuan dgn angka kekerapan
HCC tinggi adl 8 : 1
Risk factors
Penyebaran HCC
• Metastasis intrahepatik dpt melalui pembuluh darah,
saluran limfe atau infiltrasi langsung.
• Metastasis ektrahepatik dpt melibatkan vena
hepatika, vena porta atau vena kava.
• Dpt terjd metastasis pd varises esofagus dan di paru.
• Metastasis sistemik spt ke kelenjar getah bening di
porta hepatis tidak jarang terjd & dpt juga sampai ke
mediastinum.
• Bila sampai ke peritoneum, dpt menimbulkan asites
hemoragik → sudah memasuki stadium terminal
Physical signs
• Hepatomegaly 50–90%
• Abdominal bruits 6–25%
• Ascites 30–60%
• Splenomegaly is mainly due to portal hypertension
• Weight loss and muscle wasting
• Rapidly growing or large tumors
• Fever 10–50%
• jaundice, dilated abdominal veins, palmar erythema,
gynecomastia, testicular atrophy, and peripheral edema
• Budd-Chiari syndrome
PEMERIKSAAN PENUNJANG-PATOLOGI
• Makroskopis → tumor berwarna putih, padat,
kadang nekrotik kehijauan atau hemoragik.
Sering kali ditemukan thrombus tumor di V.
hepatica atau porta intrahepatik
• Pembagian atas tipe morfologisnya :
– Ekspansif, dengan batas jelas. Lebih sering
ditemukan pada hepar non-sirosis
– Infiltratif, menyebar/menjalar
– Multifokal
PEMERIKSAAN PENUNJANG-
HISTOPATOLOGI
• Diperlukan bila tidak terdapat kontraindikasi
• Untuk lesi dengan diameter > 2 cm
• Klasifikasi berdasarkan organisasi struktural
sel tumor (WHO) :
– Trabekular (sinusoidal)
– Pseudoglandular (asiner)
– Kompak (padat)
– Sirous
PEMERIKSAAN PENUNJANG-
HISTOPATOLOGI
• Karakteristik untuk memastikan KHS :
– Tumor yang diameternya < 1,5 cm terdiri dari
jaringan karsinoma berdiferensiasi baik
– Tumor yang diameternya antara 1 – 3 cm, 40%
nodulnya terdiri dari 2 jaringan kanker dengan
derajat diferensiasi berbeda-beda
PEMERIKSAAN PENUNJANG-USG
ABDOMEN
• Hepatomegali
• Permukaan yang bergelombang (Hump’s sign)
• Lesi-lesi fokal intrahepatik → struktur eko yang
berbeda dengan parenkim hati normal :
– Hipoekoik s/d anekoik → nekrosis sentral
– Tepinya ireguler, berbatas tegas
• Hepatoma pada stadium awal → isoekoik dengan
parenkim hati normal (sulit ditentukan)
• Tumor di bagian atas-belakang lobus → sulit
ditentukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
• CT-scan
• MRI
• Angiografi
• Tumor dengan diameter < 2 cm → sulit
menegakkan diagnosis secara non-invasif →
berisiko >> terjadi diagnosis (-) palsu karena
vaskularisasi arterial pada nodul yang imatur
– →Bila dengan imaging dan biopsi tidak diperoleh
diagnosis definitif → pemeriksaan imaging serial
setiap 3 bulan s/d diagnosis dapat ditegakkan
STAGING KHS
• Pengelompokkan pasien berdasarkan :
prognosis, parameter klinis, biokimiawi, dan
radiologis
• Staging yang ideal sebaiknya juga
mencantumkan penilaian ekstensi tumor,
derajat gangguan fungsi hepar, keadaan
umum pasien, dan keefektifan terapi
• Contoh : Tumor-Node-Metastases (TNM)
Staging System
PEMERIKSAAN PENYARING-PENANDA
TUMOR
• Alfa-fetoprotein (AFP)
– Protein serum normal yang disintesis sel hepar
fetal, sel yolk-sac, dan sedikit sekali oleh saluran
GI fetal
– Rentang normal AFP serum : 0 – 20 ng/ml
– ↑ pada 60 – 70% pasien KHS
– > 400 ng/ml sangat sugestif untuk KHS
– Pada stadium lanjut, nilai dapat normal
– (+) palsu → dapat ditemukan pada hepatitis akut,
hepatitis kronis, atau kehamilan
PEMERIKSAAN PENYARING-PENANDA
TUMOR
• Des-gamma carboxy prothrombin (DCP) atau
PIVKA-2
– ↑ pada 91% pasien KHS
– Dapat juga ↑ pada defisiensi vitamin K, hepatitis
kronis aktif atau metastasis karsinoma
• AFP-L3 (subfraksi AFP)
PEMERIKSAAN PENYARING-USG
ABDOMEN
• Untuk << kesalahan hasil pemeriksaan AFP →
pasien sirosis sebaiknya menjalani
pemeriksaan USG tiap 3 bulan
• Lebih sensitif untuk tumor kecil pada pasien
yang berisiko tinggi
• Sensitivitas : 70 – 80%
STRATEGI SKRINING DAN SURVEILANS
• Skrining → aplikasi pemeriksaan diagnostik
pada populasi umum
• Surveilans → aplikasi berulang pemerikaan
diagnostik pada populasi yang berisiko untuk
suatu penyakit, sebelum ada bukti penyakit
tersebut sudah terjadi
• Perlu strategi khusus, terutama pasien sirosis
dengan HBsAg / anti-HCV (+)
STRATEGI SKRINING DAN SURVEILANS
• Pasien sirosis, hepatitis B atau C kronis →
pemeriksaan AFP serum dan USG abdomen
setiap 3 – 6 bulan
KRITERIA DIAGNOSIS KHS MENURUT
BARCELONA EASL CONFERENCE
• Kriteria sito-histologis
• Kriteria non-invasif (khusus untuk pasien sirosis
hepar) :
– Kriteria radiologis : koinsidensi 2 cara imaging
(USG/CT-spiral/MRI/angiografi)
1. Lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial