VEKTOR
Materi
1.1 Skalar dan Vektor
(1.4)
• Vektor 𝑈 = 𝑘𝑉 adalah vektor yang
pararel
• dengan 𝑉 dengan panjang vektor 𝑈
adalah 𝑘 kali dibanding besarnya
vektor 𝑉 seperti yang ditunjukkan
Gambar (analog)
• Jika 𝑘 = −1, maka vektor 𝑈 adalah
vektor yang berlawanan arah dengan
vektor 𝑉 tetapi besarnya sama, seperti
yang ditunjukkan Gambar(analog)
4. Pengurangan vektor adalah
𝑉 − 𝑊 = 𝑉𝑥 𝑒Ƹ𝑥 + 𝑉𝑦 𝑒Ƹ𝑦 + 𝑉𝑧 𝑒Ƹ𝑧
− 𝑊𝑥 𝑒Ƹ𝑥 + 𝑊𝑦 𝑒Ƹ𝑦 + 𝑊𝑧 𝑒Ƹ𝑧
= (𝑉𝑥 − 𝑊𝑥 )𝑒Ƹ𝑥 + (𝑉𝑦 − 𝑊𝑦 )𝑒Ƹ𝑦 + (𝑉𝑧 − 𝑊𝑧 )𝑒Ƹ𝑧
(1.5)
atau
𝑉 − 𝑊 = 𝑉 + −1 𝑊
= 𝑉𝑥 𝑒Ƹ𝑥 + 𝑉𝑦 𝑒Ƹ𝑦 + 𝑉𝑧 𝑒Ƹ𝑧 + (−1)
= (𝑉𝑥 − 𝑊𝑥 )𝑒Ƹ𝑥 + (𝑉𝑦 − 𝑊𝑦 )𝑒Ƹ𝑦 + (𝑉𝑧 − 𝑊𝑧 )𝑒Ƹ𝑧
(1.6)
• 5. Vektor Nol
• Sesuai penjelasan sebelumnya vektor dalam
matematika didefiniskan berdasarkan aljabarnya,
• sehingga vektor nol bukan didefinikan yang
memiliki besar dan arah.
• Karena jika demikian berarti vektor nol adalah
yang besarnya nol dan arahnya tidak tau akan
didefiniskan seperti apa.
• Oleh karena itu vektor nol menurut definisi
secara aljabar adalah vektor hasil pengurangan
sebarang vektor 𝑽 terhadap dirinya sendiri
atau
0 = 𝜃Ԧ = 𝑉 − 𝑉.
(1.7)
• 6. Vektor bersifat komutatif yaitu
𝑉 + 𝑊 = 𝑊 + 𝑉.
(1.8)
• 7. Vektor bersifat asosiatif yaitu
𝑉 + 𝑊 + 𝑈 = 𝑉 + 𝑊 + 𝑈.
(1.9)
• 8. Vektor bersifat ditributif yaitu
𝑘 𝑉 + 𝑊 = 𝑘𝑉 + 𝑘𝑊.
(1.10)
• 9. Besarnya vektor 𝑉 dituliskan 𝑉 yang
didefiniskan sebagai
𝑉= 𝑉 = 𝑉𝑥2 + 𝑉𝑦2 + 𝑉𝑧2 .
(1.11)
Contoh 1.1:
(1.12)
• Sesuai persamaan (1.12) menunjukkan bahwa
hasil produk skalar adalah skalar, sehingga
perkalian ini diberi nama produk skalar atau
perkalian skalar.
• Sifat 𝑉𝑥 𝑊𝑥 = 𝑊𝑥 𝑉𝑥 , maka persamaan (1.12)
dapat dituliskan
• 𝑉 ∙ 𝑊 = 𝑉𝑥 𝑊𝑥 + 𝑉𝑦 𝑊𝑦 + 𝑉𝑧 𝑊𝑧
• = 𝑊𝑥 𝑉𝑥 + 𝑊𝑦 𝑉𝑦 + 𝑊𝑧 𝑉𝑧
• = 𝑊 ∙ 𝑉.
(1.13)
• Persamaan (1.13) menunjukkan bahwa perkalian skalar
bersifat komutatif yaitu
𝑉 ∙ 𝑊 = 𝑊 ∙ 𝑉.
(1.14)
• Selain bersifat komutatif, dalam perkalian skalar ini juga
bersifat distributif yaitu
𝑈 ∙ 𝑉 + 𝑊 = 𝑈 ∙ 𝑉 + 𝑈 ∙ 𝑊,
(1.15)
• dengan buktinya adalah sebagai berikut
• 𝑈 ∙ 𝑉 + 𝑊 = 𝑈𝑥 𝑉𝑥 + 𝑊𝑥 + 𝑈𝑦 𝑉𝑦 + 𝑊𝑦 + 𝑈𝑧 𝑉𝑧 + 𝑊𝑧
• = 𝑈𝑥 𝑉𝑥 + 𝑈𝑦 𝑉𝑦 + 𝑈𝑧 𝑉𝑧 + 𝑈𝑥 𝑊𝑥 + 𝑈𝑦 𝑊𝑦 + 𝑈𝑧 𝑊𝑧
• = 𝑈 ∙ 𝑉 + 𝑈 ∙ 𝑊.
(1.16)
• Jika 𝜃 adalah sudut antara vektor 𝑉 dan 𝑊, maka
perkalian skalar didefiniskan sebagai
𝑉 ∙ 𝑊 = 𝑉 𝑊 cos 𝜃 = 𝑉 𝑊 cos 𝜃 .
(1.17)
• Secara geometris besarnya 𝑊 cos 𝜃 adalah besarnya
vektor 𝑊 yang diproyeksikan ke vektor 𝑉.
• Persamaan (1.17) menunjukkan bahwa jika
perkalian skalar dari dua vektor sama dengan
nol, maka dua vektor tersebut saling tegak lurus.
• Persamaan (1.17) juga menunjukkan bahwa
perkalian skalar vektor dengan dirinya sendiri adalah
𝑉 ∙ 𝑉 = 𝑉 𝑉 cos 0𝑜 = 𝑉 2 .
(1.18)
• Oleh karena itu untuk pekalian skalar dari dua
vektor stauan diperoleh
𝑖Ƹ ∙ 𝑖Ƹ = 𝑗Ƹ ∙ 𝑗Ƹ = 𝑘 ∙ 𝑘 = 1,
𝑖Ƹ ∙ 𝑗Ƹ = 𝑖Ƹ ∙ 𝑘 = 𝑗Ƹ ∙ 𝑘 = 0,
(1.19)
• atau
1; 𝑖 = 𝑗
𝑒Ƹ𝑖 ∙ 𝑒𝑗Ƹ = ቊ .
0; 𝑖 ≠ 𝑗
(1.20)
Contoh 1.3
Ƹ 𝑗+
𝑖+ ∙ 𝑖+
Ƹ 𝑘 Ƹ 𝑗+0
Ƹ 𝑘
−1
• = cos
1+1+1 1+1+0
2
• = cos −1 = ⋯.
3 2
• Ditinjau sebuah vektor 𝑖Ƹ − 𝛼 𝑗Ƹ + 2𝑘
Contoh 1.6: yang tegak lurus terhadap vektor
3𝑖Ƹ + 5𝑗Ƹ + 𝑘 . Berapakah nilai 𝛼?
• Karena dua vetor tersebut saling
tegak lurus,
• maka sudut yang dibentuk antara
dua vektor tersebut adalah 𝜃 =
90𝑜 .
• Oleh karena itu perkalian skalar
antara dua vektor tersebut sama
dengan nol atau
• 𝑖Ƹ − 𝛼 𝑗Ƹ + 2𝑘 ∙ 3𝑖Ƹ + 5𝑗Ƹ + 𝑘 = 3 −
5𝛼 + 2 = 5 − 5𝛼 = 0,
• sehingga 𝑎 = 1.
1.3 Produk Vektor
• Ditinjau dua buah vektor 𝑉 dan 𝑊, produk vektor/
perkalian kros yang dituliskan 𝑉 × 𝑊 didefinisikan
𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑦 𝑊𝑧 − 𝑉𝑧 𝑊𝑦 , 𝑉𝑧 𝑊𝑥 − 𝑉𝑥 𝑊𝑧 , 𝑉𝑥 𝑊𝑦 − 𝑉𝑦 𝑊𝑥 .
(1.21)
• Persamaan (1.21) menunjukkan produk vektor sama
dengan vektor.
• Untuk sebarang vektor 𝑈, 𝑉, dan 𝑊, dan ∀𝑘 ∈ ℝ
produk vektor memenuhi sifat
𝑉 × 𝑊 = −𝑊 × 𝑉,
• atau disebut antikomut atau antikomutatif.
𝑈× 𝑉+𝑊 = 𝑈×𝑉 + 𝑈×𝑊 ,
𝑘 𝑉 × 𝑊 = 𝑘𝑉 × 𝑊 = 𝑉 × 𝑘𝑊 .
(1.22)
• Karena hasil dari produk vektor adalah vektor,
• maka untuk mengetahui arah dari hasil
perkalian produk vektor dengan mengetahui
produk vektor dari vektor satuan.
• Sebagai contoh 𝑖Ƹ × 𝑖Ƹ dapat diperoleh sesuai
definisi pada persamaan (1.21) dengan 𝑖Ƹ =
(1,0,0)
𝑖Ƹ × 𝑖Ƹ = 0.0 − 0.0, 0.0 − 0.0, 00 − 0.0 = 0.
(1.23)
• Contoh lain untuk 𝑖Ƹ × 𝑗,Ƹ dengan 𝑗Ƹ = (0,1,0),
maka diperoleh produk vektornya adalah
𝑖Ƹ × 𝑗Ƹ = 0. 0 − 0.1, 0.0 − 1.0, 1.1 − 0.0 = 0,0,1
= 𝑘.
(1.24)
• Selanjutnya dengan langkah yang sama
diperoleh bahwa
𝑗Ƹ × 𝑗Ƹ = 𝑘 × 𝑘 = 0,
𝑗Ƹ × 𝑖Ƹ = −𝑘,
𝑗Ƹ × 𝑘 = 𝑖,Ƹ
𝑘 × 𝑗Ƹ = −𝑖,Ƹ
𝑘 × 𝑖Ƹ = 𝑗,Ƹ
𝑖Ƹ × 𝑘 = −𝑗,Ƹ
(1.25)
• atau mengikuti aturan tangan kanan.
• Oleh karena itu persamaan (1.21) dapat dituliskan
𝑉×𝑊
= 𝑉𝑦 𝑊𝑧 − 𝑉𝑧 𝑊𝑦 𝑖Ƹ + 𝑉𝑧 𝑊𝑥 − 𝑉𝑥 𝑊𝑧 𝑗Ƹ + (𝑉𝑥 𝑊𝑦 − 𝑉𝑦 𝑊𝑥 )𝑘.
(1.26)
• Setiap suku di ruas kanan dari persamaan (1.26)
merupakan determinan dari suatu matrik yaitu
𝑉𝑦 𝑉𝑧 𝑉𝑧 𝑉𝑥 𝑉𝑥 𝑉𝑦
𝑉×𝑊 = 𝑖Ƹ + 𝑗Ƹ +
𝑘,
𝑊𝑦 𝑊𝑧 𝑊𝑧 𝑊𝑥 𝑊𝑥 𝑊𝑦
atau
𝑖Ƹ 𝑗Ƹ 𝑘
𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑥 𝑉𝑦 𝑉𝑧 .
𝑊𝑥 𝑊𝑦 𝑊𝑧
(1.27)
• Vektor memiliki besar dan arah, lalu besarnya hasil produk
vektor dapat diperoleh yaitu dengan proses sebagai berikut
2 2 2
𝑉×𝑊 = 𝑉𝑦 𝑊𝑧 − 𝑉𝑧 𝑊𝑦 + 𝑉𝑧 𝑊𝑥 − 𝑉𝑥 𝑊𝑧
2
+ 𝑉𝑥 𝑊𝑦 − 𝑉𝑦 𝑊𝑥
2
= 𝑉𝑥2 + 𝑉𝑦2 + 𝑉𝑧2 𝑊𝑥2 + 𝑊𝑦2 + 𝑊𝑧2 − 𝑉𝑥 𝑊𝑥 + 𝑉𝑦 𝑊𝑦 + 𝑉𝑧 𝑊𝑧
2
= 𝑉2𝑊 2 − 𝑉 ∙𝑊
= 𝑉𝑊 2 − 𝑉𝑊 cos 𝜃 2
= 𝑉𝑊 2 1 − cos 2 𝜃
2
= 𝑉𝑊 sin2 𝜃 ,
(1.28)
• sehingga
𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑊 sin 𝜃 ,
(1.29)
• dengan 𝜃 sudut antara vektor 𝑉 dan 𝑊.
• Jika 𝑈 adalah vektor dari hasil produk
vektor 𝑉 × 𝑊, maka hasil perkalian
skalar vektor 𝑈 dengan salah satu
vektor 𝑉maupun 𝑊 adalah
𝑈 ∙ 𝑉 = 𝑈𝑥 𝑉𝑥 + 𝑈𝑦 𝑉𝑦 + 𝑈𝑧 𝑉𝑧
= 𝑉𝑦 𝑊𝑧 − 𝑉𝑧 𝑊𝑦 𝑉𝑥 +(𝑉𝑧 𝑊𝑥 −
• Oleh karena itu perkalian vektor juga dapat
dituliskan
𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑊 sin 𝜃 𝑛, ො
(1.31)
• dengan 𝑛ො disebut vektor normal, yaitu vektor
yang tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk
vektor 𝑉dan 𝑊.
• Contoh penerapan produk vektor dalam fisika adalah
torka atau momen gaya 𝑁 .
• Ditinjau sebuah gaya 𝐹. Ԧ Bekerja pada benda yang berada
di titik 𝑃(𝑥, 𝑦, 𝑧) dari titik pusat koordinat 𝑂(0,0,0).
• Jika vektor jarak titik 𝑃 terhadap 𝑂 adalah 𝑟, Ԧ maka vektor
posisi ini adalah
𝑟Ԧ = 𝑂𝑃 = 𝑥 − 0 𝑖Ƹ + 𝑦 − 0 𝑗Ƹ + 𝑧 − 0 𝑘 = 𝑥𝑖Ƹ + 𝑦𝑗Ƹ + 𝑧𝑘.
(1.32)
• Torka 𝑁 di titik 𝑂 didefinisikan sebagai produk vektor antara
vektor posisi 𝑟Ԧ dengan gaya 𝐹Ԧ
Ԧ
𝑁 = 𝑟Ԧ × 𝐹.
(1.33)
• Besarnya torka ini adalah
𝑁 = 𝑟Ԧ × 𝐹Ԧ = 𝑟𝐹 sin 𝜃 ,
(1.34)
dengan 𝜃 sudut antara vektor posisi dan gaya
Contoh 1.7:
• Diberikan dua vektor 𝑉 = (1,1,2) dan 𝑊 = (2, −1,1).
Tentukan vektor normalnya!
• Sesuai persamaan (1.31), maka
𝑉×𝑊
𝑛ො = ,
|𝑉 × 𝑊|
• dengan
𝑖Ƹ 𝑗Ƹ 𝑘 𝑖Ƹ 𝑗Ƹ 𝑘
𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑥 𝑉𝑦 𝑉𝑧 = 1 1 2
𝑊𝑥 𝑊𝑦 𝑊𝑧 2 −1 1
= 1 + 2 𝑖Ƹ + 4 − 1 𝑗Ƹ + −1 − 2 𝑘 = 3𝑖Ƹ + 3𝑗Ƹ − 3𝑘.
