Anda di halaman 1dari 33

Gangguan Afektif Depresi

Presentan :
IKA MIRA PUSPITA SARI
20090310058
DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan
rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
 Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang
ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini
biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi
dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health,
2010).

 Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang


ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah,
gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan
penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).
EPIDEMIOLOGI
 Pada tahun 2009, American College Health Association-National
College Health Assesment (ACHA-NCHA) melakukan penelitian
terhadap mahasiswa/i dan mendapatkan ± 30% mahasiswa/i
mengalami gangguan depresi (National Institute of Mental
Health, 2010).

 Selain penelitian diatas, penelitian lain yang melibatkan 1,455


mahasiswa/i juga melaporkan bahwa gejala-gejala depresi
muncul ketika memasuki awal tahun perkuliahan, 4 penyebab
utama tersebut adalah masalah akademik, ekonomi,
kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi (Furr, et al,
2001).
ETIOLOGI

Faktor
Genetik
Faktor
Psikososial
ETIOLOGI
Faktor biologis
Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti
norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama
yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).

 Biogenic amines
a. Norephinefrin ↓
b. Serotonin ↓
c. Dopamin ↓

 Gangguan neurotransmitter lainnya


Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk
pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita
gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
ETIOLOGI
Faktor Psikososial
 Peristiwa hidup dan stress lingkungan
Perubahan hidup yang bertahan lama → perubahan
keadaan fungsional (neurotransmiter, sistem pemberian
sinyal, hilangnya sinaps) → episode gangguan mood.

 Faktor Kepribadian
Kepribadian obsesif kompulsif, histrionik, dan boderline
mungkin memiliki risiko yang lebih besar depresi
dibandingkan kepribadian antisosial atau paranoid.

 Faktor Psikodinamik Depresi


FAKTOR RISIKO
 Jenis kelamin
Wanita > pria (Kaplan, et al 2010)

 Umur
Depresi mayor umumnya berkembang pada masa dewasa muda, dengan
usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20 thn (APA, (2000) dalam
Nevid et al, (2005)).

 Status Pernikahan (perceraian/perpisahan)

 Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya


Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan gangguan
depresi mayor, tetapi insiden dari gangguan Bipolar I lebih tinggi
ditemukan pada kelompok sosial-ekonomi yang rendah (Kaplan, et al,
2010).
PATOFISIOLOGI
 Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran
beberapa neurotransmiter aminergik seperti
serotonin yang mana terdapat 2 reseptor (5HT1A
dan 5HT2A).

 Konduksi impuls → terganggu apabila terjadi


kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di
celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas
pada reseptor neurotransmiter di post sinaps
sistem saraf pusat.
PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
1. Episode Depresif Ringan
( a ) Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang
khas (gejala A) :
• Perasaan depresif
• Kehilangan minat dan kesenangan
• Mudah menjadi lelah
( b) Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Rasa bersalah dan tak berguna
• Masa depan suram dan pesimis
• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri/bunuh diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
(c) Telah berlangsung paling sedikit dua minggu
(d) Tidak boleh ada gejala yang berat
(e) Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan
sosial.

2. Episode Depresif Sedang


(a) Paling sedikit dua dari gejala A
(b) Paling sedikit tiga dari gejala B
(c) Paling sedikit dua minggu
(d) Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan
kegiatan sosial
3. Episode Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
(a) Tiga dari gejala A
(b) Paling sedikit empat dari gejala B dan
intensitas berat.
(c) Paling sedikit telah berlangsung dua minggu
atau gejala amat berat dan onset sangat
cepat.
(d) Tidak mungkin melakukan pekerjaan dan
kegiatan sosial.
4. Episode Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik
▪ Sama seperti kriteria diatas disertai
dengan waham, halusinasi, atau stupor
depresif.

5. Episode Depresif Lainnya


6. Episode Depresif YTT
GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
 Merupakanepisode berulang dari depresi, dan
episode sebelum belum pernah mengalami
episode manik (tapi hipomanik yang singkat
boleh)

 Rata-rata lamanya penyakit 6 bulan, wanita


dua kali lebih sering dari pria.
PENGGOLONGAN GANGGUAN
DEPRESIF BERULANG
1. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini
Ringan
(a) Memenuhi kriteria episode depresif berulang
dan saat ini memenuhi kriteria episode depresif
ringan.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang waktu
beberapa bulan.
2. Gangguan Depresif Berulang,
Episode Kini Sedang
(a) Memenuhi kriteria episode depresif
berulang dan saat ini memenuhi kriteria
episode depresif sedang.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
3. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini
Berat tanpa Gejala Psikotik
a. Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini
memenuhi kriteria episode depresif berat tanpa
gejala psiktik.
b. Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang waktu
beberapa bulan.
4. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini
Berat dengan Gejala Psikotik.