𝑉 × 𝑊 = 32 + 32 + 32 = 3 3
𝑉×𝑊 3𝑖Ƹ + 3𝑗Ƹ − 3𝑘 1
𝑛ො = = = 3 𝑖Ƹ + 𝑗Ƹ − 𝑘 .
|𝑉 × 𝑊| 3 3 3
1.4 Produk Tripel
• Ditinjau untuk sebarang 𝑈, 𝑉, dan 𝑊 adalah vektor, maka
produk tripel skalar didefinisiskan sebagai
𝑈𝑥 𝑈𝑦 𝑈𝑧
𝑈 ∙ 𝑉 × 𝑊 = 𝑉𝑥 𝑉𝑦 𝑉𝑧 ,
𝑊𝑥 𝑊𝑦 𝑊𝑧
(1.36)
• dengan hasilnya adalah skalar. Dalam produk tripel
skalar ini berlaku sifat
𝑈 ∙ 𝑉 × 𝑊 = 𝑈 × 𝑉 ∙ 𝑊.
(1.37)
• Sementara untuk produk tripel vektor didefinisikan
sebagai
𝑈× 𝑉 ×𝑊 ,
• yang memenuhi sifat
𝑈× 𝑉 ×𝑊 =𝑉 𝑈∙𝑊 −𝑊 𝑈∙𝑉 .
(1.38)
1.5
Matrik Koordinat
• Ditinjau sebarang vektor 𝑉 = 𝑉𝑥 𝑖Ƹ + 𝑉𝑦 𝑗Ƹ + 𝑉𝑧 𝑘.
• Vektor ini juga dapat dituliskan
𝑉 = 𝑉𝑥 ′𝑖′Ƹ + 𝑉𝑦 ′𝑗′Ƹ + 𝑉𝑧 ′𝑘′,
• dengan 𝑖,Ƹ 𝑗,Ƹ 𝑘 berbeda dengan 𝑖′,Ƹ 𝑗′,Ƹ 𝑘′.
• Untuk mengetahui nilai 𝑉𝑥 ′, maka 𝑉 didotkan
dengan 𝑖′Ƹ yaitu
𝑉𝑥′ = 𝑉 ∙ 𝑖′Ƹ = 𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑉𝑥 + 𝑗Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑉𝑦 + 𝑘 ∙ 𝑖′Ƹ 𝑉𝑧 .
(1.39)
• Dengan cara serupa dapat diperoleh 𝑉𝑦′ , 𝑉𝑧′ , 𝑉𝑥 , 𝑉𝑦 , 𝑉𝑧 yaitu
• 𝑉𝑦′ = 𝑉 ∙ 𝑗Ƹ′ = 𝑖Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑉𝑥 + 𝑗Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑉𝑦 + 𝑘 ∙ 𝑗′Ƹ 𝑉𝑧 ,
• 𝑉𝑧′ = 𝑉 ∙ 𝑘 ′ = 𝑖Ƹ ∙ 𝑘′
𝑉𝑥 + 𝑗Ƹ ∙ 𝑘′
𝑉𝑦 + 𝑘 ∙ 𝑘′
𝑉𝑧 ,
∙ 𝑖Ƹ 𝑉𝑧′ ,
• 𝑉𝑥 = 𝑉 ∙ 𝑖Ƹ = 𝑖′Ƹ ∙ 𝑖Ƹ 𝑉𝑥′ + 𝑗′Ƹ ∙ 𝑖Ƹ 𝑉𝑦′ + 𝑘′
∙ 𝑗Ƹ 𝑉𝑧′ ,
• 𝑉𝑦 = 𝑉 ∙ 𝑗Ƹ = 𝑖′Ƹ ∙ 𝑗Ƹ 𝑉𝑥′ + 𝑗′Ƹ ∙ 𝑗Ƹ 𝑉𝑦′ + 𝑘′
• 𝑉𝑧 = 𝑉 ∙ 𝑘 = 𝑖′Ƹ ∙ 𝑘 𝑉𝑥′ + 𝑗′Ƹ ∙ 𝑘 𝑉𝑦′ + 𝑘′
∙ 𝑘 𝑉𝑧′ .
(1.40)
• Tranformasi ini dapat ditulsikan dalam bentuk matrik yaitu
𝑉𝑥 ′ 𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑖′Ƹ 𝑉𝑥
𝑉𝑦 ′ = 𝑖Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑗′Ƹ 𝑉𝑦 ,
𝑉𝑧 ′ 𝑗Ƹ ∙ 𝑘′
𝑖Ƹ ∙ 𝑘′ 𝑘 ∙ 𝑘′ 𝑉𝑧
(1.41)
𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑖′Ƹ
• dengan 𝑖Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑗′Ƹ disebut matrik tranformasi.
𝑗Ƹ ∙ 𝑘′
𝑖Ƹ ∙ 𝑘′ 𝑘 ∙ 𝑘′
• Transformasi matrik ini seperti
sebuah sistem koordinat yang
kedua sumbunya dirotasikan
dan satu sumbunya tetap
sama.
• Sebagai contoh seperti yang
ditunjukkan Gambar (analog).
• Ditinjau sebuah sistem
koordinat (𝑥, 𝑦, 𝑧) yang
kemudian diputar sebesar 𝜒,
sehingga
• 𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ = 𝑗Ƹ ∙ 𝑗Ƹ′ = cos 𝜒 ,
• 𝑗Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ = −𝑖Ƹ ∙ 𝑗Ƹ′ = sin 𝜒 ,
• 𝑘 ∙ 𝑘 ′ = 1.
• Mengingat bahwa 𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ = 𝑖′Ƹ ∙ 𝑖,Ƹ maka
𝑖Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑖′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑖′Ƹ cos 𝜒 sin 𝜒 0
𝑖Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑗Ƹ ∙ 𝑗′Ƹ 𝑘 ∙ 𝑗′Ƹ = − sin 𝜒 cos 𝜒 0 .
𝑗Ƹ ∙ 𝑘′
𝑖Ƹ ∙ 𝑘′ 𝑘 ∙ 𝑘′ 0 0 1
• Matrik transformasi memenuhi
sifat transformasi yang
orthogonal.
• Sebagai contoh sebuah vektor 𝑣Ԧ
yang dinyatakan dalam sistem
koordinat kartesis dua dimensi,
sehingga 𝑣Ԧ dapat dituliskan
sebagai
𝑣Ԧ = 𝑣𝑥 𝑖Ƹ + 𝑣𝑦 𝑗.Ƹ
(1.42)
• Jika 𝑣Ԧ dinyatakan dalam koordinat
lain yaitu (𝑋 ′ , 𝑌 ′ ) yang membetuk
sudut 𝜃 seperti pada Gambar
(analog), maka 𝑣Ԧ dapat ditulsikan
sebagai
𝑣Ԧ = 𝑣𝑥′ 𝑖Ƹ + 𝑣𝑦′ 𝑗.Ƹ
(1.43)
• Oleh karena itu besarnya 𝑣𝑥 = 𝑣 cos 𝜃 dan 𝑣𝑦 =
𝑣 sin 𝜃. Persamaan (1.42) dapat dituliskan
menjadi
𝑣𝑥 𝑣 cos 𝜃
𝑣Ԧ = 𝑣 = .
𝑦 𝑣 sin 𝜃
(1.44)
• Jika 𝑅 adalah matrik transformasinya, maka
(1.56)
(TUGAS: BUKTIKAN PERSAMAAN
(1.56))
• Jika titik P dinyatakan dalam
sistem koordinat bola (𝑟, 𝜃, 𝜙)
seperti pada Gambar, maka
diperoleh hubungan antara
vektor satuan di sistem
koodinat kartesis dan bola
yang dapat dilihat pada
Gambar yaitu
𝑒Ƹ𝑟
= sin 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + sin 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ
+ cos 𝜃 𝑘,
𝑒Ƹ𝜃
= cos 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ
− sin 𝜃 𝑘,
𝑒Ƹ𝜙 = −sin 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜙 𝑗.Ƹ
(1.57)
TUGAS: BUKTIKAN PERSAMAAN
• Jika titik P dinyatakan dalam
sistem koordinat bola (𝑟, 𝜃, 𝜙)
seperti pada Gambar, maka
diperoleh hubungan antara
vektor satuan di sistem
koodinat kartesis dan bola
yang dapat dilihat pada
Gambar yaitu
𝑒Ƹ𝑟
= sin 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + sin 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ
+ cos 𝜃 𝑘,
𝑒Ƹ𝜃
= cos 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ
− sin 𝜃 𝑘,
𝑒Ƹ𝜙 = sin 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜙 𝑗.Ƹ
(1.57)
TUGAS: BUKTIKAN PERSAMAAN
1.8
Vektor Posisi,
Kecepatan, dan
Percepatan dari
Suatu Partikel
1.8.1 Dalam sistemKoordinat Kartesis
𝑑 𝑣Ԧ 𝑑
𝑎Ԧ = = 𝜌ሶ 𝑒𝜌Ƹ + 𝜌𝜙ሶ 𝑒Ƹ𝜙 + 𝑧ሶ 𝑒Ƹ𝑧
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝜌ሷ − 𝜌𝜙 2ሶ 𝑒𝜌Ƹ + 2𝜌ሶ 𝜙ሶ + 𝜌𝜙ሷ 𝑒Ƹ𝜙 + 𝑧ሷ 𝑒Ƹ𝑧 .
(1.79)
1.8.4
Dalam Sistem Koordinat Bola
• Ditinjau vektor posisi partikel dalam
sistem koordinat bola adalah
𝑟Ԧ = 𝑟𝑒Ƹ𝑟 .
(1.80)
• Untuk menentukan kecepatan dan
percepatan partikel, maka dapat
menggunakan persamaan
𝑑 𝑒Ƹ𝑟
𝑑𝑡
𝑑
= sin 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + sin 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ + cos 𝜃 𝑘
𝑑𝑡
= 𝜙ሶ sin 𝜃 𝑒Ƹ𝜙 + 𝜃ሶ 𝑒Ƹ𝜃 ,
𝑑 𝑒Ƹ𝜃 𝑑
= cos 𝜃 cos 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜃 sin 𝜙 𝑗Ƹ − sin 𝜃 𝑘
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= −𝜃ሶ 𝑒Ƹ𝑟 + 𝜙ሶ cos 𝜃 𝑒Ƹ𝜙 ,
(1.82)
𝑑 𝑒Ƹ 𝜙 𝑑
=− sin 𝜙 𝑖Ƹ + cos 𝜙 𝑗Ƹ
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= −𝜙ሶ sin 𝜃 𝑒Ƹ𝑟 − 𝜙ሶ cos 𝜃 𝑒Ƹ𝜃 .
(1.83)
• Oleh karena itu kecepatan partikel tersebut
adalah
𝑑 𝑟Ԧ 𝑑
𝑣Ԧ = = 𝑟𝑒Ƹ𝑟 = 𝑟ሶ 𝑒Ƹ𝑟 + 𝑟𝜙ሶ sin 𝜃 𝑒Ƹ𝜙 + 𝑟𝜃ሶ 𝑒Ƹ𝜃 .
𝑑𝑡 𝑑𝑡
(1.84)
• Sementara untuk percepatannya adalah
𝑑𝑣 𝑑
𝑎Ԧ = = 𝑟ሶ 𝑒Ƹ𝑟 + 𝑟𝜙ሶ sin 𝜃 + 𝑟𝜃ሶ 𝑒Ƹ𝜃
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝑟ሷ − 𝑟𝜙ሶ 2 sin2 𝜃 − 𝑟𝜃ሶ 2 𝑒Ƹ𝑟
+ 𝑟𝜃ሷ + 2𝑟ሶ 𝜃ሶ − 𝑟𝜙ሶ 2 sin 𝜃 cos 𝜃 𝑒Ƹ𝜃
+൫𝑟𝜙ሷ sin 𝜃 + 2𝑟ሶ 𝜙ሶ sin 𝜃 +
1.9 Gradien & Turunan Berarah
• Grad
• Curl V
1.11 Laplasian
• Laplacian of
1.12 Divergensi
• Curl F = 0
• Potensial skalar
TEOREMA GREEN