(a) Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini


memenuhi kriteria depresif berat dengan gejala
psikotik.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang waktu
beberapa bulan.
5. Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam
Remisi
(a) Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini
tidak memenuhi kriteria depresif apapun.
(b). Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang waktu
beberapa bulan.

6. Gangguan Depresif Berulang Lainnya


7. Gangguan Depresif Berulang YTT
GANGGUAN SUASANA PERASAAN
MENETAP
 Merupakan gangguan suasana perasaaan
berfluktuasi dan menetap.
 Lebih ringan dari hipomania atau depresi
ringan
 Berlangsung bertahun-tahun lamanya
 Beronset dini atau lambat
Siklotimia
(1) Ciri esensial : ketidakstabilan suasana perasaan
menetap, meliputi banyak periode depresi ringan
dan elasi ringan, tidak ada yang cukup parah/lama
untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar
atau depresi berulang.
(2) Setiap gangguan suasana perasaan tersebut
tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun
dari episode manik atau episode depresif.
2. Distimik
(1) Ciri esensial : depresi yang berlangsung sangat
lama atau jarang sekali atau cukup parah untuk
memenuhi kriteria gangguan depresif berulang
ringan atau sedang.
(2) Biasanya mulai pada usia diri dari masa dewasa
dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa
tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang
tak terbatas. (Jika onsetnya pada usia lanjut,
gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan
suatu depresi tersendiri dan berhubungan
dengan masa berkabung atau stres lainnya).
PENATALAKSANAAN

Hospitalisasi

Farmakologis

Psikoterapi
FARMAKOLOGI
1. Tricyclic Antidepressants
 Mencegah reuptake dari norephinefrin dan
serotonin di sinaps atau dengan cara megubah
reseptor-reseptor dari neurotransmitter
norephinefrin dan serotonin.

 Tricyclic antidepressants yang sering digunakan


adalah imipramine, amitryiptilene, dan
desipramine (Reus V.I., 2004).
2. Monoamine Oxidase Inhibitors

 Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor


adalah Monoamine Oxidase Inhibitors.

 MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter


dengan cara menghambat aksi dari Monoamine Oxidase,
seperti kadar ephineprin, norephineprin dan 5HT dalam
otak (Greene, 2005).

 Indikasi untuk depresi dengan gejala hipersomnia,


hiperfagia, ansietas dan tidak adanya gejala vegetatif.

 Contohnya Moclobemide
3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and
Related Drugs
 Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan
Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang
lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin.
Pertama SSRI lebih cepat mengobati gangguan depresi
mayor dibandingkan dengan obat lainnya.

 Contoh obatnya Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,


Fluoxetine, Citalopram.
No Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran
1. Trisiklik (TCA) Amitriptilin Tablet 25mg 75-150mg/hari
Imipramin Tablet 25mg 75-150mg/hari
2. SSRI Sentalin Tablet 50mg 50-150mg/hari
Fluvoamin Tablet 50mg 50-150mg/hari
Fluoxetin Kapsul 20mg, kaplet 20-40mg/hari
20mg

Paroxetin Tablet 20mg 20-10mg/hari


3. MAOI Moclobemide Tab 150mg 300-600mg/hari
4. Terapi Elektrokonvulsan

 ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan


dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal
akan ditempelkan pada bagian kepala, dan
diberikan tegangan sekitar 70 sampai 130 volt dan
dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit.
 ECT paling sering digunakan pada pasien dengan
gangguan depresi yang tidak dapat sembuh
dengan obat-obatan, dan ECT ini mengobati
gangguan depresi sekitar 50%-60% individu yang
mengalami gangguan depresi (Reus, V.I., 2004).
PSIKOTERAPI
• Terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus pada
penanganan struktur mental seorang pasien (C. Daley, 2001).

Terapi Kognitif • Tujuan meringankan episode depresif dan mencegah


kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi
kognisi negatif dan mengembangkan cara berfikir alternatif,
felksibel, positif. (Kaplan et al, 2010)

• Terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan depresi


dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir
Terapi Perilaku dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang
sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang
singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004).

Terapi
• Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien
yang mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling

Interpersonal bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal


tersebut (Barlow, 1995).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai